Anda di halaman 1dari 15

TAFSIR BIL MA’TSUR

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah At-Tafsir Wal Mufassirun

Dosen Pengampu: Sayyed Akhyar, Lc. M.A.

Disusun Oleh:

Kelompok I/IAT-VB

Ismu Nanda Innisa 0403202044

Muhammad Wahyu 0403202053

Tantery Chandrika Sari 0403202003

PROGRAM STUDI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI ISLAM

UNIVERSITAS ISLA NEGERI SUMATERA

UTARA MEDAN

T. A. 2022/2023
Kata Pengantar

Bismillahirrahmanirrahim, dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi


Maha Penyayang. Puji syukur marilah kita panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu
Wata’ala. Yang telah melimpahkan Rahmat serta Hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Tafsie Bil Ma’tsur”.

Tafsir bil ma’tsur adalah tafsir yang berpangku pada penukilan yang sahih dengan
kedudukan sebagaimana yang telah disebutkan, lalu dalam syarat-syarat mufassir. Berupa
tafsir alquran dengan alquran atau dengan As-Sunnah karena ia (As-Sunnah) datang sebagai
penjelas Kitab Allah. Atau dengan apa yang dikatakan oleh para pembesar Tabi’in, karena
mereka banya mengambil ilmu itu dari para sahabat.

Namun, seiring berjalannya waktu banyak sanad hadis yang dibuang sehinga hadis-
hadis yang bersanad sahih tak terlihat. Ini dapat menyebabkan masuknya hadis yang dha’if
kedalam tafsir bil ma’tsur. Maka dari itu, disusunnya makalah ini bertujuan untuk
mengarahkan pembaca agar dapat menghindar dari pendapat-pendapat dha’if yang ada dalam
tafsir bil ma’tsur dan mengambil pendapat yang sahih, dengan judul “Tafsir Bil Ma’tsur”.

Penulis telah melaukan semaksimal mungkin dengan didukung oleh beberapa pihak,
sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan
Alhamdulillah dan terima kasih kepada pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini.

Namun, tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penulisan maupun bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu
penulis berharap adanya kritikan yang membangun untuk menjadikan makalah ini menjadi
lebih baik, dan dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Selasa, 13 September 2022

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar..................................................................................................................i

Daftar Isi.............................................................................................................................ii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...................................................................................1


B. Rumusan Masalah............................................................................................1
C. Tujuan dan Manfaat.........................................................................................1

BAB II: PEMBAHASAN

A. Pengertian Tafsir Bil Ma’tsur..........................................................................2


B. Kemunculan Tafsir Bil Ma’tsur.......................................................................2
C. Kelebihan Tafsir Bil Ma’tsur...........................................................................4
D. Kekurangan Tafsir Bil Ma’tsur........................................................................4
E. Kategori Tafsir Bil Ma’tsur..............................................................................5
F. Pembagian Tafsir Bil Ma’tsur..........................................................................6
G. Tugas Mufassir dalam Tafsir Bil Ma’tsur........................................................6
H. Kitab-Kitab Tafsir Bil Ma’tsur........................................................................7

BAB III: PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................................9
B. Saran................................................................................................................9

Daftar Pustaka...................................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belaang Masalah

Tafsir bil ma’tsur adalah tafsir yang berpangku pada penukilan yang sahih
dengan kedudukan sebagaimana yang telah disebutkan, lalu dalam syarat-syarat
mufassir. Berupa tafsir alquran dengan alquran atau dengan As-Sunnah karena ia (As-
Sunnah) datang sebagai penjelas Kitab Allah. Atau dengan apa yang dikatakan oleh
para pembesar Tabi’in, karena mereka banya mengambil ilmu itu dari para sahabat.

Namun, seiring berjalannya waktu banyak sanad hadis yang dibuang sehinga
hadis-hadis yang bersanad sahih tak terlihat. Ini dapat menyebabkan masuknya hadis
yang dha’if kedalam tafsir bil ma’tsur. Maka dari itu, disusunnya makalah ini
bertujuan untuk mengarahkan pembaca agar dapat menghindar dari pendapat-
pendapat dha’if yang ada dalam tafsir bil ma’tsur dan mengambil pendapat yang
sahih, dengan judul “Tafsir Bil Ma’tsur”.

