Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TAFSIR KLASIK

“ Tafsir Al kasysyaf ”

Disusun oleh:

Eni Mudayatun

Rahmat Hidayat

Dosen pembimbing :

FATONI, Lc. M.Pd.I

PROGRAM STUDI ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USULUDDIN

SEKOLAH TINGGI ILMU QUR’AN KEPULAUAN RIAU

2021M/1442
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah member rahmat dan hidayah-Nya serta
kesehatan, keselamatan kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
ini dengan baik. Semata-semata untuk menyempurnakan materi kuliah Membahas Kitab
Tafsir, dalam bentuk makalah yang berjudul “Tafsir al-Kasysyaf ”.

Penulis berharap apa yang telah penulis paparkan ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi para pembaca umumnya. Tak lupa pula penulis ucapkan ribuan
terimakasih kepada Bapak dosen yang telah memberikan ilmunya dan pengarahannya
serta bantuannya kepada penulis dalam penyelesaian tugas ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kesalahandan kekurangan.
Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat memperbaikidari para pembaca sangat penulis
harapkan.

Atas segala perhatiannya, penulis ucapkan terimakasih. Penulis berharap semoga


penyajian makalah penulis ini dapat diterima bagi para pembaca. Semoga Allah swt
senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.

Batam , 21 maret 2021

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………...iii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………....i

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………..…………….i

1. Latar Belakang…………………………………………………….…....…..ii

2. Rumusan Masalah…………………………………………….…...…….….ii

3. Tujuan Pembahasan……………………………………….…...…………...ii

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………….…..iii

1. Biografi az-Zamakhsyari…………………………………………………….iii

2. karya karya az Zamakhsyari………………………………………………...iii

3. latar belakang penulisan tafsir Al Kasysyaf………………………….……..iii

4. karakteristik tafsir Al kasysyaf ………………………………………….….iv

a. Metode tafsir ………………………………………………………….…….iv

b. Sumber penafsiran …………………………………………………….……vi

5. Contoh penafsiran az Zamakhsyari…………………………………………vi

BAB III PENUTUP………………………………………………………….…...vi

KESIMPULAN…………………………………………………………………..vi

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai umat yang meyakini kerasulan Muhammad kita mengenalnya dengan nama al-
Qur’an. Mempelajari isi daripada al-Qur’an sangatlah penting. Tafsir merupakan hal
terpenting dalam menggali kandungan Kitab. Tafsir juga merupakan ilmu syari’at yang
paling tinggi dan paling agung kedudukannya. Selain karena objek pembahasannya yang
mulia, tafsir adalah sebuah alat penting yang harus dibutuhkan disetiap zaman. Ini
dikarenakan untuk menggali fungsi al-Qur’an dalam mengetahui petunjuk Ilahi yang
disampaikan kepada manusia melalui wahyu atau Kitab.

Memperoleh tujuan yang disebutkan di atas adalah perjuangan yang telah lama
dilakukan oleh berbagai kalangan. Dimulai dari Rasulullah di dalam menjelaskan al-
Qur’an melalui al-Hadits, dilanjutkan di masa sahabat, tani’in dan bahkan sampai
sekarang pun masih akan dilakukan penafsiran terhadap Kalam Tuhan ini. Karena selain
tafsir sebagai produk tafsir juga sebagai proses.

Tafsir Al-Kasysyaf, siapa yang tidak mengenal tafsir fenomenal karya ulama
Mu’tazilah Az-Zamakhsyari tersebut. Tafsir yang sangat kaya dengan gaya bahasa, yang
menjadi rujukan semua ulama khususnya mengenai gramatika Arab. Tafsir yang menjadi
kebanggan golongan Mu’tazilah, serta mendapatkan banyak pujian dari lawan maupun
kawan. Belum ada seorang penafsir pun segiat Az-Zamakhsyari dalam menerangkan
kemu’jizatan balaghah (al-I’jaz al-balaghi) atas susunan Al-Qur’an. Ibnu Khaldun
membuktikan bahwa fenomena sastra historis yang muncul dalam perhatian yang
diberikan penduduk Timur terhadap seni bayan Arab ternyata lebih banyak daripada
orang Barat. Bahkan orang Timur, berbeda dengan orang Barat, sangat memperhatikan
tafsir Az-Zamakhsyari, karena semuanya itu dibangun atas seni ini, dan inilah sebenarnya
pokoknya.

