Anda di halaman 1dari 20

STRATEGI PENGEMBANGAN KOPERASI DAN UMKM

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Koperasi

Syariah dan UMKM Dosen Pengampu:

Dra. Hj. Nuraeni Gani, M.M.


NIP: 196412111991032001

Disusun Oleh:

Nurul ifhadiyanti
NIM: 90500120101

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah swt. karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis masih diberi kesehatan dan kesempatan untuk dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Stratwgi Pengrmbangan Koperasi
dan UMKM.”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Ibu Dra. Hj.
Nuraeni Gani, M.M. selaku dosen pada mata kuliah Koperasi Syariah dan UMKM.
Selain itu ditujuankan untuk menambah pengetahuan bagi penulis pada khususnya
dan bagi para pembaca pada umumnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Hj. Nuraeni Gani, M.M.
yang telah memberikan tugas ini serta membimbing dalam penulisan makalah ini
sehingga penulis memperoleh banyak ilmu, informasi dan pengetahuan selama
penulis Menyusun dan menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
sekali kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengarapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Gowa, 24 Juni 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i


KATA PENGANTAR............................................................................................. 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 3
A. Alternatif Pembinaan Koperasi dan UMKM ................................................... 3
B. Pembinaan dalam Aspek Manajemen dan Pemasaran ..................................... 5
C. Strategi Penguatan Koperasi dan UMKM ........................................................ 7
D. Strategi Pemberdayaan Koperasi dan UMKM Melalui Program Zakat ........ 11
E. Tujuan Pengembangan Koperasi dan UMKM ............................................... 12
BAB III PENUTUP............................................................................................... 14
A. Kesimpulan..................................................................................................... 14
B. Saran ............................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 15
iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Meskipun sebagian besar UMKM tidak terlibat secara langsung pada


kegiatan bisnis global (ekspor dan impor). Akan tetapi, tidak sedikit dari kegiatan
bisnis global justru diperankan oleh bisnis berskala UMKM. Kegiatan ekspor yang
awalnya dikumpulkan atau bersumber dari usaha UMKM memberi andil yang
cukup signifikan terhadap usaha hilir untuk usaha berskala besar, sebut saja di
sektor perikanan dan kelautan, industri kerajinan, dan lain sebagainya.

Analisis strategi generik digunakan dengan mengombinasikan keunggulan


kompetitif dan competitive scope (lingkungan persaingan). Contohnya, produk
yang tidak memerlukan teknologi tinggi dapat menerapkan strategi biaya rendah
dalam pengelolaannya. Akan tetapi, untuk produk kerajinan tangan, lebih baik
diarahkan pada focused differentiation karena produk-produk tersebut memiliki
keunikan tersendiri dan lebih berpeluang untuk memperoleh harga yang lebih
tinggi.

Oleh karena itu, kebijakan pemerintah harus memberikan fondasi bagi


UMKM untuk meningkatkan keunggulan kompetitifnya. Untuk meraih kesuksesan
kompetitif, Porter sangat menekankan bahwa perusahaan dari suatu negara harus
memiliki suatu keunggulan kompetitif dalam bentuk biaya rendah atau produk yang
berbeda atau unik. Agar keunggulan yang dimiliki berlanjut, perusahaan harus
dikelola secara efisien dan menyediakan produk dan jasa berkualitas tinggi. Ini
berarti, produktivitas UMKM harus terus ditingkatkan sepanjang waktu. Dalam
konteks Indonesia, teori Porter dapat diadopsi untuk mencari format kebijakan
pemerintah yang tepat sasaran bagi peningkatan akses, khususnya akses pemasaran
produk UMKM. Strategi generik yang dipilih hendaknya sesuai dengan kondisi
UMKM sebagai pelaku bisnis.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana alternatif pembinaan Koperasi dan UMKM?

