Dosen Pengampu :
Aftonur Rosyad, M.Ud
Disusun oleh ;
Lailatul ismi (18)
2018114340132
1
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat allah SWT yang senantiasa melimpahkan Rahmat,
Taufiq serta Hidayah-Nya, sehingga kami selaku penulis dapat menyelesaikan makalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Studi Kitab Tafsir.
Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak mendapatkan dorongan serta bimbingan
dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak M. Ali yusron, M.A selaku Rektor IAI Pangeran Diponegoro Nganjuk.
2. Bapak Ali Anwar M.PD.I, selaku dekan fakultas ushuludin dan studi agama (FUSA) IAI
Pangeran diponegoro
3. Teman-teman Mahasiswa Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IQT)
4. Semua pihak yang mendukung dan membantu menyelesaikan makalah ini
Demikian tugas ini penulis susun untuk memenuhi tugas Studi Kitab Tafsir harapan
kami selaku penulis semoga makalah ini bisa bermanfaat, khususnya bagi para pembaca.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyaknya kekurangan,
karenanya saran dan kritik yang membangun samgat kami harapkan.
Penulis
2
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan Tafsir al-Qur’an al-Adzim yang lebih populer dengan Tafsir Ibnu Kasir,
sudah tidak asing lagi bagi para pengkaji dan peminat studi al-Qur’an dan tafsirnya. Dewasa
ini, seiring dengan meningkatnya kesadaran dalam memahami dan mengamalkan al-Qur’an,
animo masyarakat untuk memahami dan menyebarluaskan Tafsir Ibnu Kasir dapat dikatakan
semakin bagus. Ini terbukti antara lain dengan semakin banyak dan baiknya penerbitan katab
tafsir ini di masyarakat. Kitab ini pun beredar dalam bentuk CD dan terjemahan dalam bahasa
indonesia. Itu semua mengindikasikan bahwa kitab tafsir ini menempati posisi yang sangat
penting di antara kitab-kitab tafsir lainnya.
Selanjutnya untuk memahami Tafsir Ibnu Kasir, sebaiknya kita mengetahui hal-hal
yang terkait dengannya. Hal-hal yang dimaksud antara lainbiografi penulisnya, sistematika
penyusunan kitab,serta corak dan metode penafsirannya. Semua itu akan penulis coba untuk
menguraikannya sesuai dengan harapan dapat menjadi pengantar dalam memahami kitab ini.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Setting Historis Biografis Ibnu Kasir ?
2. Bagaimana corak dan metode Tafsir Ibnu Kasir ?
3. Bagaimana tafsir ibnu katsir tentang Qs. Luqman ayat 12-21?
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
3) at-Takmȋlah fȋ Ma’rifatus Tsiqat wad Dhu’afâ wal Majâhȋl, sebanyak 5 jilid yang
berisi nama-nama perawi yang kuat dan yang lemah
4) Mukhtashar kitab Muqaddimah Ibnu shallah; al-Bâ’is al-Hadȋts, berisi masalah ilmu
hadits
5) al-Bidâyah wan Nihâyah sebanyak 14 jilid dalam bidang sejarah
6) al-Fashal fȋ sirah ar-Rasul; Thabaqât asy-Syâfi’iyah.
7) al-Ijtihâd fȋ Thalâbil Ijtihâd dalam bidang fiqh.1
8) Al-Kawâkibub Darâri fȋ at-Târȋkh
9) Tafsȋrul Qur’ân;al-ijtihâd fȋ Talabil jihâd
10) Al-wadhihun Nafȋs fȋ Manâqibul Imâm Muhammad Ibn Idris.2
11) Kitâbul Ahkâm
12) Ahkâmul kabȋr
13) Syarah Shahih al-Bukhârȋ
14) simâi3
B. Sumber penafsiran
Tafsir Ibnu Katsir merupakan tafsir dengan corak bi al-ma’tsur/ bi al-riwayah karena dalam
tafsir ini sangat dominan memakai riwayat/hadis, pendapat sahabat dan tabi’in. Adapun metode yang
digunakan adalah metode tahlili (analitis) karena dalam penafsiran ayat demi ayat dilakukan secara
analitis menurut urutan mushaf al- Qur’an.Berbagai sikap Ibnu Katsir dalam menafsirkan yakni
terhadap riwayat Israilyat, penafsiran ayat-ayat hukum, naskh, muhkam.