Az-Zamakhsyari dengan karyanya Tafsir al-Kasyaf adalah salah satu tafsir yang
mengungkap keagungan wahyu Ilahi yang lahir di era ke dua (afirmatif dengan nalar
ideologis). Mengenai bagaimana antara az-Zamakhsyari dan karyanya al-Kasyaaf akan
menjadi sangat bermanfaat dalam pembahasan makalah ini. Semoga ini menjadi sebuah
berita keilmuan yang bermanfaat. Aamiin.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Biografi Az-Zamakhsyari

2. Bagaimana Latar Belakang Penulisan Tafsir al-Kasysyaf

3. Bagaimana Sumber Penafsiran (Mashodir at-Tafsir)

4. Bagaimana Metode Tafsir (Thariqah at-Tafsir)

5. Bagaimana Contoh Penafsiran Az-Zamakhsyari

6. Bagaimana Referensi Penulisan Tafsir al-Kasysyaf

7. Bagaimana Karakteristik Tafsir al-Kasysyaf


BAB II

PEMBAHASAN

1. Biografi Az-Zamakhsyari

Dalam tafsir al-kasysyaf, nama lengkap beliau adalah abu al-qasim Mahmud ibn
Muhammad ibn umar al-zamakhsyari. Tetapi ada juga yang menulis Muhammad ibn
‘Umar ibn Muhammad ibn Ahmad al-Zamakhsyari al-Khawarizmi, yang dikenal dengan
sebutan Abu al-Qasim. Beliau lahir pada hari rabu 27 rajab 467 H atau 18 maret 1075 M.
di sebuah desa kecil, Zamakhsyar, yang terletak di kawasan Khawarizm (Bukhara), Asia
Tengah (Rusia). Beliau berasal dari keluarga miskin, tetapi alim dan ta’at beragama.

Mulai remaja beliau sudah merantau mencari ilmu ke Bukhara, disana beliau belajar
sastra kepada syaikh mansur abi mudra, kemudian pergi ke mekkah dan menetap cukup
lama, dan disana pula ia menulis tafsirnya, Kemudian pulang dan menjadi salah satu
murid Abu Mudaar al-Nahwi dan berhasil menguasai Bahasa Arab, logika, filsafat dan
ilmu kalam.

Beliau wafat setelah kembali ke Negerinya di Jurjaaniyyah pada malam ‘Arafah tahun
538 H. Az-Zamakhsyari membujang selama hidupnya dan sebagian waktunya diabdikan
untuk mencari ilmu dan menyebarkan faham yang dianutnya

Kecintaan al Zamakhsari terhadap ilmu pengetahuan diwujudkan dalam mencari dan


menuntut ilmu dari berbagai guru dan syeikh. Ia tidak hanya berguru secara langsung
kepada para ulama yang hidup yang semasa dengan beliau, tetapi juga menimba ilmu
dengan cara menelaah dan membaca berbagai buku yang ditulis oleh para syeikh syeikh
terkenal pada masanya.

Ilmu pengetahuan yang ia dapat dari para gurunya diberikan kepada murid-muridnya
yang sangat banyak jumlahya. Kadang syekh yang menjadi guru tempat ia menimba ilmu
menjadi murid pula baginya. Dalam keadaan seperti ini, ia saling menerima dan
memberikan ilmu. Hal ini terjadi antara al-Zamakhsyari dengan beberapa ulama,
misalnya dengan al-Syayid Abu al-Hasan Ali ibnu isa ibnu Hamzah al Hasan, salah
seorang tokoh terkemuka di Mekkah.

2. Karya-karya Az-Zamakhsyari

Di antara karya-karya az-Zamakhsyari yaitu, diantaranya :

a. Bidang Hadits : al-Fa’iq fi Ghoriib al-Hadits.

b. Bidang Fiqih : al-Ra’id fi al-Fara’idl.

c. Bidang Ilmu Bumi : al-Jibaal wa al-Amkinah

d. Bidang Akhlaq : Mutasyabih Asma’ al-Ruwat..


