Metro
Lampung
TUGAS MAKALAH
QUR’AN HADIST
"Tafsir bi al- ma’tsur ( Definisi / hakekat tafsir bi al-Ma’tsur dan
macam-macam tokohnya, kelebihan dan kekurangannya"
Bismillah hirrohmannirrohim
Segala Puji bagi Allah SWT, yangtelah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
dapat mrenyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan nya tentunya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga
terlimpahkan curahan kepada baginda terinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nantika syafaatnya di akhirat nanti.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Bpak Dr. Amirrudin. selaku dosen
pengampu dalam mata kuliah ini. Sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan ini sebagai
tugas dari mata kuliah Al - Quran Hadist “ Tafsir bil al - matsur “
Ada pun maksud penulis ini untuk memenuhi tugas, mengembangkan dan meningkatkan
ilmu pengetahuan tentang materi yang sedang kita pelajari.
Tidak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang ikut serta
membagi ilmunya dalam penulisa dalam penulisan makalah ini. Sehingga penulis
menyelsaikan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna . Untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan menuju kesempurnaan makalh
ini.
Akhir kata kami harap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................1
BAB I ..........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN ............................................................................................................................. .
A. LATAR BELAKANG.............................................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH.........................................................................................................3
PEMBAHASAN.................................................................................................................................5
PENUTUP........................................................................................................................................15
A. LATAR BELAKANG
Ketika Al-Qur’an diturunkan , kemudian Rasulloh SAW, memberikan penjelasan kepada para
sahabat tentang arti dan kandungan , Khususnya menyangkut ayat-ayat yang tidak dipahami
atau ayat yang samar-samar artinya . Hal ini berlangsung sampai wafatnya Rasulloh SAW.
Setelah wafat Rassulloh SAW, para sahabat , mereka terpaksa melaksanakan ijtihat, khususnya
mereka yang mempunyai kemampuan seperti ‘Ali bin Abi Thalib, Ibnu Abbas, Ubay bin Ka’ab,
dan Ibnu Mas'ud. Sementara sahabat ada pula menanyakan beberapa masalah. Kususnya sejarah
Nabi atau kisah-kisah yang tercantum kedalam al-Qur’an, kepada tokoh-tokoh ahlul kitab yang
telah memeluk agama Islam, seperti ‘Abdullah bin Salam, Ka’ab al-Ahbar, dan lain-lain. Inilah yang
Disamping itu para tokoh tafsir, dari golongan sahabat yang disebutkan, mempunyai
murid-
murid dari para tabi’in, khususnya di kota-kota tempat mereka tinggal. Sehingga lahirlah tokoh-
tokoh tafsir baru dari kalangan tabi’in di kota-kota tersbut. Gabungan dari tiga sumber diatas,
Mengingat pada zaman modern ini perkembangan IPTEK semakin pesat dan globalisasi tidak
dapat dihindarkan, maka sangat perlu adanya berbagai macam metode penafsiran yang bisa
dijadikan alternatif untuk memahami al-Qur’an secara kontekstual. Oleh karena itulah, sangat
perlu kiranya dipahami salah satu corak penafsiran yang bersandar pada riwayat dengan
C.TUJUAN PEMBAHASAN
Tafsir bil - ma’tsur ialah tafsir yang berdasarkan pada al – Qur’an atau riwayat yang shahih
sesuai urutan yang telah disebutkan dimuka dalam syarat – syarat mufassir . Yaitu menafsirkan
al –Qur’an dengan al Qur’an ( ayat dengan ayat ), Al Qur’an dengan sunnah , perkataan sahabat
karna merekalah yang paling mengetahui kitabullah , atau dengan pendapat tokoh –tokoh
besartabi’in 1 . Pada umumnya mereka menerimanya dari para sahabat .