Tafsir bil ma'tsur ialah tafsir yang berdasarkan pada Al-Qur'an atau riwayat yang
sahih yang sesuai dengan urutan dalam syarat-syarat mufassir. yaitu menafsirkan al-QUr'an
dengan al-Qur'an, Al-Qur'an dengan sunnah, perkataan sahabat karena merekalah yang paling
mengetahui kitabullah, atau dengan pendapat tokoh-tokoh besar tabi'in. Pada umumnya
mereka menerimanya dari para sahabat4
Imam Al-hakim berkata; "sesungguhnya tafsir para sahabat yang telah menyaksikan wahyu
dan turunnya adalah memiliki hukum marfu' artinya, bahwa tafsir para sahabat itu
mempunyai kedudukan hukum yang sama dengan hadis nabawi yang diangkat kepada Nabi
SAW. dengan demikian, tafsir sahabat itu termasuk ma'tsur.5
Adapun tafsir para tabi'in ada perbedaan pendapat dikalangan ulama'. sebagain ulama'
berpendapat, tafsir itu termasuk ma'tsur karena para tabi'in berjumpa dengan para sahabat.
1
Manna Khalil al-Qaththan, Mabâhits fȋ Ulȗmil Qur’ân, (Surabaya: al-Hidayah, 1973)
2
Mudzakir AS terj. Manna Khalil al-Qaththan, Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an, 528.
3
Ismâȋl bin ‘Umar ibn Katsȋr ad-Damsyiqȋ, Tafsȋr al-Qur’ân al-‘Adhim, 4
4
Terj Aunur Rafiq, pengantar Studi Ilmu Al-Qur'an, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2006) hlm 434
5
Syekh Muhammad Ali Ash-Shabuni Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis (Jakarta: pustaka Amani, 2001)hlm 106
6
Ada pula yang berpendapat, tafsir itu sama saja dengan tafsir bir ra'yi (penafsiran dengan
pendapat). Artinya, para tabi'in itu mempunyai kedudukan yang sama dengan mufassir yang
hanya menfsirkan berdasarkan kaidah bahasa Arab.6
7
Ibid., hlm. 138
8
Lihat Ibnu Kasir, juzz 1, hlm. 55
7
SAW (marfu’) yang berhubungan dengan ayat yang ia tafsirkan. Bukan sekedar
mengemukakan haditsnya saja, melainkan ia juga mengemukakan pendapat para sahabat,
tabi’in dan para ulama’ salaf. Misalnya, ketika ia menampilkan banyak hadits untuk
menjelaskan kata ghibah dalam ayat وال يعتب بعضكم بعضا , ia menegaskannya dengan hadits
Nabi yaitu ذكرك أخاك بما يكره (kamu membicarakan saudaramu, dengan perkataan yang tidak
disenanginya).9 Ketiga, mengemukakan berbagai macam pendapat mufasir atau ulama’
sebelumnya. Terkadang ia menentukan pendapat yang paling kuat diantara pendapat para
ulama’ yang dikutipnya.
E. Aliran / Kecenderungan
Tafsir ibnu Katsir cenderung al-Ijtima’ yakni corak penafsiran yang berorientasi pada
sastra budaya kemasyarakatan, suatu corak penafsiran yang menitik beratkan penjelasan ayat
al-Qur’an pada segi-segi ketelitian redaksionalnya, kemudian menyusun kandungan ayat-
ayatnya dalam suatu redaksi yang indah dengan penonjolan tujuan utama turunnya ayat
kemudian merangkaikan pengertian ayat tersebut dengan hukum-hukum alam yang berlaku
dalam masyarakat dan pembangunan dunia.
10
Sulaiman Al Kumayi, Dahsyatnya mendidik anak Gaya Rasulullah, (Yogyakarta: Semesta Hikmah, 2015), h.
