Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manahij Al-Mufassirin
Disusun oleh :
Kelompok 7
1. Abdul Aziz (2020304047)
2. Mawaliya (2020304042)
Dosen Pengampu:
Bapak Deddy Ilyas M. Us
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Telaah Manhaj Tafsir
Zamakhsyari Dalam Tafsir Al-Kasy-Syaf” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak
Deddy Ilyas M. Us pada Mata Kuliah Manahij Al-Mufassirin. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Telaah Manhaj Tafsir Zamakhsyari Dalam
Tafsir Al-Kasy-Syaf” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Deddy Ilyas M. Us, selaku Dosen
Pengampu Mata Kuliah Manahij Al-Mufassirin yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER ...................................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4
A. Latar Belakang .................................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................. 5
C. Tujuan ................................................................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 6
A. Biografi Imam Zamakhsyari ............................................................................................. 6
B. Tafsir al-Kasy-Syaf............................................................................................................ 7
C.Metodologi Tafsir (Thariqoh at-Tafsir) al-Kasy-Syaf ........................................................ 8
D. Madzhab dan Aliran Tafsir Imam Zamakhsyari ............................................................... 9
E. Contoh Ayat Penafsiran Imam Zamakhsyari ................................................................... 11
F. Kelebihan dan Kekurangan Tafsir al-Kasy-Syaf karya Imam Zamakhsyari.................. 12
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 15
A. Kesimpulan ...................................................................................................................... 15
B. Saran ................................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 16
3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an memperkenalkan dirinya sebagai kitab petunjuk hidup bagi umat manusia
()هدى للناس.1 Menurut Quraish Shihab petunjuk tersebut adalah petunjuk akidah, akhlak,
syari’at, dan hukum. 2 Kesemuanya berisikan ajaran-ajaran mengenai apa yang seharusnya,
apa yang sebaiknya, dan apa yang boleh dilakukan atau ditinggalkan. Al-Qur’an juga
mengaku dirinya sebagai penjelas bagi segala sesuatu ()تبياان لكل شىء3 yang menyebabkan
segala persoalan yang dihadapi manusia dapat dipecahkan dengannya. Di samping itu, al-
Qur’an juga menyebut dirinya sebagai pembeda antara yang benar dan salah; antara yang
Fungsi ideal al-Qur’an itu dalam realitasnya tidak begitu saja dapat diterapkan karena
harus diakui ternyata tidak semua ayat al-Qur’an yang tertentu hukumnya sudah siap pakai.
Banyak ayat al-Qur’an tidak dijelaskan secara eksplisit, atau dengan kata lain, banyak ayat
al-Qur’an yang masih samar dan global (mujmal). Banyaknya ayat al-Qur’an yang masih
samar dan global (mujmal) ini mengharuskan adanya penafsiran terhadap al-Qur’an, yaitu
suatu upaya untuk memahami kitab Allah (al-Qur’an) yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw., menjelaskan makna-maknanya, serta menggali hukum-hukum dan
hikmah-hikmah yang terkandung di dalamnya. 5 Upaya penafsiran terhadap al-Qur’an itu
harus dilandasi oleh tujuan bagaimana menjadikan al-Qur’an sebagai hidayah bagi manusia
bukan untuk menguatkan posisi keilmuan atau mendukung madzhab, ideologi, dan kekuatan
politik tertentu. Menurut Muhammad Abduh, tafsir harus berfungsi menjadikan al-Qur’an
sebagai sumber petunjuk (mashdar al-hidayah).6
hal. 17.
4
Kegiatan penafsiran terhadap al-Qur’an telah, sedang, dan akan terus dilakukan oleh
umat Islam terutama oleh para ulama dan intelektual muslim selama mereka masih eksis.
Dalam sejarah pemikiran Islam, kegiatan penafsiran ternyata telah melahirkan sederetan
kitab tafsir yang demikian luas dan mengagumkan. Kitab-kitab tafsir ini seperti terlihat
dalam khazanah literatur Islam, tidak sekedar jumlahnya yang banyak, tetapi juga sangat
beragam coraknya. Salah satunya yaitu seperti pada Manhaj Tafsir Zamakhsyari Dalam
Tafsir Al-Kasy-Syaf.
