Anda di halaman 1dari 28

STUDI KITAB TAFSIR AL-MISBAH

(PROF. M. QURAISH SHIHAB)

Makalah Ini Diajukan Sebagai Tugas


Pada Mata Kuliah Studi Tafsir di Indonesia

Oleh:

Aunul Izzah Mahmudah 222411102


Hamdi 222411107
Juwairiyah 222411112

Dosen Pengampu:
M. Ziyad Ulhaq, SQ, MA, Ph.D

PROGRAM ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN JAKARTA1444 H/2022 M

1
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum wr.wb Bismillahirrahmanirrahim


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa, Tuhan
semesta alam. Atas izin dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat
dengan baik. Tak lupa kami haturkan shalawat serta salam kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada diri kita di hari akhir
kelak.
Penulisan makalah berjudul “STUDI KITAB TAFSIR AL-MISBAH
(PROF. M. QURAISH SHIHAB)” bertujuan untuk Pada kesempatan ini, tak lupa
kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan makalah ini, hingga kami dapat menyelesaikan dengan sebaik-baiknya.
Akhirul kalam, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Besar harapan kami sebagai penulis agar pembaca berlenan memberikan
masukan berupa kritik dan saran yang membangun. Semoga makalah ini bisa
memberikan manfaat bagi kita semua.
Wassalamualaikum wr.wb

Jakarta, 31 Oktober 2022

Penulis

i
2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I .......................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah...................................................................................... 3

C. Tujuan ......................................................................................................... 3

BAB II ......................................................................................................... 5

PEMBAHASAN ......................................................................................... 5

A. Data Fisiologis Tafsir ................................................................................. 5

B. Biografi M. Quraish Shihab ...................................................................... 7

C. Sumber penafsiran.....................................................................................16

D. Metode penafsiran......................................................................................18

E. Sistematika Penafsiran ............................................................................ 18

F. Corak Penafsiran...................................................................................... 20

G. Kelebihan dan Catatan Kecil Tafsir Al-Mishbah.................................. 22

BAB III ..................................................................................................... 23

PENUTUP ................................................................................................ 23

DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 24

ii
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Al-Qur'an secara harfiah berarti "bacaan sempurna" merupakan suatu


nama pilihan Allah yang sungguh tepat. Tidak ada bacaan melebihi Al-Qur'an
dalam perhatian yang diperolehnya, bukan saja sejarahnya secara umum,
tetapi ayat-ayatnya, mulai dari dari masa, musim, dan saat turunnya, sampai
sebab-sebab beserta waktu-waktu turunnya. H.A.R. Gibb seorang orientalis
pernah menulis bahwa: “Tidak ada seorang pun dalam seribu lima ratus tahun
ini telah memainkan “alat” bernada nyaring yang sangat mampu, berani
danluasnyagetaran jiwa yang diakibatkan, seperti yang dibaca Muhammad
(al-Qur’an)”. Keindahan bahasanya demikian terpadu dalam al-Qur’an,
ketelitian maupun keseimbangannya dengan kedalaman makna, kekayaan dan
kebenarannya, serta kemudahan pemahaman dan kehebatan kesan yang
ditimbulkannya.1

Al-Qur’an dapat berperan dan berfungsi dengan baik sebgai


tuntunan dan pedoman serta petunjuk hidup untuk umat manusia,
terutama di zaman kontemporer seperti saat ini. Oleh karena itu, tidaklah
cukup jika Al-Qur’an hanya dianggap sebgai sebuah bacaan belaka dalam
kehidupan sehari-hari tanpa dibarengi dengan pengertian dari maksud ayat
tersebut. Mengungkap dan memahami Al-Qur’an merupakan suatu upaya
untuk mengurai isi serta makna yang terkandung didalamnya. Disisi yang
lain sejarah mencatat bahwa Al-Qur’an yang sudah lebih dari 1400 tahun
lalu diturunkan untuk merespon kondisi, situasi sosial, politik, budaya dan
relegiusitas masyarakat Arab tentu kondisi tersebut sangat jauh berbeda
dengan kehidupan dan kondisi pada zaman global dan kontemporer saat ini.
Maka dari itu penting untuk melakukan reinterpretasiterhadap Al-Qur’an
dengan melihat dan mempertimbangkan kondisi di mana dan kapan Al-

1
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur'an: Tafsir Maudhu'i Atas Pelbagai Persoalan
Umat, (Bandung: Mizan, 1996), hal. 1-5

4
2

Qur’an itu turun.2


Salah satu yang menarik dari penafsiran kontemporer adalah tafsir al-
Misbah karya M. Quraish Shihab. Quraish Shihab melihat bahwa
masyarakat muslim Indonesia sangat mencintai dan mengagumi al-Qur’an,
hanya saja sebagian dari mereka itu hanya kagum pada bacaan dan
lantunan dengan menggunakan suara merdu. Kenyataan ini seolah-olah
mengindikasikan bahwa al-Qur’an hanya sekedar untuk dibaca saja.
Sebenarnya bacaan dan lantunan Al-Qur’an harus disertai dengan
pemahaman dan penghayatan dengan menggunakan akal dan hati untuk
mengungkapkan pesan-pesan yang terkandung di dalamnya. Al-Qur’an telah
memberikan banyak motivasi agar manusia merenungi kandungan-
kandungannya melalui dorongan untuk memberdayakan akal pikirannya.
Tradisi tilāwah, qirā’ah dan tadabbur Al-Qur’an merupakan upaya
memahami dan mengamalkan Al-Qur’an.
Beberapa tujuan M. Quraish Shihab menulis Tafsir al-Misbah
adalah: pertama, memberikan langkah yang mudah bagi umat Islam dalam
memahami isi dan kandungan ayat-ayat Al-Qur'an dengan jalan menjelaskan
secara rinci tentang pesan-pesan yang dibawa oleh al-Qur’an,serta
menjelaskan tema-tema yang berkaitan dengan perkembangan kehidupan
manusia. Karena menurut M. Quraish Shihab walaupun banyak orang
berminat memahami pesan-pesan yang terdapat dalam Al-Qur’an, namun ada
kendala baik dari segi keterbatasan waktu, keilmuan, dan kelangkaan
refrerensi sebagai bahan acuan.3
Kedua, ada kekeliruan umat Islam dalam memaknai fungsi Al-
Qur’an. Misalnya, tradisi membaca Q.S. Yāsin berkali-kali, tetapi tidak
memahami apa yang mereka baca berkali-kali tersebut. Indikasi tersebut juga
terlihat dengan banyaknya buku-buku tentang fadhilah-fadhilah surat-surat
dalam Al-Qur’an. Dari kenyataan tersebut perlu untuk memberikan bacaan

2
Atik Wartini, "Corak Penafsiran M. Quraish Shihab Dalam Tafsir Al-Mishbah",
Hunafa: Jurnal Studia Islamika, Vol. 11 No. 1, Juni 2014, hal. 110
3
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur'an, Vol.I,
(Jakarta: Lentera Hati, 2016), hal. xiii

2
3

baru yang menjelaskan tema-tema atau pesan-pesan Al-Qur’an pada ayat-


ayat yang mereka baca.4
Ketiga, kekeliruan itu tidak hanya merambah pada level masyarakat
awam terhadap ilmu agama tetapi juga pada masyarakat terpelajar yang
berkecimpung dalam dunia studi Al-Qur’an, apalagi jika mereka
membandingkan dengan karya ilmiah, banyak diantara mereka yang tidak
mengetahui bahwa sistematika penulisan Al-Qur’an mempunyai aspek
pendidikan yang sangat menyentuh.5 Dan keempat, adanya dorongan dari
umat Islam Indonesia yang menggugah hati dan membulatkan tekad M.
Quraish Shihab untuk menulis karya tafsir.6
Dalam makalah ini, kami akan membahas tentang data fisiologis tafsir,
biografi M. Quraish Shihab, referensi tafsir, metode penafsiran, sistematika
penafsiran, corak penafsiran dan kelebihan serta catatan kecil dari Kitab Tafsir
Al-Mishbah.