126-127
8
pergantian di antara suka duka hidup, melihat kebahagiaan yang dicapai sesudah perjuangan
melawan hawa nafsu dan celaka yang didapati oleh orang yang melanggar garis-garis
kebenaran yang masih ditempuh. Sehingga orang-orang dalam perjalanan, masih di tengan
jalan orang itu, namun ia sudah tahu akibat yang akan ditemuinya kelak. Orang yang ahli
hikmat itu disebut “Al-Hakim”. Sebab itu dikenal juga Luqman ini dengan sebutan Luqman
Al-Hakim (Luqman ahli Hikmat).11
2. Asbabun Nuzul
Surat Luqman adalah surat yang turun sebelum Nabi Muhammad saw berhijrah ke
Madinah. Menurut mayoritas ulama‟ semua ayat-ayatnya Makkiyah. Penamaan surat ini
sangat wajar karena nama dan nasehat beliau yang sangat menyentuh diuraikan disini, dan
hanya disebut dalam surat ini.Tema utamanya adalah ajakan kepada Tauhid dan kepercayaan
akan keniscayaan kiamat serta pelaksanaan prinsip-prinsip dasar agama. Al-Biqa‟i
berpendapat bahwa tujuan utama surat ini adalah membuktikan betapa kitab Al-Qur‟an
mengandung hikmah yang sangat dalam, yang mengantar kepada kesimpulan bahwa yang
menurunkannya adalah Dia (Allah) yang maha bijaksana dalam firman-Nya. Dia memberi
petunjuk untuk orang-orang yang bertaqwa. Surat ini terdiri dari 33 ayat menurut ulama‟
Mekkah dan Madinah, dan 34 menurut ulama‟ Syam, Kufah dan Bashrah. Perbedaan itu
sebagaimana anda ketahui hanya perbedaan dalam cara menghitung bukan berarti ada ayat
yang tidak diakui oleh yang menilaianya hanya 33 ayat.12 Asbabun Nuzul ayat 13 adalah
ketika ayat ke-82 dari surat Al- An‟am diturunkan, para sahabat merasa keberatan. Kemudian
mereka datang menghadap Rasulullah saw seraya berkata, “Wahai Rasulullah, siapakah di
antara kami yang dapat membersihkan keimanannya dari perbuatan zalim?” Jawab beliau: “
Bukan begitu. Bukankah kau telah mendengar wasiat Luqman Hakim kepada anaknya: Hai
anakku, janganlah kau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah
adalah benar-benar kezaliman yang besar.13 Sa‟ad bin Malik seorang lelaki yang sangat taat
dan menghormati ibunya. Ketika ia memeluk islam, ibunya berkata: “Wahai Sa‟ad mengapa
kamu tega meninggalkan agamamu yang lama, memeluk agama yang baru. Wahai anakku,
pilihlah salah satu kau kembali memeluk agama yang lama atau aku tidak makan dan minum
sampai mati.” Maka Sa‟ad kebingungan, bahkan ia dikatakan tega membunuh ibunya.
Maka Sa‟ad berkata: “ Wahai ibu, jangan kau lakukan yang demikian, aku memeluk agama
11
Hamka, Tafsir Al-Azhar juz XXI, (Jakarta: Putra Panjimas, 1982), h. 114
12
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, pesan kesan dan keserasian Al-Qur‟an, (Jakarta: Lentera Hati, 2003), Juz 11,
h. 107-108
13
A. Mudjab Mahali, Asbabun Nuzul Studi Pendalaman Al-Qur‟an Surat Al-Baqarah-An-Nas,(Jakarta: PT Raja
Grafindo, 2002), h. 660
9
baru tidak akan mendatangkan madharat, dan aku tidak akan meninggalkannya”. Maka Umi
Sa‟ad pun nekad tidak makan sampai tiga cara menghitung bukan berarti ada ayat yang tidak
diakui oleh yang menilaianya hanya 33 ayat. 14 Asbabun Nuzul ayat 13 adalah ketika ayat ke-
82 dari surat Al- An‟am diturunkan, para sahabat merasa keberatan. Kemudian mereka datang
menghadap Rasulullah saw seraya berkata, “Wahai Rasulullah, siapakah di antara kami yang
dapat membersihkan keimanannya dari perbuatan zalim?” Jawab beliau: “ Bukan begitu.
Bukankah kau telah mendengar wasiat Luqman Hakim kepada anaknya: Hai anakku,
janganlah kau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-
benar kezaliman yang besar.15
Sa‟ad bin Malik seorang lelaki yang sangat taat dan menghormati ibunya. Ketika ia
memeluk islam, ibunya berkata: “Wahai Sa‟ad mengapa kamu tega meninggalkan agamamu