3. Latar Belakang Penulisan Tafsir Al-Kasysyaf

Penulisan tafsir ini sebenarnya adalah sebuah permintaan dari pada sahabat dan orang
yang mengelilinginya. Ini dapat diketahui di dalam mukaddimah tafsirnya yang pernah
dikutip oleh Hamim Ilyas sebagai berikut :

“Sungguh telah datang kepadaku sahabat-sahabatku dari golongan orang-orang yang


mulia, selamat dan adil. Mereka menguasai ilmu bahasa Arab dan Tauhid. Sewaktu
mereka datang kepadaku untuk menafsirkan suatu ayat. Aku menjelaskan kandungan-
kandunan ayat tersebut yang masih ghaib/ tertutup, dan mereka pun menyatakan
kekagumannya atas diriku. Saat itu pula mereka meminta aku membuat suatu karya yang
berisi pokok-pokok penjelasan al-Qur`an, serta mengajarkannya kepada mereka
‘sekumpulan tentang hakikat-hakikat turunnya al-Qur`an dan pandangan-pandangan yang
esensial dalam segi penta`wilan’. Pada mulanya aku tidak bersedia, kemudian mereka
tetap bersikeras meminta, bahkan mereka datang kembali beserta tokoh-tokoh agama.
Dan yang mendorongku bersedia, karena aku sadar bahwa mereka meminta sesuatu yang
sesuatu itu wajib aku turuti, karena melibatkan diri pada sesuatu (yang mereka minta) itu
hukumnya fardhu ‘ain. Dimana pada waktu itu situasi dan kondisi (negeri) sedang kacau,
dan lemahnya tokoh-tokoh ulama, serta jarangnya orang yang menguasai bermacam-
macam keilmuan, apalagi berbicara tentang penguasaan ilmu Bayan dan ilmu Badi.

Az-Zamakhsyari menulis tafsirnya dimulai ketika berada di Makkah pada tahun 526 H
dan diselesaikan pasa Senin Rabi’ul Akhir 528 H. Penafsiran az-Zamkahsyari ini
dipandang sangat menarik karena mempunyai uraian yang singkat tetapi jelas.

Al-Zamakhsyari’ menulis kitabnya dengan judul Al-kasysyaf ’an Haqaiq Al-Tamzil


wa ‘Uyun Al-Aqawil fi Wujuh Al-Ta’wil. Beliau terinspirasi dengan adanya permintaan
kelompok Mu’tazilah yang menamakan dirinya Al-Fi’ah Al-Najiyah Al-Adliyah, beliau
mengatakan “ Mu’tazilah menginginkan adanya sebuah kitab tafsir dan meminta saya
supaya mengungkapkan hakikat makna Al-Qur’an dan semua kisah yang terdapat
didalamnya, termasuk segi-segi penakwilannya”. Beliau berhasil menyelesaikan tafsirnya
dalam waktu 30 bulan dimulai di Mekkah tahun 526 H, dan selesai pada hari senin 23
Rabi’ul Akhir 528 H.

4. Karakteristik Tafsir Al-Kasysyaf

Mula-mula disebutkan nama surah, termasuk makkiyah dan madaniyah, lalu


dijelaskan maknanya. Jika teradapat nama-nama yang lain, maka hal itu juga disebutkan
dengan disertai penjelasan keutamaannya. Kemudian memasukkan penjelasan tentang
langgam bacaan (Qira’at), kebahasaan, nahwu, sharaf (Morfologi), bentuk-bentuk kata
dan kaidah-kaidah bahasa lainnya. Selanjutnya penulis menjelaskan maksud ayat
tersebut. Dalam hal ini, Az-Zamakhsyari juga menukil beberapa pendapat ulama dan
argumentasinya; juga tidak lupa memberi jawaban yang argumentatif kepada mereka
yang berbeda pendapat dengannya.

Yang paling banyak mendapat perhatian dari kitab tafsir ini adalah penjelasan tentang
sisi keindahan, balaghah, yang mana orang-orang Arab itu merasa tidak mampu untuk
menandinginya walaupun tidak sampai satu surah.
Melihat apa yang dijelaskan oleh Zamakhsyari tentang masalah isti’arah, majaz, dan
teori-teori balaghah lainnya yang sangat dominan, maka akan sangat tampak begitu
penulisnya sangat terobsesi untuk menampilkan keindahan Al-Quran dari segi
kebahasaan dan sastranya.

Demikian juga di dalam al-kasysyaf banyak sekali dijumpai penjelasan tentang


perbedaan qira’at dan tentu saja Zamakhsyari sebagai pakar ilmu nahwu tidak pernah
lupa menjelaskan dari sisi ini. Oleh karena itu, akan banyak dijumpai al-kasysyaf ini
penjelasan tentang I’rab, Nahwu dan lain-lain. Walhasil di dalam al-kasysyaf banyak
dijumpai penjelasan tentang istilah-istilah balaghah, seperti isti’arah, tamtsil, tasbih,
kinayah dan lain-lain.