Mufasir yang mengambil metodologi seperti ini hendaknya menelusuri lebih dahulu atsar –
atsar atau riwayat yang ada tentang makna ayat , kemudian atsar tersebut dikemukakan
sebagai tafsir ayat bersangkutan . Dalam hal ini ia tidak boleh melakukan ijtihad untuk
menjelaskan sesuatu makna tanpa ada dasar , juga hendaknya ia meninggalkan hal- hal yang
tidak bergunauntuk diketahui selama tidak ada riwayat yang shahih mengenainya .
Ibnu Taimiyah berkata , ‘’kita wajib yakin bahwa Nabi telah menjelaskan kepada para
sahabatnya makna – makna al – Qur’an sebagaimana telah menyampaikan lafadz- lafadznya .
Firman Allah :
Artinya : “Agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah di turunkan kepada
mereka” ( QS. An-Nahl : 44 )
Mencakup dua penjelasan itu . Menurut Abu Abdurrahman as – Sulami, orang yang mengajar
al – Qur’an kepada kami seperti Utsman bin Affan , Abdullah bin mas’ud dan lain – lain bercerita
bahwa jika belajar dari Nabi sepuluh ayat , mereka tidak meneruskannya sampai mengetahui
semua ilmu dan amalan yang terkandung didalamnya . Jadi , lanjut mereka kami mempelajari al –
Qur’an itu berikut ilmu dengan pengamalannya sekaligus . Oleh karna itu, untuk menghafal satu
surat pun mereka memerlukan waktu cukup lama . Anas berkata , ‘’Jika seorang telah membaca
surat al – Baqoroh dan Ali Imran , ia menjadi mulia dalam pandangan
kami .’’ ( H.R. Malik dalam al – Muawatha ) itu semua karna Allah telah berfirman :
Artinya : “(Ini adalah) sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu , penuh berkah , supaya
mereka memikirkan ayat – ayatnya” ( QS. Shad : 29 )
Diantara tabi’in ada yang mengmbil seluruh tafsirnya dari sahabat . Menurut cerita Mujahid ,
“Saya membacakan mushaf kepada Ibnu Abbas sebanyak tiga kali, dari al – Fatihah sampai
dengan penutup . Saya berhenti pada setiap ayat unuk menanyakan hal – hal yang berkaitan
dengannya”
Tafsir bil -Ma’tsur biasa disebut juga tafsir riwayat. Dalam hal ini, Prof. Dr. M. Ali Ash-
Shabhunniy memberikan pengertian, bahwa tafsir riwayat (ma’tsur) adalah rangkaian
keterangan yang terdapat dalam al-Qur’an, Sunnah atau kata-kata sahabat sebagai penjelasan
maksud dari firman Allah, yaitu penafsiran al-Qur’an dengan Sunnah Nabawiyyah. Dengan kata
lain, maka tafsir bil-Ma’tsur adalah tafsir al-Qur’an dengan al-Qur’an, penafsiran al- Qur’an dengan
as-Sunnah atau penafsiran al-Qur’an menurut atsar yang timbul dari kalangan sahabat.3 Dari
sinidapat difahami bahwa tafsir bil-Ma’tsur merupakan salah satu cara penafsiran ayat al-
Qur’an dengan menggunakan sumber-sumber lain yang telah dipercayai urutan hirarkis
kebenarannya, yaitu al-Qur’an sendiri, as-Sunnah, atsar sahabat dan perkataan
para tabi’in.
B).M. Quraish Shihab. Menurutnya, penafsiran ini hanya sesuai dipakai pada zaman klasik.
Karena mereka mengandalkan kekuatan rasa bahasa yang dapat membuktikan kemukjizatan
al-Qur’an. Tetapi tidak sesuai jika dipakai pada zaman modern ini, karena orang Arab pun
sekarang sudah mulai kehilangan rasa bahasanya, apalagi kita yang di Indonesia ini. Metode
riwayat ini istimewa jika ditinjau dari sudut informasi kesejarahannya yang luas, serta objektifitas
mereka dalam menguraikan riwayat itu, sampai-sampai ada yang menyampaikan riwayat–riwayat
tanpa melakukan penyeleksian yang ketat. Kadang sebagian ditemui tanpa sanad, yang ditemui
sanadnya pun membutuhkan penelitian yang cukup panjang untuk
menunjukkan kelemahan dan keshahihannya.