yang lama, memeluk agama yang baru. Wahai anakku, pilihlah salah satu kau kembali
memeluk agama yang lama atau aku tidak makan dan minum sampai mati.” Maka Sa‟ad
kebingungan, bahkan ia dikatakan tega membunuh ibunya. Maka Sa‟ad berkata: “ Wahai
ibu, jangan kau lakukan yang demikian, aku memeluk agama baru tidak akan mendatangkan
madharat, dan aku tidak akan meninggalkannya”. Maka Umi Sa‟ad pun nekad tidak makan
sampai tigahari tiga malam. Sa‟ad berkata: “Wahai ibu, seandainya kau memiliki seribu jiwa
kemudian satu per satu meninggal, tetap aku tidak akan meninggalkan baruku (islam). karean
itu terserah ibu mau makan atau tidak”. Maka ibu itupun makan. Sehubungan dengan itu,
maka Allah swt menurunkan ayat ke-15 sebagai ketegasan bahwa kaum muslimin wajib taat
dan tunduk kepada perintah orang tua sepanjang bukan yang bertentangan dengan perintah
perintah Allah SWT.16
14
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, pesan kesan dan keserasian Al-Qur‟an, (Jakarta: Lentera Hati, 2003), Juz 11,
h. 107-108
15
A. Mudjab Mahali, Asbabun Nuzul Studi Pendalaman Al-Qur‟an Surat Al-Baqarah-An-Nas,(Jakarta: PT Raja
Grafindo, 2002), h. 660
16
Muhammad Shihib Thohir, Mushaf Marwah, (Bandung: Roudhoh Jannah, 2009), h. 412
10
3. Kelebihan Dan Kekurangan Dalam Tafsir Ibnu Katsȋr
11
4. Teks Dan Terjemahan
12 َولَقَ ْد َءاتَ ْينَا لُ ْق َمـٰنَ ْٱل ِح ْك َمةَ َأ ِن ٱ ْش ُكرْ هَّلِل ِ ۚ َو َمن يَ ْش ُكرْ فَِإنَّ َما يَ ْش ُك ُر لِنَ ْف ِس ِهۦ ۖ َو َمن َكفَ َر فَِإ َّن ٱهَّلل َ َغنِ ٌّى َح ِمي ٌد
13 ى اَل تُ ْش ِر ْك بِٱهَّلل ِ ۖ ِإ َّن ٱل ِّشرْ كَ لَظُ ْل ٌم َع ِظي ٌم َ َوَِإ ْذ ق
َّ َال لُ ْق َم ٰـنُ ٱِل ْبنِ ِهۦ َوهُ َو يَ ِعظُهۥُ يَ ٰـبُن
ِ ى ْٱل َم
14 صي ُر َ ِص ْينَا ٱِإْل ن َسـٰنَ بِ ٰ َولِ َد ْي ِه َح َملَ ْتهُ ُأ ُّمهۥُ َو ْهنًا َعلَ ٰى َو ْه ٍن َوف
َّ َص ٰـلُ ۥهُ فِى عَا َم ْي ِن َأ ِن ٱ ْش ُكرْ ِلى َولِ ٰ َولِ َد ْيكَ ِإل َّ َو َو
َ يل َم ْن َأن
َّ ََاب ِإل
ى َ ِاح ْبهُ َما فِى ٱل ُّد ْنيَا َم ْعرُوفًا ۖ َوٱتَّبِ ْع َسب
ِ صَ ْس لَكَ بِ ِهۦ ِع ْل ٌم فَاَل تُ ِط ْعهُ َما ۖ َو
َ ك بِى َما لَي َ وَِإن َج ٰـهَدَاكَ َعلَ ٰ ٓى َأن تُ ْش ِر
15 َى َمرْ ِج ُع ُك ْم فَُأنَبُِّئ ُكم بِ َما ُكنتُ ْم تَ ْع َملُون
َّ َۚ ثُ َّم ِإل
ِ ض يَْأ
ٌ ت بِهَا ٱهَّلل ُ ۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ لَ ِط
يف ِ ْت َأوْ فِى ٱَأْلر
ِ ص ْخ َر ٍة َأوْ فِى ٱل َّس َم ٰـ ٰ َو
َ ك ِم ْثقَا َل َحبَّ ٍة ِّم ْن خَرْ َد ٍل فَتَ ُكن فِى
ُ َى ِإنَّهَٓا ِإن ت
َّ َيَ ٰـبُن
16 خَ بِي ٌر
ُأْل َ ِصابَكَ ۖ ِإ َّن ٰ َذل
ِ ك ِم ْن ع َْز ِم ٱ ُم
17 ور ِ صلَ ٰوةَ َوْأ ُمرْ بِ ْٱل َم ْعر
َ ُوف َوٱ ْنهَ َع ِن ْٱل ُمن َك ِر َوٱصْ بِرْ َعلَ ٰى َمٓا َأ َّ ى َأقِ ِم ٱل
َّ َيَ ٰـبُن
18 ور ٍ َال فَ ُخ ِ ْش فِى ٱَأْلر
ٍ ض َم َرحًا ۖ ِإ َّن ٱهَّلل َ اَل ي ُِحبُّ ُك َّل ُم ْخت ِ َّك لِلن
ِ اس َواَل تَ ْم َ صعِّرْ خَ َّد َ َُواَل ت
19 ير ِ ت ْٱل َح ِم ُ ْصو َ َت ل ِ ك ۚ ِإ َّن َأن َك َر ٱَأْلصْ ٰ َو
َ ِصوْ ت َ ك َوٱ ْغضُضْ ِمن َ ِص ْد فِى َم ْشي ِ َوٱ ْق
ِ َّاطنَةً ۗ َو ِمنَ ٱلن
اس َمن ي َُج ٰـ ِد ُل فِى ِ َظ ٰـ ِه َرةً َوبَ ُض َوَأ ْسبَ َغ َعلَ ْي ُك ْم نِ َع َمهۥ ِ ْت َو َما فِى ٱَأْلر ِ َألَ ْم تَ َروْ ۟ا َأ َّن ٱهَّلل َ َس َّخ َر لَ ُكم َّما فِى ٱل َّس َم ٰـ ٰ َو
20 ب ُّمنِير ٍ ٱهَّلل ِ بِ َغي ِْر ِع ْل ٍم َواَل هُدًى َواَل ِكتَ ٰـ
21 ب ٱل َّس ِعير ِ وا بَلْ نَتَّبِ ُع َما َو َج ْدنَا َعلَ ْي ِه َءابَٓا َءنَٓا ۚ َأ َولَوْ َكانَ ٱل َّش ْيطَ ٰـنُ يَ ْدعُوهُ ْم ِإلَ ٰى َع َذا ۟ ُنزَل ٱهَّلل ُ قَال ۟ و َذا قِي َل لَهُ ُم ٱتَّبع
َ ُوا َمٓا َأ ِ َِإ
Artinya:
12. Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu:
"Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka
sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur,
maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji." 13. Dan (ingatlah) ketika Luqman
berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah
kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kezaliman yang besar." 14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang
ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. 15. Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka
janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu,
maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. 16. (Luqman berkata): "Hai
anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu
atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya).
Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.17. Hai anakku, dirikanlah shalat
dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang
mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian
itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). 18. Dan janganlah kamu memalingkan
mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan
angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan
diri. 19. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya
seburuk-buruk suara ialah suara keledai.6 20. Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah
telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan
menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang
membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab
yang memberi penerangan. 21. Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang
diturunkan Allah". Mereka menjawab: "(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami
dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka (akan mengikuti bapak-
bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala
(neraka)?.
12 س ِۦه ۖ َو َمن َكفَ َر فَِإنَّ ٱهَّلل َ َغنِ ٌّى َح ِمي ٌد ْ َش ُك ْر فَِإنَّ َما ي
ِ ش ُك ُر لِنَ ْف ْ َولَقَ ْد َءاتَ ْينَا لُ ْق َمـٰنَ ٱ ْل ِح ْك َمةَ َأ ِن ٱ
ْ َش ُك ْر هَّلِل ِ ۚ َو َمن ي
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah
kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia
bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka
sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji."
Firman Allah ta‟ala “Dan sungguh, telah kami berikan hikmah kepada Luqman.” (12) yaitu
pemahaman, ilmu, dan tabir mimpi, “yaitu “Bersyukur kepada Allah Azza wa Jalla atas
karunia yang telah Allah Ta‟ala berikan dan anugerahkan kepadanya, yaitu karunia yang
telah Allah Ta‟ala khususkan baginya di antara orang-orang yang sejenis dan sezaman
dengannya. Lalu Allah Ta‟ala berfirman, “Dan barangsiapa bersyukur kepada Allah, maka
sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri.” Yaitu sesungguhnya manfaat dan pahala
tersebut hanyalah kembali kepada orang-orang yang bersyukur.17
13 ش ِركْ ِبٱهَّلل ِ ۖ ِإنَّ ٱلش ِّْر َك لَظُ ْل ٌم َع ِظي ٌم ْ َُوِإ ْذ قَا َل لُ ْق َمـٰنُ ٱِل ْبنِ ِۦه َو ُه َو َي ِعظُهۥُ يَ ٰـبُنَ َّى اَل ت
14 صي ُر ْ ص ٰـلُهۥُ فِى عَا َم ْي ِن َأ ِن ٱ
ِ ش ُك ْر لِى َولِ ٰ َولِ َد ْي َك ِإلَ َّى ٱ ْل َم َ ِسـٰنَ بِ ٰ َولِ َد ْي ِه َح َملَ ْتهُ ُأ ُّمهۥُ َو ْهنًا َعلَ ٰى َو ْه ٍن َوف َ ص ْينَا ٱِإْل نَّ َو َو
َ َسبِي َل َمنْ َأن
اب َ صا ِح ْب ُه َما فِى ٱل ُّد ْنيَا َم ْع ُروفًا ۖ َوٱتَّبِ ْع َ س لَ َك بِ ِهۦ ِع ْل ٌم فَاَل تُ ِط ْع ُه َما ۖ َو
َ ش ِر َك بِى َما لَ ْي ْ َُوِإن َج ٰـ َهدَاكَ َعلَ ٰ ٓى َأن ت
15 َِإلَ َّى ۚ ثُ َّم ِإلَ َّى َم ْر ِج ُع ُك ْم فَُأنَبُِّئ ُكم بِ َما ُكنتُ ْم تَ ْع َملُون
“13. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar."14. Dan Kami
perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam
dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-
Kulah kembalimu.15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang
kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu
apa yang telah kamu kerjakan.”