Az-Zamakhsyari juga menampilkan dasar-dasar studi kebahasaan dan balaghah,


sehingga akan kita temukan penjelasan secara panjang lebar tentang asal kata dan
perbandingan dengan lafaz yang satu dengan lafaz yang lain. Begitu juga, beliau
melakukan kritik bahasa atas kata-kata tertentu. Namun, disisi lain beliau melakukan
penjelasan yang panjang lebar tentang asal kata.

Diantara karakterisitiknya yang lain, bahwa kitab ini sangat menonjol corak
penafsirannya, ilmu kalamnya yang bertujuan untuk membela ideologi resminya,
mu’tazilah. Dengan argument-argumen yang cukup meyakinkan.

Dari sisi inilah akan sangat tampak perbedaannya dengan Ahl al-sunnah, bahkan tidak
jarang terlihat sangat bertentangan cukup jelas antara keduanya ini. Masing-masing pihak
menganggap pihak lain sebagai kelompok yang keliru dan sesat. Bahkan seringkali
masing-masing menuduhhnya dengan tuduhan-tuduhan yang keras, seperti kafir, berdosa
dan lain-lain. Masing-masing pihak juga mengklaim sebagai kelompok yang selamat,
sementara yang berseberangan dianggapnya sebagai kelompok yang akan hancur binasa.
Walhasil, masing-masing pihak saling menonjolkan kelompok atau mazhabnya.

Adapun sikap az-Zamakhsyari terhadap ayat-ayat hukum dan hal-hal yang terkait
dengan masalah fikih, maka ia bukan yang termasuk fanatik mazhab dan tidak betele-tele,
walaupun beliau pengikut Hanafi.

Diantara keistimewaan lainnya, adalah bahwa al-Kasysyaf terhindar dari kisah-kiah


Israiliyat. Seandainya ada, maka hal itu sangat terbatas sekali. Hanya saja, penuturan
kisah-kisah israiliyat seringkali diungkapkan dengan menggunakan redaksi ruwiya
(dikisahkan), atau diserahkan kepada Allah Yang Maha Luas pengetahuan-Nya. Seperti
kisah Nabi Daud.

Di dalam al-Kasysyaf terkadang ditemukan riwayat-riwayat palsu yang tidak sesuai


dengan akal sehat. Misalnya, hadis-hadis yang cukup panjang yang digunakan untuk
mendukung penjelasannya tentang keutamaan surah. Begitu juga riwayat-riwayat tentang
Zainab bin Jahsy. Meskipun begitu, al-Kasysyaf ternyata tidak benar-benar terhindar dari
kisah-kisah israiliyat, misalnya dalam kasus Ya’juj dan Ma’juj.
a. Metode Tafsir

Al-Zamakhsyari di dalam menafsirkan Al-Qur’an, Tafsir al-Kasysyaf disusun dengan


tartib mushafi, yaitu menafsirkan berdasarkan urutan ayat dan surat yang sesuai dengan
Mushaf Utsmani.

Dalam menafsirkan al-Qur’an, al-Zamakhsyari mendahulukan untuk menulis ayat al-


Qur’an yang akan ditafsirkan, kemudian baru memulai menafsirkannya dengan pemikiran
rasional yang didukung dengan dalil-dalil ayat al-Qur’an atau riwayat (hadits)Meskipun
ia tidak terikat oleh riwayat dalam penafsirannya. Baik itu berhubungan dengan sabab
nuzul suatu ayat atau yang lainnya. Ia juga menggunakan riwayat para sahabat atau
tabi’in dan kemudian mengambil konklusi dengan pandangan atau pemikirannya sendiri.
Ini kita dapat langsung membuktikannya di dalam penafsirannya yaitu dalam tafsir al-
Kasysyaf.

Dari sedikit keterangan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwasannya metode
yang digunakan oleh al-Zamakhsyari adalah metode tahlili. yaitu meneliti makna kata-
kata dan kalimat-kalimat dengan cermat. Ia juga menyingkap aspek munasabah yaitu
hubungan ayat dengan ayat lainnya atau surat denagan surat lainnya.

b. Sumber Penafsiran

Selanjutnya sebagian besar dari penafsirannya berorientasi kepada ra’yu (rasio), maka
tafsir al-Kasyaf dikategorikan sebagai tafsir bi al-ra’yi, meski terdapat beberapa
penafsirannya yang tetap menggunakan dalil naqli. (Nas al-Quran dan Hadis).

