Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“AL-MUHKAM DAN AL MUTASYABIH”.

Dosen pengampu: Abdul Haris Rasyidi. M. Pd.

DISUSUN OLEH:
Kelompok 5
ABDURRAHMAN
EVA YULIANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH PALAPA NUSANTARA
TA.2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.


Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat
dan salam juga disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.
Serta sahabat dan keluarganya, seayun langkah dan seiring bahu dalam
menegakkan agama Allah. Dengan kebaikan beliau telah membawa kita dari alam
kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Ulumul Quran Di Kampus
STIT PALAPA NUSANTARA, dengan ini penulis mengangkat judul “Al-
muhkam dan Al Mutasyabih”.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran yang
dapat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
.Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan
semua, karenakesempurnaanhanyamilik Allah SWT semata.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

27 Januari, 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan...............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Muhkam Dan Mutasyabih............................................. 3
B. Karakteristik Al-Muhkan Dan Al-Mutasyabih................................ 4
C. Perbedaan Pendapat Para Ulama Terhadap
     Muhkam Dan Mutasyabih............................................................... 4
D. Sebab-Sebab Adanya Ayat Mutasyabih.......................................... 5
E. Macam-Macam Ayat Muhkam Dan Mutasyabih............................. 8
F. Hikmah Adanya Ayat-Ayat Muhkan Dan Mutasyabih................... 8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.....................................................................................12
B. Saran...............................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A.           LATAR BELAKANG
Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab. Karena itu, untuk
memahami hukum-hukum yang terkandung dalam al-Qur’an
diperlukan  pemahaman dalam kebahasaan. Para ulama’ yang ahli dalam
bidang ushul fiqh, telah mengadakan penelitian secara sesama terhadap nash-
nash al-Qur’an, lalu hasil penelitian itu diterapkan dalam kaidah-kaidah yang
menjadi pegangan umat Islam guna memahami kandungan al-Qur’an dengan
benar.
Adapun ilmu yang mempelajari tentang muhkam dan mutasyabih
adalah Ilmu muhkam wal Mutasyabih. Ilmu ini dilatar belakangi oleh adanya
perbedaan pendapat ulama tentang adanya hubungan ayat atau surat yang
lain. Sementara yang lain mengatakan bahwa didalam Al-Qur’an ada ayat
atau surat yang tidak berhubungan. Oleh karenanya, suatu ilmu yang
mempelajari ayat atau surat Al-Qur’an cukup penting kedududkannya.
Sementara itu muhkam dan mutasyabih adalah Sebuah kajian yang sering
menimbulkan kontroversial dalam sejarah penafsiran Al-Qur’an, karena
perbedaan ’interpretasi’ antara ulama mengenai hakikat muhkam dan
mutasyabih.

B.            RUMUSAN MASALAH
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Muhkam Dan Mutasyabih?
2. Bagaimana Karakteristik Al-Muhkan Dan Al-Mutasyabih?
3. Bagaiaman Perbedaan Pendapat Para Ulama Terhadap Muhkam Dan
Mutasyabih?
4. Apa Yang Menyebabkan  Adanya Ayat Mutasyabih?
5. Sebutkan Macam-Macam Ayat Muhkam Dan Mutasyabih?
6. Apakah Hikmah Adanya Ayat-Ayat Muhkan Dan Mutasyabih?

iv
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Pengertian  Muhkam Dan Mutasyabih.
2.  Karakteristik Al-Muhkan Dan Al-Mutasyabih.
3.  Perbedaan Pendapat Para Ulama Terhadap Muhkam Dan Mutasyabih.
4. Penyebab  Adanya Ayat Mutasyabih.
5.  Macam-Macam Ayat Muhkam Dan Mutasyabih.
6.  Hikmah Adanya Ayat-Ayat Muhkan Dan Mutasyabih.

v
BAB II
PEMBAHASAN

A.           PENGERTIAN MUHKAM DAN MUTASYABIH


Muhkam berasal dari kata Ihkam, yang berati kekukuhan, kesempurnaan,
keseksamaan, dan pencegahan. Sedangkan secara terminologi, Muhkam berarti
ayat-ayat yang jelas maknanya, dan tidak memerlukan keterangan dari ayat-ayat
lain. Mutasyabih berasal dari kata tasyabuh, yang secara bahasa berarti
keserupaan dan kesamaan yang biasanya membawa kepada kesamaran antara dua
hal.
Sedangkan secara terminoligi Mutasyabih berarti ayat-ayat yang belum jelas
maksudnya, dan mempunyai banyak kemungkinan takwilnya, maknanya yang
tersembunyi dan memerlukan keterangan tertentu, atau hanya Allah yang
mengetahuinya.[1]
Ayat-ayat muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui dengan
gamblang, baik melalui takwil ataupun tidak. Sedangkan ayat-ayatmutasyabih
adalah ayat yang maksudnya hanya dapat diketahui Allah, seperti saat kedatangan
hari kiamat, keluarnya dajjal, dan huruf-huruf muqatha’ah. (Kelompok
Ahlussunnah)
Ibn Abi Hatim mengatakan bahwa ayat-ayat muhkam adalah ayat yang
harus diimani dan diamalkan, sedangkan ayat-ayat mutasyabih adalah ayat yang
harus diimani, tetapi tidak harus diamalkan.
Mayoritas Ulama Ahlul Fiqh yang berasal dari pendapat Ibnu Abbas
mengatakan, lafadz muhkam adalah lafadz yang tak bisa ditakwilkan melainkan
hanya satu arah/segi saja. Sedangkan lafadz yang mutasyabbih adalah lafadz yang
bisa ditakwilkan dalam beberapa arah/segi, karena masih samar.[2]
Menurut Ibnu Abbas, Muhkam adalah ayat yang penakwilannya hanya
mengandung satu makna. Sedangkan Mutasyabihat adalah ayat yang mengandung
pengertian bermacam-macam.. Menurut Imam as Suyuthi muhkam adalah suatu
yang jelas artinya, sedangkan mutasyabih adalah sebaliknya.

vi
Sedangkan menurut Manna’ Al-Qaththan, Muhkam adalah ayat yang
maksudnya dapat diketahui secara langsung tanpa memerlukan keterangan lain.
Sedangkan Mutasyabih tidak seperti itu, ia memerlukan penjelasan dengan
menunjuk kepada ayat lain.
Dengan demikian muhkam adalah ayat yang terang makna serta lafaznya
dan cepat di pahami. Sedangkan Mutasyabih, ialah ayat-ayat yang bersifat global
yang memerlukan ta’wil dan yang sukar dipahami.[3]

B.            KARAKTERISTIK AL-MUHKAN DAN AL-MUTASYABIH


Banyaknya perbedaan pendapat mengenai muhkan dan mutasyabih,
menyulitkan untuk membuat sebuah kriteria ayat yang termasuk muhkan dan
mutasyabih.
J.M.S Baljon mengutip pendapat Zamakhsari yang berpendapat barwa yang
termasuk kriteria ayat-ayat muhkam adalah apabia ayat-ayat tersebut berhubungan
dengan hakikat (kenyataan). Sedangkan ayat-ayat mutasyabih adalah yang
menuntut penelitian.
Ar-Raghib al-Ashfihani memberikan kriteria ayat-ayat muhkam dan
mutasyabih sebagai berikut :
1.     Muhkam
a.      Yakni ayat-ayat yang membatalkan ayat-ayat yang lain
b.      Ayat-ayat yang menghalalkan atau membatalkan ayat-ayat lain.
c.      Ayat-ayat yang mengandung kewajiban yang harus diimani dan
diamalkan.

2.     Mutasyabih
a.      Yakni ayat-ayat yang tidak diketahui hakikat maknanya seperti
tibanya hari kiamat.
b.       Ayat-ayat yang dapat diketahui maknanya dengan sarana bantu baik
dengan hadits atau ayat muhkam.
c.        Ayat yang hanya dapat diketahui oleh orang-orang yang dalam
ilmunya, sebagaimana diisyaratkan dalam doa Rosululloh untuk ibnu
Abbas “Ya Alloh, karuniailah ia ilmu yang mendalam mengenai

vii
agama dan limpahkanlah pengetahuan tentang ta’wil
kepadanya,”. [4]
C.           PERBEDAAN PENDAPAT PARA ULAMA TERHADAP
MUHKAM DAN MUTASYABIH
Dalam al-Qur’an sering kita temui ayat-ayat mutasyabihat yang
penjelasannya memerlukan penjelasan dari ayat-ayat yang lain. Mengenai hal
tersebut, para ulama memiliki pendapat yang berbeda-beda. Antara lain :
1. Ulama golongan Hanafiyah mengatakan, lafadz muhkam ialah lafadz
yang jelas petunjuknya, dan tidak mungkin telah dinasikh kan. Sedang
lafadz mutasyabih adalah lafadz yang sama maksud petunjuknya
sehingga tidak terjangkau oleh akal pikiran manusia. Sebab lafadz
mutasyabih itu termasuk hal-hal yang diketahui Allah saja artinya.
Contohnya seperti hal-hal yang ghaib.
2. Mayoritas ulama golongan ahlu fiqh yang berasal dari pendapat sahabat
Ibnu Abbas mengatakan, lafadz muhkam ialah lafadz yang tidak bisa
dita’wil kecuali satu arah. Sedangkan lafadz mutasyabih adalah artinya
dapat dita’wilkan dalam beberapa segi, karena masih sama.[5]
3. Madzhab salaf, yaitu para ulama dari generasi sahabat. Mereka berusaha
untuk mengimaninya dan menyerahkan makna serta pengertiannya hanya
kepada Allah SWT. Bagi kaum salaf, ayat – ayat mutasyabihat tidak
perlu dita'wilkan. Sebab yang mengetahui hakikatnya hanyalah Allah
SWT, mereka hanya berusaha mengimaninya.
4. Madzhab khalaf, seperti Imam Huramain. Mereka berpendapat bahwa
ayat – ayat mutasyabihat harus ditetapkan maknanya dengan pengertian
yang sesuai dan sedekat mungkin dengan dzat-Nya. Mereka menta'wil
lafdz istiwa' (besemayam) dengan maha berkuasa menciptakan sesuatu
tanpa susah payah. Kalimat ja'a rabbuka (kedatangan Allah) dalam Qs.
Al-Fajr: 22, dita'wilkan dengan kedatangan perintah-Nya. [6]

D.           SEBAB-SEBAB ADANYA AYAT MUTASYABIH

viii
Sebab adanya ayat Muhkam dan Mutasyabih ialah karena Allah SWT
menjadikan demikian. Allah membedakan antara ayat – ayat yang Muhkam dari
yang Mutasyabih, dan menjadikan ayat Muhkam sebagai bandingan ayat yang
Mutasyabih.
Imam Ar-Raghib Al- Asfihani  dalam kitabnya Mufradatil Qur’an
menyatakan bahwa sebab adanya kesamaran dalam Alquran terdapat 3 hal, yaitu
sebagai berikut:
1.             Kesamaran dari aspek lafal saja. Kesamaran ini ada dua macam,
yaitu sebagai berikut:
a. Kesamaran dari aspek lafal mufradnya, karena terdiri dari lafal yang
gharib (asing), atau yang musyatarak (bermakna ganda), dan
sebagainya.
b. Kesamaran lafal murakkab disebabkan terlalu ringkas atau terlalu
luas. Contoh tasyabuh (kesamaran) dalam lafal murakkab terlalu
ringkas, terdapat di dalam surah An-Nisa ayat 3:
َ ‫اب لَ ُك ْم ِمنَ النِّ َسا ِء َم ْثن َٰى َوثُاَل‬
‫ث َو ُربَا َع‬ َ ‫ط‬َ ‫َوإِ ْن ِخ ْفتُ ْم أَاَّل تُ ْق ِسطُوا فِي ْاليَتَا َم ٰى فَا ْن ِكحُوا َما‬
Artinya: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-
hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah
wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat…”
Ayat di atas sulit diterjemahkan. Karena takut tidak dapat berlaku adil
terhadap anak yatim, lalu mengapa disuruh menikahi wanita yang baik-baik, dua,
tiga atau empat. Kesukaran itu terjadi karena susunan kalimat ayat tersebut terlalu
singkat.

2.      Kesamaran dari aspek maknanya, seperti mengenai sifat-sifat Allah SWT,


sifat-sifat hari kiamat, surga, neraka, dan sebagainya. Semua sifat-sifat
itu tidak terjangkau oleh pikiran manusia.
3.       Kesamaran dari aspek lafal dan maknanya. Kesamaran ini ada lima
aspek, sebagai berikut:
a. Aspek kuantitas (al-kammiyyah), seperti masalah umum atau khusus.
Contohnya, ayat 5 surah At-Taubah.

ix
.   
  
 
Artinya: “Maka bunuhlah kaum musyrikin itu di manapun kalian
temukan mereka itu”.
Di sini batas kuantitasnya yang harus dibunuh masih samar.
b. Aspek cara (al-kaifiyyah), seperti bagaimana cara melaksanakan
kewajiban agama atau kesunahannya. Contohnya, ayat 14 surah
Thoha:
   
Artinya: “Dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku (Allah)”.
Dalam ayat ini terdapat kesamaran, dalam hal bagaimana cara salat
agar dapat mengingatkan kepada Allah SWT.
c. Aspek waktu, seperti batas sampai kapan melaksanakan sesuatu
perbuatan. Contohnya, dalam ayat 102 surat Ali Imran:
      
     
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali
kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam”.

Dalam ayat ini terjadi kesamaran, sampai kapan batas taqwa yang
benar-benar itu.
d. Aspek tempat, seperti tempat mana yang dimaksud dengan balik
rumah, dalam ayat 189 surah Al-Baqarah:
e. ):‫وليس البر بآن تآتوا البيو ت من ظهور ها (البقة‬
Atinya: “Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah, juga
samar”.
Tempat mana yang dimaksud dengan baliknya rumah, juga samar.[7]

E.            MACAM-MACAM AYAT MUHKAM DAN MUTASYABIH

x
Menurut Abdul Jalal, macam-macam ayat Mutasyabihat ada tiga macam:
1.             Ayat-ayat Mutasyabihat yang tidak dapat diketahui oleh seluruh
umat manusia, kecuali Allah SWT. Contoh:
     
       
     
      
      
    
 
Artinya :”Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang
mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan
di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya
(pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu
yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh
Mahfudz)"

2. Ayat-ayat yang Mutasyabihat yang dapat diketahui oleh semua orang


dengan jalan pembahasan dan pengkajian yang mendalam. Seperti
pencirian mujmal, menentukan mutasyarak, mengqayyidkan yang
mutlak, menertibkan yang kurang tertib.
3. Ayat-ayat Mutasyabihat yang hanya dapat diketahui oleh para pakar
ilmu dan sains, bukan oleh semua orang, apa lagi orang awam. Hal ini
termasuk urusan-urusan yang hanya diketahui Allah SWT dan orang-
orang yang rosikh (mendalam) ilmu pengetahuan.[8]

F.            HIKMAH ADANYA AYAT-AYAT MUHKAN DAN


MUTASYABIH
Al-Quran adalah rahmat bagi seluruh alam, yang didalamnya terdapat
berbagai mukzijat dan keajaiban serta berbagai misteri yang harus dipecahkan
oleh umat di dunia ini. Alloh tidak akan mungkin memberikan sesuatu kepada kita