Pada ayat 16-19 adalah wasiat-wasiat yang bermanfaat yang telah Allah Ta‟ala firmankan
tentang Luqman Al-Hakim, agar orang-orang dapat meniru dan meneladaninya. Allah Ta‟ala
berfirman pada surat 31:16
17
Abil fida Isma‟il bin katsir Addamasyqiy, Tafsir Al-Qur‟anul Adhim Ibnu Katsir, Juz 3, (Singapura:
kutanahazu pinag, tt), h. 443-444
ِ ض يَْأ
ٌت ِب َها ٱهَّلل ُ ۚ ِإنَّ ٱهَّلل َ لَ ِطيف ِ ت َأ ْو فِى ٱَأْل ْر َّ ص ْخ َر ٍة َأ ْو فِى ٱل
ِ س َم ٰـ ٰ َو َ َي ٰـبُنَ َّى ِإنَّ َهٓا ِإن تَ ُك ِم ْثقَا َل َحبَّ ٍة ِّمنْ َخ ْر َد ٍل فَتَ ُكن فِى
16 َخبِي ٌر
"Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam
batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya
(membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”
Allah Ta‟ala akan mendatangkannya pada hari kaimat kelak ketika Dia meletakkan
timbangan-timbangan keadilan, dan Alah Ta‟ala akan memberi balasan atasnya. Jika amal
perbuatan itu baik, maka balasannyapun baik, dan jika amal perbuatan itu buruk, maka
balasannya pun buruk. Sebagaimana Firman Allah dalam surat Al- Anbiya‟:47 dan sekalipun
amal tersebut sekecil biji dzarrah yang tertutup rapat, dalam batu besar, atau ada dia ngkasa
raya, niscaya Allah akan mendatangkan balasanya.18
“Wahai ankku! Laksanakanlah shalat, yaitu sesuai dengan ketentuannya, fardhunya, dan
waktunya. “Dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang
mungkar.” Yaitu sesuai dengan kemampuan dan kesanggupanmu. “Dan bersabarlah
terhadap apa yang menimpamu”. Selanjutnya Allah Ta‟ala, “Dan janganlah kau
memalingkan wajahmu dari manusai (karena sombong).”
Selain nasihat Luqman kepada anak-anaknya untuk mendirikan shalat sesuai dengan batasan-
batasannya, fardlu-fardlunya, dan waktu- waktunya, ia juga dalam ayat tersebut menyuruh
anaknya untuk mengerjakan amar ma‟ruf dan nahi munkar terhadap manusia. Disamping itu
Ibnu Katsir menjelaskan tentang perintah mendirikan shalat yang diibrahkan dalam Luqman
mendidik anaknya sekaligus Luqman menganjurkan kepada anaknya untuk selalu bersikap
sabar dalam melaksanakan perintah Alah Swt.19
Ibnu Katsir lebih lanjut menjelaskan tentang apa yang dinasihatkan Luqman kepada anaknya
yang merupakan buah hatinya yang paling ia sayangi dengan nasihat agar anaknya
mempunyai akhlak yang baik, dalam firman-Nya surat 31:18
ِ ش فِى ٱَأْل ْر
18 ض َم َر ًحا ۖ ِإنَّ ٱهَّلل َ اَل يُ ِح ُّب ُك َّل ُم ْختَا ٍل فَ ُخو ٍر ِ ُص ِّع ْر َخ َّد َك لِلنَّا
ِ س َواَل تَ ْم َ َواَل ت
18
Ibid., h. 445-446
19
Abil fida Isma‟il bin katsir Addamasyqiy, Tafsir Al-Qur‟anul Adhim Ibnu Katsir, Ibid., h. 446
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah
kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang sombong lagi membanggakan diri.”