D. Kelebihan dan Kekurangan Tafsir bil – Mat’sur
Pandangan para ulama bermacam-macam terhadap tafsir bil-Ma’tsur ini. Itu terjadi
tiada lain karena di dalamnya memang banyak sekali terdapat kelebihan dan kekurangan. Antara
lain;
a.Kelebihan Tafsir bil-Ma’tsur
1.Dalam mengetengahkan penafsiran, para sahabat Nabi dan kaum tabi’in selalu disertai dengan
Isnad (sumber-sumber riwayatnya) dan diperbandingkan untuk memperoleh penafsiran yang
paling kuat dan tepat.
2.Terdapat kesimpulan-kesimpulan tentang hukum dan diterangkan juga bentuk-bentuk i’rab
(kedudukan kata-kata di dalam rangkaian kalimat) yang menambah kejelasan makna dari ayat-
ayat al-Qur’an.
3. Memaparkan ayat-ayat yang nasikh dan mansukh serta menjelaskan riwayat yang shahih dan
yang dha’if.
Tafsir bil- ma’tsur berkait pada riwayat – riwayat yang di nukil dari pendahulu umat
ini. Perbedaan pendapat dari mereka sedikit sekali jumlanya dibandingkan dengan yang terjadi
pada generasi sesudahnya. Sebagian besar perbedaan tersebut hanya terletak pada aspek
redaksionalnya sedangkan maknanya tetap sama ,atau hanya berupa penafsiran kata – kata yang
umum denga salah satu makna yang dicakupkannya.
Menurut Ibnu Taimiyah,perbedaan dalam tafsir di kalangan salaf sedikit sekali
jumlahnya.Dan pada umumnya perbedaan itu hanya berkonotasi keberagaman pendapat,bukan
kontradiksi.Perbedaan tersebut dapat diklasifikasi menjadi dua macam:
1.Seorang mufassir diantara mereka mengungkapkan maksud sebuah kata dengan redaksi
berbeda dari redaksi lainnya. Masing – masing redaksi itu menunjukkan makna yang berbeda ,
tetapi pada dasarnya memiliki maksud yang sama. Misalnya penafsiran kata ash – Shirat al –
Mustaqim sebagian menafsirkan dengan makna “al- Qur’an.” Maksudnya mengikuti al Qur’an
sedangkan yang lain memaknainya “islam “ . Kedua tafsiran ini sama , sebab ber -Islam berarti
mengikuti al – Qur’an . Hanya saja masing – masing penafsiran itu menggunakan pola berbeda satu
dengan lainnya.
2. Masing – masing mufassir menafsirkan kata – kata yang bersifat umum dengan menyebutkan
sebagian makna dari sekian banyak maknanya sebagai contoh , dan untuk mengingatkan
pendengar bahwa kata tersebut mengandung bermacam – macam makna, bukan hanya satu.
Disebutkan bahwa “Sabiq” adalah orang yang menunaikan sholat di awal waktu . “ Muqtashid
“ adalah melakukan sholat ditengah waktu . “ zhalim “ ialah orang yang untuk mengakhirkan
shalat Ashar sampai langit berwarna kuning – kuning . Mufassir lain mengatakan ,”Sabiq” orang
yang berbuat baik yaitu bersedekah di samping zakat. “Muqtashid “ orang yang hanya
menunaikkan zakat wajib saja . Adapun “ zhalim “ adalah orang yang enggan membayar zakat.
Perbedaan pendapat seperti itu kadang – kadang disebabkan oleh satu lafadz yang mengandung
dua makna . Seperti kata ‘as’as mempunyai arti datangnya waktu malam dan kepergiannya. Atau
karna beberapa kata yang digunakkan menyampaikan pesan- pesan , memiliki makna yang saling
berdekatan . Misalnya kata “ tubsal “ sebagian menafsirkan dengan “ tuhbas” ( ditahan ) dengan
sebagian yang lain dengan “ turhan” (tergadai, terhadap dijadikan
jaminan ). Masing – masing penafsiran ini berdekatan satu dengan yang lain.
