Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MACAM-MACAM TAFSIR

“Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Ilmu Tafsir”

Disusun Oleh :

Septian Puji Astuti ( 2422089 )

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Rahmi, M.A.

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SJECH M. DJAMIL DJAMBEK

BUKITTINGGI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmad, nikmat dan karunia-Nya sehingga kami telah dapat menyelesaikan makalah
ini. Shalawat dan salam tak lupa pula dikirimkan buat arwah junjungan kita yaitu
Nabi Muhammad SAW.

Dalam penulisan makalah ini banyak rintangan yang telah kami lewati. Oleh
karena itu terselesaikannya makalah ini tentu saja bukan hanya kemampuan kami
semata. Namun, karena adanya dukungan dan bantuan dari pihak-pihak terkait.

Sehubungan dengan hal demikian, kami mengucapkan terimakasih kepada


Ibu Dr. Rahmi, M.A. sebagai dosen pengampu mata kuliah Ilmu Tafsir yang telah
memberikan arahan dalam menyelesaikan makalah ini. Dan kepada pihak-pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Bukittinggi, 9 Desember 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................1

DAFTAR ISI.....................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................3

A. Latar Belakang .......................................................................................................3


B. Rumusan Masalah...................................................................................................3
C. Tujuan.....................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................5

A. Cover Macam-Macam Tafsir..................................................................................5


B. Kelebihan dan Kelemahan.....................................................................................10

BAB III PENUTUP.........................................................................................................16

A. Kesimpulan............................................................................................................16
B. Saran......................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al Qur'an merupakan panduan utama dalam hidup umat Islam yang
pasti sesuai untuk semua masa dan tempat (solihun likulli zaman wa makan).
Oleh karena itu memahaminya adalah suatu keniscayaan. Dalam memahami
Al Qur'an ada aturan-aturan yang tidak bias sembarang orang menafsirkannya
karena Nabi bersabda dalam hadits marfu’ yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas
oleh Abu Dual, bahwa dalam menafsirkan ayat-ayat Al Qur'an ada syarat-
syarat yang harus dipenuhi oleh seorang mufassir baik itu dalam bidang
keilmuannya yang berhubungan dengan Al Qur'an dan juga dari segi moralitas
yang juga akan mempengaruhi penafsiran yang dihasilkan.
Ibnu Abbas berpendapat bahwasannya tafsir terbagi menjadi empat:
(1) Penafsiran mengenai hal yang halal dan haram yang tidak ada alasan untuk
tidak mengetahuinya (2) Penafsiran yang ditafsirkan oleh orang arab
berdasarkan pengetahuan kebahasaannya (3) Penafsiran yang ditafsirkan oleh
para ulama (4) Penafsiran yang mana hanya Allah yang mengetahui.
Para ulama telah melakukan pembagian tentang kitab-kitab karangan
menyangkut Al Qur'an dan kitab-kitab tafsir yang metode dan madzhab
penulisnya berbeda-beda menjadi empat macam metode, sebagai berikut: (1)
Tafsir Tahlily (2) Tafsir Ijmaly (3) Tafsir Muqaran (4) Tafsir Maudhu’i. Dan
para ulama membagi wujud tafsir Al Qur'an dengan metode Tahlily kepada
tujuh macam sebagai berikut: (a) Tafsir bi al-Ma’tsur (b) Tafsir bi al-Ra'yi (c)
Tafsir Shufy (d) Tafsir Fiqhy (e) Tafsir falsify, (f) tafsir falsify, (g) tafsir
adaby.
Oleh karena itu, pemateri tertarik untuk membahasan tafsir alqur’an.
Pada makalah ini akan dibahas tafsir bil ma’tsur, tafsir, bil ra’yi, tafsir isyari
shufi, tafsir maudhu’I, dan tafsir ilmi’
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas dapat ditarik rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan Asbab An-Nuzul?
2. Apa urgensi-urgensi yang ada pada asbab An-Nuzul?
3. Apa saja kitab yang memuat asbab An-Nuzul?
C. Tujuan Masalah
Dari rumusan masalah diatas dapat dikemukan tujuannya:

3
1. Agar mengetahui apa yang dimaksud dengan Asbab An-Nuzul
2. Agar mengetahui apa saja urgensi-urgensi yang pada Asbab An-Nuzul
3. Agar mengetahui kitab apa saja yang memuat Asbab An-Nuzul

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Cover Macam-Macam Tafsir


1. Tafsir Bil Ma’tsur
Tafsir Ad-Durr Al-Mantsur: Tafsir Bil Ma’tsur karya
Imam As-Suyūthī

5
2. Tafsir Bil Ra’yi

6
3. Tafsir Isyari Shufi

7
4. Tafsir Madhu’i

8
5. Tafsir Ilmi

9
B. Kelebihan dan kelemahan Macam-macam Tafsir
1. Tafsir Bil-Ma’stur
Tafsir Bil-Ma’stur, yang terbaik adalah tafsir Ibnu Jarir at-
Thabrani di dalam Jami’ul-Bayaan Fi Tafsiir al-Qur’an dan lain-lain.
a. Kelebihan :
1) Dalam mengetengahkan penafsiran para sahabat Nabi
dan Kaum Tabi’in selalu disertai dengan isnad
(sumbersumber riwayatnya) dan diperbandingkan untuk
memperoleh penafsiran yang paling kuat dan tepat.
2) Terdapat kesimpulan-kesimpulan tentang hukum, dan
diterangkan juga bentuk-bentuk i’rab (kedudukan
katakata di dalam rangkaian kalimat), yang menambah
kejelasan makna dari ayatayat Al-Qur’an.
3) Memaparkan ayat-ayat yang nasikh dan mansukh serta
menjelaskan riwayat yang shahih dan yang dhaif
b. Kelemahannya :
Penafsiran Al-Qur’an dengan sebagiannya dan
penafsiran Al-Qur’an dengan Hadist sahih yang disampaikan
kepada Rasulullah Saw, maka tidak diragukan lagi bisa di
terima dan tidak ada perbedaan, ia merupakan tinggkat tafsir
tertinggi. Adapun penafsiran Al-Qur’an dengan Ma’stur dari
para sahabat dan tabi’in terdapat kelemahan-kelemahannya:
1) Terjadinya campur baur antara yang sahih dan tidak
sahih dan banyak pendapat yang dihubungkan kepada
sahabat dan tabi’in, tampa ada isnad dan penelitian
yang mengakibatkan campurannya kebenaran dan
kebatilan.
2) Riwayat-riwayat tersebut penuh dengan cerita-cerita
Israiliyat yang memuat banyak kurafat yang
bertentangan dengan aqidah Islam. Hal itu sengaja
disusupkan kepada kaum muslimin dari ahlul kitab.
3) Sebagian majhab memutarbalikkan beberapa pendapat.
Mereka berbuat kebatilan, lalu menyandarkannya
kepada sebahagaian para sahabat seperti para ulama
Syi’ah.
4) Sesungguhnya musuh-musuh Islam dari golongan kafir
zindiq bersembinyi dibelakang para sahabat, maka

10
perlu adanya penelitian yang sungguh-sungguh
terhadap pendapat-pendapat yang disandarkan kepada
para sahabat dan tabi’in.1
2. Tafsir al-ra’yi
Menurut Prof. Dr. Amin Suma, dalam bukunya Ulumul
Qur’an, tafsir bir ra’yi memiliki kelebihan dan kelemahan,
a. Kelebihan
Kelebihannya, terletak pada kemungkinan muffasir
dapat menafsirkan seluruh komponen ayat al-quran secara
dinamis sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
eknologi, sehingga dengan tafsir bir ra’yi memungkinkan
untuk menjelaskan beberapa ayat yang sebelumnya dipahami
secara sempit oleh mufassir, menjadi luas dan dinamis, seperti
halnya kata qalam yang awalnya hanya diartikan sebagai pena,
dapat diartikan sebagai teknologi di zaman modern seperti
mesin ketik atau computer.
b. kelemahan
Kelemahannya, terletak pada kemungkinan penafsiran
yang diapaksakan, subjektif dan pada hal-hal tertentu mungkin
sulit dibedakan antara pendekatan ilmiah yang sesungguhnya
dengan kecenderungan subjektivitas mufassirnya.2
3. Tafsir isyari shufi
a. Kelebihan
Mempelajari beberapa pokok bahasan di atas terutama
terhadap ulama yang mendukung dan memperbolehkan
penafsiran secara Isyari terlihat beberapa kelebihan yang
dimiliki tafsir al-Isyari, yaitu :
1) Tafsir Isyari mempunyai kekuatan hukum dari Syara`
sebagaimana telah dijelaskan mengenai beberapa
contoh penafsiran secara Isyari, seperti penafsiran Ibnu
`Abbas terhadap firman Allah Q.S. Al-`Nashr :1.
Sehingga hampir semua sahabat dalam kasus tersebut
tidak ada yang memahami maknanya melainkan makna
secara zahir atau tekstual.
1
Abu Bakar Adanan Siregar, ‘Tafsir Bil-Ma’Tsur (Konsep, Jenis, Status, Dan Kelebihan Serta
Kekurangannya)’, Jurnal Hikmah, 15.2 (2018), 160–65 )http://e-jurnal.staisumatera
medan.ac.id/index.php/hikmah/article/view/37).
2
Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013).

11
2) Apabila Tafsir Isyari ini, memenuhi syarat-syarat tafsir
sebagaimana yang telah disepakati para ulama tafsir,
maka akan bertambah wawasan dan pengetahuan
terhadap isi kandungan Al-Qur’an dan Hadits.
3) Penafsiran secara Isyari tidaklah menjadi aneh kalau
Allah melimpahkan ilmu pengetahuan kepada orang
yang ia kehendaki serta memberikan pemahaman
kepada orang-orang pilihan, seperti Abu Bakar, Umar,
Ibnu `Abbas dan Nabi Khidhir AS.
4) Penafsiran Isyari mempunyai pengertian pengertian
yang tidak mudah dijangkau sembarangan ahli tafsir
kecuali bagi mereka yang memiliki sifat kesempurnaan
Iman dan kemurnian ma`rifat.
5) Tafsir Isyari atau tafsir golongan yang ma`rifat kepada
Allah jelas telah memahami makna tekstual atau makna
lahir dari Al-Qur’an, sebelum menuju kepada makna
secara isyarat. Hal ini mereka memiliki dua kelebihan,
yaitu:
a. Pertama, menguasai makna lahir ayat atau hadits.
b. Kedua, memahami makna isyaratnya.
b. Kelemahan
1) Apabila Tafsir Isyari ini, tidak memenuhi syarat-syarat
sebagaimana telah disebutkan di atas, maka tafsir ini
dapat dikatakan tafsir dengan hawa nafsu atau rasio
bertentangan dengan lahir ayat yang dilarang oleh
Allah.
2) Tafsir Isyari yang telah kemasukan pena`wilan yang
rusak sebagaimana dipergunakan oleh aliran kebatinan.
Tidak memperhatikan beberapa persyaratan yang telah
ditetapkan Ulama sehingga berjalan bagaikan unta yang
buta, yang akhirnya orang yang awam berani
mencecerkan kitab Allah, menakwilkan menurut
bisikan hawa nafsunya atau menurut bisikan setan.
Orang-orang tersebut menduga bahwa hal itu termasuk
tafsir Isyari akibat kebodohan dan kesesatan mereka
karena telah menyelewengkan kitab Allah dan berjalan
di atas pengaruh aliran kebatinan dan ateis. Hal