1
2. Bagaimana pembinaan dalam aspek Manajemen dan Pemasaran?
3. Bagaimana strategi penguatan Koperasi dan UMKM?
4. Bagaimana strategi pemberdayaan koperasi dan UMKM melalui program
Zakat?
5. Apa tujuan pengembangan Koperasi dan UMKM?
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui alternatif pembinaan Koperasi dan UMKM


2. Untuk mengetahui pembinaan dalam aspek Manajemen dan Pemasaran
3. Untuk mengetahui strategi penguatan Koperasi dan UMKM
4. Untuk mengetahui strategi pemberdayaan koperasi dan UMKM melalui
program Zakat
5. Untuk mengetahui tujuan pengembangan Koperasi dan UMKM

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Alternatif Pembinaan Koperasi dan UMKM


Tingginya perbedaan tingkatan sosial ekonomi kelompok BUMN dan usaha
besar dengan UMKM seharusnya menjadi perhatian serius pemerintah. Hal tersebut
diperlukan agar pemerintah dapat memerankan dirinya secara lebih optimal di
dalam sektor ekonomi skala UMKM yang umumnya bergerak pada sektor-sektor
informal. Penentuan berbagai kebijakan yang diperuntukkan bagi UMKM,
khususnya usaha yang berada pada skala mikro (informal), haruslah melibatkan
pelaku usaha mikro itu sendiri untuk merumuskan serta menentukan berbagai
instrumen kebijakan. Jika mereka tidak dilibatkan, berbagai kebijakan yang dibuat
akan menyimpang dari harapan dan pada akhirnya tidak akan memberikan manfaat
kepada kelompok ekonomi yang bergerak pada sektor ini. Pengalaman di berbagai
tempat menunjukkan, tidak sedikit kebijakan yang dibuat pada akhirnya tidak
memberikan manfaat dan bahkan menambah beban UMKM.

Berbagai implikasi yang paling sering dirasakan UMKM sebagai imbas dari
kebijakan seperti itu di antaranya dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Banyak kebijakan program bantuan baik natura maupun uang tunai dan yang
dilakukan oleh berbagai departemen maupun pemerintah daerah yang tidak
sesuai dengan apa yang dibutuhkan masyarakat. Salah satu contohnya adalah
program inkubator yang dibuat Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah dengan program Modal Awal Padanan (MAP) pada tahun 2002.
2. Penguatan keterampilan kerja dengan mendirikan pusat-pusat pelatihan baik
oleh Kementerian Sosial, Kementerian Tenaga Kerja, maupun berbagai institusi
pemerintah lainnya umumnya tidak memiliki program yang berkelanjutan dan
disesuaikan dengan daerah pusat pelatihan dibuat. Dengan kata lain, program
tersebut tidak berorientasi kepada masyarakat.
3. Kebijakan pengaturan tata kota atau tata tempat yang berhubungan dengan
lokasi pedagang kecil maupun PKL sering kali berdampak kepada matinya
usaha-usaha sektor informal. Sebagai contoh, penggusuran yang dilakukan
pemerintah daerah terhadap PKL sering kali tidak diiringi solusi bagi PKL. Jika

3
pemerintah menyediakan tempat, keputusan tersebut umumnya tidak
mempertimbangkan pendapat PKL yang digusur tentang kelayakan tempat
usaha baru tersebut. Seharusnya, pemerintah perlu mengadakan dialog dengan
para PKL agar tercapai kesepahaman di antara kedua belah pihak. Jika tidak
terjadi kesepahaman, pemerintah dapat saja membuat perencanaan bersama
sehingga hal-hal yang tidak diinginkan dapat dihindari.

Mengingat pentingnya sektor informal (UMKM) dan koperasi sebagai basis


ekonomi rakyat, beberapa pola pembinaan perlu dijalankan secara simultan,
terutama menyangkut kemitraan, pembiayaan, dan pengembangan usaha.

