Natasya Rezalleansyah Putri1, Riseu Ayu Lestari2, Sahra Indah Rizqiyah3, Saufan 4
1, 2, 3, 4
Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Abstract
This study aims to discuss the study of the verses of Ahl al-Kitab in the interpretation of the
Qur'an according to Tafsir Al-Kasysyaf. The method used in this research is a qualitative
method with a library research approach. The results of this study include Al-Zamakhsyari's
biography, sources, methods and styles of Tafsir Al-Kasysyaf, and the definition of Ahl Kitab
according to scholars and Al-Zamakhsyari. This study concludes that the full name of Imam
Al-Zamakhsyari is Abd Al-Qasim Jar-Allah Ibn 'Umar Ibn Muhammad Az-Zamakhsyari.
He wrote his commentary entitled Al-Kasysyaf 'an Haqa'iq Ghawamid al-Tanzil wa 'Uyun
al-Aqawil fi Wujub al-Ta'wil. At the insistence of the Mu'tazilites. The style used in this
interpretation is Lawn Adabi wa I'tiqadi, which is a linguistic style as well as a theological
style. The purpose of writing this commentary is to represent Mu'tazilah theology. Many
scholars, including al-Zamakhsyari, agree that the definition of ahl al-Kitab is Jews and
Christians.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan membahas tentang kajian terhadap ayat-ayat Ahl al-Kitab
dalam penafsiran Al-Qur’an menurut Tafsir Al-Kasysyaf. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi pustaka
(library research). Hasil penelitian ini meliputi biografi Al-Zamakhsyari, sumber,
metode dan corak tafsir Al-Kasysyaf, dan definisi dari Ahl Kitab menurut ulama dan
Al-Zamakhsyari. Penelitian ini menyimpulkan bahwa nama lengkap dari Imam Al-
Zamakhsyari adalah Abd Al-Qasim Jar-Allah Ibn ‘Umar Ibn Muhammad Az-
Zamakhsyari. Beliau menulis kitab tafsirnya yang berjudul Al-Kasysyaf ‘an Haqa’iq
Ghawamid al-Tanzil wa ‘Uyun al-Aqawil fi Wujub al-Ta’wil. Berdasarkan desakan
pengikut Mu’tazilah. Corak yang dipakai dalam tafsir ini adalah Lawn Adabi wa
I‘tiqadi, yaitu corak kebahasaan dan juga corak teologis. Tujuan penulisan tafsir ini
adalah untuk merepresentasikan teologi Mu’tazilah. Jumhur ulama termasuk al-
Zamakhsyari sepakat bahwa definisi ahl kitab yakni kaum Yahudi dan Nasrani.
Pendahuluan
Metode Penelitian
Pembahasan
A. Biografi Al-Zamakhsyari
Riwayat Hidup
Pendidikan
Pendidikan beliau dimulai dari gemblengan orang tuanya kemudian ia
melanglang mencari ilmu ke Baghdad, dan beliau menjumpai ulama-ulama dan
mulai berguru kepada mereka. Kemudian beliau masuk ke kota Khurasan dan
berulang kali beliau masuk ke kota tersebut dan mencari ilmu disana. Beliau tidak
akan masuk ke suatu kota melainkan berkumpul dengan para ahli ilmu dan beliau
menjadi murid mereka. Kemudian beliau menjadi seorang imam dengan
persetujuan dari berbagai pihak.
Selesai belajar di Khurasan beliau pergi ke Makkah dan menetap cukup lama,
dan disana pula ia menulis tafsirnya, al-kasyssyaf An haqa ‘iqi at-Tanzili wa ‘Uyuni
Aqawil Fi Wujuhit Ta’wil. Dan di Makkah pula beliau mempelajari kitab Sibawaihi
pakar gramatika arab yang terkenal (w. 518 H). kemudian pulang dan menjadi salah
satu murid Abu Mudar al-Nahwi san berhasil menguasai Bahasa Arab, logika,
filsafat dan ilmu kalam.
Selain itu juga, ia menggunakan syair dalam penafsiran kata dalam suatu
ayat. Syair-syair Arab yang terdapat dalam tafsir Al-Kasysyaf merupakan salah satu
unsur penopang yang digunakan oleh Al-Zamakhshari untuk mendukung
analisisnya dari aspek kebahasaan dan penggunaan kata-kata tersebut pada masa
sebelum dan semasa turunnya al-Qur’an (Alfiyah: 2018).
Corak yang dipakai dalam tafsir Al-Kasysyaf adalah Lawn Adabi wa I‘tiqadi
(Alfiyah: 2018). Yaitu corak kebahasaan dan juga corak teologis (Mulyaden; Hilmi &
Yusuf: 2022). Karena Latar belakang Al-Zamakhsyari sebagai ahli bahasa Arab
dalam penafsirannya Al-Zamakhsyari menggunakan metode bahasa, sehingga
memiliki gaya penafsiran yang sangat kental dengan corak lughawi. Ia sangat
mempertimbangkan keindahan susunan ayat Al-Qur’an dan balaghah-nya dengan
penjelasan yang sangat menarik. Kemampuan penguasaan bahasa tersebut ia
jadikan modal utama dalam menafsirkan Al-Qur’an. Karena terkadang sebuah kata
dalam Al-Qur’an harus di-takwil-kan, yaitu memberi arti lain yang masih di dalam
cakupan maknanya, sehingga Ia berpendapat, bahwa tidak akan mampu
menafsirkan Al-Qur’an kecuali mufassir yang sangat menguasai ilmu bayan dan
ilmu ma’ani (Mulyaden; Hilmi & Yusuf: 2022).
1) Orang yang mahir, menguasai, paham sekali dalam suatu ilmu (kepandaian).
2) Kaum, keluarga, anggota sanak saudara, dan orang-orang yang termasuk
dalam pengikut suatu golongan (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional, 2008: 19).
Sedangkan secara terminologi Ahl al-Kitab adalah kaum yang mempunyai
kitab suci namun secara khusus istilah Ahl al-Kitab dipakai untuk menyebut para
penganut agama sebelum datangnya agama Islam yang mana bagi mereka telah
diturunkan kitab-kitab suci, seperti Injil, Taurat dan Zabur yang diturunkan kepada
Nabi dan Rasul. Namun jumhur ulama sepakat kaum Yahudi dan Nasranilah yang
dinyatakan sebagai Ahl al-Kitab. Sedangkan yang lain masih diperdebatkan
penamaannya oleh para ulama maupun ahli tafsir (Ensiklopedia Islam, 1994: 77).
Sedangkan Ahl al-Kitab menurut pandangan ulama ahli tafsir adalah sebagai
berikut:
a. Ibnu Katsir
Berpendapat bahwa yang di sebut dengan Ahl al-Kitab adalah Kaum Yahudi dan
Nasrani, pemilik Kitab Taurat dan Injil, maupun pengikut-pengikut dari kelompok
mereka.
d. Sayyid Qutub
Berpendapat tidak berbeda dengan ulama tafsir di atas bahwa yang disebut Ahl
al-Kitab orang-orang yang menganut agama Yahudi dan Nasrani.
Dalam hal ini Imam Syafi’i (w. 204 H) menegaskan bahwa yang dimaksud
Ahlul Kitab hanya terbatas pada dua golongan saja, yaitu golongan Yahudi dan
Nasrani dari Bani Israel. Sedangkan diluar Bani Israel, sekalipun beragama Yahudi
atau Nasrani, menurut Imam Syafi’i, tidak termasuk Ahlul Kitab.
Imam Syafi’i berargumen bahwa Nabi Musa a.s dan Isa a.s hanya diutus
untuk kaumnya, yaitu Bani Israel (hal ini menunjukkan bahwa objek seruan Nabi
Musa a.s dan Nabi Isa a.s yang diutus hanya Bani Israel). (Tafsir Imam Syafi’i , vol.