12
semacam itu kalaupun bukan merupakan
penyelewengan terhadap arti.
3) Penafsiran secara Isyari, kadang-kadang maknanya
sangat jauh dari ketentuanketentuan agama yang sudah
qath`i atau pasti keharamannya. Seperti anggapan Ibnu
`Arabi terhadap orang-orang musyrik yang menyembah
patung. Menurutnya mereka pada hakikatnya
menyembah Allah bukan menyembah patung dan
patung adalah sebagai pengganti Allah.3
4. Tafsir madhu’i
a. Kelebihan
Kelebihan-kelebihan yang ada pada metode tafsir
maudhu'i adalah sebagai berikut:
1) Menjadikan pemahaman terhadap ayat-ayat al-Quran
menjadi utuh, maka tafsir maudhu’i ini sejatinya dapat
diandalkan guna memecahkan suatu permasalahan
tematis secara lebih baik dan tuntas.
2) Tidak kaku atau dinamis sesuai tuntutan zaman
sehingga menimbulkan image yang baik pada setiap
lapisan masyarakat dan strata sosial
3) Sistematis dan praktis, tafsir maudhu’i secara otomatis
dalam menyelesaikan masalah yang diaji disusun secara
sistematis dan praktis agar memudahkan pembacanya.
4) Menjawab tantangan zaman dengan terbuka,
permasalahan sehari-hari yang terus berkembang
menjadi pemicu upaya tafsir maudhu’i dalam
menyelesaikan permasalahan yang terjadi di
masyarakat.
b. Kelemahan
Sedangkan kekurangan-kekurangan tafsir maudhu’i
antara lain sebagai berikut
1) Menjadikan pemahaman ayat menjadi terbatas, karena
diterapkannya tema atau judul penafsiran, maka
pemahaman terhadap suatu ayat menjadi terbatas.
akibatnya mufassir terikat dengan judul itu.

3
Nana Maharani, ‘Tafsir Al-Isyari’, Jurnal Hikmah, 14.1 (2017), 1829–8419.

13
2) Mempartisi ayat-ayat al-Quran, maksud dipartisi disini
ialah seperti petunjuk shalat dengan zakat, yang
biasanya senantiasa bergabung dalam satu frase ayat,
maka mau tidak mau jika yang difokuskan temanya
adalah zakat. Maka frase tentang shalat harus
dipisahkan dari itu.4
5. Tafsir ilmi’
a. Kelebihan Tafsir ‘Ilmi :
1) Berani merespon modernisasi, pembaharuan dan
tantangan zaman;
2) Menghargai ilmu secara nisbi dan mengarahkan akal
menuju sains, yang membantu mengembalikan
keseimbangan antara sains dan agama dalam
kehidupan.
3) Mengejar prestasi sains dan melakukan penafsiran
ulang sesuai dengan teori santifik orang lain.
4) Dapat menghasilkan penemuan-penemuan baru untuk
kemashlahatan hidup manusia. 12 M.Quraish Shihab,
“Membumikan” al-Qur`an: Fungsi dan Peran Wahyu
dalam Kehidupan Masyarakat…,hlm. 205-206. 18|
Tafsir Saintifik Tafsere Volume 10 Nomor 1 Tahun
2022 2.
b. Kelemahan Tafsir ‘Ilmi :
1) Merubah segala persoalan menjadi bisnis sarana
komunikasi dalam masyarakat buta huruf, yang
antusias ingin tahu dan kagum pada hikmah Allah SWT
dalam makhluknya
2) Melupakan persoalan social politik dan menipu
kesadaran manusia dengan menyibukkan pada
topiktopik yang menjauhkan dari realitas social dan
politiknya, seakan Allah tidak menampakkan diri
kecuali di dalam alam bukan dalam masyarakat.
3) Memulai dengan sains dan menafsirkan agama sesuai
dengan penemuan orang lain yang memberikan kendali

4
Muhammad Rifat Al-Banna and Moch. Ihsan Hilmi, ‘Tafsir Maudhu’i Dan Ramifikasi
Permasalahannya’, Jurnal Iman Dan Spiritualitas, 2.2 (2022), 233–38
<https://doi.org/10.15575/jis.v2i2.18319>.

14
kepada ilmu kemudian menjadikan agama hanya
sebagai pengekornya saja, sehingga sains lebih unggul
daripada agama.5