1. Kemitraan. merupakan sebuah konsep yang menampung aspirasi kelompok


yang berafiliasi dalam program pembangunan guna menumbuh kembangkan
dan menjamin keberlanjutan jaringan untuk mendukung inisiatif dan menggali
potensi lokal. Dengan kemitraan, berbagai potensi yang terdapat di dalam
sebuah komunitas diharapkan dapat diangkat dan menjadi keunggulan yang
memiliki nilai ekonomi dan mampu menciptakan keunggulan komparatif
sebuah daerah. Dalam mengembangkan kemitraan, masing-masing mitra harus
sensitif dan menunjukkan komitmen serta empatinya tidak saja terhadap apa
yang menjadi tujuan kemitraan tersebut, tetapi juga terhadap apa yang menjadi
tujuan masing-masing individu. Selain memahami tujuan kemitraan dan tujuan
organisasi, para peserta juga harus menyelaraskan tujuan organisasinya dengan
tujuan program kemitraan karena bisa jadi persepsi peserta dan pembuat
program kemitraan akan definisi kesuksesan berbeda.
2. Pembiayaan Guna mengoptimalkan peran koperasi dan UMKM sebagai basis
ekonomi rakyat, sesungguhnya pemerintah telah membuat berbagai kebijakan
dan regulasi yang ditunjukkan untuk memberikan bantuan biaya lansung,
maupun lembaga keuangan dengan mendirikanatau menugaskan bank dan
lembaga keuangan lainnya guna menyalurkan bantuan keuangan bagi UMKM.
Bentuk yang sudah dilakukan di antaranya adalah mendirikan atau
memfasilitasi berdirinya lembaga penjamin dan asuransi kredit serta pemberian
bantuan teknis lainnya . Jika ditilik dari berbagai kebijakan dan regulasi,

4
sesungguhnya payung hukum untuk pengembangan usaha kecil dari sisi
pembiayaan telah cukup tersedia. Akan tetapi dalam aplikasinya, terdapat
banyakk kelemahan sehingga program bantuan pembiayaan bagi koperasi dan
UMKM tidak dapat dijalannkan sebagaimana mestinya.
3. Pengembangan Usaha koperasi dan UMKM merupakan langkah penting dalam
meningkatkan dan memperkuat sendi-sendi dasar perekonomian khususnya
penyediaan lapangan kerja dan pembentukan usaha-usaha boru. Mengingat
peron strategis tersebut, hendaknya perencanaan pengembangan koperasi dan
UMKM harus dilakukan secara sistematis dan menyeluruh, baik pada tataran
makro maupun mikro. Pengembangan koperasi dan UMKM hendaknya
bertujuan untuk:
a. Menciptakan iklim usaha yang lebih kondusif termasuk membuka
kesempatan usaha baru yang seluas-luasnya bagi masyarakat, serta
menjamin kepastian usaha disertai adanya efisiensi ekonomi.
b. Mengembangkan sistem pendukung usaha bagi koperasi dan UMKM untuk
meningkatkan akses kepada sumber daya prodüktif sehingga dapat
membuka kesempatan bagi berbagai potensi masyarakat untuk
memanfaatkan berbagai sumber daya, terutama sumber daya lokal yang
tersedia.
c. Mengupayakan pengembangan kewirausahaan terutama dengan cara
memanfaatkan berbagai keunggulan komparatif menjadi keunggulan
kompetitif.

B. Pembinaan dalam Aspek Manajemen dan Pemasaran


Pada aspek manajemen, koperasi dan UMKM umumnya kurang memiliki
pengetahuan dan kemampuan tentang bagaimana seharusnya menyesuaikan
program kerja dengan kebutuhan para anggota. Selain itu ketidakmampuan dalam
pembuatan perencanaan yang matang karena berbedanya profesi setiap anggota.
Contohnya jika profesi anggotanya sama misalnya : koperasi nelayan, pedagang
kaki lima, maka dapat dibuat perencanaan kerja yang baik dan tersusun secara baik
yang mengarah pada kepentingan anggota.

5
Pada aspek pemasaran, koperasi dan UMKM umumnya belum mampu
menghadapi persaingan pasar, terutama dalam memasuki saluran distribusi yang
ada guna menawarkan berbagai produk yang dihasilkan. Namun, tidak sedikit
produk yang dihasilkan Koperasi dan UMKM mampu bersaing dengan produk
lainnya. Contohnya produk yang ditawarkan tidak kalah dengan produk usaha besar
lainnya jika dilihat dari aspek kualitas, harga, maupun ciri khasnya, misalnya :
kerajinan, ukiran batik dan makanan khas daerah.