B. Rumusan Masalah
1. Siapa Imam Zamakhsyari?
2. Bagaimana Tafsir al-Kasy-Syaf?
3. Bagaimana Metodologi Tafsir (Thariqoh at-Tafsir) al-Kasy-Syaf?
4. Bagaimana Madzhab dan Aliran Tafsir Imam Zamakhsyari?
5. Bagaimana contoh ayat penafsiran Imam Zamakhsyari?
6. Apakah Kelebihan dan Kekurangan Tafsir al-Kasy-Syaf karya Imam Zamakhsyari?
C. Tujuan
1. Untuk mengenal dan mengetahui siapa Imam Zamakhsyari
2. Untuk mengetahui dan memahami tentang Tafsir a-Kasy-Syaf
3. Untuk mengetahui dan memahami tentang Metodologi Tafsir afsir (Thariqoh at-Tafsir)
al-Kasy-Syaf
4. Untuk mengetahui dan memahami tentang Madzhab dan Aliran Tafsir Imam
Zamakhsyari
5. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana contoh ayat penafsiran Imam
Zamakhsyari
6. Untuk mengetahui dan memahami kelebihan dan kekurangan Tafsir al-Kasy-Syaf karya
Imam Zamakhsyari
5
BAB II PEMBAHASAN
7 Hamim Ilyas, Op,Cit), Halaman. 44, lihat juga Muhammad Husain Az-Zahabi, at-Tafsir Wal-Mufassirun, (
Daar al-Hadis : Qahirah, 2005 ),Halaman.429
8 Syamsuddin bin Muhammad bin Ali bin Ahmad ad-Daudi, Thabaqatu al-Mufassirin, Amirah al-Qahirah, Cet,
6
selama hidupnya, banyak faktor yang menyebabkan Imam Az-Zamakhsyari memilih hidup
sendiri, disamping karena kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan, penyakit jasmani yang
diderita serta kondisi finansialnya yang menjadi alasan kenapa ia memilih hidup membujang
dan sebagian waktunya diabdikan untuk mencari ilmu dan menyebarkan faham yang
dianutnya. Oleh karena itu pencatat biografinya mencatat 50 karya yang telah di tulisnya dan
masih ada yang berbentuk manuskrip. 10 Imam Az-Zamakhsyari wafat pada malam arafah
tahun 538 di jurjaniyah, khawarijim. Sepulang dari Makkah untuk kedua kalinya sebagian
mereka meratapinya dengan mengubah beberapa bait sya’ir antara lain: “bumi Makkah pun
menumpahkan air mata dari kelopaknya karena merasa sedih ditinggal Mahmud”.11
B. Tafsir al-Kasy-Syaf
Imam Az-Zamakhsyari menulis tafsirnya dimulai ketika berada di Makkah pada tahun
526 H dan diselesaikan pada Senin Rabi’ul Akhir 528 H. Penafsiran Imam Az-Zamkahsyari
ini dipandang sangat menarik karena mempunyai uraian yang singkat tetapi jelas. Imam Az-
Zamakhsyari menulis kitabnya dengan judul Al-kasysyaf ‘an Haqaiq Al-Tamzil wa ‘Uyun
Al-Aqawil fi Wujuh Al-Ta’wil. Beliau terinspirasi dengan adanya permintaan kelompok
Mu’tazilah yang menamakan dirinya Al-Fi’ah Al-Najiyah Al-Adliyah, beliau mengatakan
“Mu’tazilah menginginkan adanya sebuah kitab tafsir dan meminta saya supaya
mengungkapkan hakikat makna Al-Qur’an dan semua kisah yang terdapat didalamnya,
termasuk segi-segi penakwilannya”. Beliau berhasil menyelesaikan tafsirnya dalam waktu
30 bulan dimulai di Makkah tahun 526 H, dan selesai pada hari senin 23 Rabi’ul Akhir 528
H.