5. Contoh Penafsiran Az-Zamakhsyari

QS. Al-Baqarah Ayat 115

‫ق َو ْال َم ْغ ِربُ فََأ ْينَ َما تُ َولُّوا فَثَ َّم َوجْ هُ هَّللا ِ ِإ َّن هَّللا َ َوا ِس ُع َعلِي ُم‬
ُ ‫َوهَّلِل ِ ْال َم ْش ِر‬

Artinya :”Dan kepunyaan Allahlah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap
maka disitulah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Mahaluas (rahmatNya) lagi
Mahamengetahui”. (QS.al-Baqarah: 115).

Walillahi al-masyriqu wa al-maghribu menurut Az-Zamaksyari maksudnya adalah Timur


dan barat, dan seluruh penjuru bumi, semuanya milik Allah. Dia yang memiliki dan
menguasai seluruh alam. Fainama tuwallu maksudnya ke arah manapun manusia
mengahadap Allah, hendaknya menghadap kiblat sesuai dengan firman Allah SWT.
Dalam surat Al Baqoroh ayat 144 yang berbunyi:

ُ ‫َط َر ْال َم ْس ِج ِد ْال َح َر ِام ۚ َو َحي‬


‫ْث َما ُك ْنتُ ْم فَ َو ُّلوا‬ ْ ‫ضاهَا ۚ فَ َولِّ َوجْ هَكَ ش‬ َ ُّ‫قَ ْد ن ََر ٰى تَقَل‬
َ َّ‫ب َوجْ ِهكَ فِي ال َّس َما ِ…ء ۖ فَلَنُ َولِّيَن‬
َ ْ‫ك قِ ْبلَةً تَر‬
ُ ‫هَّللا‬
َ‫ق ِم ْن َربِّ ِه ْم ۗ َو َما ُ بِغَافِ ٍل َع َّما يَ ْع َملون‬ ْ ‫َأ‬
ُّ ‫َاب لَيَ ْعلَ ُمونَ نَّهُ ال َح‬ ْ ‫ُأ‬ َّ ْ
َ ‫ُوجُوهَ ُك ْم شَط َرهُ ۗ َوِإ َّن ال ِذينَ وتُوا ال ِكت‬

Artinya: “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh
Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah
Masjidilharam. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan
sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi al-Kitab (Taurat dan Injil)
memang mengetahui bahwa berpaling ke Masjidilharam itu adalah benar dari Rabb-nya;
dan Allah sekali-kali tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Baqarah:
144).

Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada,
Palingkanlah mukamu ke arahnya. Fatsamma wajhullahu menurut Az-Zamaksyari
maksudnya di tempat (Masjid al-Haram) itu adalah Allah, yaitu tempat yang disenangi-
Nya dan manusia diperintahkan untuk mengahadap Allah pada tempat tersebut. Maksud
ayat di atas adalah apabila seorang Muslim akan melaksanakan shalat dengan menghadap
Masjid al-Haram dan bait al-Maqdis, akan tetapi ia ragu akan arah yang tepat untuk
mengahadap ke arah tersebut. Allah memberikan kemudahan kepadanya untuk
menghadap kiblat ke arah manapun dalam shalat dan di tempat manapun sehingga ia
tidak terikat oleh lokasi tertentu (Zamakhsyari; 1977: 306).

Menurut Ibnu Umar turunnya ayat ini berkenaan dengan shalat musafir di atas
kendaraan, ia menghadap ke mana kendaraannya menghadap. Akan tetapi menurut Atho’
ayat ini turun ketika tidak diketahui arah kiblat shalat oleh suatu kaum, lalu mereka shalat
ke arah yang berbeda-beda (sesuai keyakinan masing-masing). Kemudian pagi harinya,
ternyata mereka salah menghadap kiblat, kemudian mereka menyampaikan peristiwa
tersebut kepada Nabi Muhammad SAW. Ada juga yang mengatakan bahwa bolehnya
menghadap ke arah mana saja itu adalah dalam berdoa, bukan dalam shalat.

Al-Hasan membaca ayat (‫ )فأينما تولوا‬dengan memberi harokat fathah pada huruf ta’
sehinngga bacaannya menjadi tawallau karena menurutnya kata itu berasal dari tawalli,
yang berarti ke arah mana saja kamu menghadap kiblat (Zamakhsyari; 1977: 307).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Al-Zamakhsyari adalah seorang mufassir dari tokoh mu’tazilah yang menguasai
berbagai disiplin ilmu seperti nahwu, balaghoh, fiqh dan hadits.Ia memulai menafsirkan
al-Qur’an sejak diminta oleh para sahabatnya dari golongan mu’tazilah yang meminta
untuk memberikan penjelasan mengenai ayat-ayat al-Qur’an.