B. Rumusan Masalah
1. Pendapat siapa yang ada pada tafsir bil ma’tsur?
2. Apa kelebihan dan kekurangan dari tafsir bil ma’tsur?
3. Apa saja tugas mufassir pada tafsir bil ma’tsur?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Mengetahui pendapat siapa saja yang ada pada tafsir bil ma’tsur
2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan tafsir bil ma’tsur
3. Memahami tugas seorang mufassir dala tafsir bil ma’tsur

1
BAB II

PEMBAHASAN

Tafsir Bil Ma’tsur

A. Pengertian Tafsir Bil Ma’tsur

Tafsir bil ma’tsur ialah penafsiran dengan berpegang pada penjelasan yang
terdapat di dalam ayat alquran itu sendiri yang mencakup penjelasan, perincian
sebagian ayat, serta riwayat yang dikutip Nabi, sahabat dan tabi’in 1. Tafsir bil ma’tsur
adalah tafsir yang berpangku pada penukilan yang sahih dengan kedudukan
sebagaimana yang telah disebutkan, lalu dalam syarat-syarat mufassir. Berupa tafsir
alquran dengan alquran atau dengan As-Sunnah karena ia (As-Sunnah) datang sebagai
penjelas Kitab Allah. Atau dengan apa yang dikatakan oleh para pembesar Tabi’in,
karena mereka banya mengambil ilmu itu dari para sahabat.

Tafsir bil ma’tsur adalah penafsiran alquran dengan alquran, penafsiran


alquran dengan hadis dan penafsiran melalui penuturan dari para sahabat. Metode
tafsir yang dipakai dalam penafsiran bil ma’tsur adalah yang memiliki kekuatan yang
paling tinggi dibandingkan dengan metode tafsir yang lain. Penafsiran metode inilah
yang seharusnya dijadikan sumber utama2.

Penafsiran alquran dengan perkataan Nabi merupakan penafsiran yang paling


otoritatif, karena Nabi adalah orang yang paling paham dan mengetahui tafsir wahyu
yang diturunkan Allah kepadanya. Karena itu, jika Nabi ditanya mengenai suatu ayat,
maka jawaban-jawaban yang diberikan menjadi tafsir yang paling tepat3.

B. Kemunculan Tafsir Bil Ma’tsur


Tafsir bil ma’tsur disusun berdasarkan riwayat dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam. Setelah itu, sahabat menerimanya dan menyapakannya kepada tabi’in.
Oleh sebab itu, tafsir semacam ini disebut dengan tafsir bil ma’tsur atau tafsir bil
manqul yang artinya disampaikan (dipindahkan) dari mulut ke mulut.
Dahulu para sahabat menyandarkan tafsir mereka terhadap alquran dengan
mengacu pada beberapa unsur berikut:

1
Samsurrohman, Pengantar Ilmu Tafsir, (Jakarta: Amzah, 2014), hal. 141.
2
Amroeni Drajat, Ulum Alquran Pengantar Ilmu-ilmu Alquran, (Medan: Citapustaka Media, 2014), hal. 113-
114.
3
Ibid, hal. 115

2
Pertama, Alquran, apa yang datang secara global di suatu tempat, datang
keterangannya di tempat lain. Ayat tersebut datang secara mutlak atau umum,
kemudian turun apa yang mengikatnya atau mengkhususkannya.
Inilah yang dinamakan dengan tafsir alquran dengan alquran, dan untuk ini
terdapat banya contoh. Kisah-kisah alquran datang secara singkat di sebagian tempat
dan panjang lebar di tempat yang lain.
Kedua, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai penjelas alquran, dahulu
para sahabat merujuk kepada beliau apabila mendapati kesulitan dalam memahami
suatu ayat diantara ayat-ayat yang ada.
Sebagaimana dahulu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjelaskan
alquran kepada mereka seperti yang beliau kehendaki saat diperlukan. Dari Uqbah bin
Amir, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda
sedang beliau di atas mimbar,