BAB III
PENUTUP

5
Tesa Fitria Mawarti, ‘Tafsir Saintifik’, Jurnal Tafsere, 10.1 (2022), 10–29
<https://doi.org/10.24252/jt.v10i1.35547>.

15
A. Kesimpulan
Kelebihan dan kelemahan masing-masing tafsir
1) Tafsir bi al-Ma’tsur
Kelebihannya, Dalam mengetengahkan penafsiran para sahabat
Nabi dan Kaum Tabi’in selalu disertai dengan isnad (sumbersumber
riwayatnya) dan diperbandingkan untuk memperoleh penafsiran yang
paling kuat dan tepat. Kelemahannya, Terjadinya campur baur antara
yang sahih dan tidak sahih dan banyak pendapat yang dihubungkan
kepada sahabat dan tabi’in, tampa ada isnad dan penelitian yang
mengakibatkan campurannya kebenaran dan kebatilan.
2) Tafsir bi al-Ra'yi
Kelebihannya, terletak pada kemungkinan muffasir dapat
menafsirkan seluruh komponen ayat al-quran secara dinamis sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan eknologi, sehingga
dengan tafsir bir ra’yi memungkinkan untuk menjelaskan beberapa
ayat yang sebelumnya dipahami secara sempit oleh mufassir, menjadi
luas dan dinamis, seperti halnya kata qalam yang awalnya hanya
diartikan sebagai pena, dapat diartikan sebagai teknologi di zaman
modern seperti mesin ketik atau computer. Kelemahannya, terletak
pada kemungkinan penafsiran yang diapaksakan, subjektif dan pada
hal-hal tertentu mungkin sulit dibedakan antara pendekatan ilmiah
yang sesungguhnya dengan kecenderungan subjektivitas mufassirnya.
3) Tafsir isyari Shufy
Kelebihannya, Tafsir Isyari mempunyai kekuatan hukum dari
Syara` sebagaimana telah dijelaskan mengenai beberapa contoh
penafsiran secara Isyari, seperti penafsiran Ibnu `Abbas terhadap
firman Allah Q.S. Al-`Nashr :1. Sehingga hampir semua sahabat
dalam kasus tersebut tidak ada yang memahami maknanya melainkan
makna secara zahir atau tekstual. Kelemahanhya, Apabila Tafsir Isyari
ini, tidak memenuhi syarat-syarat sebagaimana telah disebutkan di
atas, maka tafsir ini dapat dikatakan tafsir dengan hawa nafsu atau
rasio bertentangan dengan lahir ayat yang dilarang oleh Allah.
4) Tafsir maudhu’i
Kelebihannya, menjadikan pemahaman terhadap ayat-ayat al-
Quran menjadi utuh, maka tafsir maudhu’i ini sejatinya dapat
diandalkan guna memecahkan suatu permasalahan tematis secara lebih

16
baik dan tuntas. Kelemahannya, Menjadikan pemahaman ayat menjadi
terbatas, karena diterapkannya tema atau judul penafsiran, maka
pemahaman terhadap suatu ayat menjadi terbatas. akibatnya mufassir
terikat dengan judul itu
5) Tafsir ilmi’
Kelebihannya, Berani merespon modernisasi, pembaharuan
dan tantangan zaman. Kelemahannya, Merubah segala persoalan
menjadi bisnis sarana komunikasi dalam masyarakat buta huruf, yang
antusias ingin tahu dan kagum pada hikmah Allah SWT dalam
makhluknya
B. Saran
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat lebih memahami materi
tentang Ilmu Tafsir. Tentunya makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kelemahan atau keliruan, baik segi penulisan ataupun penyajian. Oleh
sebab itu, diharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki
makalah kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Banna, Muhammad Rifat, and Moch. Ihsan Hilmi, ‘Tafsir Maudhu’i Dan
Ramifikasi Permasalahannya’, Jurnal Iman Dan Spiritualitas, 2.2 (2022), 233–

17
38 <https://doi.org/10.15575/jis.v2i2.18319>
Maharani, Nana, ‘Tafsir Al-Isyari’, Jurnal Hikmah, 14.1 (2017), 1829–8419
Mawarti, Tesa Fitria, ‘Tafsir Saintifik’, Jurnal Tafsere, 10.1 (2022), 10–29
<https://doi.org/10.24252/jt.v10i1.35547>
Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013)
Siregar, Abu Bakar Adanan, ‘Tafsir Bil-Ma’Tsur (Konsep, Jenis, Status, Dan
Kelebihan Serta Kekurangannya)’, Jurnal Hikmah, 15.2 (2018), 160–65
<http://e-jurnal.staisumatera-medan.ac.id/index.php/hikmah/article/view/37>

18

Anda mungkin juga menyukai