Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENGEMBANGAN PRODUK PERBANKAN SYARIAH

SYARIAH FINANSIAL INCLUSION UNTUK PENGEMBANGAN UMKM DAN


AGROBISNIS
Dosen Pengampu: Nurma Sari, S.Ag., M.S.I

Disusun:

1. Juliana (12107021)

2. Murni Cahya Ningsih (12107041)

PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI BISNIS DAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karna atas berkat, karunia dan
limpahan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Syariah Finansial Inclusion untuk Pengembangan UMKM dan Agrobisnis. Shalawat dan
Salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah menegakkan kalimat tauhid
lailahaillallah di muka bumi ini.
Dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini tentu banyak sekali hambatan namun
penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak karna itu penulis mengucapkan banyak
terima kasih sebesar-sebesarnya kepada dosen mata kuliah Pengembangan Produk Perbankan
Syariah yang telah memberikan ilmu sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik dan lancar
serta kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini penulis susun bertujuan untuk memenuhi salah satu
tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Pengembangan Produk Perbankan Syariah.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat serta menambah pengetahuan dan
wawasan buat kita semua khususnya bagi penulis. Penulis sadari bahwa didalam penyelesaian
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun
penulisan oleh karna itu penulis mohon maaf jika didalam makalah ini terdapat kekeliruan dan
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih
baik.

Pontianak, 30 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah ............................................................................................................... 2
BAB II........................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3
A. Pengembangan Agrobisnis Diberbagai Negara Melalui Lembaga Keuangan Mikro
(LKM) ...................................................................................................................................... 3
B. Perbankan dan Lembaga Keuangan Mikro Dalam Pengembangan Agrobisnis di
Indonesia ................................................................................................................................ 5
C. Inklusi Keuangan (Finanscial Inclusion) Sektor Pertanian dan Perikanan ...................... 6
D. Model Linkage Program Perbankan Syariah – Lembaga Keuangan Mikro Syariah Untuk
UMKM .................................................................................................................................... 9
E. Kontruksi Akad Salam Untuk Pengembangan Sektor Pertanian dan Kelautan ............ 10
BAB III .................................................................................................................................... 14
PENUTUP................................................................................................................................ 14
DAFTAR.................................................................................................................................. 15
PUSTAKA ............................................................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tantangan inklusi keuangan syariah dalam mendukung pengembangan Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta sektor agrobisnis telah menjadi perhatian
penting dalam konteks perekonomian yang semakin global. UMKM memegang peran
sentral dalam menciptakan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi yang merata,
sementara sektor agrobisnis berperan krusial dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan
ketahanan pangan. Meskipun begitu, UMKM dan agrobisnis seringkali menghadapi
hambatan akses keuangan tradisional, sehingga memerlukan pendekatan inklusi
keuangan yang inovatif.
Dalam konteks ini, inklusi keuangan syariah menjadi solusi yang menjanjikan.
Sistem keuangan berbasis syariah menawarkan instrumen keuangan yang mematuhi
prinsip-prinsip Islam, termasuk penghindaran riba. Ini relevan terutama di negara atau
komunitas dengan mayoritas penduduk muslim. Penelitian tentang bagaimana inklusi
keuangan syariah dapat meningkatkan akses UMKM dan agrobisnis terhadap layanan
keuangan, seperti pembiayaan dan investasi, memiliki potensi besar untuk mendukung
pertumbuhan ekonomi yang inklusif.
Selain itu, penerapan inklusi keuangan syariah juga dapat mendukung
pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development
Goals/SDGs). Dengan memperluas akses keuangan bagi UMKM dan agrobisnis, kita
dapat berkontribusi pada pencapaian SDGs terkait dengan pengentasan kemiskinan,
kelaparan, dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Oleh karena itu, dalam konteks
tertentu, makalah ini dapat menguraikan studi kasus, rekomendasi kebijakan, dan
strategi implementasi yang dapat digunakan untuk mendorong inklusi keuangan syariah
guna mendukung pertumbuhan dan perkembangan UMKM serta sektor agrobisnis yang
berkelanjutan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengembangan agrobisnis diberbagai negara melalui Lembaga
keuangan mikro (LKM)?
2. Bagaimana Perbankan dan Lembaga Keuangan Mikro Dalam Pengembangan
Agrobisnis di Indonesia?
3. Bagaimana Inklusi Keuangan (Finanscial Inclusion) Sektor Pertanian dan
Perikanan?
4. Bagaimana model Linkage Program Perbankan Syariah – Lembaga Keuangan
mikro Syariah Untuk UMKM?
5. Bagaimana Model Layanan Layanan Syariah Untuk Sektor Pertanian dan
Kelautan?
6. Bagaimana kontruksi Akad Salam Untuk Sektor Pertanian dan kelautan?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui pengembangan agrobisnis diberbagai negara melalui Lembaga
keuangan mikro (LKM)
2. Untuk Mengetahui Tujuan Perbankan dan Lembaga Keuangan Mikro Dalam
Pengembangan Agrobisnis di Indonesia
3. Untuk Mengetahui Inklusi Keuangan (Finanscial Inclusion) Sektor Pertanian dan
Perikanan
4. Untuk Mengetahui Tujuan Model Linkage Program Perbankan Syariah – Lembaga
Keuangan Mikro Syariah Untuk UMKM
5. Untuk Mengetahui Tujuan Model Layanan Layanan Syariah Untuk Sektor
Pertanian dan Kelautan
6. Untuk Mengetahui Tujuan Kontruksi Akad Salam Untuk Pengembangan Sektor
Pertanian dan Kelautan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengembangan Agrobisnis Diberbagai Negara Melalui Lembaga Keuangan