‫ ْم‬Eُ‫ما س طعت‬
‫وا عُّد ْوا ل‬
‫ُه ْم ا ت‬

“Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk mengahadapi mereka dengan


kekuatan yang kau miliki.” (QS. Al-Anfal [8]: 60)

Kitab-kitab hadis telah menyendirikan bab tentang tafsir bil ma’tsur dari
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Allah Ta’ala berfirman,

‫ْؤ ِمُن ْون‬ ‫ِۙ ِه َ ح ْو‬ ُ‫َلـف‬E ‫ن لَ ُه ُم ال خت‬ َ ‫ ْن ع ك ا ْلـ ب‬Eَ‫و َم ۤا ا‬


‫وهدًى ر َمةً ٍم‬
ُ َ ‫ِذى ا ْوا‬ ‫ب‬ ‫َز ْل َنا َل ِك ٰت‬
‫ل’ـَق‬ ‫ْي‬ ’‫َّّل ِي‬ ‫ْي‬
‫و‬ ‫ُلت‬
“Dan Kami tidak menurunkan kitab Allah (Alquran) ini kepadamu (Muhammad),
melainkan agar engkau dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka
perselisihkan itu, serta menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman.” (QS. An-Nahl [16]: 64)

Diantara alquran, ada yang tidak diketahui takwilnya, kecuali dengan


penjelasan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, seperti perician berbagai bentuk
perintah dan larangan, serta kadar perkara yang diwajibkan Allah berupa hukum-
hukum. Penjelasan ini merupakan maksud dari sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi

3
Wasallam, “Ketahuilah, sesungguhnya aku diberi alquran dan yang semisalnya
bersamanya.”4

4
Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Darus Sunnah, 2019), hal. 528.

4
Ketiga, pemahaman dan ijtihad, dahulu para sahabat bila tidak mendapati
tafsir dalam alquran, dan tidak mendapati sesuatu mengenai hal itu dari Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, mereka bersungguh-sungguh dalam memahami.
Mereka adalah orang-orang Arab tulen, mengetahui bahasa Arab dan memahami
dengan baik, serta mengetahui bentuk-bentuk keindahan didalamnya.
Dari kalangan sahabat yang terkenal dengan tafsir, mereka adalah para
Khalifah yang empat (Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali), Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas,
Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Abu Musa Al-Asy’ari, Abdullah bin Az-Zubair,
Anas bin Malik, Abdullah bin Umar, Jabir bin Abdillah, Abdullah bin Amr bin
Al-‘Aash, dan Aisyah dengan derajat yang berbeda-beda diantara mereka mengenai
sedikit dan banyaknya. Disana terdapat riwayat yang dinisbatkan kepada mereka dan
selain mereka diberbagai tempat, berupa tafsir alquran bil ma’tsur, keterpautan
derajat, dari sisi sanad yang sahih dan dha’if5.

C. Kelebihan Tafsir Bil Ma’tsur

Tafsir bil ma’tsur merupakan tafsir yang paling tinggi dan memiliki nilai lebih
apabila dibandingkan dengan tafsir bi ar-ra’yi.

 Menafsirkan ayat alquran dengan ayat alquran lainnya.


 Menafsirkan ayat alquran dengan hadis Rasulullah.
 Menafsirkan ayat alquran dengan pendapat sahabat.
 Menafsirkan ayat Alquran dengan pendapat tabi’in.

D. Kekurangan Tafsir Bil Ma’tsur

Menafsirkan alquran dengan menggunakan alquran dan hadis menempati


posisi yang utama. Akan tetapi, menafsirkan alquran dengan pendapat sahabat itu
hukumnya lemah. Berikut adalah penejelasannya6,

1. Bercampurnya riwayat yang sahih dengan yang dha’if karena dikutip tanpa
sanad yang jelas.
2. Riwayat adang tercampur dengan riwayat Israiliyat yang dipenuhi oleh
khufarat.