Ibnu Katsir menyebutkan kriteria akhlak baik dalam bergaul dengan masyarakat dalam surat
Luqman ayat 18 yakni Luqman menasihati dan mendidik anaknya agar jangan memalingkan
muka di saat berbicara dengan orang lain atau saat mereka berbicara kepadamu, jangan
pernah menganggap mereka remeh dan bersikap sombong kepada mereka. Luqman juga
menasihati anaknya dengan anjuran untuk selalu bersikap lemah lembut, berwajah ceria
ketika bertemu, bergaul, berkomunikasi dengan mereka.20
Kemudian Ibnu Katsir menjelaskan tentang makna nasihat Luqman kepada anaknya yang
berkisar tentang pendidikan akhlak dalam firman Allah surat 31:19
19 ص ْوتُ ٱ ْل َح ِمي ِر
َ َت ل ْ ص ْوتِ َك ۚ ِإنَّ َأن َك َر ٱَأْل
ِ ص ٰ َو َ ض ِمن ُ شيِ َك َوٱ ْغ
ْ ض ِ َوٱ ْق
ْ ص ْد فِى َم
“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-
buruk suara ialah suara keledai”.
Kemudian Ibnu Katsir menjelaskan tentang makna nasihat Luqman kepada anaknya yang
berkisar tentang pendidikan akhlak dalam firman Allah Qs. Luqman ayat 20-21
20
Ibid., h. 446
21
Ibid., h. 446
untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan
untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah
tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang
memberi penerangan. Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Ikutilah apa yang diturunkan
Allah.” Mereka menjawab, "(Tidak), tetapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati
bapak-bapak kami mengerjakannya.” Dan apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak
mereka) walaupun setan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-
nyala (neraka)?
Allah Swt. mengingatkan kepada makhluk-Nya akan semua nikmat yang telah Dia limpahkan
kepada mereka, bahwa Dia telah menundukkan bagi mereka semua bintang yang di langit
sebagai penerangan buat mereka di malam hari dan di siang harinya. Dia telah menciptakan
pula bagi mereka awan, hujan, salju serta embun yang ada di langit, dan Dia jadikan langit
bagi mereka sebagai atap yang terpelihara. Dan Allah telah menciptakan bagi mereka bumi
ini sebagai tempat tinggal yang disertai sungai-sungainya, pepohonannya, tanam-
tanamannya, dan buah-buahannya. Dia telah melimpahkan pula kepada mereka nikmat-
nikmat-Nya yang lahir dan yang batin, yaitu dengan mengutus para rasul dan menurunkan
kitab-kitab-Nya kepada mereka untuk menyingkirkan semua keraguan dan penyakit. Tetapi
dengan adanya semua itu tidaklah mereka semuanya beriman, bahkan di antara mereka ada
orang-orang yang membantah tentang keesaan Allah dan diutus-Nya para rasul. Bantahan
mereka terhadap hal itu tidak berdasarkan pengetahuan, tidak bersandarkan kepada alasan
yang benar, tidak pula berdasarkan kitab yang ada lagi benar. Karena itulah maka disebutkan
oleh firman Allah Swt.:
ٍ س َمنْ يُ َجا ِد ُل فِي هَّللا ِ ِب َغ ْي ِر ِع ْل ٍم َوال ُهدًى َوال ِكتَا
{ب ُمنِي ٍر ِ }و ِمنَ النَّا
َ
Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu
pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan. (Luqman: 20)
Yakni kitab yang jelas lagi memberikan penerangan yang gamblang.
{}وِإ َذا قِي َل لَ ُه ْم
َ
Dan apabila dikatakan kepada mereka. (Luqman: 21)
Maksudnya, dikatakan kepada mereka yang membantah tentang keesaan Allah.
{ُ }اتَّبِ ُعوا َما َأنز َل هَّللا
Ikutilah apa yang diturunkan Allah. (Luqman: 21)
kepada Rasul-Nya berupa syariat yang disucikan.
{}قَالُوا بَ ْل نَتَّبِ ُع َما َو َج ْدنَا َعلَ ْي ِه آبَا َءنَا
Mereka menjawab, "(Tidak), tetapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-
bapak kami mengerjakannya.” (Luqman: 21)
Tiada alasan bagi mereka melainkan hanya mengikuti jejak bapak-bapak mereka yang
terdahulu. Dalam ayat lain Allah Swt. berfirman menjawab mereka:
َ َ}َأ َولَ ْو َكانَ آبَاُؤ ُه ْم اَل يَ ْعقِلُون
{ َش ْيًئا َوال يَ ْهتَدُون
(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui
sesuatu apa pun, dan tidak mendapat petunjuk? (Al-Baqarah: 170)
Hai orang-orang yang beralasan mengikuti perbuatan nenek moyangnya, apakah kalian tetap
mengikuti mereka juga sekalipun mereka berada di jalan yang sesat, lalu kalian menjadi
generasi penerus mereka dalam kesesatan itu? Karena itulah disebutkan dalam surat ini
melalui firman selanjutnya:
{س ِعي ِر
َّ ب ال َّ }َأ َولَ ْو َكانَ ال
ِ ش ْيطَانُ يَ ْدعُو ُه ْم ِإلَى َع َذا
Dan apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun setan itu menyeru
mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)? (Luqman: 21)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tentang Kitab Tafsir Ibnu Katsir Salah satu karya Ibnu Katsir yang monumental dan
populer hingga sekarang adalah Tafsir Ibnu Katsir. Mengenai nama tafsir yang dikarang oleh
Ibnu Katsir ini tidak ada data yang dapat memastikan berasal dari pengarangnya. Hal ini
karena dalam kitab tafsir dan karya-karya lainnya Ibnu Katsir tidak menyebutkan judul/nama
bagi kitab tafsir, padahal untuk karya-karya lainnya ia menamainya. Ada beberapa pendapat
mengenai nama tafsir Ibnu Katsir
1. Para penulis sejarah tafsir al-qur’an seperti Muhammad Husaȋn al-Zahabi dan
Muhammad ‘Alȋ al-Sâbȗnȋ menyebut tafsir karya ibnu katsir ini dengan nama Tafsir al-
Qur’ân al-‘Azȋm.
