Dosen Pengampu
Dr. H. Abdullah Sani, Lc, MA
Disusun Oleh :
Kelompok
1) Dara Guna
2) Putri Nayla Shaqqi
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur‘an diturunkan dengan bahasa Arab. Karena itu, untuk memahami
hukum-hukum yang terkandung dalam al-Qur‘an diperlukan pemahaman dalam
kebahasaan. Para ulama‘ yang ahli dalam bidang ushul fiqh, telah mengadakan
penelitian secara sesama terhadap nash-nash al-Qur‘an, lalu hasil penelitian itu
diterapkan dalam kaidah-kaidah yang menjadi pegangan umat Islam guna
memahami kandungan al-Qur‘an dengan benar.
Adapun ilmu yang mempelajari tentang muhkam dan mutasyabih adalah
Ilmu muhkam wal Mutasyabih. Ilmu ini dilatar belakangi oleh adanya perbedaan
pendapat ulama tentang adanya hubungan ayat atau surat yang lain. Sementara
yang lain mengatakan bahwa didalam Al-Qur‘an ada ayat atau surat yang tidak
berhubungan. Oleh karenanya, suatu ilmu yang mempelajari ayat atau surat Al-
Qur‘an cukup penting kedududkannya. Sementara itu muhkam dan mutasyabih
adalah Sebuah kajian yang sering menimbulkan kontroversial dalam sejarah
penafsiran Al-Qur‘an, karena perbedaan ‘interpretasi‘ antara ulama mengenai
hakikat muhkam dan mutasyabih.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan muhkam dan mutasyabih?
2. Bagaimana contoh-contoh ayat muhkamat dan mutasyabihat?
3. Apa saja sebab-sebab terjadinya tasyabuh dalam Al-Qur‘an?
4. Bagaimana pandangan dan sikap ulama tentang ayat-ayat mutasyabihat?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian muhkam dan mutasyabih.
2. Untuk mengetahui contoh-contoh ayat muhkamat dan mutasyabihat.
3. Untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya tasyabuh dalam Al-Qur‘an.
4. Untuk mengetahui pandangan dan sikap ulama tentang ayat-ayat
mutasyabihat.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Rosihon Anwar, Ulumul Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), h. 121
2
Abdul Jalal, Ulumul Qur’an, (Surabaya: Dunia Ilmu, 2008), h. 239
2
Sedangkan menurut Manna‘ Al-Qaththan, Muhkam adalah ayat yang
maksudnya dapat diketahui secara langsung tanpa memerlukan keterangan lain.
Sedangkan Mutasyabih tidak seperti itu, ia memerlukan penjelasan dengan
menunjuk kepada ayat lain.
Dengan demikian muhkam adalah ayat yang terang makna serta lafaznya
dan cepat di pahami. Sedangkan Mutasyabih, ialah ayat-ayat yang bersifat global
yang memerlukan ta‘wil dan yang sukar dipahami.3
3
Kamaluddin Marzuki, Ulumul Qur’an, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), h. 113
3
dianggap muhkam ini karena suatu lafadz yang menunjukkan atas
keabadian berlakunya, sehingga tidak dapat dimansukhkan, atau muhkam
karena faktor luar bila tidak dapatnya lafadz itu dinasakh bukan karena
nash atau teks nya itu sendiri tetapi karena tidak ada nash yang
menasakhnya. Contohnya yakni muhkam yang terdapat pada Q.S An-Nur
[24]: 4;
4
Artinya :”Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib;
tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa
yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur
melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam
kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan
tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)" (Q.S Al An‘am : 59)
3) Ayat-ayat yang Mutasyabihat yang dapat diketahui oleh semua orang dengan
jalan pembahasan dan pengkajian yang mendalam. Seperti pencirian mujmal,
menentukan mutasyarak, mengqayyidkan yang mutlak, menertibkan yang
kurang tertib.
4) Ayat-ayat Mutasyabihat yang hanya dapat diketahui oleh para pakar ilmu dan
sains, bukan oleh semua orang, apa lagi orang awam. Hal ini termasuk
urusan-urusan yang hanya diketahui Allah SWT dan orang-orang yang rosikh
(mendalam) ilmu pengetahuan.
5
kembai kepada kesamaran lafal, kesamaran makna, dan kesamaran pada lafal dan
makna sekaligus. Untuk lebih jelasnya mengenai hal ini dapat dipelajari sebagai
berikut:4
1. Kesamaran pada lafal ayat
Adanya sebagian ayat ayat mutasyabihat didalam al qur‘an disebabkan
oleh kesamaran pada lafal mufrod maupun murakab (yang tersusun dalam
kalimat). Yang dimaksud dengan kesamaran pada lafal mufrad adalah adnya
lafal tunggal yang maknanya tidak jelas, baik disebabkan karena gharib
(asing) atau musytarak ( bermakna ganda).
2. Kesamaran pada makna ayat
Kesamaran atau ketersembunyian yang terjadi pada makna ayat,
umumnya adalah berupa ayat ayat mutasyabihat yang berhubungan dengan
sifat-sifat Allah.
3. Kesamaran pada lafal dan makna ayat sekaligus
Kesulitan memahami ayat-ayat mutasyabihat karena kesamaran atua
ketersembunyian maksud, dan juga dapat terjadi lafal dan makna secara
sekaligus, namun meski demikian kesulitan tersebut akan dapat teratasi
apabila seseorang memiliki ‗‘sarana‘‘ yang memadai untuk menyingkap
maknanya yang tersirat dibali lafal dan maknanya yang tersurat itu, sebagai
contoh dapat dijumpai dalam firman Allah yaitu al qur‘an surat Al Baqarah :
ayat 189:
4
Usman, Ulumul Qur`An, (Yogyakarta: Teras, 2009), h. 237..
6
Dalam hubungannya kesamaran pada ayat-ayat tersebut, terdapat lima
aspek yang terkait dengan hal itu, yaitu:
a. Aspek kuantitas, baik yang berkaitan dengan masalah masalah yang umum
maupun yang khusus.
b. Aspek cara (Al Kaifiyah) yang termasuk dalam kategori ini adalah
mengenai cara melaksanakan kewajiban yang diperintahkan oleh agama
atau kelaksanakan kesunahan.
c. Aspek waktu, dalam hal ini kesamaran atau ketersembunyian terletak pada
keumuman dari petunjuk yang dibawakan oleh ayat al Qur‘an itu sendiri.
d. Aspek tempat hal ini terkait erat dengan ketersembunyian atau kesamaran
lafal dan makna yang terdapat pada ayat-ayat mutasyabihat.
e. Aspek syarat adalah syarat dalam melaksanakan suatu kewajiban, baik
mengenai ibadah maupun mu‘amalah tidak dirinci dalam ayat ayat
tersebut.5
5
Ibid, h. 238
6
Abdul Jalal, Ibid, h. 239
7
3. Madzhab salaf, yaitu para ulama dari generasi sahabat. Mereka berusaha
untuk mengimaninya dan menyerahkan makna serta pengertiannya hanya
kepada Allah SWT. Bagi kaum salaf, ayat – ayat mutasyabihat tidak perlu
dita'wilkan. Sebab yang mengetahui hakikatnya hanyalah Allah SWT, mereka
hanya berusaha mengimaninya.
4. Madzhab khalaf, seperti Imam Huramain. Mereka berpendapat bahwa ayat –
ayat mutasyabihat harus ditetapkan maknanya dengan pengertian yang sesuai
dan sedekat mungkin dengan dzat-Nya. Mereka menta'wil lafdz istiwa'
(besemayam) dengan maha berkuasa menciptakan sesuatu tanpa susah payah.
Kalimat ja'a rabbuka (kedatangan Allah) dalam Qs. Al-Fajr: 22, dita'wilkan
dengan kedatangan perintah-Nya.
Misal: Saat tibanya hari kiamat, makna dari kata داﺑﺔ ﻣﻦ اﻻرض, dan
sebagainya.
2) Ayat-ayat mutasyabih yang dapat diketahui maknanya oleh manusia melalui
berbagai sarana.
Misal: Lafal-lafal asing dan hukum-hukum yang tertutup.
3) Ayat-ayat mutasyabihat yang hanya dapat diketahui maknanya oleh orang-
orang yang memiliki ilmu mendalam, seperti yang diisyaratkan oleh
Rasulullah, yakni Ibnu Abbas.
―Yaa Allah berikanlah ilmu yang mendalam mengenai ilmu agama, dan
limpahkanlah pengetahuan tentang takwil kepadanya‖.
Madzhab ini menegaskan bahwa dzat Allah dan hakikat sifat-sifat-Nya hanya
Allah yang mengetahuinya.
8
E. Hikmah Ayat-Ayat Mutasyabihat
Masing-masing bagian dari Ayat-ayat mutasyabihat tentu ada hikmahnya.
1. Hikmah Bagi Kelompok Pertama
Menurut Az-Zarqani, keberadaan ayat-ayat mutasyabihat kelompok
pertama, yaitu ayat-ayat mutasyabihat yang hanya dapat diketahui hakikatnya
oleh Allah SWT semata seperti ayat-ayat tentang masalah-masalah yang
ghaib, memberikan kepada kita lima hikmah sebagai berikut:
a. Rahmat
Merupakan rahmat Allah SWT bagi umat manusia yang lemah ini,
yang tidak sanggup mengetahui segala sesuatu secara keseluruhan. Jika
semuanya diungkap hakikatnya oleh Allah SWT, manusia tidak akan
sanggup memikulnya. Oleh sebab itu, Allah merahasiakan kapan
datangnya hari Kiamat.
Jika manusia tahu Kiamat masih jauh, mereka akan malas dan tidak
mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Tapi sebaliknya, jika tahu
Kiamat sudah dekat, mereka akan sangat ketakutan menghadapinya.
Begitu juga hikmah kenapa Allah merahasiakan kepada setiap orang kapan
ajalnya akan datang, agar setiap orang selalu berusaha mengisi
kehidupannya dengan kebaikan dan menjauhi segala macam keburukan.
b. Ujian
Sebagai ujian bagi umat manusia, apakah mereka akan beriman
dengan yang ghaib atau tidak? Bagi orang-orang yang dapat petunjuk tentu
mereka akan mengimaninya sekalipun tidak tahu bagaimana hakikatnya.
Tetapi bagi orang-orang yang hatinya condong kepada kesesatan, mereka
akan menolaknya.
c. Hal Ghaib
Al-Quran mencakup dakwah terhadap orang awam dan dakwah
terhadap kaum intelektual. Orang awam hanya bisa menerima sesuatu
yang yang dapat ditangkap secara inderawi terlebih dahulu. Jika tidak bisa
ditangkap secara inderawi terlebih dahulu mereka akan segera
mengganggapnya tidak ada. Oleh sebab itu Al-Quran menjelaskan hal-hal
yang ghaib, abstrak dengan pendekatan inderawi sehingga dapat diterima
oleh orang awam.
9
d. Bukti Kelemahan Manusia
Sebagai bukti akan kelemahan manusia, hanya sedikit sekali yang
dapat diketahui oleh manusia betapapun mereka bersungguh-sungguh
untuk berusaha mengetahuinya. Hanya Allah SWT sematalah yang
mengetahui segala sesuatu. Dengan demikian hilanglah kesombongan
manusia, sehingga mereka dapat tunduk dan patuh kepada Allah SWT.
e. Peluang Ikhtilaf
Memberi peluang terjadinya perbedaan pemahaman terhadap ayat-
ayat Al-Quran. Jika sekiranya semua ayat-ayat Al-Quran muhkamat, tentu
hanya ada satu pemahaman, sedangkan pemahaman lain tertolak dengan
sendirinya. Dengan terjadinya keragaman pemahaman, terbuka ruang
untuk dialog. Dengan adanya dialog, pandangan yang batil dapat diketahui
dan kembali kepada pandangan yang benar.
2. Hikmah Bagi Kelompok Kedua dan Ketiga
Sedangkan untuk ayat-ayat mutasyabihat kelompok kedua dan ketiga,
yaitu ayat-ayat mutasyabihat yang dapat diketahui oleh siapa saja setelah
mempelajarinya seperti ayat-ayat yang lafalnya gharib, musytarak, dan
kalimatnya padat, luas atau karena susunan kalimatnya; dan ayat-ayat
mutasyabihat yang tidak dapat diketahui oleh orang awam, tetapi hanya dapat
diketahui oleh para ulama yang mendalam ilmunya, memberikan kepada kita
lima hikmah juga sebagai berikut:
a. Mukjizat Al-Quran
Menunjukkan mukjizat Al-Quran. Misalnya dari segi bahasa, jika
ayat-ayat mutasyabihat itu dibahas lebih mendalam, terungkaplah
keindahan, ketelitian dan kehalusan bahasa Al-Quran. Bermacam-macam
aspek ilmu balaghah akan terungkap seperti al-ijaz, al-ithnab, al-musawah,
at-taqdim wa atta'khir, adz- dzikr wa al-hadzf, al-haqiqah wa al-majaz dan
lain- lain sebagainya.
b. Memudahkan Menghafal
Memudahkan untuk menghafal dan menjaga Al- Quran, karena
ungkapan Al-Quran yang ringkas dan padat dapat memuat bermagai
macam segi dan aspek. Jika sekiranya semua aspek dan segi itu
10
diungkapkan secara jelas satu-satu tentu akan berakibat Al-Quran akan
sangat tebal, bisa berjilid- jilid sehingga menyulitkan umat untuk
menghafal dan menjaganya. Dan juga kehalusan dan keindahan ungkapan-
ungkapan AlQuran membuat para pembacanya merasakan nikmat dan
lezat membacanya.
c. Menambah Pahala
Mengungkap ayat-ayat mutasyabihat lebih sulit dan lebih berat,
bertambah banyak kesulitan dalam mengungkapnya semakin menambah
banyak pahala yang didapat. Untuk masuk surga memang memerlukan
perjuangan sungguh-sungguh sebagaimana firman Allah SWT:
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Muhkam merupakan ayat yang jelas maknanya, dan tidak memerlukan
keterangan dari ayat-ayat lain. Sedangkan Mutasyabih berarti ayat-ayat yang
belum jelas maksudnya, dan mempunyai banyak kemungkinan takwilnya, atau
maknanya yang tersembunyi, dan memerlukan keterangan tertentu, atau hanya
Allah yang mengetahuinya
Sebab adanya ayat Mutasyabih ialah karena Allah SWT menjadikan
demikian. Imam Ar-Raghib Al- Asfihani dalam kitabnya Mufradatil Qur‘an
menyatakan bahwa sebab adanya kesamaran dalam Alquran terdapat 3 hal, yaitu
sebagai berikut:Kesamaran dari aspek lafal saja, kesamaran dari aspek maknanya,
kesamaran dari aspek lafal dan maknanya.
Manfaat adanya ayat muhkan dan mutasyabih diantaranya jika seluruh
ayat Al-Qur‘an terdiri dari ayat-ayat muhkamat, maka akan sirnalah ujian
keimanan dan amal karena pengertian ayat yang jelas, Apabila seluruh ayat Al-
Qur‘an mutasyabihat, niscaya akan padamlah kedudukannya sebagai penjelas dan
petunjuk bagi manusia. Hikmah dari adanya ayat-ayat muhkam dan mutasyabih
adalah kita lebih memercayai akan keagungan Allah SWT dan mukjizat luar biasa
yang ada pada Al-Qur‘an, dapat menambah keimanan kita kepada Allah juga
menjadikan kita lebih mengkaji tentang kalam-kalam Allah SWT.
B. Saran
Bagi semua umat Islam, agar kiranya untuk lebih memahami ‗Ulumul
Qur‘an lebih mendalam agar bertambah pula iman kita. Dan mengamalkan ajaran-
ajaran yang terkandung dalam Al-Qur‘an dan Al-Hadits.
12
DAFTAR PUSTAKA
13