TAFSIR KLASIK
“ Tafsir Al kasysyaf ”
Disusun oleh:
Eni Mudayatun
Rahmat Hidayat
Dosen pembimbing :
FAKULTAS USULUDDIN
2021M/1442
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah member rahmat dan hidayah-Nya serta
kesehatan, keselamatan kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
ini dengan baik. Semata-semata untuk menyempurnakan materi kuliah Membahas Kitab
Tafsir, dalam bentuk makalah yang berjudul “Tafsir al-Kasysyaf ”.
Penulis berharap apa yang telah penulis paparkan ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi para pembaca umumnya. Tak lupa pula penulis ucapkan ribuan
terimakasih kepada Bapak dosen yang telah memberikan ilmunya dan pengarahannya
serta bantuannya kepada penulis dalam penyelesaian tugas ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kesalahandan kekurangan.
Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat memperbaikidari para pembaca sangat penulis
harapkan.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………....i
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………..…………….i
1. Latar Belakang…………………………………………………….…....…..ii
2. Rumusan Masalah…………………………………………….…...…….….ii
3. Tujuan Pembahasan……………………………………….…...…………...ii
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………….…..iii
1. Biografi az-Zamakhsyari…………………………………………………….iii
KESIMPULAN…………………………………………………………………..vi
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………vi
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai umat yang meyakini kerasulan Muhammad kita mengenalnya dengan nama al-
Qur’an. Mempelajari isi daripada al-Qur’an sangatlah penting. Tafsir merupakan hal
terpenting dalam menggali kandungan Kitab. Tafsir juga merupakan ilmu syari’at yang
paling tinggi dan paling agung kedudukannya. Selain karena objek pembahasannya yang
mulia, tafsir adalah sebuah alat penting yang harus dibutuhkan disetiap zaman. Ini
dikarenakan untuk menggali fungsi al-Qur’an dalam mengetahui petunjuk Ilahi yang
disampaikan kepada manusia melalui wahyu atau Kitab.
Memperoleh tujuan yang disebutkan di atas adalah perjuangan yang telah lama
dilakukan oleh berbagai kalangan. Dimulai dari Rasulullah di dalam menjelaskan al-
Qur’an melalui al-Hadits, dilanjutkan di masa sahabat, tani’in dan bahkan sampai
sekarang pun masih akan dilakukan penafsiran terhadap Kalam Tuhan ini. Karena selain
tafsir sebagai produk tafsir juga sebagai proses.
Tafsir Al-Kasysyaf, siapa yang tidak mengenal tafsir fenomenal karya ulama
Mu’tazilah Az-Zamakhsyari tersebut. Tafsir yang sangat kaya dengan gaya bahasa, yang
menjadi rujukan semua ulama khususnya mengenai gramatika Arab. Tafsir yang menjadi
kebanggan golongan Mu’tazilah, serta mendapatkan banyak pujian dari lawan maupun
kawan. Belum ada seorang penafsir pun segiat Az-Zamakhsyari dalam menerangkan
kemu’jizatan balaghah (al-I’jaz al-balaghi) atas susunan Al-Qur’an. Ibnu Khaldun
membuktikan bahwa fenomena sastra historis yang muncul dalam perhatian yang
diberikan penduduk Timur terhadap seni bayan Arab ternyata lebih banyak daripada
orang Barat. Bahkan orang Timur, berbeda dengan orang Barat, sangat memperhatikan
tafsir Az-Zamakhsyari, karena semuanya itu dibangun atas seni ini, dan inilah sebenarnya
pokoknya.
Az-Zamakhsyari dengan karyanya Tafsir al-Kasyaf adalah salah satu tafsir yang
mengungkap keagungan wahyu Ilahi yang lahir di era ke dua (afirmatif dengan nalar
ideologis). Mengenai bagaimana antara az-Zamakhsyari dan karyanya al-Kasyaaf akan
menjadi sangat bermanfaat dalam pembahasan makalah ini. Semoga ini menjadi sebuah
berita keilmuan yang bermanfaat. Aamiin.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
1. Biografi Az-Zamakhsyari
Dalam tafsir al-kasysyaf, nama lengkap beliau adalah abu al-qasim Mahmud ibn
Muhammad ibn umar al-zamakhsyari. Tetapi ada juga yang menulis Muhammad ibn
‘Umar ibn Muhammad ibn Ahmad al-Zamakhsyari al-Khawarizmi, yang dikenal dengan
sebutan Abu al-Qasim. Beliau lahir pada hari rabu 27 rajab 467 H atau 18 maret 1075 M.
di sebuah desa kecil, Zamakhsyar, yang terletak di kawasan Khawarizm (Bukhara), Asia
Tengah (Rusia). Beliau berasal dari keluarga miskin, tetapi alim dan ta’at beragama.
Mulai remaja beliau sudah merantau mencari ilmu ke Bukhara, disana beliau belajar
sastra kepada syaikh mansur abi mudra, kemudian pergi ke mekkah dan menetap cukup
lama, dan disana pula ia menulis tafsirnya, Kemudian pulang dan menjadi salah satu
murid Abu Mudaar al-Nahwi dan berhasil menguasai Bahasa Arab, logika, filsafat dan
ilmu kalam.
Beliau wafat setelah kembali ke Negerinya di Jurjaaniyyah pada malam ‘Arafah tahun
538 H. Az-Zamakhsyari membujang selama hidupnya dan sebagian waktunya diabdikan
untuk mencari ilmu dan menyebarkan faham yang dianutnya
Ilmu pengetahuan yang ia dapat dari para gurunya diberikan kepada murid-muridnya
yang sangat banyak jumlahya. Kadang syekh yang menjadi guru tempat ia menimba ilmu
menjadi murid pula baginya. Dalam keadaan seperti ini, ia saling menerima dan
memberikan ilmu. Hal ini terjadi antara al-Zamakhsyari dengan beberapa ulama,
misalnya dengan al-Syayid Abu al-Hasan Ali ibnu isa ibnu Hamzah al Hasan, salah
seorang tokoh terkemuka di Mekkah.
2. Karya-karya Az-Zamakhsyari
Penulisan tafsir ini sebenarnya adalah sebuah permintaan dari pada sahabat dan orang
yang mengelilinginya. Ini dapat diketahui di dalam mukaddimah tafsirnya yang pernah
dikutip oleh Hamim Ilyas sebagai berikut :
Az-Zamakhsyari menulis tafsirnya dimulai ketika berada di Makkah pada tahun 526 H
dan diselesaikan pasa Senin Rabi’ul Akhir 528 H. Penafsiran az-Zamkahsyari ini
dipandang sangat menarik karena mempunyai uraian yang singkat tetapi jelas.
Yang paling banyak mendapat perhatian dari kitab tafsir ini adalah penjelasan tentang
sisi keindahan, balaghah, yang mana orang-orang Arab itu merasa tidak mampu untuk
menandinginya walaupun tidak sampai satu surah.
Melihat apa yang dijelaskan oleh Zamakhsyari tentang masalah isti’arah, majaz, dan
teori-teori balaghah lainnya yang sangat dominan, maka akan sangat tampak begitu
penulisnya sangat terobsesi untuk menampilkan keindahan Al-Quran dari segi
kebahasaan dan sastranya.
Diantara karakterisitiknya yang lain, bahwa kitab ini sangat menonjol corak
penafsirannya, ilmu kalamnya yang bertujuan untuk membela ideologi resminya,
mu’tazilah. Dengan argument-argumen yang cukup meyakinkan.
Dari sisi inilah akan sangat tampak perbedaannya dengan Ahl al-sunnah, bahkan tidak
jarang terlihat sangat bertentangan cukup jelas antara keduanya ini. Masing-masing pihak
menganggap pihak lain sebagai kelompok yang keliru dan sesat. Bahkan seringkali
masing-masing menuduhhnya dengan tuduhan-tuduhan yang keras, seperti kafir, berdosa
dan lain-lain. Masing-masing pihak juga mengklaim sebagai kelompok yang selamat,
sementara yang berseberangan dianggapnya sebagai kelompok yang akan hancur binasa.
Walhasil, masing-masing pihak saling menonjolkan kelompok atau mazhabnya.
Adapun sikap az-Zamakhsyari terhadap ayat-ayat hukum dan hal-hal yang terkait
dengan masalah fikih, maka ia bukan yang termasuk fanatik mazhab dan tidak betele-tele,
walaupun beliau pengikut Hanafi.
Dari sedikit keterangan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwasannya metode
yang digunakan oleh al-Zamakhsyari adalah metode tahlili. yaitu meneliti makna kata-
kata dan kalimat-kalimat dengan cermat. Ia juga menyingkap aspek munasabah yaitu
hubungan ayat dengan ayat lainnya atau surat denagan surat lainnya.
b. Sumber Penafsiran
Selanjutnya sebagian besar dari penafsirannya berorientasi kepada ra’yu (rasio), maka
tafsir al-Kasyaf dikategorikan sebagai tafsir bi al-ra’yi, meski terdapat beberapa
penafsirannya yang tetap menggunakan dalil naqli. (Nas al-Quran dan Hadis).
ق َو ْال َم ْغ ِربُ فََأ ْينَ َما تُ َولُّوا فَثَ َّم َوجْ هُ هَّللا ِ ِإ َّن هَّللا َ َوا ِس ُع َعلِي ُم
ُ َوهَّلِل ِ ْال َم ْش ِر
Artinya :”Dan kepunyaan Allahlah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap
maka disitulah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Mahaluas (rahmatNya) lagi
Mahamengetahui”. (QS.al-Baqarah: 115).
Artinya: “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh
Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah
Masjidilharam. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan
sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi al-Kitab (Taurat dan Injil)
memang mengetahui bahwa berpaling ke Masjidilharam itu adalah benar dari Rabb-nya;
dan Allah sekali-kali tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Baqarah:
144).
Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada,
Palingkanlah mukamu ke arahnya. Fatsamma wajhullahu menurut Az-Zamaksyari
maksudnya di tempat (Masjid al-Haram) itu adalah Allah, yaitu tempat yang disenangi-
Nya dan manusia diperintahkan untuk mengahadap Allah pada tempat tersebut. Maksud
ayat di atas adalah apabila seorang Muslim akan melaksanakan shalat dengan menghadap
Masjid al-Haram dan bait al-Maqdis, akan tetapi ia ragu akan arah yang tepat untuk
mengahadap ke arah tersebut. Allah memberikan kemudahan kepadanya untuk
menghadap kiblat ke arah manapun dalam shalat dan di tempat manapun sehingga ia
tidak terikat oleh lokasi tertentu (Zamakhsyari; 1977: 306).
Menurut Ibnu Umar turunnya ayat ini berkenaan dengan shalat musafir di atas
kendaraan, ia menghadap ke mana kendaraannya menghadap. Akan tetapi menurut Atho’
ayat ini turun ketika tidak diketahui arah kiblat shalat oleh suatu kaum, lalu mereka shalat
ke arah yang berbeda-beda (sesuai keyakinan masing-masing). Kemudian pagi harinya,
ternyata mereka salah menghadap kiblat, kemudian mereka menyampaikan peristiwa
tersebut kepada Nabi Muhammad SAW. Ada juga yang mengatakan bahwa bolehnya
menghadap ke arah mana saja itu adalah dalam berdoa, bukan dalam shalat.
Al-Hasan membaca ayat ( )فأينما تولواdengan memberi harokat fathah pada huruf ta’
sehinngga bacaannya menjadi tawallau karena menurutnya kata itu berasal dari tawalli,
yang berarti ke arah mana saja kamu menghadap kiblat (Zamakhsyari; 1977: 307).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Zamakhsyari adalah seorang mufassir dari tokoh mu’tazilah yang menguasai
berbagai disiplin ilmu seperti nahwu, balaghoh, fiqh dan hadits.Ia memulai menafsirkan
al-Qur’an sejak diminta oleh para sahabatnya dari golongan mu’tazilah yang meminta
untuk memberikan penjelasan mengenai ayat-ayat al-Qur’an.
Kitab al-Kasysyaf adalah sebuah kitab tafsir yang paling masyhur diantara sekian
banyak tafsir yang disusun oleh mufassir bi al-ra’yi yang mahir dalam bidang bahasa. Al-
Alusi, Abu Su’ud an-nasafi dan para mufassir lannya banyak menukil dari kitab tersebut
tetapi tanpa menyebutkan sumbernya. Paham kemu’tazilahan dalam tafsirnya itu telah
diungkapkan dan telah diteliti oleh ‘Allamah Ahmad an-Nayyir yang dituangkan dalam
bukunya al-Intishaf. Dalam kitab ini an-Nayyir menyerang Az-Zamkhsyari dengan
mendiskusikan masalah akidah madzhab Mu’tazilah yang dikemukakannya dan
mengemukakan pandangan yang berlawananan dengannya sebagaimana ia
mendiskusikan masalah kebahasaan.
Penafsiran yang ditempuh al-Zamakhsyari dalam karyanya ini sangat menarik, karena
uraiannya singkat dan jelas sehingga para ulama’ Mu’tazilah mengusulkan agar tafsir
tersebut dipresentasikan pada para ulama Mu’tazilah dan mengusulkan agar
penafsirannya dilakukan dengan corak i’tizali, dan hasilnya adalah tafsir al-Kasysyaf
yang ada saat ini.
B. Penutup
Demikian makalah yang dapat penulis sampaikan. Saran dan kritik senantiasa penulis
harapkan demi sempurnanya makalah ini. Semoga apa yang penulis sampaikan dalam
makalah ini dapat bermanfaat untuk penulis khususnya dan untuk semua teman
mahasiswa STIQ pada umumnya. Semoga niat baik kita dalam menuntuk ilmu senantiasa
mendapat Ridho dari Allah SWT. Aamiin
DAFTAR PUSTAKA
Goldziher, Ignaz, Mazhab Tafsir: Dari Aliran Klasik Hingga Modern, diterjemahkan oleh
M. Alaika Salamullah, dkk. dari “Madzahib al-Tafsir al-Islami,” Yogyakarta: eLSAQ
Press, Cetakan I, 2003.