Adapun model pembinaan manajemen usaha dan pemasaran yang dilakukan


adalah :

a. Stimulasi Usaha Instan Mandiri


Sebagai stimulasi bagi anggota untuk memulai usaha, disediakan paket
usaha secara instan. Co-opreneurs Club akan bekerjasama dengan pihak ketiga
untuk menyediakan paket usaha ini. Selain itu, anggota lain yang telah memiliki
usaha-usaha nyata dapat berkontribusi untuk tujuan ini. Paket usaha yang
disediakan diupayakan mewakili dari semua sektor usaha, mulai dari sektor
perdagangan, jasa, distribusi, dan lainnya. Diharapkan dari stimulai ini dapat
memberikan gambaran dan pengalaman kepada anggota dalam mengelola
usaha dengan resiko yang serendahrendahnya.

b. Pengembangan Ekonomi Produktif Berbasis Anggota


Program fasilitasi melalui pengembangan ekonomi produktif berbasis
anggota dilakukan secara berkelompok dan kelompok ini disebut Co-op
Business Center (CBC) yang terdiri dari anggota Co-opreneurs Club yang telah
memenuhi syarat yang dimotori oleh pelaku-pelaku usaha mikro, kecil dan
menengah, yang dibimbing dan dipandu oleh tenaga fasilitator/motivator yang
direkrut oleh pengurus komunitas secara profesional.

c. Pengembangan Kreatifitas Usaha


Mengembangkan kreatifitas usaha di kalangan anggota distimulasikan
dengan cara antara lain :

6
1) Memotivasi untuk mau belajar dari pengalaman orang lain yang
berhasil, caranya dengan melihat dan mempelajari teknik-teknik tertentu
yang mengembangkan usahanya.
2) Berani mencoba melaksanakan keinginan dan siap menghadapi
kegagalan, apabila menghadapi kegagalan, hendaknya merupakan
pendorong untuk mencari jalan keluar.
3) Tidak ragu-ragu dalam mengemukakan gagasan atau tujuan yang ingin
dicapai, dan carilah orang lain atau ahli yang bisa diajak berembuk.
4) Bebas dari perasaan tegang atau beban yang berlebihan, menikmati
usaha yang sedang dilakukan sambil mencari perbaikan.
5) Tidak terpaku cara-cara lama atau aturan-aturan yang kurang rasional.
d. Kendali Resiko Usaha

Cara mengendalikan resiko dengan meminimalisir kemungkinan kerugian


adalah :

1) Meningkatkan tenaga kerja yang trampil melalui pelatihan maupun


magang.
2) Bahan baku mudah didapat dan berada di sekitar kita.
3) Kualitas produksi diupayakan terus meningkat.
4) Jumlah produksi diupayakan jangan samapi berlebihan atau
kekurangan.
5) Jangan memproduksi sesuatu yang tidak sesuai dengan cuaca, iklim dan
kebutuhan pasar/masyarakat.
6) Mengembangkan kreatifitas usaha.
7) Mengikuti perkembangn pasar.
8) Manjalin kemitraan usaha dengan kelompok usaha/badan usaha yang
telah maju.
C. Strategi Penguatan Koperasi dan UMKM
Salah satu bentuk strategi penguatan koperasi dan UMKM adalah dengan
pendekatan cluster atau pengembangan sentra-sentra bisnis dan/atau pendekatan
inkubator. Kedua bentuk pendekatan pengembangan tersebut dapat dijalankan

7
dengan memperkuat strategi dasar, terutama guna meningkatkan akses pada pasar
aset produktif (modal dan bahan baku), akses ke pasar (informasi pasar), penguatan
kewirausahaan dengan membentuk pusatpusat pelatihan, penguatan program yang
lebih aplikatif, serta memperkuat kelembagaan dengan cara memperkuat
kelembagaan koperasi dan menyatukan UMKM sejenis dalam wadah koperasi.
Kedua bentuk penguatan koperasi dan UMKM tersebut dapat dijelaskan secara rinci
sebagai berikut.