xi
tanpa ada sebabnya. Dibawah ini ada beberapa hikmah tentang adanya ayat-ayat
muhkan dan mutasyabih, diantaranya adalah :
1.   Muhkam
a. Jika seluruh ayat Al-Qur’an terdiri dari ayat-ayat muhkamat, maka
akan sirnalah ujian keimanan dan amal karena pengertian ayat yang
jelas.
b. Menjadi rahmat bagi manusia, khususnya yang kemampuan bahasa
Arabnya lemah. Sebab arti dan maknanya sudah cukup terang dan
jelas.
c. Memudahkan manusia mengetahui arti , maksud dan menghayatinya.
d. Mendorong umat untuk giat memahami, menghayati dan
mengamalkan isi al-Qur'an sebab ayatnya mudah dimengerti dan
dipahami.
e. Menghilangkan kesulitan dan kebingungan umat dalam mempelajari
isinya.
f. Mempercepat usaha tahfidzul Qur'an.[9]
g. Menjadi rahmat bagi manusia, khususnya orang kemampuan bahasa
Arabnya lemah. Dengan adanya ayat-ayat muhkam yang sudah jelas
arti maksudnya, sangat besar arti dan faedahnya bagi mereka.
h. Memudahkan bagi manusia mengetahui arti dan maksudnya. Juga
memudahkan bagi mereka dalam menghayati makna maksudnya
agar mudah mengamalkan pelaksanaan ajaran-ajarannya.
i. Mendorong umat untuk giat memahami, menghayati, dan
mengamalkan isi kandungan Al-Quran, karena lafal ayat-ayatnya
telah mudah diketahui, gampang dipahami, dan jelas pula untuk
diamalkan.
j. Menghilangkan kesulitan dan kebingungan umat dalam mempelajari
isi ajarannya, karena lafal ayat-ayat dengan sendirinya sudah dapat
menjelaskan arti maksudnya, tidak harus menuggu penafsiran atau
penjelasan dari lafal ayat atau surah yang lain.[10]

xii
2.  Mutasyabih
a. Apabila seluruh ayat Al-Qur’an mutasyabihat, niscaya akan
padamlah kedudukannya sebagai penjelas dan petunjuk bagi
manusia orang yang benar keimanannya yakin bahwa Al-Qur’an
seluruhnya dari sisi Allah, segala yang datang dari sisi Allah pasti
hak dan tidak mungkin bercampur dengan kebatilan.
b. Menjadi motivasi untuk terus menerus menggali berbagai
kandungan Al-Quran sehingga kita akan terhindar dari taklid,
membaca Al-Qur’an dengan khusyu’ sambil merenung dan
berpikir.
c. Ayat-ayat Mutasyabihat mengharuskan upaya yang lebih banyak
untuk mengungkap maksudnya sehingga menambah pahala bagi
orang yang mengkajinya.
d. Jika Al-Quran mengandung ayat-ayat mutasyabihat, maka untuk
memahaminya diperlukan cara penafsiran antara satu dengan yang
lainnya. Hal ini memerlukan berbagai ilmu seperti ilmu bahasa,
gramatika, ma’ani, ushul fiqh dan sebagainya[11]
e. Memperlihatkan kelemahan akal manusia. Akal sedang dicoba
untuk meyakini keberadaan ayat-ayat mutasyabih sebagaimana
Allah memberi cobaan pada badan untuk beribadah. Seandainya
akal yang merupakan anggota badan paling mulia itu tidak diuji,
tentunya seseorang yang berpengetahuan tinggi akan
menyombongkan keilmuannya sehingga enggan tunduk kepada
naluri kehambaannya. Ayat-ayat mutasyabih merupakan sarana
bagi penundukan akal terhadap Allah karena kesadaraannya akan
ketidakmampuan akalnya untuk mengungkap ayat-ayat mutasyabih
itu.
f. Teguran bagi orang-orang yang mengutak-atik ayat-ayat
mutasybih. Sebagaimana Allah menyebutkan wa ma yadzdzakkaru
ila ulu al-albab sebagai cercaan terhadap orang-orang yang
mengutak-atik ayat-ayat mutasyabih. Sebaliknya Allah
memberikan pujian bagi orang-orang yang mendalami ilmunya,

