Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

“AKUNTANSI TRANSAKSI SALAM DAN SALAM PARALEL”

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Keuangan Syariah

Dosen Pengampu:

Anang Haris Firmansyah M.Pd .

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 6

1. Mochammad Alfi Badawi (12406183109)


2. Melin Ayuning Putri (12406183113)
3. Dyah Ayu Trisnawati (12406183118)
4. Syandanatama Putri Kusuma W. (12406183119)
5. Achmad Hafin Nursyamsu (12406183123)

KELAS 3C

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG

SEPTEMBER 2019

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena
atas segala karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Akuntansi Transaksi Salam Dan Salam Paralel”
ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa abadi tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW dan umatnya.

Sehubungan dengan selesainya penulisan makalah ini maka penulis


mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
Tulungagung.
2. Bapak Dr. H. Dede Nurohman, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam.
3. Ibu Hj. Amalia Nuril Hidayati, SE., M.Sy, selaku Ketua Jurusan
Manajemen Keuangan Syariah.
4. Anang Haris Firmansyah M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah
Akuntansi Keuangan Syariah yang telah memberikan pengarahan dan
koreksi sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
5. Segenap Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang telah
membimbing dan memberikan wawasannya sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
6. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penulisan makalah
ini.
Dengan penuh harap semoga jasa kebaikan mereka diterima oleh Allah
SWT. dan tercatat sebagai amal shalih. Akhirnya, makalah ini penulis suguhkan
kepada segenap pembaca, dengan harapan adanya saran dan kritik yang bersifat
konstruktif demi perbaikan. Semoga makalah ini bermanfaat dan mendapat ridha
Allah SWT.

Tulungagung, 5 September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Cover ...................................................................................................... i

Kata Pengantar ...................................................................................... ii

Daftar Isi............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Strength (kekuatan) ......................................................................... 2


B. Weakness (kelemahan) .................................................................... 2
C. Opportunities (peluang) .................................................................. 2
D. Threats (ancaman)........................................................................... 2
E. Strategi ............................................................................................ 3

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................... 4
B. Saran ................................................................................................ 4

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 5

iii
BAB I

PEMBUKAAN

A. Latar Belakang

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia sedang mengalami


kemajuan yang pesat. Pernyataan ini ditandai dengan jumlah aset yang
dimiliki sektor perbankan syariah. Seperti yang dilansir oleh sindonews
pada hari selasa, 6 September 2016 bahwa Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
mencatat per Juni 2016, sektor perbankan syariah memiliki total aset
sebesar Rp 306,23 Triliun. Aset perbankan syariah tersebut tumbuh
sebesar 11,97% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Hal ini tentu merupakan kebanggaan tersendiri bagi sektor perbankan
syariah karena perbankan syariah masih terbilang baru di Indonesia akan
tetapi mampu menyaingi perbankan konvensional
B. Rumusan Masalah
A. Bagaimana Definisi dan penggunaan transaksi Salam dan Salam Paralel ?
B. Bagaimana ketentuan syar’I, rukun transaksi, dan pengawasan syariah
transaksi salam dan salam paralel ?
C. Bagaimana alur transaksi salam dan salam paralel ?
D. Bagaimana cakupan standar akuntasi salam dan salam paralel ?
E. Bagaimana teknis perhitungan dan perjurnalan transaksi salam bagi Bank
Syariah ?
F. Bagaimana variasi dalam transaksi salam ?
G. Kerjakan soal latihan berikut !
C. Tujuan
A. Untuk mengetahui definisi dan penggunaan transaksi salam dan salam
paralel.
B. Untuk mengetahui ketentuan syar’I, rukun transaksi, dan pengawasan syariah
transaksi salam dan salam paralel ?
C. Untuk mengetahui alur transaksi salam dan salam paralel.
D. Untuk mengetahui cakupan standar akuntansi salam dan salam paralel.
E. Untuk mengetahui teknis perhitungan dan penjurnalan transaksi salam bagi
Bank Syariah.
F. Untuk mengetahui variasi dalam transaksi salam.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Dan Penggunaan Transaksi Salam Dan Salam Paralel

Bai’as salam, atau biasa disebut dengan salam, merupakan


pembelian barang yang pembayarannya dilunasi di muka, sedangkan
penyerahan barang dilakukan di kemudian hari. Akad salam ini digunakan
untuk memfasilitasi pembelian suatu barang (biasanya barang hasil
pertanian) yang memerlukan waktu untuk memproduksinya. Adapun
salam paralel merupakan jual beli barang yang melibatkan dua transaksi
salam, dalam hal ini transaksi salam pertama dilakukan antara nasabah
dengan bank, sedang transaksi salam kedua dilakukan dilakukan antara
bank dengan petani atau pemasok. Penerapan transaksi salam dalam dunia
perbankan masih sangat minim, bahkan sebagian besar bank syariah tidak
menawarkan skema transaksi ini. Hal ini dapat di pahami karena persepsi
masyarakat yang sangat kuat bahwa bank, termasuk bank syariah,
merupakan institusi untuk membantu masyarakat jika mengalami kendala
likuiditas. Dengan demikian, ketentuan salam yang masyarakat
pembayaran di muka merupakan suatu hal yang masih sulit untuk
diaplikasikan.1

Kendati demikian, skema transaksi ini tetap potensial


dikembangkan di Indonesia seiring dengan meningkatnya perhatian
pemerintah untuk mengembangkan sektor pertanian. Secara khusus, jika
pemerintah terlibat dalam upaya mengembangkan kemampuan akses
pendanaan petani, penggunaan skema salam relatif lebih tepat dan lebih
menguntungkan dibanding skema lainnya. Keuntungan menggunakan
skema salam antara lain adalah:2

1
Rizal Yaya, Aji Erlangga Martawireja, Ahim Abdurahman, “Akuntansi Perbankan Syariah”,
(Jakarta: Salemba Empat, 2016), hlm 206
2
Ibid

2
1. Bagi Petani

Skema salam dalam pembayaran di muka akan sangat membantu


petani dalam membiayai kebutuhan petani dalam memproduksi barang
pertanian. Dengan demikian, petani memiliki kesempatan dan
dorongan yang lebih besar untuk meningkatkan kapasitas produksinya
agar dapat menghasilkan produk pertanian yang lebih banyak sehingga
di samping untuk diserahkan kepada pembeli sebanyak yang sudah
ditentukan, juga dapat digunakan untuk diri sendiri atau untuk dijual
kepada pihak lain.3

2. Bagi Pemerintah

Penggunaan skema salam dengan ciri pembayaran di muka akan dapat


mempercepat pencapaian target-target pemerintah dalam mendorong
peningkatan cadangan pengadaan produk pertanian. Skema ini
dipandang dapat mengantisipasi keenggaan petani menjual produknya
kepada pemerintah selama ini, baik karena telah terbiasa menjual
kepada tengkulak atau kepada padagang besar. Keuntungan lainnya
bagi pemerintah adalah dengan tercapainya target cadangan pengadaan
produk pertanian dengan dana yang terjangkau, maka akan
mempercepat peran serta pemerintah dalam ekspor produk pertanian
keluar negeri yang belakangan ini mengalami kenaikan harga.4

3. Bagi Pengusaha
Penggunaan skema salam bagi pengusaha berpotensi meningkatkan
efisiensi dan nilai penjuan pengusaha produk pertanian. Pengusaha,
yang dalam ini berperan sebagai penjual produk pertanian baik untuk
konsumsi lokal maupun ekspor, akan dapat memiliki produk pertanian
dari petani dengan harga yang relatif akan lebih rendah dibanding
harga pasar mengingat pembayaran yang dilakukan di muka. Adanya
harga pembelian yang relatif lebih murah tersebut akan memberikan
keuntungan bagi pengusaha untuk memperoleh margin yang menarik.

3
Ibid
4
Ibid

3
Keuntungan lain bagi pengusaha adalah adanya adanya kepastian
memperoleh barang yang diinginkan, sehingga tidak perlu khawatir
atas persaingan mendapatkan barang pada saat panen dengan
pengusaha lain.5

4. Bagi Bank Syariah

Skema salam pada dasarnya sangat menguntungkan bagi bank syariah


mengingat pembeli sudah menyerahkan uangnya terlebih dahulu di
muka. Dengan demikian, resiko kegagalan membayar utang tidak ada
sama sekali. Walau transaksi ini menimbulkan resiko baru yaitu
kegagalan menyerahkan barang, dengan pengalaman dan jaringan
petani yang dimiliki bank resiko ini mestinya tidak sulit untuk di atasi
oleh bank syariah.6

B. Ketentuan Syar’I, Rukun Transaksi, dan Pengawasan Syariah


Transaksi Salam dan Salam Paralel

1. Ketentuan Syar’I Transaksi Salam dan Salam Paralel

Landasan syar’I dibolehkannya transaksi salam adalah sebagaimana


disebutkan dalam hadis Nabi SAW riwayat Ibnu Abbas berikut.

“barang siapa yang memerlukan salaf(salam) hendaknya ia melakukan


dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka
waktu yang diketahui.”

Ketentuan syar’I transaksi salam diatur dalam fatwa BSN nomor


05/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Salam. Fatwa tersebut
mengatur tentang ketentuan pembayaran, barang, salam paralel, waktu
penyerahan, dan syarat pembatalan kontrak. Ketentuan-ketentuan
tersebut akan di bahas dalam aspek rukun salam berikut.7

5
Ibid
6
Ibid, hlm. 207
7
Ibid

4
2. Rukun Transaksi Salam

Rukun-rukun salam meliputi:

(a) transaktor, yakni pembeli (muslam) dan penjual (muslam ilaih);

(b) objek akad salam berupa barang dan harga yang diperjualbelikan
dalam transaksi salam; dan

(c) ijab dan kabul yang menunjukkan pernyataan kehendak jual beli
secara salam, baik berupa ucapan atau perbuatan.8

(a) Transaktor
Transaktor terdiri atas pembeli (muslam) yang dalam hal ini adalah
nasabah dan penjual (muslam ilaih) dalam hal ini bank syariah.
Kedua transaktor disyaratkan memiliki kompetensi berupa akil
baligh dan kemampuan memilih yang optimal seperti tidak gila,
tidak sedang dipaksa, dan lain-lain yang sejenis. Adapun untuk
transaksi dengan anak kecil, dapat dilakukan dengan izin dan
pantauan dari walinya. Terkait dengan penjual, Fatwa DSN Nomor
05/DSNMUI/IV/2000 mengharuskan agar penjual menyerahkan
barang tepat pada waktunya dengan kualitas dan jumlah yang telah
disepakati. Penjual diperbolehkan menyerahkan barang lebih cepat
dari waktu yang disepakati dengan syarat kualitas dan jumlah
barang sesuai dengan kesepakatan dan ia tidak boleh menuntut
tambahan harga.9

Sekiranya penjual menyerahkan barang dan kualitas yang lebih


tinggi, penjual tidak boleh meminta tambahan harga. Akan tetapi,
jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih
rendah dan pembeli rela menerimanya, maka ia tidak boleh
menuntut pengurangan harga (diskon). Jika semua atau sebagian
barang tidak tersedia pada wakyu penyerahan, atau kualitasnya

8
Ibid
9
Ibid

5
lebih rendah dan pembeli tidak rela menerimanya, maka pembeli
memiliki dua pilihan, yaitu pertama, membatalkan kontrak dan
meminta kembali uangnya; kedua, menunggu sampai barang
tersedia.10

(b) Objek Salam

DSN dalam fatwanya menyatakan bahwa ada beberapa ketentuan


yang harus dipenuhi oleh barang yang diperjualbelikan dalam
transaksi salam. Ketentuan tersebut antara lain:

1. Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai utang

2. Harus dapat dijelaskan spesifikasinya

3. Penyerahannya dilakukan kemudian

4. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan


berdasarkan kesepakatan

5. Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya

6. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis


sesuai kesepakatan

Terkait dengan alat pembayaran, DSN mensyaratkan alat bayar


harus diketahui jumlah dan bentuknya. Alat bayar bisa berupa
uang, barang, atau manfaat. Pembayaran harus dilakukan pada saat
kontrak disepakati. Pembayaran itu sendiri tidak boleh dalam
bentuk pembebasan utang.11

(c) Ijab dan Kabul

Ijab dan kabul dalam salam adalah pernyataan dari kedua belah
pihak yang berkontrak, dengan cara penawaran dari penjual (bank
syariah) dan penerimaan yang dinyatakan oleh pembeli (nasabah).

10
Ibid, hlm. 208
11
Ibid

6
Pelafalan perjanjian dapat dilakukan dengan lisan, isyarat (bagi
yang tidak bisa bicara), tindakan maupun tulisan, bergantung pada
praktik yang lazim di masyarakat dan menunjukkan keridhaan satu
pihak untuk menjual barang salam dan pihak lain untuk membeli
barang salam. Dalam fatwanya, DSN menyatakan bahwa sepanjang
disepakati oleh kedua belah pihak dan tidak dipandang merugikan
kedua belah pihak, kesepakatan salam dapat di batalkan.
Pembatalan imi sangat mungkin terjadi pada saat pihak penjual
gagal menghasilkan barang salam sesuai kriteria yang diinginkan
oleh pembeli.12

3. Rukun Transaksi Salam Paralel

Berdasarkan fatwa DSN Nomor 5 Tahun 2000, disebutkan bahwa akad


salam kedua (antara bank sebagai pembeli dengan petani sebagai
penjual) harus dilakukan terpisah dari akad pertama. Adapun akad
kedua baru dilakukan setelah akad pertama sah. Rukun-rukun yang
terdapat pada akad salam pertama juga berlaku pada akad salam
kedua.13

4. Pengawasan Syariah Transaksi Salam dalam Salam Paralel

Dalam memastikan kesesuaian praktik jual beli salam dan salam


paralel yang dilakukan dengan ketentuan syariah yang ditetapkan oleh
DSN, DPS melakukan pengawasan syariah secara periodik.
Pengawasan tersebut berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia dilakukan untuk:

a. Memastikan barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh


syariah islam;

12
Ibid
13
Ibid

7
b. Memastikan bahwa pembayaran atas barang salam kepada
pemasok telah dilakukan di awal kontrak secara tunai sebesar akad
salam;

c. Meneliti bahwa akad salam telah sesuai dengan fatwa DSN-MUI


tentang salam dan peraturan Bank Indonesia yang berlaku;

d. Meneliti kejelasan akad salam yang dilakukan dalam format salam


paralel atau akad salam biasa;

e. Menelti bahwa keuntungan bank syariah atas praktik salam paralel


diperoleh dari selisih anatara harga beli dari pemasok dengan harga
jual kepada nasabah/pembeli akhir.

Adanya pengawasan syariah yang dilakukan oleh DPS menuntut


bank syariah untuk hatihati dalam melakukan transaksi jual beli
salam dengan para nasabah. Di samping itu, bank juga dituntut
untuk melaksanakan tertib administrasi agar berbagai dokumen
yang diperlukan DPS dapat tersedia setiap saat dilakukan
pengawasan terhadap kesyariahan transaksi salam yang
dilakukan.14
C. Alur Transaksi Salam dan Salam Paralel

Berdasarkan figure 10.1, alur transaksi salam dilakukan dengan:

Pertama, negoisasi dengan persetujuan kesepakatan antara penjual


dengan pembeli terkait transaksi salam yang akan dilaksanakan.

Kedua, setelah akad disepakati, pembeli melakukan pembayaran terhadap


barang yang diinginkan sesuai dengan kesepakatan yang sudah dibuat.

Ketiga, pada transaksi salam, penjual mulai memproduksi atau


menyelesaikan tahapan penanaman produk yang diinginkan pembeli.
Setelah produk dihasilkan, pada saat atau sebelum tanggal penyerahan,
penjual mengirim barang sesuai dengan spesifikasi kualitas dan kuantitas
yang telah disepakati pembeli. Adapun transaksi salam paralel, yang

14
Ibid, hlm. 209

8
biasanya digunakan oleh penjual (bank syariah) yang tidak memproduksi
sendiri produk salam, setelah menyepakati kontrak salam dan menerima
dana dari nasabah salam, selanjutnya secara terpisah membuat akad salam
dengan petani debagai produsen produk salam.

Keempat, setelah menyapakati transaksi salam kedua tersebut, bank


langsung melakukan pembayaran kepada petani.

Kelima, Dalam jangka waktu tertentu, berdasarkan kesepakatan dengan


bank, petani mengirim produk salam kepada petani sesuai dengan
spesifikasi yang ditentukan.

Keenam, bank menerima dokumen penyerahan produk salam kepada


nasabah dari petani.15

Figure 10.1 Alur transaksi salam paralel16

D. Cakupan Standar Akuntansi Salam dan Salam Paralel

Akuntansi salam diatur dalam PSAK Nomor 103 tentang Akuntansi


Salam. Standar tersebut berisikan tentang pengakuan dan pengukuran, baik
sebagai pembeli maupun sebagai penjual. Berbagai hal yang perlu

15
Ibid, hlm. 209
16
Ibid, hlm. 210

9
diperhatikan dalam ketentuan pengakuan dan pengukuran salam adalah
terkait dengan piutang salam, modal usaha salam, kewajiban salam,
penerimaan barang pesanan salam, denda yang diterima pembeli dari
penjual yang mampu, tetapi sengaja menunda-nunda penyelesaian
kewajibannya serta tentang penilaian persedian barang pesanan pada
periode pelaporan. Konsep dan aplikasi detail standar akuntansi salam dan
salam paralel akan dibahas langsung pada sub-bab teknis perhitungan dan
penjurnalan transaksi.17

E. Teknis Perhitungan dan Penjurnalan Transaksi Salam bagi Bank


Syariah
1. Teknis Perhitungan Transaksi Salam

Ilustrasi teknis perhitungan transaksi salam dapat dilihat pada Kasus 10.1
berikut.

Kasus 10.1 Transaksi Salam18

Transaksi Salam Pertama

PT Thariq Agro Mandiri, membutuhkan 100 ton biji jagung hibryda untuk
keperluan ekspor yang akan datang. Pada tanggal 1 Juni 20XA, PT Thariq Agro
Mandiri melakukan pembelian jagung dengan skema salam pada Bank Syariah
Sejahtera. Adapun informasi tentang pembelian tersebut sebagai berikut:

Spesifikasi barang : Biji jagung manis hibryda kualitas no 2

Kuantitas : 100 ton

Harga : Rp700.000.000 (Rp7.000.000 per ton)

Waktu penyerahan : dua tahap tiap tiga bulan sebanyak 50 ton (2


September dan 2 Desember 20XA)

Syarat pembayaran : dilunasi pada saat akad ditandatangani

17
Ibid
18
Ibid, hlm. 211

10
Transaksi Salam Kedua

Untuk pengadaan produk salam sebagaimana diinginkan oleh PT Thariq Agro


Mandiri, bank syariah selanjutnya pada tanggal 2 Juni 20XA mengadakan
transaksi salam dengan petani yang bergabung dalam KUD. Tunas Mulia dengan
kesepakatan sebagai berikut:

Spesifikasi barang : Biji jagung manis hibryda kualitas no 2

Kuantitas : 100 ton

Harga : Rp650.000.000 (Rp6.500.000 per ton)

Penyerahan modal : uang tunai sejumlah Rp650.000.000

Waktu penyerahan barang : dua tahap setiap tiga bulan sebanyak 50 ton (1
September dan 1 Desember 20XA)

Agunan : Tanah dan kendaraan senilai Rp700.000.000

Syarat pembayaran : dilunasi pada saat akad ditandatangani

Denda kegagalan penyerahan karena kelalaian akad kesengajaan: 2% dari nilai


produk yang belum diserahkan.

2. Penjurnalan Transaksi Salam


a. Transaksi pada saat Akad Disepakati

Pada saat akad disepakati, pembeli disyaratkan untuk sudah


membayar produk salam secara lunas. Berdasarkan PSAK 103
paragraf 17, disebutkan bahwa kewajiban salam diakui pada saat
penjual menerima modal usaha sebesar modal usaha salam yang
diterima. Berdasarkan kasus 10.1, pada saat bank syariah
melakukan akad salam dengan PT Thariq Agro Mandiri (PT TAM)
dan menerima dana salam, maka jurnal transaksi tersebut adalah
sebagai berikut:19

19
Ibid

11
Tanggal Rekening Debit Kredit(Rp)
(Rp)
01/06/XA Db. Kas/Rekening 700.000
pembeli-PT TAM
Kr. Utang Salam 700.000

Berdasarkan PSAK 103 paragraf 18 disebutkan bahwa modal


usaha salam yang diterima dapat berupa kas dan asset non-kas.
Modal usaha salam dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang
diterima, sedangkan modal usaha salam dalam bentuk asset non-
kas diukur sebesar nilai wajar.20

b. Penyerahan Modal Salam dari Bank Syariah kepada Pemasok


atau Petani

Pada saat akad salam kedua dilakukan antara bank syariah dengan
petani atau pemasok, bank syariah langsung melakukan penyerahan
modal salam kepada pemasok. Pemilihan pemasok dilakukan
dengan pertimbangan kemampuan pemasok menghasilkan produk
sesuai dengan spesifikasi jagung yang diinginkan. Berdasarkan
PSAK 103 paragraf 11 disebutkan bahwa piutang salam diakui
pada saat modal usaha salam dibayarkan atau dialihkan kepada
penjual. Modal usaha salam dalam bentuk kas diukur sebesar
jumlah yang dibayarkan (PSAK 103 pargarf 12).

Misalkan pada tanggal 2 Juni, bank syariah menyerahkan modal


berupa uang tunai sebesar Rp650.000 ke rekening KUD. Di bank
maka jurnal saat penyerahan modal salam oleh bank syariah kepada
KUD adalah sebagai berikut :21

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit(Rp)


02/06/XA Db. Piutang salam 650.000.000

20
Ibid, hlm. 212
21
Ibid

12
Kr. Kas/rekening nasabah 650.000.000
penjual– KUD TM

c. Penerimaan Barang Pesanan dari Pemasok atau Petani

Berdasarkan PSAK 103 paragraf 16 disebutkan bahwa barang


pesanan yang diterima diakui sebagai persediaan. Adapun waktu
penerimaan produk salam dari pemasok atau petani dilakukan
sesuai dengan tanggal kesepakatan. Dalam kasus 10.1 disepakati
penyerahan oleh KUD TM adalah pada tanggal 1 September dan 1
Desember masing-masing sebanyak 50 ton biji jagung manis
hybrid. Pada saat penerimaan produk salam, sangat mungkin terjadi
perbedaan antara kualitas dan nilai wajar barang dengan kualitas
dan nilai kontrak.

Berdasarkan PSAK 103 paragraph 13a, disebutkan bahwa jika


barang pesanan sesuai dengan akad, makadinilai sesuai dengan
nilai yang disepakati. Misalkan pada tanggal 1 September 20XA
dan 1 Desember 20XA KUD TM menyerahkan masing-masing 50
ton biji jagung manis hybrid kualitas no 2 sebagaimana yang
disepakati dalam perjanjian salam. Adapun nilai wajar produk
tersebut pada saat penyerahan sama dengan nilai kontrak yaitu
Rp325.000.000 (50 ton x Rp6.500.000 per ton) . Jurnal untuk saat
penyerahan produk salam dari KUD ke Bank Syariah adalah
sebagai berikut :22

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit(Rp)


01/09/XA Db. Persediaan produk 325.000.000
salam

22
Ibid, hlm. 213

13
Kr. Piutang salam 325.000.000
Ket : Penyerahan tahap
pertama sebanyak 50
ton biji jagung
kualitas 2 dengan
kualitas barang dan
nilai wajar barang
sama dengan nilai
kontrak.
01/12/XA Db. Persediaan produk 325.000.000
salam
Kr. Piutang salam 325.000.000
Ket : Penyerahan tahap
pertama sebanyak 50
ton biji jagung
kualitas 2 dengan
kualitas barang dan
nilai wajar barang
sama dengan nilai
kontrak.

d. Penyerahaan Barang Salam dari Bank Syariah kepada


Nasabah Pembeli

Penyerahan barang salam kepada nasabah pembeli dapat dilakukan


oleh bank syariah sendiri atau langsung dikirim oleh pemasok atau
petani kepada nasabah pembeli pada tanggal yang disepakati oleh
bank dengan nasabah pembeli. Berdasarkan PSAK 103 paragraf 19
disebutkan bahwa kewajiban salam dihentikan pengakuannya pada
saat penyerahan barang kepada pembeli. Pada saat penyerahan
kepada pembeli akhir tersebut, selisih antara perolehan barang
pesanan diakui sebagai keuntungan atau kerugian.

14
Misalkan dalam kasus 10.1 diatas, setelah menerima produk salam
dari KUD TM pada tanggal 1 September 20XA dan 1 Desember
20XA masing-masing sebanyak 50 ton dengan kualitas dan harga
sesuai dengan kesepakatan antara bank syariah dan KUD TM
(Rp325.000.000), bank langsung mengirim produk salam ke
gudang milik PT TAM pada tanggal 2 September 20XA dan 2
Desember 20XA pada kuantitas dn kualitas sesuai kesepakatan.
Maka jurnal atas pengiriman barang kepada nasabah pembeli
tersebut adalah sebagai berikut:23

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit(Rp)


02/09/XA Db. Utang salam 350.000.000
Kr. Persediaan 325.000.000
produk salam
Kr. Pendapatan bersih 25.000.000
salam
02/12/XA Db. Utang salam 350.000.000
Kr. Persediaan 325.000.000
produk salam
Kr. Pendapatan bersih 25.000.000
salam

F. Variasi Dalam Transaksi Salam


1. Penyerahan modal salam dengan menggunakan aset non-kas

Penggunaan aset non-kas hampir tidak diterapkan dalam praktik


perbankan syariah. Modal usaha salam dapat berupa kas dan aset non-
kas (PSAK paragraf 12). Dengan demikian penggunaan aset non-kas
memungkinkan terjadinya tiga variasi, yaitu:

- Nilai wajar aset salam non-kas sama dengan dari nilai tercatatnya

23
Ibid

15
Mesin pertanian memiliki nilai buku besar Rp25.000.000 (harga
perolehan Rp30.000.000 dan akumulasi penyusutan Rp5.000.000)
diserahkan kepada KUD TM sebagai pembiayaan berwujud non-
kas dihargai dengan nilai Rp23.000.000.

Db. Piutang salam 23.000.000

Db. Akumulasi penyusutan 5.000.000

Kr. Kerugian pada saat penyerahan 2.000.000

Kr. Aset salam – mesin pertanian 30.000.000

2. Variasi dalam penerimaan barang pesanan dari pemasok atau petani

Sangat mungkin terjadi perbedaan antara kualitas dan nilai wajar barang
dan nilai kontrak. Variasi tersebut di antaranya, 1) kualitas barang dan
nilai wajar barang, sama dengan nilai kontrak; 2) kualitas barang lebih
rendah dan nilai wajar barang lebih rendah dari nilai kontrak; 3)
kualitas barang dan nilai wajar barang, lebih tinggi dari nilai kontrak.

- Kualitas barang lebih rendah dan nilai wajar barang lebih rendah
dari nilai kontrak

Barang pesanan yang diterima diukur sesuai nilai wajar pada saat
diterima dan selisihnya diakui sebagai kerugian (PSAK 103 paragraf
13b(ii)). Misalkan pada tanggal 1 September 2000, KUD TM hanya
bisa menyerahkan 50 ton biji jagung manis hybrida kualitas nomor 3.
Adapun nilai wajar produk tersebut adalah Rp300.000.000 (50 ton x
Rp6.000.000).

01/09/2000 Db. Persediaan salam – 50 ton biji jagung kualitas 3


300.000.000

Db. Kerugian penerimaan barang salam 25.000.000

Kr. Piutang salam 325.000.000

16
- Kualitas barang dan nilai wajar barang, lebih tinggi dari nilai
kontrak

Barang pesanan yang diterima diukur sesuai nilai akad (PSAK 103
paragraf 13b(i)). Misalkan pada tanggal 1 September 2000, KUD
TM menyerahkan 50 ton biji jagung manis hybrida kualitas nomor
1. Adapun nilai wajar produk tersebut adalah Rp300.000.000 (50
ton x Rp6.500.000).

01/09/2000 Db. Persediaan salam – 50 ton biji jagung kualitas 1


325.000.000

Kr. Piutang
salam 325.000.000

3. Pemasok atau petani gagal menyerahkan seluruh atau sebagian produk


salam pada masa akhir kontrak

Kegagalan ini dapat disebabkan karena bencana alam, di samping


itu pemasok atau petani tidak berhasil mendapatkan produk pengganti.
Dalam kondisi tersebut, bank sebagai pembeli memiliki dua alternatif
pilihan yaitu

1) memperpanjang masa pengiriman dan


2) membatalkan pembelian barang yang dikirim.

Dalam alternatif pertama, bank hanya melakukan revisi terhadap


kesepakatan jual beli salam dalam hal waktu penyerahan barang, dan
tidak ada transaksi yang dijurnal oleh bank. Sedangkan dalam alternatif
kedua diperlukan penjurnalan.

KUD TM gagal menyerahkan sisa produk salam yang disepakati dan


bank memilih untuk membatalkan pembelian barang yang belum
dikirim.

01/09/2002 Db. Piutang qardh KUD TM 325.000.000

17
Kr. Piutang salam – KUD TM
325.000.000

Untuk melunasi piutang KUD TM terdapat beberapa alternatif, yaitu 1)


dilunasi dengan dana kas KUD TM dan 2) dilunasi dengan penjualan
jaminan.

- Alternatif 1: KUD melunasi dengan dananya sendiri

Db. Kas/rekening KUD TM 325.000.000

Kr. Piutang qardh KUD TM


325.000.000

- Alternatif 2: Bank mengeksekusi jaminan atas akad salam

Jika terjadi penjualan jaminan dengan hasil lebih kecil dari piutang
salam, misalkan dalam kasus KUD TM hanya sebesar
Rp300.000.000.

Db. Kas 300..000.000

Db. Piutang qard KUD TM 25.000.000

Kr. Piutang salam


325.000.000

Jika penjualan jaminan dengan hasil lebih besar dari piutang salam,
misalkan dalam kasus KUD TM hanya sebesar Rp350.000.000.

Db. Kas 350.000.000

Kr. Rekening KUD TM


25.000.000

Kr. Piutang salam


325.000.000

4. Pengenaan denda kepada penjual yang gagal menyerahkan produk


salam bukan karena force majeur

18
PSAK 103 paragraf 15 menyatakan bahwa pembeli dapat mengenakan
denda kepada pemasok yang gagal menyerahkan produk salam jika
pemasok tersebut pada dasarnya mampu, tetapi sengaja tidak
melakukannya. Adapun besar denda yang dikenakan adalah sebesar
yang disepakati dalam akad. Denda yang diterima oleh bank sebagai
pembeli diakui sebagai bagian dana kebajikan (dana qardh) (PSAK
103 paragraf 14). KUD TM gagal menyerahkan poduk salam kepada
bank syariah senilai Rp325.000.000 pada waktu jatuh tempo. Sesuai
dengan kesepakatan KUD TM dikenakan denda 2% dari nilai produk
yang belum direalisir atau sebesar Rp6.500.000.24

01/12/2000 Db. Kas/rekening – KUD 6.500.000

Kr. Dana kebajikan 6.500.000

02/09/2000 Db. Utang salam 350.000.000

Kr. Persediaan
325.000.000

Kr. Pendapatan neto salam


25.000.000

02/12/2000 Db. Utang salam 350.000.000

Kr. Persediaan
325.000.000

Kr. Pendapatan neto salam


25.000.000

Db. Persediaan – mesin pertanian 25.000.000

Kr. Kas
25.000.000

24
Zibinuma, “Akuntansi Salam Dan Salam Paralel”, dalam
https://zibinuma.blogspot.com/2017/02/akuntansi-salam-dan-salam-paralel.html, diakses
pukul 00.15 WIB

19
G. Soal Latihan
1. Sebutkan rukun transaksi salam!
2. Bagaimana alur transaksi salam ?

Jawab

1. Transaktor, objek akad salam, dan ijab & Kabul.


2. Pertama, negoisasi dengan persetujuan kesepakatan antara penjual
dengan pembeli terkait transaksi salam yang akan dilaksanakan.

Kedua, setelah akad disepakati, pembeli melakukan pembayaran


terhadap barang yang diinginkan sesuai dengan kesepakatan yang
sudah dibuat.

Ketiga, pada transaksi salam, penjual mulai memproduksi atau


menyelesaikan tahapan penanaman produk yang diinginkan pembeli.
Setelah produk dihasilkan, pada saat atau sebelum tanggal penyerahan,
penjual mengirim barang sesuai dengan spesifikasi kualitas dan
kuantitas yang telah disepakati pembeli. Adapun transaksi salam
paralel, yang biasanya digunakan oleh penjual (bank syariah) yang
tidak memproduksi sendiri produk salam, setelah menyepakati kontrak
salam dan menerima dana dari nasabah salam, selanjutnya secara
terpisah membuat akad salam dengan petani debagai produsen produk
salam.

Keempat, setelah menyapakati transaksi salam kedua tersebut, bank


langsung melakukan pembayaran kepada petani.

Kelima, Dalam jangka waktu tertentu, berdasarkan kesepakatan


dengan bank, petani mengirim produk salam kepada petani sesuai
dengan spesifikasi yang ditentukan.

Keenam, bank menerima dokumen penyerahan produk salam kepada


nasabah dari petani

20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bahwa salam berarti pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari,
sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Sedangkan salam paralel
berarti melaksanakan dua transaksi bai’ as-salam antara bank dan nasabah.
B. SARAN
Pemakalah sadar akan kekurangan penyusunan makalah ini, kalau ada
salah kata ataupun salah penulisan pemakalah mohon maaf.

21
DAFTAR PUSTAKA

Zibinuma. 2017. Akuntansi Salam Dan Salam Paralel.


https://zibinuma.blogspot.com/2017/02/akuntansi-salam-dan-salam-
paralel.html. (diakses pada 00.15 WIB)
Antonio Syafi’I Muhammad. 2007. Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik.
Jakarta: Gema Insani Press.
Abdurahman Ahim. Martawireja Erlangga Aji. Yaya Rizal.2016. Akuntansi
Perbankan Syariah. Jakarta: Salemba Empat

22

Anda mungkin juga menyukai