1. Pendekatan Cluster atau sentra bisnis dapat didefinisikan sebagai suatu


konsentrasi dari berbagai usaha sejenis, terutama usaha dalam skala kecil.
Pendekatan cluster lebih memfokuskan diri kepada upaya
menumbuhkembangkan industri-industri berskala kecil dengan membentuk
sebuah kekuatan baru dengan menyatukan industri kecil sejenis. Konsep dasar
cluster sesungguhnya sama dengan koperasi, yaitu dengan membuat sebuah
kekuatan besar dari individu atau pengusaha-pengusaha kecil yang bergabung
dalam sebuah wadah. Dengan dibentuknya sentra-sentra bisnis, berbagai
kendala seperti pasar, pengadaan bahan baku yang cepat dan murah, dan harga
yang kompetitif dapat diatasi dengan lebih baik. Hal ini dikarenakan dengan
pendekatan cluster, pasar akan tercipta dengan sendirinya dan pendekatan ini
dapat menjadi ajang promosi bagi produk-produk sejenis yang ditawarkan
UMKM.
2. Pendekatan Inkubator merupakan lembaga yang melakukan pembinaan
terhadap kegiatan bisnis, terutama usaha berskala mikro dan kecil. Pembinaan
dilakukan dengan beberapa pendekatan. Pembinaan yang dilakukan beragam,
baik pembinaan bagi wirausaha maupun pembinaan sebagai upaya menciptakan
wirausaha baru dengan konsep, perencanaan, pembiayaan, teknologi, dan pasar
yang sesuai agar tercipta wirausaha yang tangguh dan berdaya saing.
Dari definisi tersebut, pendekatan pembinaan melalui inkubator hanya dapat
dilakukan oleh lembaga-lembaga yang memiliki sumber daya atau paling tidak
bekerja sama dengan beberapa lembaga yang saling menunjang untuk membangun
UMKM yang tangguh dan berdaya saing. Program inkubator telah dijalankan oleh
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah melalui beberapa perguruan

8
tinggi negeri (PTN) di berbagai wilayah di Indonesia. Secara konsepsional, program
inkubator ini cukup baik. Akan tetapi, ketidaksiapan dan ketidakseriusan inkubator
serta lemahnya alih manajemen dan teknologi dari PTN membuat program ini tidak
berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Paling sedikit ada lima jenis inkubator yang selama ini menjadi acuan dalam
pengembangan inkubator di beberapa negara yakni:
a. Regional Development Incubator. Program ini berfokus kepada usaha
agribisnis, penerangan listrik, dan peningkatan keterampilan pengrajin
(terutama pengrajin di pasar regional).
b. Research, University, Technology-Based Business Incubator. Dasar
pengembangan program ini terletak pada riset dan berpusat di
universitas. Fokus program ini adalah menyediakan pelayanan untuk
personel yang terlatih guna menjadi seorang wirausaha yang melakukan
ekstraksi teknologi untuk memenuhi pasar dan berbagai peluang yang
tersedia.
c. Public-Private Partnership, Industrial Development Incubator.
Umumnya, jenis program pengembangan ini terdapat di lingkungan
perkotaan atau kawasan industri, di mana perusahaan besar dapat
dilibatkan dalam pengembangan usaha kecil sebagai vendor untuk
komponen dan pelayanannya.
d. Foreign Sponsors, International Trade and Technology. Fokus program
inkubator ini biasanya terletak pada pengembangan kolaborasi
internasional, teknologi, dan finansial. Program pengembangan ini
memfasilitasi masuknya usaha kecil dan menengah asing ke dalam pasar
lokal (domestik).
e. Tipe inkubator lainnya, misalnya inkubator yang memfokuskan diri
pada program pengembangan kelompok tertentu.

Dengan pengembangan pola inkubator, diharapkan lahir usaha kecil dan


mikro yang tangguh. Meskipun demikian, tetap ada usaha-usaha tangguh yang lahir
dan tumbuh secara alami. Pendorong tumbuhnya unit usaha baru yang bersifat alami
juga sangat beragam. Dimulai dari faktor perkembangan kondisi ekonomi nasional

9
dan lokal, perkembangan bisnis sebelumnya, faktor social budaya masyarakat,
meniru keberhasilan orang lain, sampai yang bersifat keterpaksaan karena sulit
memperoleh pekerjaan.