B. Rumusan Masalah

Sebagaimana yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah,


peneliti menemukan beberapa permasalahan yang kiranya pantas untuk
diangkat dan dikaji dalam makalah ini, agar makalah ini dapat terarah, fokus
dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Berikut rumusan masalah yang akan
dikaji oleh peneliti:
1. Bagaimana Biografi M. Quraish Shihab?
2. Bagaimana metodologi Tafsir Al-Mishbah karya M. Quraish Shihab?
3. Apa saja kelebihan dan catatan kecil dari Kitab Tafsir Al-Mishbah?

C. Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan


untuk:

1. Mengetahui biografi M. Quraish Shihab

4
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan,... Vol.I, hal. xiv
5
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan,... Vol.I, hal. xv
6
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan,... Vol.I, hal. xvii

3
4

2. Memahami metodologi Tafsir Al-Mishbah karya M. Quraish Shihab


3. Mengetahui kelebihan dan catatan kecil dari Kitab Tafsir Al-Mishbah.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Data Fisiologis Tafsir

Tafsir al-Misbah pesan, kesan, dan keserasian al-Qur’an oleh M.


Quraish Shihab adalah sebuah karya tafsir al-Qur’an 30 juz yang terdiri dari 15
volume atau jilid, penafsirannya dengan menggunakan bahasa Indonesia, dan
diterbitkan oleh “Lentera Hati”. Jika ditinjau dari artinya Al-Misbah memiliki
arti lampu, pelita atau lentera yang berfungsi sebagai penerang. Dengan ini
pengarang kitab tafsir Al-Misbah berharap karyanya akan dijadikan sebagai
petunjuk pegangan yang dapat memberikan banyak manfaat sebagai pedoman
masyarakat, guna memberi kemudahan dalam memahami makna al-Qur’an
secara langsung tanpa adanya kendala untuk memahami bahasanya.
Karya-karya M. Quraish Shihab pada umumnya dan tafsir Al-Misbah
pada khususnya, memiliki ciri khas dalam kepenulisan. Dalam memilih gaya
bahasa yang digunakan, M. Quraish Shihab lebih mengedepankan kemudahan
pembaca yang tingkat intelektualitasnya relatif lebih beragam. Hal ini dapat
dilihat dalam setiap bahasa yang sering digunakan M. Qurais Shihab dalam
menulis karya-karyanya mudah dicerna dan dimengerti oleh semua lapisan
masyarakat Indonesia.
M. Quraish Shihab banyak menekankan perlunya memahami wahyu
Ilahi dengan pendekatan kontekstual dan tidak semata-mata terpaku pada
makna tekstual agar pesan-pesan yang terkandung di dalamnya dapat
difungsikan dalam kehidupan nyata. Pendekatan kontekstual adalah
pendekatan yang berorientasi pada konteks penafsir al-Qur’an. Bentuk
pendekatan ini menggunakan kontekstualitas dalam pendekatan tekstual yaitu
latar belakang sosial historis dimana teks muncul dan diproduksi menjadi
variabel penting. Serta ditarik dalam konteks penafsir dimana ia hidup dan
berada, dengan pengalaman budaya, sejarah dan sosialnya sendiri. Oleh karena
itu, sifat gerakannya adalah dari bawah ke atas, yaitu dari konteks menuju teks.7

7
Islah Gusmian, Khasanah Tafsir Indonesia dari Hermeunetika hingga Ideologi,
(yogyakarta: LKIS,2013), 276

5
6

Tafsir al-Misbah ini tentu saja bukan hasil ijtihad (pemikiran) M.


Quraish Shihab saja, sebagaimana dalam muqaddimahnya, ia mengakui bahwa
dalam tafsirnya ini banyak sekali kutipan pendapat ulama’ baik ulama’ salaf
maupun kontemporer khususnya pandangan pakar tafsir Ibrahim ibn Umar al-
Biqā’i (w. 885 H/1480 M). Diantara pendapat ulama’ yang sering ia kutip
pendapatnya adalah Sayyid Muhammad Thanthāwi, Syaikh Mutawalli asy-
Sya’rāwi, Sayyid Quthub, Muhammad Thāhir Ibn Asyūr, Sayyid Muhammad
Husein Thabāthabā’i, serta beberapa mufassir lain.8
Berikut susunan kitab tafsir Al-Misbah:
1. Volume 1, terdiri dari dua surat yakni surat al-Fātihah dan al-Baqarah
Volume 1 ini berjumlah 754 halaman.
2. Volume 2, terdiri dari dua surat yakni surat Ali Imran dan surat al-Nisā’
Volume 2 ini berjumlah 845 halaman.
3. Volume 3, terdiri dari dua surat, yakni surat al-Māidah dan al-An’ām
Volume 3 ini berjumlah 772 halaman.
4. Volume 4, terdiri dari dua surat, yakni surat al-A’rāf dan al-Anfāl
pada volume 4 ini berjumlah 624 halaman.
5. Volume 5, terdiri dari 3 surat, yakni al-Taubah, Yūnus dan Hūd
volume 5 ini berjumlah 794 halaman.
6. Volume 6 terdiri dari 5 surat, yakni surat Yūsuf, al-Ra’d, Ibrāhīm, al-Hijr,
dan al-Nahl
Volume 6 ini berjumlah 781 halaman.
7. Volume 7 terdiri dari 4 surat, yakni surat al-Isra’, al-Kahf, Maryam, dan
surat Thāha
Volume 7 ini berjumlah 718 halaman.
8. Volume 8 terdiri dari 4 surat, yakni surat al-Anbiyā’, al-Hajj, al-Mu’minūn
dan surat al-Nūr
Volume 8 ini berjumlah 624 halaman.

8
Ibid, xviii

6
7

9. Volume 9 terdiri dari 4 surat, yakni surat al-Furqān, al-Syu’arā’, al-Naml,


dan surat al-Qaşaş
Volume 9 ini berjumlah 692 halaman.
10. Volume 10 terdiri dari 6 surat, yakni surat al-Ankabūt, al-Rūm, Luqman,
al-Sajdah, al-Ahzāb dan surat Saba’
Volume 10 ini berjumlah 656 halaman.
11. Volume 11 terdiri dari 6 surat, yakni surat Fāţir, Yāsīn, al-Çaffat, Çad, al-
Zumar dan surat Gafir
Volume 11 ini berjumlah 679 halaman.
12. Volume 12 terdiri dari 8 surat yakni surat Fussilat, al-Zukhruf, al-Dukhan,

al-Jāśiyah, al-Ahqāf, Muhammad, al-Fath, dan surat al-Hujurāt

Volume 12 ini berjumlah 630 halaman.