2. ada pula yang memakai judul Tafsir Ibnu Katsir, perbedaan nama/judul tersebut
hanyalah pada namanya sedangkan isinya sama.
3. Sementara Ibnu Thaqri Bardi menyebut karya tersebut dengan nama Tafsir Al-Quran
al-Karim.
Ketiga nama itu sebenarnya bisa diterima sebagai esensi yang dimaksudkan tidak lain
adalah Tafsir Ibnu Katsir karya Ibnu Katsir sendiri. Tafsir al-Quran al-‘Azhim. Dari masa
hidup penulisnya diketahui bahwa kitab tafsir ini muncul pada abad ke-8 H/14 M.
Berdasarkan data yang diperoleh kitab ini pertama kali diterbitkan di Kairo pada tahun 1342
H/ 1923 M yang terdiri dari empat jilid.
Tafsir ini menggunakan sumber-sumber primer yang menjelaskan ayat-ayat al-quran
dengan bahasa yang sederhana dan gampang dipahami. Tafsir ini lebih mementingkan
riwayat-riwayat yang otentik dan menolak pengaruh-pengaruh asing seperti israiliyat. Tafsir
ini merupakan salah satu kitab yang berkualitas dan otentik.
Tafsir ini disusun oleh Ibnu Katsir berdasarkan sistematika tertib susunan ayat-ayat dan
surat-surat dalam mushaf al-Quran yang lazim disebut sebagai sistematika tertib mushafi.
Secara rinci kandungan dan urutan tafsir yang terdiri dari empat jliid ini ialah jilid 1 berisi
tafsir surah al-fatihah (1) s/d an-nisa (4), jilid II berisi tafsir surah al-maidah (5) s/d an-nahl
(16), jilid III berisi tafsir surah al-isra(17) s/d Yasin (36), dan jilid IV berisi surah al-saffat
(37) s/d an-nas (114).
9
Tafsir ini merupakan tafsir paling masyhur yang memberikan perhatian besar terhadap
apa yang diriwayatkan dari para mufassir salaf dan menjelaskan makna-makna ayat dan
hukum-hukumnya serta menjauhi pembahasan i’rab dan cabang balagah pada umumnya
dibicarakan secara panjang lebar oleh kebanyakan mufassir.[5] Namun jika menguraikan
masalah balagah dan i’rab sangat padat dan mengena. Jika tidak terlalu tenggelam dalam
mendiskusikan masalah-masalah fiqih, ia memang sering mendiskusikan tapi seperlunya.
Perhatian utamanya adalah menafsirkan al-qur’an dengan sumber-sumber yang dapat
dipercaya. Maka wajar, jika sementara ulama mengakui tafsir ini sunyi dari kontaminasi
penafsiran Israiliyyat dan jauh dari riwayat-riwayat palsu (maudu’at).
Masalah Israiliyyat mendapat perhatian khusus Ibnu Katsȋr. Dalam tafsirnya ini, ia
snagat serius membongkar riwayat-riwayat Israiliyyat yang banyak dimuat dalam kitab-kitab
tafsir lian.
9
DAFTAR PUSTAKA
Ismâȋl bin ‘Umar ibn Katsȋr ad-Damsyiqȋ, Tafsȋr al-Qur’ân al-‘Adhim, 4Ibnu Kasir, Tafsir al-
Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, terj. Drs. Mudzakir AS, cet. 14, Bogor:
Hamka, Tafsir Al-Azhar juz XXI, (Jakarta: Putra Panjimas, 1982), h. 114
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, pesan kesan dan keserasian Al-Qur‟an, (Jakarta: Lentera