Strategi pengembangan dengan tujuan penciptaan usaha tangguh (baik


wirausaha baru maupun yang berawal dari wirausaha yang sudah ada) tidak dapat
dilakukan tanpa kajian dan pertimbangan yang matang. Penciptaan wirausaha baru
yang tangguh dapat dilakukan pada tataran penciptaan iklim yang mampu
menanamkan budaya wirausaha dan pada tataran operasional, penciptaan wirausaha
tangguh salah satunya dilakukan dengan pola inkubasi bisnis. Penciptaan wirausaha
tangguh dari wirausaha yang sudah ada harus didahului dengan diagnosis untuk
mengetahui permasalahan sebenarnya yang dihadapi oleh wirausaha tersebut.

Paling tidak terdapat 7 prasyarat untuk mencapai efektivitas sebuah


incubator diantaranya :

a. Space, inkubator menyediakan tempat untuk mengembangkan usaha


pada tahap awal.
b. Shared, inkubator menyediakan fasilitas kantor yang dapat digunakan
secara bersama, misalnya resepsionis, ruang konferensi, sistem telepon,
faksimili, komputer, dan keamanan.
c. Services, konsultasi manajemen dan masalah pasar, aspek keuangan dan
hukum, serta informasi perdagangan dan teknologi.
d. Support, inkubator membantu membuka akses kepada riset, jaringan
profesional, teknologi, pasar internasional, dan investasi.
e. Skill development, latihan penyiapan rencana bisnis, manajemen, dan
kemampuan lainnya.
f. Seed capital, dana bergulir internal atau dengan membantu akses usaha
kecil pada sumber-sumber pendanaan atau lembaga keuangan yang ada.
g. Synergy, kerja sama tenant atau persaingan antara tenant dan jejaring
(network) dari pihak universitas, lembaga riset, usaha swasta,
profesional, maupun masyarakat internasional.

10
D. Strategi Pemberdayaan Koperasi dan UMKM Melalui Program Zakat
Penyaluran terbesar dana zakat disalurkan untuk pemberdayaan ekonomi
sebesar 22%. Pemberdayaan di bidang ekonomi, berarti menyangkut upaya
peningkatan pendapatan dan tingkat kesejahteraan hidup yang bertumpu pada
kekuatan ekonomi sendiri sehingga masyarakat mampu memenuhi kebutuhan
hidupnya sendiri secara mandiri. Terdapat beberapa program pada bidang ekonomi,
antara lain :

1. Pemberdayaan UKM, yaitu program pemberdayaan ekonomi berbasis usaha


kecil dan mikro binaan Rumah Zakat, merupakan pemberdayaan dalam bentuk
pengadaan modal dan/atau infrastruktur serta sarana penunjang aktifitas usaha
yang telah dimilikinya kepada masyarakat kurang mampu yang memiliki usaha
kecil dan mikro yang memerlukan bantuan financial, mentoring, maupun
pendampingan.
2. Pertanian produktif, yaitu program pemberdayaan untuk mendorong petani
muda melalui bantuan sarana produksi, alat mesin pertanian, bibit unggul, dan
pendampingan yang diberikan kepada petani muda kurang mampu yang
memerlukan dukungan operasional pertanian juga pendampingan.
3. Teknik Produktif, yaitu program untuk membantu petani memiliki penghasilan
tambahan dari beternak, melalui bantuan bibit unggul dan sarana produksi yang
diberikan kepada petani kurang mampu yang membutuhkan tambahan
pemasukan yang akan didukung melalui modal beternak berupa bibit unggul
dan sarana produksi.
Penerima manfaat bantuan UKM dari total 1672 diberikan kepada mustahik
dengan golongan miskin sebesar 91,27%, untuk golongan fisabilillah sebesar
5,26%, golongan ghorimin sebesar 1,73%, golongan muallaf sebesar 1,26%,
golongan fakir sebesar 0,42%, dan untuk golongan amil sebesar 0,06%.

