ULUMUL QUR’AN
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh
Kelompok 11:
SEPTEMBER 2018
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat
serta hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Ilmu
Muhkam dan Mutasyabih“ .
Makalah ini penulis susun guna memenuhi tugas yang diberikan oleh ibu dosen
kami.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis banyak mendapat hambatan. Akan tetapi,
atas bantuan dari berbagai pihak hambatan tersebut dapat teratasi. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, penulis berharap kritik dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca dan umumnya bagi kita
semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul...........................................................................................................i
Kata Pengantar..........................................................................................................ii
Daftar Isi..................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan........................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Al-Quran , kalam Tuhan yang dijadikan sebagai pedoman alam setiap aspek
kehidupan umat Islam, tentunya harus dipahami secara mendalam. Pemahaman Al-
Quran dapat diperoleh dengan mendalami atau menguasai ilmu-ilmu yang mencakup
dalam ulumul Quran. Dan menjadi salah satu bagian dari cabang keilmuan Ulumul
Quran adalah ilmu yang membahas tentang Muhkam dan Mutasyabih. Ilmu Muhkam
dan Mutasyabih hendaknya dapat dipelajari secara mendalam. Hal ini dikarenakan,
dua hal ini termasuk dalam objek yg urgen dalam kajian/pemahaman Al-Quran.
Bahasa Al-Quran ada kalimat yang jelas (muhkam) dan yang belum jelas
(mutasyabih), hingga dalam penafsiran Al-Quran terdapat perbedaan-perbedaan.
Untuk keterangan lebih lanjut mengenai ketentuan dan hal-hal yang brhubungan
dengan Muhkam dan Mutasyabih, akan dijelaskan dalam bab berikutnya yaitu bab
pembahasan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Al-Muhkam dan Al-Mutasyabih?
2. Bagaimana pembagian-pembagian ayat-ayat Mutasyabih?
3. Bagaimana pandangan para Ulama dalam menghadapi ayat-ayat Mutasyabih?
4. Apa analisis sekitar konsep Muhkam dan Mutasyabih?
C. Tujuan Pembahasan
Adanya suatu diskusi dalam kelas yang kita lakukan tentu semuanya
mempunyai tujuan masing-masing. Adapun tujuan pembelajaran pada saat ini yaitu “
Muhkam dan Mutasyabih” mempunyai bberapa tujuan diantaranya adalah :
1. Dapat mngtahui pengertian dari Al-Muhkam dan Al-Mutasyabih.
2. Dapat memahami sebab-sebab adanya Al-Muhkam dan Al-Mutasyabih.
3. Dapat mengetahui macam-macam dari Al-Muhkam dan Al-Mutasyabih.
4. Dapat membedakan bagaimana sikap para ulama terhadap adanya ayat-ayat Al-
Mutasyabih.
5. Dapat memahami fadah dari adanya Al-Muhkam dan Al-Mutasyabih.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Drs.Abu Anwar, M.Ag. , Ulumul Quran Sebuah Pengantar ,penerbit amzah, Pekanbaru,2002, hlm.77
2
Ibid
3
Ibid
4
Muhammad Bakr Ismail, op. Cit, hlm.213
5
Drs.Abu Anwar, M.Ag. , Ulumul Quran Sebuah Pengantar ,penerbit amzah, Pekanbaru,2002, hlm.80
2
Menurut As-Suyuthi ada 5 macam yaitu :
a. Mutasyabih dari segi kadarnya
b. Mutasyabih dari segi caranya
c. Mutasyabih dari segi waktu, seperti nasakh dan mansukh
d. Mutasyabih dari segi tempat dan suasana di mana ayat itu diturunkan
e. Mutasyabih dari segi syarat-syarat, sehingga suatu amalan itu tergantung
dengan ada atau tidaknya syarat yang di butuhkan.
Misalnya ibadah shalat dan nikah tidak dapat dilaksanakan jika tidak cukup
syaratnya6
ب َوأُخ َُر ُمتَشَابِ َهاتٌ ۖ فَأ َ َّما الَّذِينَ فِي قُلُوبِ ِه ْم زَ ْي ٌغ ِ َاب ِم ْنهُ آيَاتٌ ُمحْ َك َماتٌ ُه َّن أ ُ ُّم ْال ِكت َا َ علَيْكَ ْال ِكت َ ُه َو الَّذِي أ َ ْنزَ َل
الرا ِس ُخونَ ِفي ْال ِع ْل ِم َيقُولُونَ آ َمنَّا َّ فَ َيت َّ ِبعُونَ َما تَشَابَهَ ِم ْنهُ ا ْب ِتغَا َء ْال ِفتْنَ ِة َوا ْب ِتغَا َء ت َأ ْ ِوي ِل ِه ۗ َو َما َي ْعلَ ُم ت َأ ْ ِويلَهُ ِإ َّال
َّ َّللاُ ۗ َو
ِ ِب ِه ُك ٌّل ِم ْن ِع ْن ِد َر ِبنَا ۗ َو َما يَذَّ َّك ُر ِإ َّال أُولُو ْاْل َ ْلبَا
ب
Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat
yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat.
Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti
sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk
mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan
orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang
mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami". Dan tidak dapat mengambil pelajaran
(daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.7
6
Ibidhlm.80
7
http://Tafsirq.com/3-ali-imran/ayat-7
8
Drs.Abu Anwar, M.Ag. , Ulumul Quran Sebuah Pengantar ,penerbit amzah, Pekanbaru,2002, hlm.83
3
b) Pendapat Para Ulama Mengenai Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat
Ada tiga pendapat para ulama mengenai masalah tersebut, sebagi berikut:
ش ِع ًّر ِم ْنهُ ُجلُ ْود ُ الَّ ِذيْنَ يَ ْخش َْونَ َربَّ ُه ْم
َ ي تَ ْق ِ سنَ ْال َح ِد ْي
َ ِث ِكت َابًا ُمتَشَابِ ًها َمثَان َ ْاَهللُ ن ََّز َل اَحArtinya: “Allah telah menurunkan
perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang
ulang. Gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya.”
3. Pendapat ketiga mengatakan, bahwa Al-Qur’an itu terdiri dari dua bagian, yakni
muhkam dan mutasyabih. Pendapat ini berdasarkan ayat 7 surah Ali Imran.
c) Sikap Para Ulama Terhadap Ayat-ayat Muhkam dan Mutasyabih
Sikap para ulama terhadap ayat-ayat mutasyabih terbagi dalam dua kelompok, yaitu:
1. Madzhab Salaf, yaitu para ulama yang mempercayai dan mengimani ayat-ayat
mutasyabih dan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah sendiri (tafwidh ilallah).
Mereka menyucikan Allah dari pengertian-pengertian lahir yang mustahil bagi Allah
dan mengimaninya sebagaimana yang diterangkan Al-Qur’an. Di antara ulama yang
masuk ke dalam kelompok ini adalah Imam Malik yang berasal dari ulama
mutaqaddimin.
2. Madzhab Khalaf, yaitu para ulama yang berpendapat perlunya menakwilkan ayat-ayat
mutasyabih yang menyangkut sifat Allah sehingga melahirkan arti yang sesuai dengan
keluhuran Allah. Mereka umumnya berasal dari kalangan ulama muta’akhirin.9
ْ ب أ ُ ْح ِك َم
ُ ت آ ي َا ت ُه ٌ ِك ت َا
(Q.S Hud : 1) Dalam arti kuat dan kokoh, ketentuan hukumnya teguh dan tahan uji, undang-
undang dan syariatnya menjamin kemaslahatan dunia dan akhirat, dan kemaslahatan pribadi,
bangsa, dan negara.Al-Quran sempurna mencakup segala pokok peraturan yang diperlukan
manusia dan tidak mudah, bahkan tidak akan dapat arti dan kandungannya diputarbalikkan,
sebab jelas dan tegas.
Akan tetapi, dalam ayat lain, Al-Quran juga menyebut bahwa itu ayat-ayat mutasyabih :
9
https://ensiklopebanten.wordpress.com/2012/04/27/muhkam-dan-mutasyabih/#more-658
4
Artinya :
“ Allah (telah) menurunkan sebaik-baiknya perkataan, yaitu satu kitab yang mutasyabih
(serupa) dan berulang-ulang.” (Q.S. Az-Zumar [39]: 23)
Dari sini, dapat dipahami bahwa ayat mutasyabih artinya adalah ayat yang terulang
dibeberapa surat yang isinya senapas, makna dan kandungannya tidak bertentangan, satu sama
lain saling menunjang, lebih menjelaskan arti dan maksudnya,untuk lebih dipahami, serta
tidak ada ayat yang bertentangan dengan ayat lainnya.
Sebagai contoh, ayat yang menerangkan makanan yang haram, berulang-ulang dimuat dalam
empat surat.10
Sementara ayat-ayat Al-Quran dari sudut pandang ke-muhkamnya, adalah sebagai Ummu Al-
Kitab, tempat mengembalikan segala permasalahan yang diperselisihkan, menjadi hakim yang
memberi keputusan, mempertegas yang sama, menentukan duduk perkaranya.
Namun demikian, sekalipun ayat-ayat Al-Quran tersebut mudah untuk dipahami, tidak berarti
setiap orang akan mengerti. Ketidak mengertian ini disebabkan tidak mau mempelajarinya
atau ada alasan lain, dan salah jika memasukkan ayat-ayat termasuk kedalam kategori
mutasyabih.
Itulah sebabnya, bila ada yang menuruti atau mementingkan ma-tasyabaha (mutasyabih),
karena menurutnya ayat Al-Quran sukar dicerna oleh akal dan pikirannya, tidak mampu
diterima oleh keimanannya, atau bahkan ia minta bukti empiris, dibandingkan dengan yang
serupa dengannya, stigma muatsyabih seperti itu termasuk sebuah penyimpangan. Misalnya,
dalam Al-Quran terdapat lafaz “laban” yang artinya susu, kemudian “lahmu” yang artinya
daging yang sesungguhnya sangat mudah untuk dipahami. Akan tetapi, bagi orang yang
menuruti dan mementingkan ma tasyabaha, kata-kata itu kemudian direkayasa, yakni dibuat
image sedemekian rupa sehingga muncul pertanyaan: “Mana dan bagaimana kenyataanya, apa
yang dinamakan susu dan daging di akhirat itu? Susu model apa? Susu cap sapi atau
Indomilk? Daging sapi, daging kucing, atau burung?
إِنَّ ه
Dalam Al-Quran terdapat ayat : ّللاَ َم َع الصَّاب
Yang artinya sangat mudah dipahami, yakni sesungguhnya allah bersama mereka yang
berhati sabar. Akan tetapi, bagi yang menuruti dan mementingkan ma tashabaha, ia mencari-
cari takwil dan kenyataan dari ayat tersebut. Kata bersama dalam ayat tersebut disamarkan
dengan arti bersama yang biasa berlaku antarumat manusia, sehingga “manusia dengan allah
dikatakan menunggal”. Dalam menafsirkan ayat tersebut, mereka tidak mengembalikannya
pada ummu Al-Kitab sebagai ayat yang Muhkam yang menyatakan bahwa allah tidak ada
bandingannya, atau yang menyamainya, seperti halnya yang berlaku di kalangan hamba-nya,
umat manusia.
Dengan demikian, pengategorian ayat-ayat al Quran sebagai ayat yang Muhkam dan sebagai
ayat yang mutashabih itu tidak berdasarkan kepentingan, melainkan berdasarkan petunjuk
10
Badri Khaeruman, Sejarah Perkembangan Tafsir Al-Qur’an, PUSTAKA SETIA, Bandung, 2004, hlm. 27.
5
ilahi yang kuat. Tidak ada penyelewangan penafsiran, yang lazim dikenal dengan ilmu tafsir
sebagai tafsir ilhadi, baik melalui rekayasa penafsiran maupun penakwilan.
Ayat yang menerangkan bahwa Allah yang Rahman bersemayan atau berkuasa mengatur di
Arsy, mudah dipahami artinya dan mudah untuk diimani.akan tetapi, persoalan konkret
(Kaifiyat)-nya yakni bagaimana cara bersemayam dan bentuk wujud kekuasaannya dalam
mengatur dan mengurusnya tidak dapat dilukiskan dengan khayalan.
Mengimami adanya surga dan neraka adalah suatu keharusan, karena hal demikian
dterangkan dalam Al-Quran. Akan tetapi, mencari takwil dengan bukti dan kenyataan dari
suatu yang gaib adalah terlarang. Misalnya, membandingkan secara sederhana indahnya surga
dengan keindahan di dunia. Karena penakwilan seperti itu bukan saja tidak mempunyai dasar
teologis yang kuat, melainkan juga justru menyalahgunakan pengertian takwil itu sendiri. Hal
ini dapat dilihat dari pertanyaan yang diajukan oleh aisyah kepada Rasulullah SAW.
Sehubungan dengan arti ayat ke-7 dari surah Ali imran:
“Apabila kamu melihat (orang) yang menuruti ma tasyabaha yang samar-samar kurang
tegas, maka merekalah yang disebut oleh allah:awasilah mereka.”
Di sini, jelas sekali bahwa ayat mutasyabih sangat rawan untuk disalahartikan dalam arti
diselewengkan dengan sebenar-benarnya penyelewengan dari hak kebatilan, sehingga
Rasulullah SAW.menasehati agar ayat-ayat itu diawasi.
Dengan demikian, adanya ayat mutasyabih dalam Al-Quran merupakan tantangan tersendiri
dalam dunia tafsir, karena, boleh jadi, ayat-ayat mutasyabih itu kemudian disalahtakwilkan
sehingga terjadi penyimpangan. Itulah sebabnya, Rasulullah SAW. Menegaskan bahwa ayat-
ayat mutasyabih itu harus diawasi agar tidak disalah takwilkan sehingga tidak menyesatkan
orang.
6
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian ayat-ayat muhkam dan mutasyabih di atas dapat di simpulkan bahwa ayat
1. Muhkam adalah ayat yang sudah jelas maksudnya ketika kita membacanya,
sedangkan ayat mutasyabih adalah ayat-ayat yang perlu ditakwilkan, dan setelah
ditakwilkan barulah kita dapat memahami tentang maksud ayat-ayat itu.
2. Ayat-ayat mutasyabih adalah merupakan salah satu kajian dalam ilmu Alquran
yang para ulama menilainya dengan alasan nya masing-masing menjadi dua
macam, yaitu pendapat ulama salaf dan khalaf.
3. Semua ayat Alquran itu muhkam, maksutnya kuat dan kokoh tetapi kita dapat
mengatakan bahwa semua ayat itu adalah mutasyabih .
7
DAFTAR PUSTAKA
khaeruman, Badri. sejarah perkembangan tafsir al-qur'an . Bandung: pustaka setia, 2004.
http://Tafsirq.com/3-ali-imran/ayat-7
https://ensiklopebanten.wordpress.com/2012/04/27/muhkam-dan-mutasyabih/#more-658