Kitab al-Kasysyaf adalah sebuah kitab tafsir yang paling masyhur diantara sekian
banyak tafsir yang disusun oleh mufassir bi al-ra’yi yang mahir dalam bidang bahasa. Al-
Alusi, Abu Su’ud an-nasafi dan para mufassir lannya banyak menukil dari kitab tersebut
tetapi tanpa menyebutkan sumbernya. Paham kemu’tazilahan dalam tafsirnya itu telah
diungkapkan dan telah diteliti oleh ‘Allamah Ahmad an-Nayyir yang dituangkan dalam
bukunya al-Intishaf. Dalam kitab ini an-Nayyir menyerang Az-Zamkhsyari dengan
mendiskusikan masalah akidah madzhab Mu’tazilah yang dikemukakannya dan
mengemukakan pandangan yang berlawananan dengannya sebagaimana ia
mendiskusikan masalah kebahasaan.

Sebagai seorang tokoh mu’tazilah maka al-Zamakhsyari menerapkan pemikiran


theologinya ke dalam tafsir al-Kasyasyf. Sehingga tafsir ini mempunyai corak khusus
yang lebih cenderung berpihak kepada madzhab mu’tazilah.

Penafsiran yang ditempuh al-Zamakhsyari dalam karyanya ini sangat menarik, karena
uraiannya singkat dan jelas sehingga para ulama’ Mu’tazilah mengusulkan agar tafsir
tersebut dipresentasikan pada para ulama Mu’tazilah dan mengusulkan agar
penafsirannya dilakukan dengan corak i’tizali, dan hasilnya adalah tafsir al-Kasysyaf
yang ada saat ini.

B. Penutup
Demikian makalah yang dapat penulis sampaikan. Saran dan kritik senantiasa penulis
harapkan demi sempurnanya makalah ini. Semoga apa yang penulis sampaikan dalam
makalah ini dapat bermanfaat untuk penulis khususnya dan untuk semua teman
mahasiswa STIQ pada umumnya. Semoga niat baik kita dalam menuntuk ilmu senantiasa
mendapat Ridho dari Allah SWT. Aamiin
DAFTAR PUSTAKA

Baidan, Nashiruddin, Metodologi Penafsiran al-Quran, Yogyakarta, Pustaka Pelajar,


1998.
http://hitampolos.blogspot.com/2010/07/tafsir-al-kasysyaf.html diakses Jumat 22 Maret
2013.
Yusuf Muhammad. Studi Kitab Tafsir Menyuarakan Teks yang Bisu. Teras,
Yogyakarta,2004,
Ilyas, Hamim, Studi Kitab Tafsir, Yogyakarta, Teras, 2004.

Mustaqim, Abdul, Epistemologi Tafsir Kontemporer, Yogyakarta, Lkis, 2011.


Dr. A. Husnul Hakim IMZI, M.A Ensiklopedi Kitab-Kitab Tafsir,Penerbit : Lingkar Studi
al-Qur’an (LSiQ), Jawa Barat, Cetakan I, 2013.
Al-Qaththan, Syaikh Manna, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, diterjemahkan oleh Ainur
Rafiq El-Mazni dari “Mabahits Fii Ulum Al-Qur’an,” Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
Cetakan VIII, 2013
Zamakhsyari, al-Kasyaf an Haqoiqi al-Tanzil wa Uyuuni al-Aqowili fi al-wujuuh al-
Takwil, Beirut, Dar al-Kutub al-Ilmiyyyah, 1995.

Mahmud bin Umar Al-Khawarizmi Az-Zamakhsyari, Abu Al-Qasim, Al-Kasysyaf an


Haqa’iq Ghawamidh At-Tanzil wa Uyun Aqawil fi Wujuh At-Tanzil, Jilid I& IV, Beirut:
Darul Fikr, Cetakan I, 1977.

Goldziher, Ignaz, Mazhab Tafsir: Dari Aliran Klasik Hingga Modern, diterjemahkan oleh
M. Alaika Salamullah, dkk. dari “Madzahib al-Tafsir al-Islami,” Yogyakarta: eLSAQ
Press, Cetakan I, 2003.

Mohammad Nabil Lazuardi dalam sebuah makalah berjudul “Tafsir Al-Kasysyaf” di


http://romziana.blogspot.com/2012/10/tafsir-al-kasysyaf.html, diakses pada hari Sabtu, 08
Maret 2014.

Anda mungkin juga menyukai