Pemberdayaan masyarakat dan KUMKM di Indonesia diwujudkan dalam


Rancangan Program/Kegiatan Prioritas Deputi Bidang Pembiayaan Tahun 2017
oleh Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah yang memiliki empat
target utama pada periode 2015-2019 yaitu (1) proporsi UMKM yang mengakses

11
pembiayaan formal sebesar 25%, (2) pertambahan satu juta wirausaha baru melalui
target pusat dan daerah, (3) pertumbuhan jumlah anggota koperasi sejumlah
10%,dan (4) Partisipasi anggota koperasi dalam permodalan sebanyak 55% (Setyo,
2016).

Dalam menyalurkan zakat produktif kepada mustahiq terdapat tahapan atau


mekanisme yang harus dilaksanakan oleh BAZNAS dari proses awal pengajuan
modal, penyerahan modal hingga akhir dari periode pinjaman.

1. Pada tahap awal, BAZNAS menerima permohonan bantuan modal dari seorang
koordinator kelompok pelaku UMKM.
2. Tahap kedua, Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan BAZNAS melalui
tim ekonomi melakukan survey ketika seluruh dokumen telah dilengkapi.
Survey dilakukan untuk memastikan bahwa pemohon bantuan modal adalah
orang yang termasuk dalam kategori delapan asnaf sebagaimana telah
ditetapkan dalam Al-Qur’an Surat At- Taubah ayat 60.
3. Setelah tim ekonomi melaksanakan survey terhadap data calon mustahiq
kemudian dilakukan seleksi atas hasil pencarian dan pengumpulan data calon
mustahiq.

E. Tujuan Pengembangan Koperasi dan UMKM


Pengembangan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah upaya
yang dilakukan dalam bentuk pertumbuhan iklim usaha, pembinaan dan
pengembangan usaha, sehingga mampu memperkuat dirinya menjadi usaha kuat,
tangguh dan mandiri serta dapat bersaing dengan pelaku usaha lainnya.

Tujuan pengembangan koperasi sebagai badan usaha tidak saja bertujuan


komersial tetapi bertujuan lebih luas yakni kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
karena dibangun dalam semangat demokrasi ekonomi. Tetapi lebih dari itu,
koperasi juga merupakan alat pemersatu bangsa dan oleh sebab itu perlu

keterlibatan seluruh pemangku kepentingan.

Koperasi bisa memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan


dan ketahanan perekonomian nasional, dengan koperasi sebagai guru utamanya.

12
Salah satu fungsi koperasi yaitu mewujudkan dan mengembangkan perekonomian
nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan
demokrasi ekonomi. Koperasi dapat membantu para masyarakat untuk meminjam
uang guna memenuhi kebutuhan ekonomi ataupun kebutuhan rumah tangga. maka
dari itu bidang ekonomi memerlukan pengembangan koperasi.

Selain itu, adapun tujuan pengembangan umkm yakni :

1. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,


berkembang, dan berkeadilan
2. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan usaha mikro, kecil,
dan menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri
3. Meningkatkan peran usaha mikro, kecil, dan menengah dalam
pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan
pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari
kemiskinan.

Pasal 3 Undang-Undang UMKM juga menyebutkan bahwa usaha mikro,


kecil dan menengah bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam
rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang
berkeadilan. Proses pemberdayaan atau pengembangan juga hendaknya meliputi
enabling (menciptakan suasana yang kondusif), empowering
(penguatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat), protecting (perlindungan dari
ketidakadilan masyarakat), supporting (dukungan dan bimbingan), dan foresting
(memelihara kondisi yang kondusif tetap seimbang).

Pemberdayaan UMKM juga diarahkan untuk mendukung penciptaan


kesempatan kerja dan peningkatan ekspor, antara lain melalui peningkatan
kepastian berusaha dan kepastian hukum, pengembangan sistem insentif untuk
menumbuhkan wirausaha baru berbasis teknologi dan atau berorientasi ekspor, serta
peningkatan akses dan perluasan pasar ekspor bagi produk-produk koperasi dan
UMKM. Untuk itu perlu diberi kemudahan dan formalisasi dan perizinan usaha,
dengan mengembangkan pola pelayanan satu atap untuk memperlancar proses dan

13
pengurangan biaya perizinan. Selain itu, budaya usaha dan kewirausahaan
dikembangkan, melalui berbagai pelatihan serta penyuluhan dan kemitraan usaha.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Salah satu bentuk strategi penguatan koperasi dan UMKM adalah dengan
pendekatan cluster atau pengembangan sentra-sentra bisnis dan/atau pendekatan
inkubator. Kedua bentuk pendekatan pengembangan tersebut dapat dijalankan
dengan memperkuat strategi dasar, terutama guna meningkatkan akses pada pasar
aset produktif (modal dan bahan baku), akses ke pasar (informasi pasar), penguatan
kewirausahaan dengan membentuk pusatpusat pelatihan, penguatan program yang
lebih aplikatif, serta memperkuat kelembagaan dengan cara memperkuat
kelembagaan koperasi dan menyatukan UMKM sejenis dalam wadah koperasi.

Meskipun sebagian besar UMKM tidak terlibat secara langsung pada


kegiatan bisnis global (ekspor dan impor). Akan tetapi, tidak sedikit dari kegiatan
bisnis global justru diperankan oleh bisnis berskala UMKM. Sehingga pembinaan,

14
pengembangan serta penguatan koperasi dan UMKM sangat diperlukan guna
meningkatkan perkembangan perekonomian serta kesejahteraan masyarakat.

B. Saran

Dengan membaca makalah ini, diharapkan kita mampu memahami lebih

jauh tentang Kstrategi pengembangan Koperasi dan UMKM lebih dalam lagi

walaupun penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat

banyak kekurangan. Untuk itu, penulis menyarankan agar mencari

referensireferensi bacaan lebih banyak lagi selain dari makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arnawa, G. (2014). MANAJEMEN KOPERASI MENUJU KEWIRAUSAHAAN


KOPERASI. Jurnal Manajemen, 1(1), 1-12.

Amelia, Erika. 2012. Penyaluran Dana Zakat Produktif melalui Pola Pembiayaan
(Studi Kasus BMT Binaul Ummah Bogor). Signifikan, Vol. 1, (No.2)
7992. http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/signifikan/ diakses pada 3
April 2016

Anwar. 2014. Pemberdayaan Zakat Produktif Menurut Hukum Islam. Makalah


disajikan dalam International Conference on Masjid, Zakat, and Waqf
(IMAF) di Kuala Lumpur, Malaysia, 1-2 Desember.

Fitriani. (2015). Penguatan Kapasitas Kelembagaan Gapoktan Melalui


Pembentukan Koperasi Pertanian. Masyarakat, Budaya, dan Politik,
28(2), 63-69

Ikhsani, M. M., & Aryoko2, Y. P. (2019). STRATEGI PENGEMBANGAN


KOPERASI DALAM UPAYA MEMBANGUN KESEJAHTERAAN

15
MASYARAKAT. DERIVATIF : Jurnal Manajemen, 13(2), 65-77.

Mufidati, K., & Maryunani. (2016). PERAN BADAN AMIL ZAKAT DALAM
MEMBERDAYAKAN UMKM MELALUI ZAKAT PRODUKTIF DI
KOTA SURABAYA. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya, 1-20.

Prahesti, D. D., & Putri, P. P. (2018). Pemberdayaan Usaha Kecil dan Mikro
melalui Dana Zakat Produktif. Ilmu Dakwah: Academic Journal for
Homiletic Studies, 12(1), 141-160.

Rufaidah, E. (2017). Pemberdayaan Perekonomian Masyarakat Melalui Koperasi


Unit Desa Berbasis Usaha Terbimbing. Akademika, 22 (2), 361- 374

Yuananda, A. (2013). STRATEGI PENGEMBANGAN KOPERASI SAMITRA


KECAMATAN SEMARANG SELATAN KOTA SEMARANG.
Economics Development Analysis Journal, 2(3), 187-196.

16

Anda mungkin juga menyukai