Tafsir al-Kasysyaf merupakan tafsir yang sangat berbeda dengan tafsir-tafsir
pendahulunya, di dalamnya banyak dibahas tentang kemukjizatan al-Qur’an. Pengarangnya
memperlihatkan keindahan al- Qur’an dari segi aspek balaghahnya. 12
Dalam pembahasannya, beliau memulainya dengan nama surat, Makkiyyah dan
Madaniyah-nya, menjelaskan maknanya, menyebutkan nama-namanya jika ada riwayat
tentang nama lainnya serta menunjukkan keistimewaannya. Selanjutnya beliau membahas
tentang qira’atnya dan aspek kebahasaannya, dari mulai ilmu nahwu, sharaf dan yang
lainnya. Kemudian memberikan penjelasan dan penafsirannya, menukil beberapa pendapat
10
Ibid,Hamim Ilyas, halaman 34-37
11 Op, Cit, Muhammad Husain az-Zahabi, Halaman. 364
12
Ayazi, al-Tafsīr wa al-Mufassirūn …, Hal. 575
7
ulama dan hujjahnya, kemudian menolak pendapat yang tidak sependapat dengannya. 13
Mungkin ini bisa kita sebut dengan metode tahlili, karena beliau melakukan penafsiran
secara lengkap terhadap seluruh ayat al-Qur'an, dimulai ayat pertama surah al-Fatihah
sampai dengan ayat terakhir surah al-Nās. Di samping itu, al-Zamakhsyari menggunakan
metode lughawi. Seperti ketika memaknai al-Isyraq, dia berkata: isyraq adalah ketika terbit
matahari, yaitu waktu Dhuha. Ini merupakan penafsiran yang sama seperti yang digunakan
oleh gurunya al- Zujjaj.14
Aspek lain yang dapat dilihat, penafsiran al-Kasysyaf juga menggunakan metode
dialog, dimana ketika al-Zamakhsyari ingin menjelaskan makna satu kata, kalimat, atau
kandungan satu ayat, ia selalu menggunakan kata in “qulta”. Kemudian, ia menjelaskan
makna kata atau frase itu dengan ungkapan “qultu”. Kata ini selalu digunakan seakan-akan
ia berhadapan dan berdialog dengan seseorang atau dengan kata lain penafsirannya
merupakan jawaban atas pertanyaan yang dikemukakan. Metode ini digunakan karena
lahirnya kitab al-Kasysyaf dilatarbelakangi oleh dorongan para murid al-Zamakhsyari dan
ulama-ulama yang saat itu membutuhkan penafsiran ayat dari sudut pandang kebahasaan,
sebagaimana diungkapkan sendiri dalam muqaddimah tafsirnya: "Sesungguhnya aku melihat
saudara-saudara kita seagama dari pembesar-pembesar golongan yang selamat dan adil,
yang telah memadukan ilmu bahasa Arab dan dasar-dasar keagamaan. Setiap kali mereka
kembali kepadaku untuk menafsirkan ayat al-Qur'an, aku menunjukkan kepada mereka
sebagian hakikat-hakikat yang terdapat di balik hijab. Mereka merenungkannya dengan
penuh rasa hormat dan kagum, dan mereka merindukan seorang penyusun yang mampu
menghimpun beberapa aspek dari hakikat-hakikat itu, sehingga mereka menemuiku untuk
merekomendasikan agar aku dapat menuliskan buat mereka penyingkap tabir tentang
hakikat-hakikat ayat yang diturunkan, inti-inti yang terkandung di dalam firman Allah dalam
sudut pandang takwilannya. maka akupun memenuhinya.15
13
Ibid, hal.579
14 Al-Juwaeni, Manhaj al-Zamakhsyari …, Hal. 81
15
Al-Zamakhsyari, al-Kasysyāf ‘an Ḥaqāiq …, Hal. 97. Lihat juga kitab al-Juwani, Manhaj al-Zamakhsyari …,
Hal. 78
8
Fatihah sampai akhir surah an-Nas yang sesuai dengan Mushaf Utsmani.16 Dalam
menafsirkan al-Qur’an, Imam Az-Zamakhsyari mendahulukan untuk menulis ayat al-Qur’an
yang akan ditafsirkan, kemudian baru memulai menafsirkannya dengan pemikiran rasional
yang didukung dengan dalil-dalil ayat al-Qur’an atau riwayat (hadis). Meskipun ia tidak
terikat oleh riwayat dalam penafsirannya, baik itu berhubungan dengan asbabun nuzul suatu
ayat atau yang lainnya. 17 Ia juga menggunakan riwayat para sahabat atau tabi’in dan
kemudian mengambil konklusi dengan pandangan atau pemikirannya sendiri. Ini kita dapat
langsung membuktikannya di dalam penafsirannya yaitu dalam tafsir al-Kasy-syaf. Dari
sedikit keterangan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwasanya metode yang
digunakan oleh Imam Az-Zamakhsyari adalah metode tahlili. yaitu meneliti makna kata-kata
dan kalimat-kalimat dengan cermat. Ia juga menyingkap aspek munasabah yaitu hubungan
ayat dengan ayat lainnya atau surat denagan surat lainnya.