5
Ibid, hal. 528.
6
Samsurrohman, Pengantar Ilmu Tafsir, (Jakarta: Amzah, 2014), hal. 156-157.

5
3. Orang-orang yang berpegang pada sau mazhab tentu mengeluarkan pendapat
untuk mendukung mazhabnya tersebut.
4. Orang-orang Zindik berdusta dan memasukkan pendapat mereka ke dala hadis.
5. Mufassir dapat terpengaruh oleh pendapatnya sendiri. Di sisi lain, mufassir
mencampuradukkan kutipan-kutipan yang diambil sehingga membuat orang
lain tidak mapu membedakan mana yang sahih dan mana yang dha’if.

Tabi’in menerima riwayat dari sahabat, terlebih lagi riwayat yang sahih. Akan
tetapi, tasfir bil ma’tsur pada masa tabi’in mula diboncengi berbagai kepentingan.
Berikut ini hal-hal yang dapat membuat kedudukan tafsir bil ma’tsur menjadi lemah.

1. Banyak riwayat palsu yang dimasukkan kedalam tafsir bil ma’tsur untuk
mendukung kelompok-kelompok tertentu, seperti Mu’tazilah, Rafidhah, atau
Sufi.
2. Masuknya riwayat-riwayat israiliyat yang belum tentu benar periwayatannya,
terlebih lagi Taurat dan Injil telah banyak mengalami perubahan dan
penyimpangan.
3. Sana riwayat dibuang sehingga menyulitkan mufassir untuk membuktikan
kesalahan hadis. Akibatnya riwayat yang sahih menjadi tida terpakai dan
riwayat yang dha’if yang terpakai.

Oleh karena sebab ini, tidak seluruh tafsir bil ma’tsur dapat diterima dan
memiliki kekuatan hukum yang sama.

E. Ketegori Tafsir Bil Ma’tsur

Karakteristik tafsir bil ma'tsur yaitu menafsirkan alquran dengan alquran,


alquran dengan hadis Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Alquran dengan perkataan
Sahabat. Dan dalam kitab tafsir bil ma'tsur juga terdapat juga riwayat-riwayat
israiliyat yaitu riwayat yang berasal dari Ahli Kitab yaitu Yahudi dan Nasrani.
Israiliyat digunakan dalam penafsiran dikarenakan ada kesamaan antara Alquran
dengan Taurat dan Injil dalam beberapa masalah, khususnya yaitu mengenai kisah-
kisah Nabi dan umat-umat terdahulu, dimana dalam alquran dikisahkan secara singkat
dan ringkas, namun di dalam kitab-kitab sebelumnya dijelaskan secara panjang lebar.

6
Dalam kitab-kitab tafsir klasik seperti Kitab tafsir Ath-Thabari dan Kitab tafsir Ibnu Katsir
terdapat riwayat riwayat israiliyat. Penafsiran yang berbentuk riwayat atau yang disebut juga
dengan tafsir bil ma’tsur merupakan bentuk penafsiran yang paling tua sepanjang sejarah
kehadiran tafsir dalam khazanah intelektual Islam. Tafsir ini sampai sekarang masih terpakai
dan mesti dijadikan rujukan utama, serta dapat dijumpai dalam kitab-kitab tafsir seumpama
kitab tafsir At-Thabari, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Ad-Dur Manstur fi Tafsir bil Ma'tsur, Al-
Baghawi dan lain sebagainya7.

F. Pembagian Tafsir Bil Ma’tsur

Menurut Az-Zarqani, tafsir bil ma’tsur dikelompokkan menjadi dua8,

1. Tafsir dengan dalil-dalil pendukung yang sempurna tidak boleh ditolak


2. Tafsir dengan riwayat pendukung yang dha’if harus ditolak.

Hal ini perlu digarisbawahi adalah bahwa tafsir bil ma’tsur tidak hanya
mengandalkan riwayat, tetapi juga membutuhkan ijtihad, baik dari mufassir maupun
pembaca. Ijtihad yang dilakukan oleh mufassir adalah upaya menyeleksi riwayat dan
menelitinya. Sementara itu, ijtihad dari pembaca adalah meneliti pendapat mufassir
karena mufassir mungkin memasukkan pendapat yang tidak sesuai dengan syari’at.