13. Volume 13 terdiri dari 11 surat, yakni surat Qāf, al-Zāriyat, al-Ţūr, al-
Najm, al-Qamar, al-Rahmān, al-Wāqi’ah, al-Hadīd,al-Mujadalah, al-
Hasyr, dan surat al-Mumtahanah.
Volume 13 ini berjumlah 613 halaman.
14. Volume 14 terdiri dari 17 surat, yakni al-Çaff, al-Jumu’ah, al-Munāfiqūn,
al-Taghābun, al-Ţalāq, al-Tahrīm, al-Mulk, al-Qalam, al-Hāqqah, al-

Ma’ārij, Nūh, al-Jinn, al-Muzammil, al-Mudaśśir, al-Qiyāmah, al-Insān

dan surat al-Mursalāt


Volume 14 ini berjumlah 619 halaman.
15. Volume 15 terdiri dari Juz Amma
Volume 15 berjumlah 760 halaman.9

B. Biografi M. Quraish Shihab

Ulama tafsir penulis Tafsir Al-Misbah, Muhammad Quraish Shihab,

9
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah pesan, kesan, dan keserasian al-Qur’an, (Jakarta: Lentera
hati), 2002

7
8

lahir di Rappang, Sulawesi Selatan, pada tanggal 16 Februari 1944.10 Beliau


dilahirkan dalam sebuah keluarga yang religius dan terdidik sekalipun
sederhana.11 Keluarganya, meskipun menempati tanah di luar Pulau Jawa,
namun memegang tradisi Nahdliyyin.12 Nama akhir ‘Shihab’ adalah nama
keluarga Arab yang lazim di wilayah timur Indonesia.13 Nama itu pula yang
beliau warisi dari ayahnya, Prof. K.H. Abdurrahman Shihab, seorang
akademisi, politisi, sekaligus wirausahawan.14

Ayahnya, yang wafat pada 1986, merupakan lulusan Jami’atul Khair


Jakarta.15 Di dunia perguruan tinggi, Abdurrahman Shihab tercatat pernah
menjabat sebagai Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Alauddin Ujung
Pandang, dan juga sebagai pendiri Universitas Muslim Indonesia (UMI)
Ujung Pandang.16 Beliau juga merupakan guru besar di bidang tafsir.17
Keilmuan ayahnya tentu memengaruhi dan membentuk kecintaan Quraish
terhadap Al-Qur’an dan ilmu-ilmunya; di mana pada umur 6-7 tahun, Quraish
kecil sudah harus hadir di pengajian-pengajian ayahnya.18

M. Quraish Shihab menempuh sekolah formalnya mulai dari Sekolah


Dasar hingga Sekolah Menengah Pertama di Ujung Pandang.19 Pada 1956,
beliau mengenyam pendidikan di Pesantren Dar al-Hadits al-Fiqhiyyah di
Malang.20 Pendidikan di pesantren tersebut berlangsung selama dua tahun,

10
Ali Geno Berutu, “Tafsir Al-Misbah Muhammad Quraish Shihab” (OSF Preprints,
December 14, 2019), hal. 3, accessed October 24, 2022, https://osf.io/9vx5y/.
11
Afrizal Nur, “M. Quraish Shihab Dan Rasionalisasi Tafsir,” Jurnal Ushuluddin 18, no.
1 (June 1, 2012): hal. 22.
12
Nur, “M. Quraish Shihab Dan Rasionalisasi Tafsir,” hal. 22.
13
Atik Wartini, “Corak Penafsiran M. Quraish Shihab Dalam Tafsir Al-Misbah,”
HUNAFA: Jurnal Studia Islamika 11, no. 1 (June 19, 2014): hal. 114.
14
Berutu, “Tafsir Al-Misbah Muhammad Quraish Shihab,” hal. 3; Reni Kumalasari,
“Mengenal Ketokohan Quraish Shihab Sebagai Pakar Tafsir Indonesia,” BASHA’IR: Jurnal Studi
Al-Qur’an dan Tafsir (December 31, 2021): hal. 97.
15
M. Hasdin Has, “Konstribusi Tafsir Nusantara Untuk Dunia (Analisis Metodologi
Tafsir al-Misbah Karya M. Quraish Shihab),” Al-MUNZIR 9, no. 1 (March 24, 2018): hal. 71.
16
Berutu, “Tafsir Al-Misbah Muhammad Quraish Shihab,” hal. 3; Kumalasari,
“Mengenal Ketokohan Quraish Shihab,” hal. 97.
17
Kumalasari, “Mengenal Ketokohan Quraish Shihab,” hal. 97.
18
Kumalasari, “Mengenal Ketokohan Quraish Shihab,” hal. 97.
19
Berutu, “Tafsir Al-Misbah Muhammad Quraish Shihab,” hal. 3.
20
Muhammad Iqbal, “Metode Penafsiran Al-Qur’an M. Quraish Shihab,” TSAQAFAH 6,
no. 2 (November 30, 2010): hal. 250.

8
9

sebelum akhirnya pada 1958, ia dan adiknya Alwi Shihab lulus seleksi
nasional yang diselenggarakan oleh Departemen Agama Republik Indonesia
untuk menerima siswa-siswa Indonesia yang ingin bersekolah ke Kairo,
Mesir.21 Pada usianya yang ke-14 tahun, ia melanjutkan pendidikan ke kelas
II Tsanawiyyah al-Azhar.22 Keberangkatannya dibiayai oleh beasiswa dari
Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan.23

Lulus dari pendidikan menengah di al-Azhar, M. Quraish Shihab ingin


melanjutkan studi ke Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin di Universitas
al-Azhar, namun ia harus mengulang belajar setahun sebelum bisa masuk ke
jurusan yang ia inginkan tersebut karena syarat-syaratnya belum terpenuhi.24
Tekadnya tersebut berbuah manis ketika pada 1967 ia lulus dari pendidikan
sarjana, lalu melanjutkan pendidikannya meraih gelar master di bidang tafsir
Al-Qur’an melalui tesisnya “al-I’jaz at-Tasyri’i al-Qur’an al-Karim” pada
1969.25

Usai meraih gelar master tersebut, M. Quraish Shihab kembali ke


Ujung Pandang untuk membantu ayahnya membina perguruan tinggi di IAIN
Alauddin, sembari mengampu jabatan Wakil Ketua Rektor di bidang
Akademis dan Kemahasiswaan selama delapan tahun dari 1972 hingga
1980.26 Disamping itu, beliau juga ditunjuk sebagai Koordinator Koordinasi
Perguruan Tinggi Islam Swasta (Kopertais) Wilayah VII Indonesia Bagian
Timur serta sebagai Pembantu Pimpinan Kepolisian Indonesia Timur dalam
bidang pembinaan mental.27 Saat beraktivitas di Ujung Pandang ini, beliau
melakukan beberapa penelitian, di antaranya adalah “Penerapan Kerukunan
Hidup beragama di Indonesia Timur” (1975) dan “Masalah Wakaf di

21
Kumalasari, “Mengenal Ketokohan Quraish Shihab,” hal. 97; Nur, “M. Quraish Shihab
Dan Rasionalisasi Tafsir,” hal. 22.
22
Berutu, “Tafsir Al-Misbah Muhammad Quraish Shihab,” hal. 3.
23
Has, “Konstribusi Tafsir Nusantara Untuk Dunia,” hal. 71.
24
Berutu, “Tafsir Al-Misbah Muhammad Quraish Shihab,” hal. 3-4.
25
Iqbal, “Metode Penafsiran Al-Qur’an M. Quraish Shihab,” hal. 250.
26
Berutu, “Tafsir Al-Misbah Muhammad Quraish Shihab,” hal. 4.
27
Nur, “M. Quraish Shihab Dan Rasionalisasi Tafsir,” hal. 23; Iqbal, “Metode Penafsiran
Al-Qur’an M. Quraish Shihab,” hal. 250; Berutu, “Tafsir Al-Misbah Muhammad Quraish Shihab,”
hal. 4.

9
10

Sulawesi Selatan” (1978).28

Barulah pada tahun 1980, M. Quraish Shihab kembali ke Kairo untuk


melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi di bidang Al-Qur’an.29
Hanya dalam kurun waktu dua tahun saja, ia berhasil meraih gelar doktor pada
1982 melalui disertasinya yang berjudul “Nizham ad-Durar li al-Biqa’iyy:
Tahqiq wa Dirasah” dengan predikat suma cum laude atau mumtaz ma’a
martabat asy-syaraf al-ula.30 Beliau menjadi orang pertama asal Asia
Tenggara yang berhasil meraih gelar doktor dengan predikat tersebut.31
Terlepas dari prestasi akademiknya tersebut, M. Quraish Shihab tetap aktif di
organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Indonesia cawangan
Mesir.32

Sekembalinya dari Mesir, di tahun 1984 pindah tugas dari IAIN


Alauddin Ujung Pandang untuk mengabdi di Fakultas Ushuluddin dan
Fakultas Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.33 Pada 1985, beliau
diberi amanah menjadi Ketua Majelis Ulama Indonesia Pusat hingga tahun
1998.34 Sejak 1989, beliau juga aktif di Lajnah Pentashihan Mushaf Al-
Qu’ran Departemen Agama (LPMA Depag) dan Badan Pertimbangan
Pendidikan.35 Lalu pada tahun 1992, M. Quraish Shihab diangkat menjadi

28
Has, “Konstribusi Tafsir Nusantara Untuk Dunia,” hal. 71-72; Berutu, “Tafsir Al-
Misbah Muhammad Quraish Shihab,” hal. 4.
29
Berutu, “Tafsir Al-Misbah Muhammad Quraish Shihab,” hal. 4.
30
Kumalasari, “Mengenal Ketokohan Quraish Shihab,” hal. 97; Berutu, “Tafsir Al-
Misbah Muhammad Quraish Shihab,” hal. 4.
31
Iqbal, “Metode Penafsiran Al-Qur’an M. Quraish Shihab,” hal. 250.
32
Abdi Risalah Husni Alfikar and Ahmad Kamil Taufiq, “Metode Khusus Muhammad
Quraish Shihab Dalam Tafsirnya,” Jurnal Iman dan Spiritualitas 2, no. 3 (August 1, 2022): hal.
375.
33
Berutu, “Tafsir Al-Misbah Muhammad Quraish Shihab,” hal. 4; Has, “Konstribusi
Tafsir Nusantara Untuk Dunia,” hal. 72; Iqbal, “Metode Penafsiran Al-Qur’an M. Quraish
Shihab,” hal. 250.
34
Muhammad Alwi HS, Muhammad Arsyad, and Muhammad Akmal, “Gerakan
Membumikan Tafsir Al-Qur’an Di Indonesia: Studi M. Quraish Shihab Atas Tafsir Al-Misbah,”
Jurnal At-Tibyan: Jurnal Ilmu Alqur’an dan Tafsir 5, no. 1 (June 30, 2020): hal. 93-94; Has,
“Konstribusi Tafsir Nusantara Untuk Dunia,” hal. 72.
35
Iqbal, “Metode Penafsiran Al-Qur’an M. Quraish Shihab,” hal. 250.

10
11

Rektor IAIN Syarif Hidayatullah selama dua periode hingga tahun 1998.36

Di samping kesibukan-kesibukan tersebut, M. Quraish Shihab pada


saat itu juga aktif di organisasi-organisasi berikut:

1. Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI), sebagai Asisten Ketua


Umum.
2. Perhimpunan Ilmu-Ilmu Syari’ah, sebagai pengurus.
3. Konsorsium Ilmu-Ilmu Agama Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, sebagai pengurus.
4. Pendidikan Kader Ulama (PKU) yang digagas MUI, sebagai direktur.
5. Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ) sebagai pendiri.37
Beliau juga berkiprah di bidang politik dengan menjadi anggota MPR
RI pada tahun 1982.38 Pada awal tahun 1998, beliau ditunjuk menjadi Menteri
Agama di kabinet Pembangunan IV—kabinet terakhir dari era Soeharto.39
Hingga pada akhirnya di tahun 1999 di era reformasi, beliau ditunjuk menjadi
Duta Besar Republik Indonesia di Mesir, Djibouti, dan Somalia, yang pada
tahun itu juga beliau mulai menulis magnum opus-nya, Tafsir al-Misbah.40

Di sela-sela kesibukannya, beliau tetap aktif di dalam dunia jurnalistik.


Beliau menjadi pengasuh rubrik “Tafsir Amanah” di harian Pelita, juga
menjadi anggota dewan redaksi majalah Ulum Alquran dan Mimbar Ulama.41

Ketokohan M. Quraish Shihab di bidang Ilmu Al-Qur’an dan tafsir


tidak dibangun sendiri oleh beliau. Ada guru-guru dan ulama-ulama besar di
belakang beliau yang menjadi tempatnya memuaskan dahaganya akan ilmu.
Salah satunya adalah Al-Habib Abdul Qadir Bilfaqih (wafat tahun 1962M).

Berutu, “Tafsir Al-Misbah Muhammad Quraish Shihab,” hal. 4; HS, Arsyad, and
36

Akmal, “Gerakan Membumikan Tafsir Al-Qur’an Di Indonesia,” 93–34.


37
Wartini, “Corak Penafsiran M. Quraish Shihab,” hal. 116; Has, “Konstribusi Tafsir
Nusantara Untuk Dunia,” hal. 72; Iqbal, “Metode Penafsiran Al-Qur’an M. Quraish Shihab,” hal.
251.
38
HS, Arsyad, and Akmal, “Gerakan Membumikan Tafsir Al-Qur’an Di Indonesia,” hal.
93-94.
39
Has, “Konstribusi Tafsir Nusantara Untuk Dunia,” hal. 72; Berutu, “Tafsir Al-Misbah
Muhammad Quraish Shihab,” hal. 4; HS, Arsyad, and Akmal, “Gerakan Membumikan Tafsir Al-
Qur’an Di Indonesia,” 93–94.
40
Iqbal, “Metode Penafsiran Al-Qur’an M. Quraish Shihab,” hal. 251.
41
Wartini, “Corak Penafsiran M. Quraish Shihab,” hal. 116-117.

11
12

Beliau adalah kyai di Pesantren Dar al-Hadits al-Fiqhiyyah Malang yang


berwawasan luas dan memiliki concern agar murid-muridnya mencintai ahl
al-bait.42 Guru lainnya yang tercatat adalah Syaikh ‘Abd al-Halim Mahmud,
yang merupakan dosen M. Quraish Shihab di Universitas Al-Azhar, lulusan
Universitas Sorbonne di bidang filsafat. Ia adalah pengarang buku at-Tafsir
al-Falsafi fi al-Islam dan al-Islam wa al-‘Aql. 43

Ada pula penulis yang menjadi guru in absentia dari M. Quraish


Shihab, yaitu ‘Abbas Mahmud al-‘Aqqad. Shihab mengaku banyak
terpengaruh oleh karya-karya yang ditulis olehnya, karena dianggap rasional
dan tidak keluar dari koridor keislaman.44

Mufasir penulis Tafsir Al-Misbah ini memiliki banyak karya lainnya


dan terhitung sangat produktif di dunia penelitian dan penulisan. Di antara
karyanya adalah:

Tafsir Al-Manar: Keistimewan dan Kelemahannya (Ujungpandang:


IAIN Alauddin, 1984), Filsafat Hukum Islam (Jakarta: Departemen Agama,
1988), Mahkota Tuntunan Illahi: Tafsir Surat Al- Fatihah (1988), Lentera
Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan (Bandung: Mizan, 1994), Membumikan
Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat
(Bandung: Mizan, 1996), Wawasan al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas
Berbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 1996),Hidangan Ilahi Ayat-ayat
Tahlil (Jakarta: Lentera Hati, 1997), Tafsir Alquran AlKarim: Tafsir Surat-
surat Pendek Berdasarkan Urutan Turunya Wahyu (1997), Mukjizat Alquran
Ditinjau dari Berbagai Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan
Ghaib (1997), Yang Tersembunyi (Jakarta: Lentera Hati, 1999), DIA Dimana-
mana: “Tangan” Tuhan di Balik Setiap Fenomena (Jakarta: Lentera Hati,
2004), Logika Agama: Kedudukan Wahyu dan Batas-batas Akal dalam Islam,
(Jakarta: Lentera Hati, 2005), Jilbab (Jakarta: Lentera Hati, 2005), Kaidah

42
Nur, “M. Quraish Shihab Dan Rasionalisasi Tafsir,” hal. 22.
43
Nur, “M. Quraish Shihab Dan Rasionalisasi Tafsir,” hal. 23.
44
Nur, “M. Quraish Shihab Dan Rasionalisasi Tafsir,” hal. 23.