), Halaman. 175
19 Al-Qaṭṭān, Mabāḥiṡ fi’Ulūm …, hal. 389
9
Dhabbi dan Abu Sa’ad al-Jasymi memiliki andil besar dalam menancapkan paham
Muktazilah pada dirinya. 20
Al-Zamakhsyari menulis al-Kasysyaf itu untuk mendukung akidah dan mazhabnya.
Paham ke-Mu’tazilahan yang terdapat dalam tafsirnya itu telah diungkapkan dan diteliti oleh
‘Allāmah Ahmad annayyir yang dituangkan dalam bukunya al-Intisaf.21 Di dalam kitab ini
al-Nayyir menyerang al-Zamakhsyari dengan mendiskusikan masalah akidah mazhab
Mu’tazilah yang dikemukakannya dan mengemukakan pandangan yang berlawanan
dengannya, dia juga mendiskusikan masalah-masalah kebahasaan. 22
Berikut beberapa contoh penafsiran Imam Az-Zamakhsyari yang bertentangan
dengan Ahlussunnah wal-Jama‟ah diambil dari kitab al-Kasyssyaf:
• Penghinaan terhadap orang lain
Terkadang Imam az-Zamakhsyari melakukan sindiran yang bernada menghina
didalam penafsirannya, hal ini dialamatkan kepada seseorang atau kelompok yang tidak
sejalan dengan pemikirannya, seperti firman Allah SAW :
ۤ ۤ
اب َع ِظْي ٌم ِ ْۢ ِ ِ
م َل ك ىِٕ ٰ
ل ُ اختَ لَ ُف ْوا م ْن بَ ْعد َما َجاءَ ُه ُم الْبَ يِن
ٌ َ َ َُْ َ ٰت ۗ َواُو
ذ ع ْ َوََل تَ ُك ْونُ ْوا َكالَّذيْ َن تَ َفَّرقُ ْوا َو
“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih
sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. mereka Itulah orang-orang yang
mendapat siksa yang berat” ( Q.S. Ali Imran ayat 105 ).
Imam Az-Zamakhsyari berpendapat bahwa janganlah kamu seperti orang-orang
Nashrani dan Yahudi yang selalu berselisih setelah datang kepada mereka kalimat yang
satu (kalimatul haq) dan kalimat ini harus disepakati, namun Imam Az-Zamakhsyari
tidak hanya berhenti dalam penafsiran ini, dia juga mengatakan bahwa ayat tersebut
berlaku untuk para pelaku bid’ah seperti golongan Musyabahah, Jabariyah,
Hasyawiyah, dan kelompok-kelompok lain.23 Penafsiran semacam ini ternyata tidak
berdasar, memang ayat tersebut berkenaan dengan mu’jizat al-Quran berupa
pemberitahuan hal yang Ghaib (belum terjadi), namun jika yang dimaksudkan adalah
golongan-golongan diatas sangat tidak mempunyai landasan, karena golongan ini tidak
pernah ada di zaman Rasulullah SAW.24 Imam Az-Zamkhsyari pun memiliki
10
kekurangan, dia tidak menjelaskan secara rinci tentang definisi bid’ah secara
komprehensip dalam tafsirnya.
