Perekonomian
Periode ekonomi ini dimulai sejak proklamasi kemerdekaan (17 Agustus 1945)
sampai dengan jatuhnya Presiden Sukarno pada than 1965. Perekonomian Indonesia pada
waktu itu bisa dikatakan sebagai ekonomi perang. Perang tersebut dikenal dengan aksi
polisionil pertama dan kedua, yakni kaum penjajah Belanda melancarkan perang
mengembalikan daerah jajahannya, sampai akhirnya terjadi penyerahan Kedaulatan
Rakyat pada tahun 1949. Setelah itu Negara Kesatuan Republik Indonesia mulai
memperoleh pengakuan internasional. Situasi negeri untuk kemajuan perekonomian pada
waktu itu kurang baik, terjadi banyak pertentangan politik, muncul banyak partai, satu
kelompok menginginkan negara kesatuan sedangkan kelompok lain menghendaki negara
federasi, dan kelompok lainnya lagi menginginkan negara agama. Negara federasi bertahan
hanya sampai tahun 1950an, dengan Undang-Undang Dasar 1950. Pada tahun 1962
dikorbankanlah Komando Perjuangan merebut Papua Barat (yang disebut Komando
Trikora – Tiga Tuntutan Rakyat). Kembalinya Papua Barat ke pangkuan NKRI pada tahun
1962 diperoleh pemungutan suara dan wilayah itu diberi nama Ikut Republik Indonesia
Anti Nederlands (IRIAN) Jaya. Setelah perjuangan merebut Irian Jaya, muncul
permusuhan dengan Malaysia karena Makaysia dituduh sebagai antek-antek
neokolonialisme, revolusi kemudian melawan neokolonialisme dan liberalisme gaya baru
setelah 1962 sampai 1965. Indonesia akhirnya keluar dari Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) dan membentuk perserikatan antar bangsa yang disebut New Emerging Forces
(NEFO).
Perekonomian
Tindakan pertama yang diambil oleh pemerintahan orde baru adalah menstabilkan
keadaan politik dan ekonomi. Stabilisasi ekonomi dilaksanakan dengan kebijakan, antara
lain :
- untuk jangka pendek kebutuhan dalam negeri dipenuhi melalui impor
sedangkan untuk jangka panjang kebutuhan akan dipenuhi melalui
pembangunan yang direncanakan setiap lima tahun.
- liberalisasi perdagangan luar negeri dengan memperkenankan swasta untuk
turut aktif dalam perdagangan luar negeri dan liberalisasi sistem devisa.
Guna mempersiapkan pembangunan ekonomi jangka panjang, pemerintahan orde
baru melaksanakan, hal-hal sebagai berikut :
- Disektor keuangan negara. Karena pemerintahan orde baru tidak menghendaki
anggaran belanja defisit maka dibentuklah IGGI (Inter Governmental Group on
Indonesia) – organisasi negara-negara maju yang memberi bantuan kepada
Indonesia.
- Tabungan swasta asing (sumber pembiayaan luar negeri). Untuk memobilisasi
dana luar negeri diundangkanlah UU Penanaman Modal Asing (UU PMA).
- Tabungan domestik swasta. Tabungan ini berasal dari masyarakat umum dan
perusahaan, dibuatkanlah UUPMDN (Undang-Undang Penanaman Modal
Dalam Negeri).
Dengan persiapan-persiapan tersebut dan persiapan lainnya disusunlah
pembangunan ekonomi bertahap melalui Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita)
yang dimulai pada tahun 1969. Prioritas utama Repelita ditetapkan pada sektor pertanian
dengan perhatian utama untuk mencapai swasembada pangan (beras). Sementara masalah
perekonomian masih terus mengalami kemerosotan, yang mendorong terjadinya
demonstrasi mahasiswa (dan rakyat), yang tidak lagi percaya dengan Suharto sebagai
presiden. Harga dolar dalam rupiah membubung tinggi, hingga mencapai Rp.15.000 per
dolar. Kebijakan moneter yang konvensional juga telah dilaksanakan, namun tetap saja
kurs dolar naik. Pemutusan hubungan kerja makin parah, perbankan makin kelihatan
bobroknya, sampai akhirnya pergolakan mahasiswa (rakyat) tidak terbendung lagi dan
Suharto jatuh pada tahun 1997.
Perekonomian
Orde setelah jatuhya Presiden Suharto dikenal dengan Orde Reformasi (ekonomi
dan politik). Keadaan perekonomian yang hancur seperti ini menyebabkan timbul isu yang
mengatakan bahwa Indonesia telah dilanda krisis ekonomi. Tindakan kebijakan untuk
menanggulanginya pun tidak cukup hanya kebijakan moneter, melainkan harus dibuatkan
kebijakan yang lebih dari itu. Salah satunya adalah dilancarkannya makan gratis di warung
Tegal olehMenteri Sosial dan yang lainnya menyarankan agar pegawai negeri yang
memiliki dolar bersedia menyumbangkan dolarnya kepada pemerintahan.
1. Ibukota : Jakarta
2. Luas Wilayah : 2.042.034 Km2
3. Jumlah penduduk : 240.559.900 orang (tahun 2008)
4. Pertumbuhan penduduk per tahun : 1,49 persen (tahun 1990-2000)
5. GNI per kapita : US$ 570 (data tahun 2000)
6. GNP per kapita (PPP) : US$ 2.840 (data tahun 2000)
7. Pertumbuhan PDB : 6,3% (tahun 2007)
8. Sumbangan sektor pertanian/GDP : 13,8% (data tahun 2007)
9. Sumbangan Ekspor bagi GDP : 40,7% (data 1999)
10. Indeks pembangunan manusia : 0,677 menengah (tahun 1999)
11. Utang dalam negeri : 65,0 triliun Rp.(1,5% GDP,2008)
12. Utang luar negeri : 29,1 triliun Rp.(0,7% GDP,2008)
13. Subsidi (energi+non) : 208, triliun Rp.(4,9% GDP 2008)
14. Tingkat pengangguran terbuka : 9,1% (tahun 2007)
15. % penduduk miskin (US1/hari) : 16,6% (tahun 2007)
16. DSR (Debt Service Ratio) : 19,2% (tahun 2007)
17. Cadangan devisa : 5,7 bulan impor dan pembayaran utang LN