II,hlm. 56 )
Definisi mengenai Ahl Kitab terdapat dalam beberapa ayat di antara yang
akan kami bahas yakni:
ب َواَل ْال ُم ْش ِر ِك ْينَ اَ ْن يُّنَ َّز َل َعلَ ْي ُك ْم ِّم ْن َخي ٍْر ِّم ْن َّربِّ ُك ْم ۗ َوهّٰللا ُ يَ ْختَصُّ بِ َرحْ َمتِ ٖه َم ْن يَّ َش ۤا ُء ۗ َوهّٰللا ُ ُذو
ِ َما يَ َو ُّد الَّ ِذ ْينَ َكفَرُوْ ا ِم ْن اَ ْه ِل ْال ِك ٰت
ْالفَضْ ِل ْال َع ِظي ِْم
Tafsir Kemenag:
Para Ahli Kitab yang terdiri atas orang-orang Yahudi, Nasrani begitu pula
orang-orang musyrik, tidak mau percaya kepada Nabi Muhammad karena mereka
iri hati dikarenakan dia diberi wahyu oleh Allah yang lebih baik. Mereka sedikit pun
tidak mau mengakui bahwa Al-Qur′an kitab yang paling banyak mengandung
kebaikan dan penuh hidayah. Dengan Al-Qur′an itulah Allah menghimpun dan
menyatukan umat serta melenyapkan penyakit syirik yang bersarang di hati
mereka, juga memberikan beberapa prinsip peraturan hidup dan penghidupan
mereka.
"Orang-orang yang kafir di antara Ahli Kitab dan juga orang-orang musyrik tidak
menginginkan agar kebaikan diturunkan kepadamu dari Tuhanmu."
Yang pertama dijelaskan bahwa orang-orang kafir itu ada dua jenis: Ahli Kitab
kafir dari golongan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik" (QS. Al-bayyinah: 1).
bahwa mereka melihat diri mereka layak diwahyukan kepada mereka, sehingga
mereka iri padamu, dan mereka melakukannya bukan seperti itu diturunkan suatu
Makna (Yang dia kehendaki) yaitu Dia hanya menghendaki apa yang dibutuhkan
ُّ ب لَوْ يَ ُر ُّدوْ نَ ُك ْم ِّم ۢ ْن بَ ْع ِد اِ ْي َمانِ ُك ْم ُكفَّار ًۚا َح َسدًا ِّم ْن ِع ْن ِد اَ ْنفُ ِس ِه ْم ِّم ۢ ْن بَ ْع ِد َما تَبَيَّنَ لَهُ ُم ْال َح
ق ۚ فَا ْعفُوْ ا َواصْ فَحُوْ ا ِ َو َّد َكثِ ْي ٌر ِّم ْن اَ ْه ِل ْال ِك ٰت
َح ٰتّى يَْأتِ َي هّٰللا ُ بِا َ ْم ِر ٖه ۗ اِ َّن َ عَلى ُك ِّل َش ْي ٍء قَ ِد ْي ٌر
ٰ هّٰللا
“Banyak di antara Ahlulkitab menginginkan agar mereka dapat
mengembalikan kamu setelah kamu beriman menjadi kafir kembali karena rasa
dengki dalam diri mereka setelah kebenaran jelas bagi mereka. Maka, maafkanlah
(biarkanlah) dan berlapang dadalah (berpalinglah dari mereka) sehingga Allah
memberikan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu”.
Tafsir Kemenag:
(Allah swt menjelaskan bahwa sebagian besar Ahli Al-Kitab selalu berangan-
angan agar dapat membelokkan kaum Muslimin dari agama Tauhid menjadi kafir
seperti mereka, setelah mereka mengetahui dengan nyata bahwa apa yang dibawa
oleh Nabi Muhammad saw itu benar dan sesuai dengan prinsip yang terkandung
dalam Kitab Taurat.
Bisa diartikan :
Jika Anda mengatakan: Apa hubungannya dengan perkataannya: "dari diri mereka
sendiri"? "
Aku berkata: Ini memiliki dua sisi: yang pertama: terikat pada kasih sayang,
artinya: mereka berharap Anda akan berpaling dari agama Anda, dan mereka
menginginkan itu dari diri mereka sendiri, karena nafsu mereka, bukan karena
ketakwaan dan kecenderungan dengan kebenaran, karena mereka berharap setelah
menjadi jelas bagi mereka bahwa Anda berada di atas kebenaran. Bagaimana
mereka bisa diinginkan oleh yang benar? Yang kedua, berkaitan dengan rasa
dengki, yaitu rasa iri yang berlebihan yang berasal dari asalnya sendiri. Maka
maafkanlah dan berdamailah dengan mereka, maka ambillah bersama mereka jalan
ampunan atas kebodohan dan permusuhan mereka, hingga Allah mendatangkan
perintah-Nya, yakni pembunuhan Bani Qurayzah, penggusuran Bani al-Nadir, dan
kehinaan mereka dengan memukul penghormatan atas mereka. Dan Tuhan
berkuasa atas segala sesuatu, dan Dia mampu membalas dendam kepada mereka.