12
13

Tafsir (2013), Islam yang Disalahpahami (2018), dan karya-karya lainnya.45

M. Quraish Shihab tidak melabeli dirinya terhadap satu mazhab


tertentu. Untuk masalah teologis antara Sunni dan Syi’ah sendiri, beliau malah
sering dianggap sebagai pembela Syi’ah oleh kalangan Sunni.46 Meskipun
bisa jadi, hal itu disebabkan karena pendapat kontroversialnya mengenai
hukum jilbab.47

Namun menurut beliau sendiri, afiliasi mazhab teologis, fikih, tasawuf


yang beliau anut adalah mazhab mayoritas di Indonesia. Dalam pengantar
bukunya Islam Yang Saya Anut, beliau menulis: “Apa yang terhidang di sini
adalah apa yang penulis anut dari pandangan Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari
(873-935 M) dalam bidang akidah; mazhab Imam Muhammad bin Idris asy-
Syafi’i dalam bidang hukum; ajaran Imam Muhammad bin Muhammad bin
Muhammad al-Ghazaly (wafat 1111 M) dalam bidang akhlak.”48

Dalam tafsirnya, dapat kita temui beberapa contoh dari penafsiran


ayat-ayat yang berkaitan dengan apa yang telah diungkapkan M. Quraish
Shihab mengenai afiliasi mazhab teologis, fikih, dan tasawuf yang ia anut,
diantaranya adalah tafsiran ayat
َ ْ ُ ُ َ َ ُ ٌ َ ْ ُ ْ َ ّٰ ُ ُ ْ ُ ْ َ
ُ ‫ۗغل ْت ا ْي ِد ْيه ْم َولع ُن ْوا ب َما َقال ْواۘ َبل َي ّٰد ُه َم ْب ُس ْو َط ّٰتن ُي ْنِ ُُ َ ْي ََ ََ ََا‬
ُۗ ‫ء‬ ‫ة‬ ‫ل‬‫و‬ ‫ل‬ ‫غ‬ ‫م‬ ‫ه‬
ِ ‫الل‬ ‫د‬‫ي‬َ ‫َو َقالت ال َيهود‬
ۗ ِ ِ ِ ِ ِ ِ

ّٰ
َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ ْ ُ ُ َ َْ َ ْ َ َْ َ ً ْ ُ َ ً َ ْ ُ َ َ ْ َ َْ َ ُْ َ ْ ُ ْ ً ْ َ َ َ ْ ََ َ
‫ولي ِزيدن َ ِثيرا ِمنهم مآ ان ِزل ِاليك ِمن ر ِبك طغيانا وَِراۗ والقينا بينهم العداوة والبغضاء ُۗ ِالى‬

ُ ُ َ ُ ّٰ َ ً َ َ َْ َ ْ َ َ ُ ّٰ َ َ َ َْ َ ْ َ ُ َ َ َ َُ ْ ْ
ِ ‫َيو ِم ال ِق ّٰي َم ِةۗ كلمآ ا ْوقد ْوا ن ًارا ِللح ْر ِب اطِاها الله َوَ ْسعون ِفى الا ْر ِض فساداۗ والله لا‬
ُّ ُِ

ْ ْ
٤٦ ‫ال ُمِ ِس ِد ْي َن‬

Dan orang-orang Yahudi berkata, “Tangan Allah terbelenggu.” Sebenarnya


tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat
disebabkan apa yang telah mereka katakan itu, padahal kedua tangan Allah
terbuka; Dia memberi rezeki sebagaimana Dia kehendaki. Dan (Al-Qur'an)
yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu pasti akan menambah
kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan mereka. Dan Kami timbulkan
permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari Kiamat. Setiap

13
14
mereka menyalakan api peperangan, Allah memadamkannya. Dan mereka
berusaha (menimbulkan) kerusakan di bumi. Dan Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan. (Q.S Al-Maidah:64)

Dalam penafsiran ayat ini, M. Quraish Shihab mengutip beberapa


pendapat mengenai makna dari tangan Allah, sebagian mufassir ada yang
menafsirinya dengan diam tanpe memberikan komentar apapun sambil
berkata “Hanya Allah Yang Maha Mengetahui artinya”, sebagian lagi
berpendapat bahwa “memang Allah mempunyai tangan, tetapi tidak serupa
dengan tangan makhluk”, ada pula yang menafsiri bahwa tangan memiliki
makna majazi yang sesuai dengan konteks pembicaraan. Dapat memiliki
makna anugerah, kekuasaan, qudrah, dan kerajaan. Dalam konteks ayat ini,
tangan bermakna anugerah-Nya. Dari banyaknya pendapat mufassir tentang
makna tangan, semuanya sepakat bahwa tangan yang dimaksud tidak serupa
dengan tangan makhluk karena tidak ada sesuatu apapun yang serupa
dengan Allah, hanya saja penggunaan tangan disini menununjukkan betapa
luas anugerah dan kekuasaan-Nya.

Dari penggalan penafsiran ditas, dapat ditarik kesimpulan bahwa M.


Quraish Shihab dalam afiliasi mazhab teologinya menganut pandangan
Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari yang bermuara pada dua pendapat, yaitu
tafwid dalam pandangan ulama’ salaf dan ta’wil dalam pandangan ulama’
khalaf.

Namun untuk penafsiran ayat-ayat fikih yang berkaitan dengan


hukum, M. Quraish Shihab mengutip seluruh pendapat ulama’ dan tidak
cenderung fanatik membenarkan pendapat yang ia anut. Seperti dalam
penafsiran
ّٰ
َ ‫الر ْح ّٰمن‬
١ ‫الر ِح ْي ِم‬ َ ‫ب ْسم الله‬
ِ ِ ِ ِ

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. (Q.S Al-
Fatihah:1)

Dalam menafsiri ayat pertama dalam surah Al-Fatihah ini, M.


Quraish Shihab mengupas berbagai pandangan ulama’ mengenai basmalah,
Imam Malik berpendapat bahwa basmalah bukan merupakan bagian dari Al-
Fatihah, oleh karena itu tidak dibaca ketika membaca Al-Fatihah dalam
shalat. Sedangkan Imam Syafi’i berpendapat bahwa basmalah merupakan

14
15
ayat pertama surah Al-Fatihah, oleh karena itu shalat tidak akan sah tanpa
membaca basmalah ketika membaca syrah Al-Fatihah. Sedangkan Imam
Abu Hanifah mengambil jalan tengah diantara keduamya, yaitu basmalah
dibaca dalam shalat ketika membaca surah Al-Fatihah namun tidak dibaca
dengan keras.

Setelah memaparkan pendapat ulama’ mengenai basmalah dan setiap


dalil penguatnya, M. Quraish Shihab menyebutkan bahwa perbedaaan
pendapat itu tidak harus dipertentangkan, karena pintu surga amat luas,
dapat menampung semua pejalan menuju Allah swt. Oleh karena itu para
ulama’ lintas mazhab sepakat menyatakan bahwa shalatnya orang yang
berpendapat bahwa basmalah wajib dibaca dalam shalat tetap sah meski
bermakmum dengan imam yang tidak membaca basmalah ketika shalat.

Penulisan Tafsir Al-Misbah didorong oleh pengalamannya melihat


masyarakat yang baru bisa sampai pada tahap ‘membaca’ Al-Qur’an, dan
tidak mencoba memahami Al-Qur’an secara lebih mendalam.49 Terlebih lagi,
ia belum menemukan kitab tafsir berbahasa Indonesia yang sesuai cakupan
informasi dan cara penyajiannya untuk masyarakat awam, yang menurutnya
hal itu menjadi kendala dalam memahami Al-Qur’an lebih jauh.50

Tafsir-tafsir tematik seperti yang ditulis Fazlurrahman dan Mahmud


Syaltut, menurut M. Quraish Shihab, meski bertujuan untuk mendekatkan Al-
Qur’an kepada masyarakat, belum menyelesaikan masalah. Hal itu karena

45
Yusuf Budiana and Sayiid Nurlie Gandara, “Kekhasan Manhaj Tafsir Al-Mishbah
Karya M. Quraish Shihab,” Jurnal Iman dan Spiritualitas 1, no. 1 (February 16, 2021): hal. 87;
Berutu, “Tafsir Al-Misbah Muhammad Quraish Shihab,” hal. 5; Kumalasari, “Mengenal
Ketokohan Quraish Shihab,” hal. 97-98; Has, “Konstribusi Tafsir Nusantara Untuk Dunia,” 72.
46
Kumalasari, “Mengenal Ketokohan Quraish Shihab,” hal. 102.
47
Nur, “M. Quraish Shihab Dan Rasionalisasi Tafsir,” hal. 26-29; Kumalasari,
“Mengenal Ketokohan Quraish Shihab,” hal. 102-103.
48
Muhammad Quraish Shihab, Islam Yang Saya Anut, ed. Muhammad Husnil, Cet. IV.
(Tangerang: Lentera Hati, 2019), hal. 23.
49
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-
Qur’an, Cet. V. (Jakarta: Lentera Hati, 2005), jil. 1, hal. vi.
50
Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, jil. 1, hal. vii.

15
16

tema-tema yang dibahas tentu terbatas, dan tidak mencakup keseluruhan


tema-tema yang dikandung oleh Al-Qur’an yang mau dikenalkan pada
masyarakat.51

Terdapat motivasi lain yang mendorong penulisan Tafsir Al-Mishbah


ini. Motif lainnya adalah ketidakpuasan penulis terhadap tafsir yang
sebelumnya pernah beliau tulis pada 1997, yaitu Tafsir al-Qur’an al-Karim.
Tafsir yang mencakup 24 surat-surat pendek yang beliau urut berdasarkan
waktu turunnya tersebut, dirasa terlalu bertele-tele, tidak menarik minat
pembaca, dan hanya cocok untuk pembelajaran kuliah mahasiswa. Hal ini
yang juga mendorong beliau untuk menulis lagi dalam rangka mengenalkan
Al-Qur’an kepada masyarakat.52
C. Sumber Penafsiran

Rujukan (mashadir at-ta‘lif) dari Tafsir al-Mishbah terhitung kaya dan


mengambil dari mufasir-mufasir secara lintas mazhab, mulai dari tafsir-tafsir
Sunni, Muktazilah, hingga Syi’ah. Nur bahkan menyebutkan 17 nama
ilmuwan Barat dan filsuf-filsuf orientalis yang M. Quraish Shihab kutip dalam
rangka menguatkan penafsirannya, atau untuk membantah tuduhan orientalis
tersebut.53
Penulis Tafsir Al-Mishbah sendiri mengakui, bahwa ia mengutip dari
banyak tokoh, mulai dari ulama-ulama terdahulu hingga kontemporer.
Beberapa nama yang disebut oleh M. Quraish Shihab dalam Sekapur Sirih dari
tafsirnya tersebut adalah nama-nama berikut:
1. Ibrahim ibn ‘Umar al-Biqa’i (Nazhm ad-Durar fi Tanashub al-Ayat wa as-
Suwar).
2. Sayyid Muhammad Thanthawi (at-Tafsir al-Wasith li al-Qur’an al-Karim).
3. Syaikh Mutawalli asy-Sya’rawi (Tafsir asy-Sya’rawi).
4. Sayyid Quthb (Tafsir Fi Zhilal al-Qur’an).
5. Muhammad Thahir ibn ‘Asyur (at-Tahrir wa at-Tanwir).

51
Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, jil. 1, hal. vii.
52
Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, jil. 1, hal. viii–ix.
53
Nur, “M. Quraish Shihab Dan Rasionalisasi Tafsir,” hal. 24-25.

16
17

6. Sayyid Muhammad Husein Thabathaba’i (al-Mizan fi Tafsir al-Qur’an).54


Tafsir ini, dari segi sumber penafsiran (mashadir at-tafsir),
menyeimbangkan antara riwayat-riwayat yang ia kutip dan pemikiran-
pemikiran yang ia talar. Sehingga wajar untuk para pengkaji dan pembaca
untuk berseberangan pendapat dalam menilai sumber penafsiran tafsir ini.
Budiana dan Gandara misalkan, yang menilai bahwa Tafsir Al-Mishbah adalah
tafsir bir-ra‘y karena sering mengaitkan penafsirannya dengan kondisi sosial
dan kebudayaan aktual masyarakat.55 Lain halnya dengan Masduki,
sebagaimana dikutip HS dkk., yang menilai tafsir tersebut adalah tafsir bil-
ma‘tsur karena riwayat-riwayat yang M. Quraish Shihab paparkan lebih
dominan dibanding hasil nalarnya.56
Dengan mengkaji sekilas penafsirannya akan satu ayat, akan terlihat
kecenderungan sumber tafsir tersebut. Misalnya, ketika M. Quraish Shihab
memaparkan penafsirannya akan ayat pertama QS. Al-Fatihah, yaitu

bismillahirrahmanirrahim (‫)بسم الله الرحمن الرحيم‬, sepanjang enam belas

halaman, namun hanya sedikit riwayat hadis yang beliau paparkan, karena
beliau lebih banyak menggunakan pendekatan lughawi.57 Ada juga segmen
ketika beliau mendekati permasalahan basmalah melalui perbandingan
mazhab fikih.58
Tentu sangat jauh perbandingannya bila dibandingkan dengan kitab
tafsir yang jelas-jelas bil-ma‘tsur seperti ad-Durr al-Mantsur karangan as-
Suyuthi; di mana beliau ketika menafsirkan ayat yang sama, menjelaskan
riwayat-riwayat berjumlah puluhan sepanjang sebelas halaman, yang beliau
kutip dari Ibn Jarir, Ibn Abi Hatim, ad-Dailami, Ibn Abi Syaybah, al-Bazzar,
al-Hakim, al-Baihaqi, dan banyak lainnya.59 Singkatnya, Tafsir Al-Misbah
belum tergolong tafsir bil-ma‘tsur, tapi tafsir bir-ra‘y karena melimpahnya

54
Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, jil. 1, hal. xiii.
55
Budiana and Gandara, “Kekhasan Manhaj Tafsir Al-Mishbah Karya M. Quraish
Shihab,” hal. 87-88
56
HS, Arsyad, and Akmal, “Gerakan Membumikan Tafsir Al-Qur’an Di Indonesia,” hal.
98
57
Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, jil. 1, hal. 11–27
58
Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, jil. 1, hal. 25–26.
59
Jalal ad-Din ’Abd ar-Rahman ibn Abi Bakr as-Suyuthi, ad-Durr al-Mantsur (Beirut:
Dar al-Fikr, t.t.), jil. 1, hal. 19–30.