Penjelasan Imam Zamakhsyari mengenai kata إيل رهبا انظرة pada penjelasannya
dalam kitab Al-Kasy-syaf Imam Zamakhsyari menjelaskan kata ( إيل رهبا انظرةkepada Tuhan-
nya mereka memandang) pada QS. Al-Qiyamah ini Imam Zamakhsyari mempunyai
penafsiran yang berbeda dengan lazimnya penafsiran. Ia memahami bahwa kata tersebut
إىل ربك: أَلترى إىل قوله, وهذا معىن تقدمي املفعول,إىل رهبا انظرة (تنظر إىل رهبا خاصة َل تنظر إىل غريه
)وإىل هللا املصري(آل,)53:) إىل هللا تصري األمور ((الشورى,( ) إىل ربك يومئذ املساق,( يومئذ املستقر
ومعلوم أهنم ينظرون إىل أشياء َل حييط هبا احلصر وَل تدخل حتت العدد يف حمشر,على معىن اإلختصاص
, ألهنم اآلمنون الذين َل خوف عليه وَل هم حيزنون: فإن املؤمنني نظارة ذالك اليوم,جيتمع فيه اخلالئق كلهم
والذي يصح, فوجب محله على معىن يصح معه اإلختصاص, حمال: فإختصاصه ينظرهم إليه لوكان منظورا
25
تريد معىن التوقع والرجاء, أان إىل فالن انظر مايصنع يب: معه أن يكون من قوله الناس
“Ila Rabbiha Nazhirah:memandang kepada Tuhannya secara khusus tidak memandang
kepada selainnya, dan maknanya adalah menunjukkan sesuatu yang dilakukan, …
,[karena] bagaimana bisa menunjukkan makna sacara khusus (melihat dengan mata
kepala) sedangkan diketahui bahwa mereka memandang atas sesuatu yang tidak terbatas
dan tidak berbilang pada padang mahsyar yang berkumpul didalamnya seluruh makhluk,
sesungguhnya orang-orang mukmin menyaksikan pada hari itu, karena sesungguhnya
mereka beriman yang tidak ada ketakutan dan kecemasan bagi mereka, mereka
memandang dalam suatu tempat tertentu kepada Tuhannya apabila diharapkan, hal
11
tersebut mustahil atau tidak mungkin terjadi, oleh sebab itu maka wajib memberikan
makna yang benar, …, dan makna yang tepat dengan itu ialah menunggu dan berharap.”
Dengan penafsiran yang demikian, maka ayat 22-23 pada surah Al-Qiyamah dapat
diterjemahkan “dan wajah orang-orang mukmin pada hari itu berseri-seri, dan kepada
Tuhannya mereka menunggu dan berharap”. Tampak dalam penafsiran ini begitu
dipengaruhi oleh ajaran Mu’tazilah yang memustahilkan manusia bisa melihat Tuhannya
baik di dunia maupun di akhirat. Al-Zamakhsyari dalam mendukung argumentasinya, ia
mengangkat QS. Al-An’am ayat 103 yang berbunyi:
12
Al Fadhil Ibnu ‘Asyur berpendapat bahwa tafsir Al Kasyaf ditulis antara lain untuk
menaikan rumor Mu’tazilah sebagai kelompok yang menguasai balaghoh dan ta’wil. Namun
demikian, kitab ini telah diakui dan beredar luas secara umum di berbagai kalangan, tidak
hanya di kalangan non ahlussunnah wal jama’ah tetapi juga dikalangan ahlussunnah wal
jama’ah.29
Kitab tafsir Al Kasyaf karya Imam Al Zamakhsyari ini diakui oleh para ulama sebagai
kitab yang bernilai tinggi. Ia memiliki beberapa keistimewaan dibandingkan dengan kitab –
kitab tafsir lainnya.
1. Ibnu Kholdun ketika berbicara tentang tafsir yang menggunakan pendekatan kaidah
Bahasa I’rab dan balaghoh mengatakan bahwa diantara sekian banyak tafsir yang memuat
berbagai macam keilmuan semacam ini tafsir al-Kasy-Syaf lah yang terbaik.