G. Tugas Mufassir dalam Tafsir Bil Ma’tsur


Mufassir yang menyusun tafsir bil ma’tsur memiliki tugas-tugas sebagai berikut:
1. Mufassir tidak hanya mengutip riwayat yang ada, tetapi wajib berijtihad untuk
menyeleksi riwayat-riwayat yang ada.
2. Mufassir harus memegang teguh mazhab tafsirnya agar tidak menyimpang dari
manhaj yang dipakai.
3. Mufassir harus mengumpulkan riwayat-riwayat yang berkaitan dengan ayat
yang dibahas lalu membuang yang dha’if dan mengambil yang sahih.
4. Mufassir tida boleh terpengaruh oleh riwayat yang ditemukan dengan
memasukkan riwayat yang tidak relevan.

Sehubungan dengan itu pembaca hendaknya meneliti riwayat dan pendapat


mufassir karena barangkali ada hal-hal yang diabaikan oleh mufassir. Dengan

7
Afrizal Nur, Khazanah dan Kewibawaan Tafsir Bil Ma’tsur, (Pekan Baru: Asa Riau, 2015), hal. 83.
8
Samsurrohman, Pengantar Ilmu Tafsir, (Jakarta: Amzah, 2014), hal. 141.

7
demikian, mufassir memiliki kecenderungan untuk mencapurkan pendapat pribadinya
ke dalam tafsir. Hal itu tentu sangat berbahaya bagi mereka yang tidak mengetahui
sahih atau dha’if nya riwayat yang dicantumkan mufassir9.

H. Kitab-kitab Tafsir Bil Ma’tsur


Diantara kitab tafsir yang menggunakan Tafsir bil ma’tsur adalah10,
1. Jami' al Bayan an Ta'wil Ay al-Qur'an, oleh Imam Abu Ja'far Muhammad bin
Jarir bin Yazid bin Katsir bin Ghalib al-Tabariy (W. 310H). pada tahun 1988
dicetak dalam tulisan yang bagus oleh percetakan Darel Fikri, Beirut sebanyak
15 jilid
2. Bahrul 'Ulum, karangan Abu laits, Nasr bin Muhammad bin Ibrahim al-
Samarqandi al-Hanafi (W. 373H)
3. Al-Kasyf wa al- Bayan an Tafsir al-Qur'an, karangan Abu Ishaq Anmad bin
Ibrahim al Tha'labi al Naisaburiy (W. 427)
4. Al Nukat wa al 'Uyun oleh al-Mawardi (W. 450H), tulisan ini telah dicetak
kali pertamanya pada yahun 1992 pleh Darel Kutub al-Ilmiyyah, Beirut,
berjumlah sebanyak enam jilid
5. Ma'alim Tanzil, karangan Imam al-Baghawi (W. 510).tulisan beliau dicetak
dalam empat jilid oleh dar al-ma'rifah,beirut.cetakan pertama yang bertahqiq
ialah pada tahun 1986.
6. Al-Muharrir al-wajiz fi tafsir al-kitab al-'aziz oleh Abu Muhammad 'Abd al-
Haq bin Ghalib bin 'Atiyyah al-andalusi (W. 546H).
7. Zad al-Ma'asir fi 'ilm al-Tafsir oleh ibn al-Jawzi (W. 597 H.). di cetak dalam
sembilan jilid oleh al maktab al-islami, beirut.cetakan kali keempat telah
dilakukan pada tahun 1987.
8. Tafsir al-Qur'an al-'Azim oleh ibn Kathir (W. 774 H.). cetakan kedua tahun
1987 Darul Ma'rifah Beirut dan dicetak sebanyak empat jilid.
9. Al Jawahir al-Hasan fi Tafsir al-Qur'an oleh Abu Zaid Abdul Rahman bin
Muhammad bin Ma'luf al Tsa'labi al-Jazairiy (W. 876H)

9
Ibid, hal. 143-144.
10
Afrizal Nur, Khazanah dan Kewibawaan Tafsir Bil Ma’tsur, (Pekan Baru: Asa Riau, 2015), hal. 80-83.