17
18

pendekatan-pendekatan non-riwayat.
D. Metode Penafsiran

Dalam memaparkan penafsirannya dalam tafsir al-Misbah, metode


yang digunakan M. Quraish Shihab lebih bernuansa kepada tafsir tahlili, yaitu
metode analisis, dengan cara menafsirkan al-Qur’an ayat demi ayat, surat demi
surat sesuai dengan urutan mushaf. Dan dalam memberikan ulasan dalam tafsir
al-Misbah M. Quraish Shihab tidak luput dari pembahasan ilmu al-Munasabat
yang tercermin dari hal-hal berikut:
1. Keserasian kata demi kata dalam satu surat
2. Keserasian kandungan ayat dengan akhir ayat (fawāşil)
3. Keserasian hubungan ayat dengan ayat berikutnya
4. Keserasian awal surat dengan akhir surat
5. Keserasian akhir surat dengan awal surat berikutnya
6. Keserasian pembahasan dalam satu surat dengan nama surat
E. Sistematika Penafsiran

Sebelum memaparkan penafsiran atas suatu surat, M. Quraish Shihab


memberikan pendahuluan yang membahas tentang jumlah ayat, tempat
diturunkannya, pembahasan (kandungan) surat tersebut, asal-usul penamaan
surat, surat yang turun sebelumnya, munasabah (hubungan) surat yang akan
dibahas dengan surat lain, serta nama lain dari surat tersebut.
Dalam mengulas penafsiran suatu surat, M. Quraish Shihab
membaginya menjadi beberapa kelompok, pengelompokan ayat ini
berdasarkan kandungannya, di dalam surat Al-Baqarah sendiri terdapat 23
kelompok ayat. Diawali dengan penulisan ayat, lalu dalam pemaparan tafsir
perayatnya M.Quraish Shihab menuliskan terjemah ayatnya dan disusul
dengan penafsiran secara gamblang.
M. Quraish Shihab juga memberikan penjelasan terhadap kalimat
dalam sebuah ayat, melalui pendekatan bahasa, yaitu dengan memaparkan asal
usul penggunaan kata tersebut, arti dan maksud kata tersebut dalam konteks
ayat. Tak jarang dalam pembahasan ini ia menukil pendapat ulama’, bahkan

18
19

pada beberapa kata diberikan rujukan bagi pembaca jika ingin mengetahuinya
lebih lanjut, serta dalam menerjemah ayat ia memberikan beberapa tambahan
penegasan sebagai penjelasan.
Berikut langkah-langkah yang dipaparkan M. Quraish Shihab dalam
penulisan tafsir Al-Misbah:
1. Menjelaskan nama surat
Sebelum menjelaskan lebih dalam M. Quraish Shihab mengawali
penulisan tafsirnya dengan menjelaskan nama surat, alasan penamaannya
serta keterangan tentang ayat yang diambil untuk dijadikan nama surat.

2. Menjelaskan jumlah ayat dan tempat turunnya surat.


3. Menjelaskan kandungan surat
Setelah memaparkan nama surat, ia mengulas kandungan dari surat
tersebut secara global dengan disertai riwayat atau pendapat-pendapat para
mufassir mengenai surat tersebut.
4. Mengelompokkan ayat-ayat
Sebelum menafsirkan ayat demi ayat, M.Quraish Shihab
mengelompokkan ayat-ayat dalam satu menjadi beberapa kelompok,
sesuai dengan pembahasan dalam kelompok ayat tersebut. Hal itu diawali
dengan menuliskan teks ayat-ayat yang berkelompok lalu ditafsirkan satu
persatu.
5. Menafsirkan kelompok ayat secara global
Sebelum pemaparan tafsir ayat demi ayat, M. Quraish Shihab
memberikan pengantar tafsir secara global untuk kelompok ayat tersebut,
hal itu untuk mempermudah para pembaca sebelum membahas tafsir ayat
lebih dalam.
6. Menjelaskan kosa kata
Setelah masuk pada penafsiran perayat, M. Quraish Shihab
menjelaskan makna dari kata-kata secara bahasa pada kalimat yang sulit
dipahami.
7. Menjelaskan hubungan antar ayat sebelum dan sesudahnya

19
20

Dalam hal ini M. Quraish Shihab selalu mengacu pada kitab Nazm
al-Durar fi Tanasub al-Ayah wa al-Suwar karya Ibrahim bin Umar al-
Biqa’i yang menjadi tema disertasinya.
8. Menjelaskan sebab-sebab turunnya ayat
Untuk ayat-ayat yang memiliki asbabun nuzul yang shahih, M.
Quraish Shihab mengulasnya terlebih dahulu.
F. Corak Penafsiran

Dari segi corak, tafsir Al-Misbah lebih cenderung kepada corak sastra
budaya dan kemasyarakatan (Adab ijtima’i). Corak penafsiran ini merupakan
corak baru yang menarik pembaca dan menumbuhkan kecintaan kepada al-
Qur’an serta memotivasi untuk menggali makna-makna dan rahasia-rahasia al-
Qur’an. Contoh corak tersebut dapat kita lihat ketika M. Quraish Shihab
menafsiri QS: al-Tin : 4
َْ ْ َ َ ْ ْ َ َْ َ ْ ََ
٦ ٍۖ‫لقد خلقنا ال ِان َسان ِف ْ ٓي اح َس ِن تق ِو ْيم‬

"Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-


baiknya" (At-Tin/95:4)
Kata taqwīm diartikan sebagai menjadikan sesuatu memiliki qiwam,
yakni bentuk fisik yang pas dengan fungsinya. Tidaklah tepat jika pemahaman
ungkapan sebaik-baik bentuk terbatas dalam pengertian fisik semata. Ayat ini
dikemukakan dalam konteks penggambaran anugerah Allah kepada manusia
dan tentu tidak mungkin anugerah tersebut terbatas pada bentuk fisik.
Bahkan dalam penafsiran ayat ini, M. Quraish Shihab menyatakan
bahwa peranan ibu bapak sangat berpengaruh dalam pembentukan sifat dan
karakter anak, bahkan kesehatan fisik dan psikis sang ibu sangat
mempengaruhi pada pertumbuhan dan kesehatan janin, karena kesehatan ibu
dapat mempengaruhi taqwīm bayi yang dikandungnya.
َ
َ ْ َ َ ُ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ ُ ّٰ ْ َ َ َ ً ْ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ ّٰ َ َ َ ْ ُ َ َ َْ َ َ
ۗ‫ا َول ْم َي َر ال ِذين َِر ٓوا ان السمو ِت والارض كانتا رتقا فِتقنهماۗ وجعلنا ِمن الما ِء ُۗ ك َّ َي ُۗ َي‬
ّٰ

َ ُ ْ َ ََ
٠٣ ‫افلا ُيؤ ِمن ْون‬

"Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi
keduanya dahulunya menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya;
dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa
mereka tidak beriman?" (Al-Anbiya'/21:30)

20
21

Dalam tafsir al-Misbah, M. Quraish Shuhab menyatakan bahwa ayat ini


dipahami oleh ilmuwan sebagai salah satu mukjizat al-Qur’an yang
mengungkap peristiwa penciptaan planet-planet. Banyak teori yang
dikemukakan oleh para pakar astronomi yang menyatakan bahwa langit dan
bumi awalnya merupakan satu gumpalan lalu terpisah sehingga menjadi langit
dan bumi. Dan dalam pemaparan tafsirnya, M. Quraish Shihab menjelaskan
beberapa teori-teori pembentukan planet serta menyatakan bahwa dalam ilmu
sitologi (ilmu tentang susunan dan fungsi sel) dan biokimia menyatakan bahwa
air merupakan komponen penting dalam membentuk makhluk hidup, jadi
makna dari ma’ (air) dalam konteks ayat ini tidak hanya bermakna sperma
manusia melainkan air sebagai komponen penting dalam pembentukan
makhluk hidup.