3. Muhammad Zuhayil, kitab tafsir ini yang pertama mengungkap rahasia balaghoh Al
Quran, aspek – aspek kemukjizatannya, dan kedalaman makna lafal – lafalnya, di mana
dalam hal inilah orang – orang Arab tidak mampu untuk menantang dan mendatangkan
bentuk yang sama dengan Al Quran. 30
Sebaik apapun tafsir yang dibuat Imam Zamakhsyari pasti ada kekurangan dan
kelebihannya. Ada diantara ilmuan yang mengakui keunggulan tafsir Al Kasyaf, tetapi ada
juga ulama yang mengkeritik tafsir Al kasyaf antara lain:
29 Bustami Saladin, “Pro dan Kontra Penafsiran Al Zamakhsyari Tentang Teologi Mu’tazilah Dalam Tafsir Al
Kasyaf”, Al Ahkam Jurnal, Vol. V, No. 1, Juni 2010, hlm. 13
30 Ibid, hlm. 14
13
2. Ibnu Taimiyah mengatakan “tafsir Al Kasyaf memiliki kefasihan yang beracun,
karena dia menyembunyikan bid’ah, sementara masyarakat umum lalai terhadap bid’ah. 31
31 Anshori, “Studi Kritis Tafsir Al Kasyaf”, SOSIO-RELIGIA Jurnal, Vol. 8, No. 3, Mei 2009, hlm. 608
14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Abu Al-Qasim atau Imam Zamakhsyari menulis kitab Al-Kasy-Syaf ‘an Haqaiqi
At-Tanzil Wa ‘uyuni Aqawili Fi Wujuhit Ta’wil (Tafsir Al-Kasy-Syaf) ketika menetap di
Makkah, beliau menulisnya karena permintaan kelompok Mu’tazilah atau para murid-
muridnya dan ulama-ulama yang menginginkan penafsiran Al-Qur’an dari sudut pandang
kebahasaan. Beliau menggunakan metode Tahlili yaitu meneliti makna kata-kata dan
kalimat-kalimat dengan cermat. Ia juga menyingkap aspek munasabah yaitu hubungan
ayat dengan ayat lainnya atau surat dengan surat lainnya. Dan menyusunnya dengan tartib
Mushafi yaitu yang sesuai dengan Mushaf Utsmani.
Al-Zamakhsyari bermazhab Hanafi dan beraqidah paham Mu’tazilah. Ia
menakwilkan ayat-ayat al-Qur’an sesuai dengan mazhab dan aqidah yang dianutnya, oleh
karna itu banyak tafsirnya yang tidak selaras dengan Ahlussunnah Wal Jama’ah seperti
pendapat beliau mengenai ketika seorang muslim membunuh dan tidak bertaubat maka
akan kekal di neraka seperti orang kafir dan musyrik, namun ketika seorang muslim
membunuh karena tidak sengaja maka tidak kekal di neraka.
Penafsirannya yang terkenal yaitu tentang ila rabbiha nazhirah, yang notabene
ulama memaknainya dengan “melihat Allah”, namun beliau menafsirkannya sebagai
“menunggu dan berharap” kerena melihat Allah adalah hal yang mustahil sesuai dengan
ajaran alirannya yaitu Mu’tazilah, sehingga ayat ini harus ditakwilkan. Beliau
menganggap ayat tersebut sebagai ayat Mutasyabih, kerena menurutnya ayat yang sejalan
dengan pahamnya disebut ayat Muhkam, dan sebaliknya ketika ayat yang tidak sejalan
dengan pahamnya maka akan disebut dengan ayat Mutasyabih dan pemaknaanya
tergantung ayat yang dianggap muhkam.
B. Saran
Demikianlah yang dapat kami tuliskan dan paparkan dalam pembahasan makalah
tentang “Telaah Manhaj Tafsir Zamakhsyari Dalam Tafsir al-Kasy-Syaf”. Kami menyadari
masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini, karena keterbatasan sumber referensi
yang kami gunakan, sehingga kami mengharapkan saran yang membangun dari para
pembaca untuk meningkatkan kualitas makalah ini. Atas saran yang diberikan saya
mengucapkan terimakasih.
15
DAFTAR PUSTAKA
Al-Zamakhsyari al-Khawarizm, Abu Qasim Muhamad bin Umar, al-Kasysyaf an Haqaiq al-
Tanzili wa Uyuni al-Ta’wil Fi Wujuhi al-Ta’wil, Juz II,IV; Kairo: Dar al-Hadits, 2012.
al-Zamakhsyari. al-Kasysyaf 'an Haqaiq Gawamid al-Tanzil wa Uyun al Aqawil fi wujuh al-
Ta'wil. juz 1. (Nasr: Maktabah al-'Abikan, 1998).
Pendahuluan, Bab, A Latar, and Belakang Masalah. “”. Accessed August 22, 2021.
http://digilib.uinsgd.ac.id/813/4/4_Bab1.pdf.
Syihab, M. Quraish. Membumikan al-Qur'an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat. Bandung: Mizan, 1994
16