7
10. Al Durr al Mantsur fi al tafsir al-Ma'tsur oleh al Suyutiy (w.911H) dicetak
oleh perectakan Darel Fikri Beirut tahun 1983 sebanyak delapan jilid (Al
Dzahabi
:147)

Adapun hukum menafsirkan alquran dengan alquran, menafsirkan alquran dan


sunnah yang dinukil dari Nabi dan yang disepakati oleh sahabatnya dan para tabi'in
maka hukumnya wajib menerima dan tidak boleh meninggalkanya. Dan riwayat yang
dinisbatkan kepada Nabi, Sahabat dan Tabi'iin, dan nisbat ini tidak sahih karena dha'if
dan palsu maka tidak perlu mengambilnya. Tafsir bil ma’tsur inilah yang wajib diikuti
dan diambil, karena tafsir inilah jalan ma’rifah yang sahih11.

Tafsir bil ma'tsur adalah penafsiran yang berdasarkan ayat alquran dengan
ayat- ayat alquran lainnya, ayat alquran dengan hadis Nabi Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam, ayat alquran dengan perkataan sahabat. Tafsir bil ma'tsur berdasarkan
riwayat-riwayat tersebut, oleh karena itu tafsir bil ma'tsur disebut juga dengan tafsir bi
riwayat. Tafsir bil ma'tsur disebut juga dengan tafsir bi naqli.

8
11
Manna’ul Quthan, Pembahasan Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hal. 191.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tafsir bil ma’tsur muncul bermula karena adanya ketidak pahaman mengenai
suatu ayat, dan para sahabat selalu merujuk kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam. Karena beliaulah yang lebih paham maksud dari ayat alquran tersebut.
Namun, setelah Rasulullah wafat, maka rujukan itu perpindah kepada perkataan-
perkataan yang disampakan Nabi (Hadis) sebelum Nabi wafat.

Tafsir bil ma’tsur merupakan metode penafsiran yang lebih kuat dibanding
dengan tafsir lainnya. Apabila tafsir bil ma’tsur disusun sesuai dengan prosedur yang
benar dan riwayat-riwayat didalaya sahih, maka kita wajib untuk menjadikan tafsir bil
ma’tsur tersebut sebagai rujukan utama. Begitupun sebaliknya, jika didalanya terdapat
riwayat-riwayat yang tida sahih, maka kita harus meninggalkannya. Dan alangkah
baiknya sebelum kita menjadikan tasfir bil ma’tsur sebagai rujukan, untuk meneliti
terlebih dahulu pendapat-pendapat yang dicantumkan didalamnya.

B. Saran

Dengan disusunnya makalah ini, penulis menyadari bahwa tulisan yang


disusun ini tidaklah sempurna. Maka dari itu, penulis berharap akan kritikan
membangun dari pembaca untuk menjadikan makalah ini lebih baik dan terhindar dari
pendapat atau perkataan yang salah yang ada didalam makalah ini.

1
Daftar Pustaka

Al-Qaththan, Manna’. Pengantar Studi Ilmu Alqur’an. Jakarta: Darus Sunnah. 2019.

Drajat, Amroeni. Ulum Alquran Pengantar Ilmu-ilmu Alquran. Medan: Citapustaka Media.
2014.

Nur, Afrizal. Khazanah dan Kewibawaan Tafsir Bil Ma’tsur, Pekan Baru: Asa Riau. 2015.

Quthan, Manna’ul. Pembahasan Ilmu Al-Qur’an. Jakarta: Rineka Cipta. 1994.

Samsurrohman. Pengantar Ilmu Tafsir. Jakarta: Amzah. 2014.

Anda mungkin juga menyukai