21
22

G. Kelebihan dan Catatan Kecil Tafsir Al-Mishbah

Kelebihan tafsir al-Misbah diantaranya:

1. Tafsir ini begitu kontekstual dengan realita di Indonesia, di dalamnya


banyak merespon beberapa hal yang aktual di dunia Islam, baik di
Indonesia maupun Internasional.
2. Dalam memaparkan penafsirannya M. Qurais Shihab terbilang sangat
baik, mampu mengolahnya dengan menggunakan bahasa yang mudah
dipahami serta sistematika penulisannya dapat diikuti oleh pembaca.
Ada beberapa catatan yang layak dikemukakan tentang penulisan tafsir
al-Misbah, diantaranya:

1. Penafsiran ayat al-Qur’an dalam tafsir ini dikelompokkan menjadi


beberapa kelompok, masing-masing kelompok berbeda jumlah ayatnya.
Selain itu penulisan tafsir ini tidak mengacu pada pembagian juz, oleh
karenanya dari 15 volume tafsir, ketebalannya bervariasi.
2. Dalam memaparkan penafsiran al-Qur’an, M. Quraish Shihab banyak
mengutip pendapat ulama’ klasik, jadi dalam menafsiri suatu ayat ia
menyisipkan pendapat ulama’. Disisi lain hal ini memiliki nilai positif
karena berisikan pemaparan tafsir secara gamblang dan menyeluruh,
namun sisi lain dari penafsiran ini adalah munculnya kejenuhan dari
pembaca karena merasa penafsirannya terlalu panjang, terlebih pembaca
yang masih awam.
3. Menurut sebagian masyarakat Indonesia penafsiran M. Quraish Shihab dianggap
keluar koridor keislaman, oleh karena itu ada beberapa orang yang menganggap
M. Quraish Shihab sebagai penganut aliran islam liberal, terlebih penafsirannya
mengenai jilbab.
Namun, hemat penulis penafsiran seperti itu merupakan khasanah kekayaan
dari tafsir itu sendiri.

22
BAB III
PENUTUP

Berdasarkan pembahasan diatas, dapat kami simpulkan bahwa:


1. M. Quraish Shihab adalah seorang Ulama penulis Tafsir Al-Mishbah. Beliau
menjadi orang pertama asal Asia Tenggara yang berhasil meraih gelar doktor
dengan predikat mumtaz ma’a martabat asy-syaraf al-ula di Kairo. Beliau
adalah seorang akademisi yang juga aktif dalam organisasi dan dalam dunia
jurnalistik. Beliau juga berkiprah di bidang politik mulai tahun 1982.
2. Tafsir Al-Misbah belum tergolong tafsir bil-ma‘tsur, tapi tafsir bir-ra‘y karena
melimpahnya pendekatan-pendekatan non-riwayat. Dalam memaparkan
penafsirannya dalam tafsir al-Misbah, metode yang digunakan M. Quraish
Shihab lebih bernuansa kepada tafsir tahlili, yaitu metode analisis, dengan
cara menafsirkan al-Qur’an ayat demi ayat, surat demi surat sesuai dengan
urutan mushaf. Dan dalam sistematika penafsirannya, M. Quraish Shihab
memaparkan tafsirnya diawali dengan penjelasan nama surat, kemudian
jumlah ayat dan empat turunnya surat, dilanjutkan dengan kandungan surat,
pengelompokkan ayat-ayat, penafsiran ayat secara global, penjelasan kosa
kata, penjelasan hubungan antara ayat sebelum dan sesudahnya, dan terakhir
penjelasan sebab-sebab turunnya ayat. Dan dari segi corak, Tafsir Al-Mishbah
lebih cenderung kepada corak sastra budaya dan kemasyarakatan (Adab
Ijtima'i).
3. Adapun kelebihan dari tafsir ini adalah tafsir ini kontekstual dengan realita
yang ada di Indonesia, kemudian pemaparan tafsir ini terbilang sangat baik
karena menggunakan bahasa yag udah dipahami. Sedangkan catatan kecil dari
tafsir ini adalah tafsir ini dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dan dan
tidak mengacu pada pembagian juz, kemudian pemaparan tafsir ini banyak
mengutip pendapat ulama klasik yang mana pembaca akan lebih cepat merasa
jenuh kare merasa penafsirannya terlalu panjang, dan yang terakhir sebagian
masyarakat Indonesia berpendapat bahwa penafsiran M. Quraish Shihab
dianggap keluar koridor keislaman, terlebih penafsirannya mengenai jilbab.

23
DAFTAR PUSTAKA

Aizid, Rizem, Sejarah Peradaban Islam Terlengkap Periode Klasik, Pertengahan


dan Modern. Yogyakarta: DIVA Press, 2021
Ali, Jawwad. (Cet. ke-2) Al-Mufasshal fi Tarikhil Arab Qabla Al-Islam. Beirut:
Lebanon.
Birrū, Taufīq. Tārīkh Al-’Arab al-Qadīm. t.k.p.: Dār al-Fikr, 2001.
Al-Buty, Fikih Siroh, terj. Fuad Syaifudin Nur, Jakarta: Penerbit Hikmah, 2009.
Hana, Muhamad Yusrul, “Perubahan Masyarakat Sosial di Jazirah Arab:
Transformasi Kultural Așabiyah dalam Menunjang Kekuasaan Nabi
Muhammad”,jurnal Al Izzah: Jurnal Hasil hasil Penelitian, Vol.15, No.2,
November 2020.
Al-Harawī, Muhammad ibn Ahmad Abū Manshūr. Tahdzīb Al-Lughah. Beirut:Dār
Ihyā’ at-Turāts al-’Arabiyy, 2001.
Ibn Manzhūr, Jamāl ad-Dīn. Lisān al-’Arab. Cet. III. Beirut: Dār Shādir, 1414.
Ibn Khaldun, Abdurrahman. Tarikh ibn Khaldun. Beirut, Lebanon: Dar Al- Fikr.
Le Bon, Gustav. Hadhārah al-’Arabiyyah. Kairo: Mu’assasah Hindawiyy li an-
Nasyr wa ats-Tsaqāfah al-Qāhirah, 2012.
Al-Mubarokfuri, Shafiurrahman, “Sirah Nabawiyah, terj. Kathur Suhardi,Jakarta:
Pustaka Al Kautsar, 2012.
Nasir, Amin, “Bahasa Arab Era Klasik dan Modern”, Jurnal Arabia, Vol.

No.6, 1 Januari – Juni, 2014.

Nasir, Amin. “Bahasa Arab Era Klasik Dan Modern (Tinjauan Pembelajaran
Teoritis).” Arabia: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab 6, no. 1 (2014).
Accessed September 13, 2022. https://journal.iainkudus.ac.id
/index.php/Arabia/article/view/1393.
Satir, Muhammad. Kehidupan Sosial Masyarakat Arab Masa Awal Kehadiran
Pendidikan Islam. dalam jurnal ALFIKR: Jurnal Pendidikan Islam, Vol.5,
No.1, Juni 2019.
Shihab, M. Quraish. (2018). Membaca Sirah Nabi Muhammad, Dalam SorotanAl-
Quran dan Hadis-Hadis Shahih. Tangerang: Lentera Hati.

24
Thaqūsy, Muhammad Suhail. at-Tārīkh al-Islāmiyy al-Wajīz. Beirut: Dār an-
Nafā’is, 2011.
Al-’Usairiyy, Ahmad Ma’mūr. Mūjaz At-Tārīkh al-Islāmiyy Mundzu ’Ahd Ādam
’alaihi as-Salām (Tārīkh Mā Qabla al-Islām Ilā ’Ashrina al- Hādhir 1417
H / 96 - 97 M. t.k.p.: t.p. 1996
Wargadinata, Wildana, “Tradisi Arab di Masa Nabi dalam Perspektif Teori
Change And Continuity”, jurnal El-Harakah, Vol.5, No.2, Juli 2003.
Yakub M. dkk. (2015). Sejarah Peradaban Islam Pendekatan Periodesasi. Medan
: Perdana Publishing (Kelompok Penerbit Perdana Mulya Sarana).

25

Anda mungkin juga menyukai