xiii
yakni orang-orang yang tidak mengikuti hawa nafsunya untuk
mengotak-atik ayat-ayat mutasyabih sehingga mereka berkata
rabbana la tuzighqulubana. Mereka menyadari keterbatasan
akalnya dan mengharapkan ilmu ladunni.
g. Membuktikan kelemahan dan kebodohan manusia. Sebesar apapun
usaha dan persiapan manusia, masih ada kekurangan dan
kelemahannya. Hal tersebut menunjukkan betapa besar kekuasaan
Allah SWT, dan kekuasaan ilmu-Nya yang Maha Mengetahui
segala sesuatu.
h. Memperlihatkan kemukjizatan Al-Quran, ketinggian mutu sastra
dan balaghahnya, agar manusia menyadari sepenuhnya bahwa kitab
itu bukanlah buatan manusia biasa, melainkan wahyu ciptaan Allah
SWT.
i. Mendorong kegiatan mempelajari disiplin ilmu pengetahuan yang
bermacam-macam.

xiv
BAB III
PENUTUP

A.           KESIMPULAN
Muhkam merupakan ayat yang jelas maknanya, dan tidak memerlukan
keterangan dari ayat-ayat lain. Sedangkan Mutasyabih berarti ayat-ayat yang
belum jelas maksudnya, dan mempunyai banyak kemungkinan takwilnya, atau
maknanya yang tersembunyi, dan memerlukan keterangan tertentu, atau hanya
Allah yang mengetahuinya
Sebab adanya ayat Mutasyabih ialah karena Allah SWT menjadikan
demikian. Imam Ar-Raghib Al- Asfihani  dalam kitabnya Mufradatil Qur’an
menyatakan bahwa sebab adanya kesamaran dalam Alquran terdapat 3 hal, yaitu
sebagai berikut:Kesamaran dari aspek lafal saja, kesamaran dari aspek maknanya,
kesamaran dari aspek lafal dan maknanya.
Manfaat adanya ayat muhkan dan mutasyabih diantaranya jika seluruh ayat
Al-Qur’an terdiri dari ayat-ayat muhkamat, maka akan sirnalah ujian keimanan
dan amal karena pengertian ayat yang jelas, Apabila seluruh ayat Al-Qur’an
mutasyabihat, niscaya akan padamlah kedudukannya sebagai penjelas dan
petunjuk bagi manusia

B.            SARAN
Bagi semua umat Islam, agar kiranya untuk lebih memahami ‘Ulumul
Qur’an lebih mendalam agar bertambah pula iman kita. Dan mengamalkan ajaran-
ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.

xv
DAFTAR PUSTAKA

Anwar .Rosihon.2013.”Ulum  Al- Qur’an”. Bandung:CV Pustaka Setia


Ash-Shiddieqy, Hasbi.1993. “Ilmu-ilmu Al-Qur’an”. Jakarta:Bulan Bintang,
Hermawan,Acep. 2011. “Ulumul Quran”.Bandung : Remaja Rosdakarya
Jalal, Abdul. 2008. “Ulumul Qur’an”. Surabaya: Dunia Ilmu
Marzuki, Kamaluddin. 1992. “Ulumul Qur’an”.  Bandung: Remaja Rosdakarya
Muhammad,Syaih Jamil.1995. “Bagaimana Memahami Al-
Quran”. Jakarta : Pustaka Al-Kautsar
http://nuhudhiyyah.blogspot.com/2016/06/makalah-ulumul-quran-tentang-al-
muhkam.html?m=1 Diakses Pada tanggal 17 Oktober 2019 Pukul 10.00 WIB
http://myrealblo.blogspot.com/2015/11/ulumul-quran-al-muhkam-wal-
mutasyabih.html?m=1 Diakses Pada Tanggal 17 Oktober 2019 Pukul 11.30
WIB
http://ebdaaprilia.wordpress.com/2013/05/21/makalah-ulumul-quran-muhkam-
mutasyabih/ Diakses Pada Tanggal 17 Oktober 2019 Pukul 11.45 WIB

xvi

Anda mungkin juga menyukai