Al-Zamakhsyari menafsirkan:
ِ ُضلُّوْ نَ ُك ۗ ْم َو َما ي
َضلُّوْ نَ آِاَّل اَ ْنفُ َسهُ ْم َو َما يَ ْش ُعرُوْ ن ِ ت طَّ ۤا ِٕىفَةٌ ِّم ْن اَ ْه ِل ْال ِك ٰت
ِ ُب لَوْ ي ْ َو َّد
Tafsir Kemenag:
Usaha segolongan Ahli Kitab akan sia-sia belaka, dan tipu daya mereka akan
menimpa mereka sendiri, karena perbuatan mereka selalu diarahkan pada tujuan
untuk menyesatkan orang mukmin. Mereka tidak mempunyai kesempatan untuk
memperhatikan cara mendapatkan petunjuk. Pandangan mereka akan tertutup
sehingga tidak dapat melihat kebenaran ayat yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad, yang memberikan penjelasan tentang kebenaran dari kenabiannya.
Boleh dikatakan bahwa mereka tidak berpikir sebagaimana mestinya, bahkan
mereka menyia-nyiakan akal, juga mereka telah merusak fitrah mereka sendiri
sehingga tidak bisa menjangkau kebenaran.
Sikap dan perbuatan segolongan Ahli Kitab dicela, karena mereka tidak
menyadari keadaan mereka yang buruk. Mereka akhirnya jatuh dalam lembah
kesesatan dan tidak dapat melihat lagi adanya kebenaran yang menuntun ke jalan
yang lurus.
د اِ ْي َمانِ ُك ْم ُكفَّار ًۚا َح َسدًا ِّم ْن ِع ْن ِد اَ ْنفُ ِس ِه ْمiِ ب لَوْ يَ ُر ُّدوْ نَ ُك ْم ِّم ۢ ْن بَ ْع
ِ َو َّد َكثِ ْي ٌر ِّم ْن اَ ْه ِل ْال ِك ٰت
Mereka ingin agar kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi
kafir, sehingga kamu menjadi sama (dengan mereka). … (an-Nisa′/4: 89);Dengan
demikian dapat diketahui bahwa tujuan Ahli Kitab menimbulkan persoalan yang
meragukan di kalangan kaum Muslimin, tiada lain hanyalah untuk menyesatkan
orang-orang mukmin dari agama yang benar, sehingga mengingkari ajaran-ajaran
Nabi Muhammad saw (tafsir kemenag: 2019)
Bisa diartikan :
"Sekelompok Ahli Kitab ingin menyesatkan kamu, dan mereka hanya menyesatkan
diri mereka sendiri dan mereka tidak menyadarinya."
Kesimpulan
Nama lengkap dari Imam Al-Zamakhsyari adalah Abd Al-Qasim Jar-Allah Ibn
‘Umar Ibn Muhammad Az-Zamakhsyari. Ia menulis kitab tafsirnya yang bernama
al-kasyssyaf An haqa ‘iqi at-Tanzili wa ‘Uyuni Aqawil Fi Wujuhit Ta’wil. Dengan
menggunakan metode tahlili, bercorak kebahasaan dan memuat teologi Mu’tazilah.
Hamim Ilyas, Op,Cit), Halaman. 44, lihat juga Muhammad Husain Az-Zahabi, at-
Tafsir wal-Mufassirun, (Daar al-Hadis : Qahirah, 2005), Halaman. 429
Syamsuddin bin Muhammad bin Ali bin Ahmad ad-Daudi, Thabaqatu al-Mufassirin,
Amirah al-Qahirah, Cet, ke-2. Halaman. 315
Manna Khalil al-Qathtthan, Studi-Studi Ilmu al-Quran, (Bogor: Pustaka Lentera Antar
Nusa, 2011), Halaman. 530
Fitri, R. N. (2021). Makna ahli kitab dalam Alquran perspektif hermeneutika Fazlur
Rahman. UIN Sunan Ampel Surabaya.
Alfiyah, A. (2018). Kajian Kitab Al Kasyaf Karya Zamakhsyari. Al Furqan: Jurnal Ilmu
Al Quran Dan Tafsir, 1 (1), 56–65.