Mikro (LKM)
Lembaga keuangan yang terlibat dalam penyaluran kredit mikro umumnya
disebut lembaga keuangan Mikro (LKM). LKM diartikan sebagai lembaga penyedia
jasa-jasa keuangan kepada nasabah berpenghasilan rendah yang meliputi pedagang
kecil, pedagang kaki lima, petani, penjual jasa dan produsen kecil.(Amalia Yunia
Rahmawati, 2020).
Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) adalah lembaga keuangan
mikro yang tumbuh dan berasal dari kelompok tani yang memberikan pelayanan jasa
keuangan kepada masyarakat tani dan pelaku agribisnis. Kelembagaan ditumbuh
kembangkan berdasarkan semangat untuk memajukan usaha tani. Bentuk usaha
lembaga ini mencakup pelayanan jasa pinjaman atau kredit dan penghimpunan dana
masayarakat yang terkait dengan persyaratan pinjaman atau bentuk pembiayaan lain.
Misi utama pembentukan LKM-A adalah menyediakan fasilitas permodalan
petani untuk mendukung pengembangan agribisnis. Upaya pemberdayaan petani
melalui berbagai pendekatan pada intinya berupaya meningkatkan kemampuan petani
dalam pemanfaatan lahannya dan juga akses mereka terhadap berbagai fasilitas yang
disediakan pemerintah termasuk fasilitas bantuan modal, seperti menyediakan penguat
modal bagi Gapoktan melalui penyediaan Kredit Program dan atau Bantuan Langsung
Masyarakat (BLM) dan Bantuan Langsung Tunai (BLT).
Dalam penelitian ini yang dimaksud Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis
(LKM-A) yaitu lembaga keuangan mikro yang ditumbuhkan dari Gapoktan pelaksana
PUAP dengan fungsi utamanya adalah untuk mengelola aset dasar dari dana PUAP dan
dana keswadayaan anggota(Amalia Yunia Rahmawati, 2020).
Praktek pengembangan agrobisnis melalui lembaga keuangan mikro telah
menjadi salah satu pendekatan yang efektif untuk memajukan sektor pertanian dan
agrobisnis di berbagai negara. Lembaga keuangan mikro (LKM) atau institusi
keuangan mikro adalah lembaga keuangan yang menyediakan layanan keuangan
seperti pinjaman kecil, tabungan, dan asuransi kepada masyarakat yang tidak memiliki

3
akses ke lembaga keuangan formal. Berikut beberapa praktek pengembangan
agrobisnis melalui lembaga keuangan mikro di berbagai negara:
1. India
India memiliki salah satu program LKM terbesar di dunia, yaitu Kredit Mikro Kecil
dan Menengah (KMKM). Program ini memberikan pinjaman mikro kepada petani
dan pengusaha kecil di sektor pertanian. LKM di India juga bekerja sama dengan
pemerintah dalam penyediaan layanan perbankan di daerah pedesaan yang
terpencil.
2. Bangladesh
Grameen Bank, yang didirikan oleh Muhammad Yunus, adalah salah satu LKM
terkenal di Bangladesh. Bank ini memberikan pinjaman kecil kepada petani dan
pengusaha kecil di pedesaan. Praktek ini telah membantu mengurangi kemiskinan
dan meningkatkan produktivitas pertanian di Bangladesh.
3. Kenya
Di Kenya, terdapat program-program seperti M-Pesa yang memungkinkan petani
untuk menerima dan mentransfer uang melalui ponsel mereka. Hal ini memudahkan
akses ke layanan keuangan di daerah yang sulit dijangkau oleh lembaga keuangan
konvensional.
4. Indonesia
Indonesia memiliki berbagai lembaga keuangan mikro seperti BRI Unit Desa (BRI-
UD) yang memberikan layanan perbankan kepada masyarakat pedesaan, termasuk
petani. Mereka juga memberikan pinjaman usaha kecil kepada pelaku agrobisnis.
5. Peru
Di Peru, terdapat lembaga keuangan mikro seperti Mibanco yang fokus pada sektor
pertanian dan agrobisnis. Mibanco memberikan pinjaman dan layanan keuangan
lainnya kepada petani dan usaha kecil di sektor agrikultur.
6. Nigeria
Nigeria memiliki program-program seperti Bank of Agriculture yang memberikan
pinjaman dan layanan keuangan kepada petani dan pengusaha kecil di sektor
pertanian.
Praktek-praktek ini menunjukkan bahwa lembaga keuangan mikro dapat
memainkan peran penting dalam pengembangan agrobisnis di berbagai negara. Mereka
membantu petani dan pelaku agrobisnis kecil untuk mengakses modal, meningkatkan
produktivitas, dan mengurangi kemiskinan di wilayah pedesaan. Selain itu, teknologi
4
seperti perbankan berbasis ponsel juga telah mempermudah akses ke layanan keuangan
di daerah yang terpencil.

B. Perbankan dan Lembaga Keuangan Mikro Dalam Pengembangan Agrobisnis di


Indonesia
Lembaga keuangan mikro merupakan lembaga yang dibutuhkan masyarakat
kecil dan menengah baik untuk konsumsi, produksi maupun menyimpan hasil usaha
yang dimiliki. Undang Undang No.1 Tahun 2013 tentang lembaga keuangan mikro di
definisikan sebagai lembaga keuangan yang khusus didirikan untuk memberikan jasa
pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat, baik melalui pinjaman atau
pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada anggota dan masyarakat, pengelolaan
simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha yang tidak semata-
mata mencari keuntungan. Menurut Baskara (2013) Keuangan mikro adalah kegiatan
sector keuangan berupa penghimpun dana dan pembiayaan kepada masyarakat miskin
dan/ atau berpenghasilan rendah dengan prosedur yang sederhana.
Perbankan dan lembaga keuangan mikro memiliki peran yang penting dalam
pengembangan agrobisnis di Indonesia. Agrobisnis adalah salah satu sektor yang
strategis bagi perekonomian Indonesia karena berperan dalam penyediaan pangan,
bahan baku industri, dan lapangan kerja. Berikut adalah beberapa peran perbankan dan
lembaga keuangan mikro dalam pengembangan agrobisnis di Indonesia (Wibowo &
Hayati, 2013):
1. Pemberian Modal Usaha
Perbankan konvensional dan lembaga keuangan mikro memberikan pinjaman
modal usaha kepada petani dan pelaku agrobisnis kecil. Ini membantu mereka
untuk membeli benih, pupuk, pestisida, alat pertanian, dan modal lainnya yang
diperlukan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian.
2. Pendampingan dan Pelatihan
Beberapa lembaga keuangan mikro tidak hanya memberikan pinjaman, tetapi juga
memberikan pendampingan dan pelatihan kepada para petani dan pelaku
agrobisnis. Ini membantu mereka dalam mengelola usaha mereka dengan lebih
efisien dan berkelanjutan.
3. Asuransi Pertanian
Beberapa bank dan lembaga keuangan mikro juga menyediakan produk asuransi
pertanian. Ini membantu melindungi petani dari risiko yang terkait dengan faktor
5
cuaca dan penyakit tanaman, sehingga mereka tidak kehilangan seluruh investasi
mereka.
4. Akses ke Teknologi
Perbankan dan lembaga keuangan mikro dapat membantu petani untuk mengakses
teknologi pertanian modern seperti irigasi, teknik budidaya yang lebih baik, dan
pemantauan cuaca. Ini dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi.
5. Pengembangan Pasar
Beberapa lembaga keuangan bekerja sama dengan produsen dan pembeli besar
dalam rantai pasokan agrobisnis. Hal ini membantu petani untuk menjual produk
mereka dengan harga yang lebih baik dan memperluas pasar mereka.
6. Pengembangan Agribisnis Berkelanjutan
Perbankan dan lembaga keuangan mikro juga dapat mendukung pengembangan
agrobisnis berkelanjutan dengan memberikan pinjaman dan dukungan kepada
petani yang ingin beralih ke praktik pertanian organik atau ramah lingkungan.
7. Perluasan Ke Pedesaan
Lembaga keuangan mikro seperti BRI Unit Desa (BRI-UD) di Indonesia memiliki
cakupan yang luas di daerah pedesaan, sehingga mereka dapat membantu petani
yang berada di wilayah terpencil untuk mengakses layanan keuangan.
8. Pemberdayaan Petani Wanita
Perbankan dan lembaga keuangan mikro juga berperan dalam pemberdayaan
petani wanita, memberikan mereka akses ke modal dan sumber daya yang
diperlukan untuk berperan aktif dalam agrobisnis.
Pengembangan agrobisnis di Indonesia sangat bergantung pada dukungan
perbankan dan lembaga keuangan mikro dalam menyediakan modal, pengetahuan, dan
akses ke pasar. Kolaborasi yang baik antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga
keuangan dapat memperkuat sektor agrobisnis dan berkontribusi pada pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan di Indonesia.

C. Inklusi Keuangan (Finanscial Inclusion) Sektor Pertanian dan Perikanan


1. Definisi Financial Inclusion
Financial Inclusion atau Keuangan Inklusif merupakan bentuk strategi
nasional keuangan inklusif yaitu hak setiap orang untuk memiliki akses dan
layanan penuh dari lembaga keuangan secara tepat waktu, nyaman, informative,

6
dan terjangkau biayanya, dengan penghormatan penuh kepada harkat dan martabat.
Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia mengatakan bahwa inklusi
keuangan sebagai akses terhadap produk keuangan yang sesuai termasuk kredit,
tabungan, asuransi, dan pembayaran, tersedianya akses yang berkualitas termasuk
kenyamanan, keterjangkauan, kesesuaian, dan dengan memperhatikan
perlindungan konsumen, serta ketersediaan tersebut juga diberikan kepada semua
orang.
Menurut Otoritas Jasa Keuangan, keuangan inklusif adalah segala upaya
yang bertujuan untuk meniadakan segala bentuk hambatan yang bersifat harga
maupun nonharga terhadap akses masyarakat dalam memanfaatkan layanan jasa
keuangan sehingga dapat memberikan manfaat yang signifikan terhadap
peningkatan taraf hidup masyarakat terutama untuk daerah dengan wilayah dan
kondisi geografis yang sulit dijangkau atau daerah perbatasan(Yelvita, 2022).
2. Manfaat Keuangan Inklusif
Adapun beberapa manfaat yang bisa diperoleh dari sistem layanan keuangan
inklusif ialah :
a. Akses, akses ke dalam kredit permodalan secara otomatis akan membuka
peluang usaha dan/atau bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan besaran
investasi para pengusaha kecil.
b. Terbukanya jaringan ke dalam sektor keuangan formal meningkatkan
kalangan miskin bisa mengakses bermacam jenis kredit usaha, memanfaatkan
berbagai produk asuransi dengan persyaratan yang lunak.
c. Dalam hal biaya, kemudahan untuk mengakses modal usaha ke sektor
keuangan formal akan mengurangi pertumbuhan kredit ke sektor informal
yang biasanya mematok biaya pengambilan pinjaman yang mahal dengan
waktu yang lebih singkat.
3. Inklusi keuangan dalam sektor pertanian dan perikanan
Upaya untuk memastikan bahwa semua pemangku kepentingan dalam
sektor ini, seperti petani, nelayan, pelaku usaha mikro dan kecil, memiliki akses
yang mudah dan terjangkau ke layanan keuangan yang diperlukan. Hal ini penting
karena sektor pertanian dan perikanan merupakan tulang punggung perekonomian
di banyak negara, terutama di negara-negara berkembang. Inklusi keuangan dapat
membantu meningkatkan produktivitas, mengurangi kemiskinan, dan
meningkatkan ketahanan ekonomi di sektor ini. Berikut adalah beberapa langkah
7
dan strategi untuk mencapai inklusi keuangan dalam sektor pertanian dan
perikanan:
a. Akses ke Lembaga Keuangan
Membuka akses ke lembaga keuangan seperti bank dan lembaga keuangan
mikro di daerah pedesaan dan pesisir adalah langkah penting. Ini bisa berarti
mendirikan kantor cabang baru atau menggunakan agen perbankan bergerak
yang dapat mengunjungi desa-desa dan pelabuhan nelayan.
b. Perbankan Berbasis Teknologi
Memanfaatkan teknologi, terutama perbankan berbasis ponsel, dapat
mempermudah akses ke layanan keuangan di daerah yang sulit dijangkau.
Petani dan nelayan dapat menggunakan ponsel mereka untuk melakukan
transaksi, menerima pembayaran, dan mengakses informasi keuangan.
c. Produk Keuangan yang Sesuai
Lembaga keuangan harus mengembangkan produk keuangan yang sesuai
dengan kebutuhan sektor pertanian dan perikanan. Ini termasuk pinjaman
modal usaha, pinjaman investasi untuk alat pertanian atau peralatan perikanan,
dan produk asuransi pertanian untuk melindungi dari risiko kerugian.
d. Pendidikan Keuangan
Meningkatkan literasi keuangan di kalangan petani, nelayan, dan pelaku usaha
mikro dan kecil sangat penting. Pelatihan dan pendidikan keuangan dapat
membantu mereka memahami cara menggunakan produk keuangan dengan
bijak, membuat perencanaan keuangan, dan mengelola risiko.
e. Kemitraan dengan Pemerintah
Pemerintah dapat berperan penting dalam memfasilitasi inklusi keuangan
dengan menciptakan kebijakan yang mendukung, mengawasi, dan mengatur
layanan keuangan yang sesuai dengan sektor pertanian dan perikanan. Ini
dapat mencakup insentif pajak atau bantuan langsung kepada para pemangku
kepentingan.
f. Pengembangan Infrastruktur
Peningkatan infrastruktur, seperti jaringan transportasi dan pasar yang lebih
baik, dapat membantu petani dan nelayan mengakses pasar yang lebih luas dan
mendapatkan harga yang lebih baik untuk produk mereka.
g. Pengembangan Pasar Keuangan Mikro

8
Membangun lembaga keuangan mikro yang berfokus khusus pada sektor
pertanian dan perikanan dapat membantu mengatasi kebutuhan keuangan yang
khusus bagi para pelaku usaha dalam sektor ini.
Monitoring dan Evaluasi Penting untuk terus memantau dan mengevaluasi
efektivitas upaya inklusi keuangan dalam sektor pertanian dan perikanan untuk
memastikan bahwa tujuan inklusi keuangan tercapai.

D. Model Linkage Program Perbankan Syariah – Lembaga Keuangan Mikro


Syariah Untuk UMKM
Program linkage antara perbankan syariah dan lembaga keuangan mikro syariah
bertujuan untuk memberikan dukungan keuangan kepada Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM) dengan prinsip-prinsip keuangan syariah. Program semacam ini
memungkinkan UMKM untuk mengakses modal, produk keuangan yang sesuai
dengan prinsip syariah, dan layanan yang membantu mereka dalam pertumbuhan dan
pengembangan usaha mereka. Berikut adalah beberapa model yang bisa digunakan
dalam program linkage perbankan syariah dan lembaga keuangan mikro syariah untuk
UMKM:
1. Pemberian Pinjaman: Bank syariah dapat memberikan dana kepada lembaga
keuangan mikro syariah yang kemudian mendistribusikannya sebagai pinjaman
kepada UMKM. Pinjaman ini harus mematuhi prinsip-prinsip syariah, seperti
larangan bunga (riba) dan investasi dalam bisnis yang sesuai dengan syariah.
2. Garansi Syariah: Bank syariah dapat memberikan jaminan atau garansi atas
pinjaman yang diberikan oleh lembaga keuangan mikro syariah kepada
UMKM. Ini dapat membantu UMKM yang mungkin memiliki kendala dalam
memberikan jaminan konvensional.
3. Pelatihan dan Pendampingan: Selain menyediakan dana, bank syariah dan
lembaga keuangan mikro syariah dapat bekerja sama dalam menyediakan
pelatihan dan pendampingan kepada UMKM. Ini meliputi pelatihan dalam
manajemen keuangan syariah, perencanaan bisnis, dan prinsip-prinsip syariah
dalam berbisnis.
4. Produk Keuangan Syariah: Bank syariah dapat menyediakan produk keuangan
khusus yang dapat diakses oleh lembaga keuangan mikro syariah untuk

9
ditawarkan kepada UMKM. Produk ini bisa berupa pinjaman mudharabah,
murabahah, atau wakalah yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
5. Partisipasi dalam Keuntungan dan Risiko: Prinsip bagi hasil (profit-and-loss
sharing) merupakan aspek penting dalam keuangan syariah. Bank syariah dan
lembaga keuangan mikro syariah dapat berbagi keuntungan dan risiko dari
investasi yang dilakukan bersama dengan UMKM. Ini memotivasi UMKM
untuk berhasil karena mereka akan mendapatkan bagian dari keuntungan.
6. Manajemen Risiko Syariah: Program linkage harus memperhatikan manajemen
risiko syariah dengan baik. Hal ini mencakup pemantauan terhadap penggunaan
dana, pengelolaan risiko bisnis, dan pematuhan terhadap prinsip syariah.
7. Pendanaan Berkelanjutan: Program linkage harus dirancang untuk
berkelanjutan dalam jangka panjang. Ini termasuk sumber pendanaan yang
berkelanjutan untuk bank syariah dan lembaga keuangan mikro syariah,
sehingga mereka dapat terus memberikan dukungan keuangan kepada UMKM.
8. Pengawasan dan Regulasi: Pemerintah dan otoritas pengawasan harus
memastikan bahwa program linkage ini berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip
keuangan syariah dan aturan yang berlaku.
Program linkage antara perbankan syariah dan lembaga keuangan mikro syariah
dapat menjadi alat yang kuat dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan
UMKM yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Hal ini juga dapat
berkontribusi pada inklusi keuangan syariah yang lebih baik di masyarakat dan
memajukan perekonomian yang berlandaskan prinsip-prinsip syariah.

E. Kontruksi Akad Salam Untuk Pengembangan Sektor Pertanian dan Kelautan


Secara teori, ada tiga hal yang menjadi ciri dari pembiayaan berbasis syariah,
yaitu Bebas bunga, Berprinsip bagi hasil dan risiko, dan Perhitungan bagi hasil tidak
dilakukan di muka, yang pada dasarnya sangat sesuai dengan karakteristik kegiatan
sektor pertanian dan juga terkait dengan agama yang dipeluk oleh sebagian besar petani
yaitu Islam. Berbeda dengan kredit konvensional yang memperhitungkan suku bunga
di depan, ekonomi syariah menghitung hasil setelah periode transaksi berakhir. Hal ini
berarti dalam pembiayaan syariah pembagian hasil dilakukan setelah ada keuntungan
riil, bukan berdasar hasil perhitungan spekulatif. Sistem bagi hasil ini dipandang lebih

10
sesuai dengan iklim bisnis yang memang mempunyai potensi untung dan rugi(Widiana
& Annisa, 2018).
Secara umum produk perbankan syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu
produk penyaluran dana, penghimpunan dana, dan produk yang berkaitan dengan jasa
yang diberikan kepada nasabahnya. Pada produk penghimpunan dana, skema yang
digunakan berupa wadi’ah dan mudharabah. Untuk menyalurkan dana pembiayaan
syariah, perbankan syariah menggunakan skema prinsip jual beli (ba’i), prinsip sewa
(ijaroh) dan prinsip bagi hasil (syirkah). Sedangkan pada produk jasa menggunakan
skema jual beli valuta asing (sharf) dan sewa (ijaroh).
1. Sektor Pertanian
Skema salam dengan pembayaran di muka akan sangat membantu petani
dalam membiayai kebutuhan petani dalam memproduksi barang pertanian. Dengan
demikian, petani memiliki kesempatan dan dorongan yang lebih besar untuk
meningkatkan kapasitas produksinya agar dapat menghasilkan produk pertanian
yang lebih banyak sehingga disamping untuk diserahkan kepada pembeli sebanyak
yang sudah ditetukan, juga dapat digunakan untuk diri sendiri atau untuk dijual
pihak lain.
2. Sektor Kelautan
Akad Salam adalah instrumen keuangan syariah yang dapat digunakan
dalam pengembangan sektor kelautan untuk memberikan pembiayaan tanpa bunga
kepada para nelayan atau pihak yang terlibat dalam usaha kelautan.
Berikut adalah konstruksi Akad Salam untuk pengembangan sektor pertanian dan
kelautan:
a. Identifikasi Kebutuhan Pembiayaan
Pihak yang membutuhkan pembiayaan, seperti petani atau nelayan, harus
mengidentifikasi kebutuhan mereka dengan jelas. Misalnya, mereka mungkin
memerlukan modal untuk membeli benih, alat pertanian, atau peralatan
perikanan.
b. Pemilihan Pihak yang Terlibat
Ada dua pihak yang terlibat dalam Akad Salam:
1) Pihak Pembeli (Mustaslam): Pihak yang membutuhkan produk atau hasil
pertanian/kelautan di masa depan. Ini bisa berupa perusahaan atau
individu yang memerlukan pasokan produk tertentu.

11
2) Pihak Penjual (Muslam Ilaih): Pihak yang akan menghasilkan atau
menyediakan produk tersebut. Dalam konteks ini, pihak penjual bisa
menjadi petani atau nelayan.
c. Deskripsi Produk
Produk atau hasil yang akan dihasilkan harus dijelaskan dengan rinci,
termasuk jumlah, kualitas, dan spesifikasinya. Pihak pembeli harus menyetujui
produk yang akan dibeli.
d. Harga dan Pembayaran
Harga produk dan metode pembayaran harus ditetapkan. Dalam Akad Salam,
harga produk biasanya dibayar di muka atau sebagian di muka, sementara
produknya akan dikirim di masa depan.
e. Waktu Pengiriman
Akad Salam harus mencantumkan waktu atau periode kapan produk akan
diserahkan kepada pihak pembeli.
f. Syarat-syarat
Syarat-syarat tambahan seperti inspeksi produk atau pertanggungjawaban atas
kerusakan selama pengiriman harus dijelaskan dengan jelas dalam akad.
g. Penyelesaian Akad
Akad Salam akan disepakati oleh kedua pihak, yaitu pihak pembeli dan pihak
penjual. Setelah itu, pihak pembeli akan membayar sebagian atau seluruh
harga produk yang telah disepakati. Pihak penjual akan berkomitmen untuk
menghasilkan produk sesuai dengan kesepakatan.
h. Pelaksanaan Akad
Pihak penjual akan melaksanakan akad dengan memproduksi atau
menyediakan produk yang telah disepakati. Setelah produk siap, mereka akan
mengirimkannya kepada pihak pembeli sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan.
i. Penutupan Akad
Akad Salam dianggap selesai ketika produk telah diserahkan kepada pihak
pembeli sesuai dengan kesepakatan. Pihak pembeli tidak perlu membayar
lebih dari harga yang telah disepakati, bahkan jika harga pasar meningkat.
Akad Salam dalam konteks pengembangan sektor pertanian dan kelautan adalah
instrumen keuangan syariah yang dapat membantu petani, nelayan, dan pihak-pihak
terkait untuk mendapatkan pembiayaan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah
12
tanpa adanya bunga. Hal ini dapat mendukung pertumbuhan sektor ini dan memberikan
manfaat ekonomi kepada para pelaku usaha dalam sektor ini.

13
BAB III
PENUTUP

Dalam rangka menghadapi tantangan ekonomi dan pembangunan berkelanjutan,


inklusi keuangan syariah telah membuktikan diri sebagai salah satu solusi yang dapat
memajukan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta sektor agrobisnis. Melalui
pemahaman konsep inklusi keuangan syariah, peningkatan aksesibilitas terhadap layanan
keuangan syariah, serta kolaborasi yang erat antara pemerintah, lembaga keuangan
syariah, dan pelaku bisnis, kita dapat merancang masa depan yang lebih inklusif dan
berkelanjutan.
Proses pengembangan UMKM dan sektor agrobisnis yang kuat dan berdaya saing
dapat menghasilkan efek domino yang positif dalam pembangunan ekonomi suatu negara
atau wilayah. Dengan inklusi keuangan syariah, kita dapat memastikan bahwa keuntungan
ekonomi ini mencapai seluruh lapisan masyarakat, menjembatani kesenjangan sosial, dan
mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.
Namun, perlu diingat bahwa kesuksesan inklusi keuangan syariah dalam
mendukung UMKM dan agrobisnis memerlukan upaya berkelanjutan, pendidikan dan
pemahaman yang lebih baik tentang prinsip-prinsip syariah, serta kerjasama yang kuat
antara semua pemangku kepentingan. Dengan komitmen bersama, kita dapat mengarahkan
perkembangan ekonomi menuju arah yang lebih inklusif, adil, dan berkelanjutan. Dengan
demikian, inklusi keuangan syariah bukan hanya tentang menguntungkan individu atau
bisnis, tetapi juga tentang membangun masyarakat yang lebih makmur dan berkeadilan.
Dalam spirit berbagi pengetahuan dan kolaborasi, semoga makalah ini dapat
memberikan pandangan yang lebih dalam tentang peran penting inklusi keuangan syariah
dalam mengembangkan UMKM dan agrobisnis. Semoga juga menjadi panduan yang
bermanfaat bagi para pembaca dalam mencari solusi keuangan yang sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

14
DAFTAR
PUSTAKA

Amalia Yunia Rahmawati. (2020). No Title No Title No Title. July, 1–23.


Febriyanti, T. (2009). Optimalisasi Portofolio Investasi Dana Syariah, Studi Kasus Pada PT.
Asuransi Kerugian ABC, Tahun 2006 - 2007. 13–48.
Wibowo, H., & Hayati, N. (2013). Strategi Pengembangan PUAP dalam Pembentukan
Lembaga Keuangan Mikro Syaiah Berbasis Agribisnis (LKMA). Peran Perbankan
Syariah Dalam Penguatan Kapasitas UMKM Menuju Kemandirian Ekonomi Nasional,
61, 978–979.
Widiana, W., & Annisa, A. A. (2018). Menilik Urgensi Penerapan Pembiayaan Akad Salam
pada Bidang Pertanian di Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia. Muqtasid: Jurnal
Ekonomi Dan Perbankan Syariah, 8(2), 88. https://doi.org/10.18326/muqtasid.v8i2.88-
101
Yelvita, F. S. (2022). Jurnal Ilmiah CIVIS, 8.5.2017, 2003–2005.

15

Anda mungkin juga menyukai