F. Menjauhi Kisah – Kisah Israliyat
Perbedaan pendapat di kalangan mufassir terkadang terjadi pada hal – hal yang pada
dasarnya tidak perlu diketahui , seperti penukilan sebagian mufassir terhadap kisah kisah
Isra’iliyat dari Ahlul kitab yang berhubungan dengan kasus Ashhab al – kahfi ( Orang yang
bersembunyi di dalam goa ). Mereka berbeda pendapat tentang nama– nama , warna anjing dan
jumlah mereka. Padahal tentang hal ini Allah telah berfirman ,”Katakanlan Tuhanku lebih
mengetahui jumlah mereka ; tidak ada orang yang mengetahui bilangsn mereka kecuali sedikit”
(Al – Kahfi : 22 )
Juga mereka berselisih tentang ukuran kapal Nabi Nuh dan jenis kayunya , nama anak yatim
yang dibunuh oleh Khidir, nama – nama yang dihidupkan Allah untuk Nabi Ibrahim , jenis tongkat
kayu Musa dan lain – lain . Hal seperti itu hanya bisa diketahui melalui metode periwayatan . Maka
apa yang dinukil dengan riwayat shahih dari Nabi boleh diterima , namun jikatidak ada yang sahih
hendaknya kita tawaqquf ( diam ). Meskipun hati kita meresa cenderung untuk menerima apa
yang diriwayatkan dari para sahabat , sebab periwayatan
mereka dari Ahli Kitab relatif lebih sedikit dari pada tabi’in.
G. Status Hukum Tafsir bil – Ma’tsur
Tafsir bil – Ma’tsur adalah metode penafsiran yang harus diikuti dan dijadikan
pedoman dalam menafsirkan al – Qur’an, karna ia merupakan cara yang paling aman dalam
memahami kitab Allah. Diriwayatkan dari pada Ibnu Abbas ,ia berkata,ada empat corak tafsir:
1. Tafsir yang dapat diketahui oleh orang arab melalui bahasa mereka , yaitu tafsir yang
merujuk kepada tutur kata mereka melalui penjelasan bahasa.
2. Tafsir yang diketahui oleh orang banyak . Macam kedua ini ialah tafsir mengenai ayat yang
maknanya mudah dimengerti , seperti penafsiran nash – nash yang mengandung hukum syari’at
dan dalil – dalil tauhid secara tegas. Contohnya setiap orang pasti mengetahui makna tauhid dari
ayat , “ Maka ketahuilah , sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah. “ ( Muhammad : 19) ,
sekalipun ia tidak tahu bahwa kalimat ini dikemukakan dengan pola “ nafi “ dan“ istisna “ yang
menunjukkan hashr ( Pembatasan).
3. Tafsir yang hanya bisa diketahui oleh para ulama . Yaitu tafsir yang merujuk kepada ijtihad
yang didasarkan pada bukti – bukti dan dalil – dalil dengan sejumlah ilmu terkait
, seperti Penjelasan ayat atau kata yang belum jelas maknanya , pengkhususan ayat - ayat yang
umum dan sebagainya .
4. Tafsir yang sama sekali tidak mungkin diketahui oleh siapa pun selain Allah . Tafsir ini berkisar
pada hal – hal yang gaib, seperti kapan terjadinya hari kiamat dan hakikat ruh
dan lainnya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tafsir bil -Ma’tsur adalah tafsir yang berdasarkan pada al-Qur’an atau riwayat yang shahih. Yaitu
menafsirkan al-Qur’an dengan al-Qur’an, al-Qur’an dengan as- Sunnah,perkataan sahabat karena
merekalah yang mengetahui Kitabullah,atau dengan
pendapat tokoh-tokoh besar tabi’in.
B.SARAN
Penulis sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritikan dan saran yang membangun agar kedepannya bisa lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA