Anda di halaman 1dari 15

KARYA TULIS ILMIAH

KEADAAN EKONOMI INDONESIA PADA ERA ORDE LAMA HINGGA


MASA MENDATANG
Dosen pembimbing : Bagus Ananda Kurniawan, S. AP, M. AP

Disusun Oleh :
1. Aradea Putri Pawening (2113111010)
2. Tantri Nur Safitri (2113111011)
3. Rigit Alga Wantira (2113111016)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK


UNIVERSITAS BHAYANGKARA SURABAYA
SURABAYA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
i. Latar belakang
ii. Rumusan masalah
Bagaimana keadaan ekonomi di Indonesia dari era orde lama hingga masa yang
akan datang?
iii. Tujuan penelitian
Untuk mengetahui keadaan ekonomi Indonesia dari era orde lama hingga masa
yang akan datang.
iv. Metode dan teknik penelitian
Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, penulis menggunakan
metode observasi dan kepustakaan. Studi Pustaka pada metode ini penulis
membaca buku-buku dan tulisan yang berhubungan dengan penulisan karya
ilmiah serta yang berkaitan dengan ekonomi di Indonesia.
v. Sistematis penulisan
Pada karya ilimiah ini, penulis akan menjelaskan hasil penelitian dimulai dengan
bab pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian serta sistematika penulisan. Bab selanjutnya, penulis melakukan
penjabaran setelah penelitian.
BAB II
PEMBAHASAN
i. Landasan teori
a. Ekonomi
Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata Oikos atau Oiku yang
berarti “rumah tangga atau keluarga” dan Nomos berarti “peraturan, hukum, atau
aturan”. Jadi, secara garis besar pengertian ekonomi disini dimaknai sebagai
aturan rumah tangga atau manajemen rumah tangga. Ekonomi adalah ilmu yang
mempelajari perilaku manusia dalam mengelola sumber daya yang terbatas dan
menyalurkan ke dalam berbagai individu atau kelompok yang ada dalam suatu
masyarakat. Ekonomi juga bisa diartikan sebagai ilmu terkait perilaku serta
tindakan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut M. Manullang,
ekonomi merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana memenuhi keinginan
manusia atau masyarakat demi tercapainya kemakmuran atau kondisi dimana
manusia bisa memenuhi kebutuhannya, baik dalam bentuk barang maupun jasa.
Selain itu, ada pengertian ekonomi menurut Suherman Rosyidi yang berbunyi
ekonomi adalah cara-cara yang dilakukan oleh manusia dan kelompoknya untuk
memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk memperoleh berbagai
komoditi dan mendistribusikannya untuk dikonsumsi oleh masyarakat.

b. Orde lama
Orde lama ialah sebutan bagi masa pemerintahan Indonesia yang berada di bawah
kepemimpinan Presiden Soekarno. Pada masa orde lama, Presiden Soekarno
menjadi tokoh sentral pada masa orde lama yang memiliki kedudukan sebagai
kepala negara dan kepala pemerintahan. Orde lama dalam sejarah politik
Indonesia merujuk pada masa pemerintahan Soekarno yang berlangsung dari
tahun 1945 hingga 1966, berarti era orde lama berlangsung setidaknya 22 tahun.
Tapi baru dicetuskan pada masa pemerintahan Soeharto yang dinamakan Orde
Baru [Wikipedia]. Selama era orde lama yang berlangsung 22 tahun ini yang
dipimpin oleh Presiden Soekarno dimana adanya sistem presidensial yang berlaku
hanya delapan tahun, di tahun 1945 hingga tahun 1949 terjadinya peperangan
dalam menjaga kemerdekaan, segala daya serta upaya yang dilakukan bangsa
Indonesia saat itu untuk mempertahankan kemerdekaannya dan berperang
melawan agresi militer negara Belanda yang saat itu ingin menjajah Indonesia
lagi.
ii. Isi
a. Orde lama
Perekonomian Indonesia pada masa orde lama mengalami penurunan yang cukup
signifikan dan memburuk. Terjadinya pengeluaran besar-besaran yang bukan
ditujukan untuk pembangunan dan pertumbuhan ekonomi melainkan berupa
pengeluaran militer untuk biaya konfrontasi Irian Barat, Impor beras, proyek
mercusuar, dan dana bebas (dana revolusi) untuk membalas jasa teman-teman
dekat para rezim yang berkuasa. Keadaan keuangan pada masa itu buruk juga
disebabkan karena inflasi (hiperinflasi yang mencapai 650%) dikarenakan
beredarnya lebih dari satu mata uang secara tidak terkendali. Pada waktu itu,
untuk sementara pemerintah RI menyatakan tiga mata uang yang berlaku di
wilayah RI , yaitu mata uang De Javache Bank, mata uang pemerintahan Hindia
Belanda, dan mata pendudukan Jepang. Dalam perekonomian yang semakin
buruk, pemerintah RI tidak dapat menyatakan bahwa mata uang pendudukan
Jepang tidak berlaku karena saat itu Indonesia belum memiliki mata uang sendiri
sebagai mata uang pengganti. Selain itu Indonesia mulai dikucilkan dalam
pergaulan internasional dan mulai dekat dengan negara-negara komunis. Keadaan
ekonomi Indonesia bertambah menjadi bertambah buruk dibandingkan pada masa
penjajahan Belanda. Hal ini dikarenakan terjadi nasionalisasi terhadap semua
perusahaan asing di tanah air. Nasionalisasi perusahaan asing yang dilakukan
pada tahun 1957 dan 1958 adalah awal periode “Ekonomi terpimpin” dengan
haluan sosialis/komunis. Di tahun 1958 diberlakukannya UU No. 78/1958 tentang
investasi asing, jadi memperburuk perekonomian. Dan di anggaran pemerintah
pada tahun 1955-1965 mengalami deficit sebesar 137% dari pendapatan sehingga
negara melakukan pinjaman luar negeri.
Masa demokrasi liberal, karena dalam politik maupun sistem ekonominya
menggunakan prinsip-prinsip liberal. Pada masa ini, perekonomian diserahkan
pada pasar sesuai teori-teori mazhab klasik yang menyatakan laissez faire laissez
passer. Masa demokrasi liberal ditandai dengan di berlakukannya UUDS 1950
pascapengakuan kedaulatan. Berlakunya UUDS 1950 kemudian mengubah
tatanan pemerintahan Indonesia . Pada akhirnya sistem ini hanya memperburuk
kondisi perekonomian Indonesia yang baru merdeka. Kondisi ekonomi Indonesia
pada masa liberal masih sangat buruk, hal ini disebabkan oleh;
 Pemerintah Belanda tidak mewariskan ahli-ahli yang cakap untuk mengubah
sistem ekonomi colonial menjadi sistem ekonomi nasional. Sehingga
hubungan internasional pada masa cabinet Nasir mengalami depresi dari
Amerika dan Eropa sehingga harga ekspor bahan mentah mengalami
kemerosotan. Sedangkan pada tahun 1951 penerimaan pemerintah mulai
berkurang disebabkan oleh menurunnya volume perdagangan internasional.
 Kabinet terlalu sering berganti menyebabkan program – program cabinet yang
telah dirancangnya tidak dapat dilaksanakan, sementara program baru mulai
dirancang. Pada orde lama terjadi banyak pergantian cabinet diakibatkan
situasi politik yang tidak stabil.
 Politik keuangan pemerintah Indonesia tidak dibuat di Indonesia melainkan
dirancang di Belanda.
Dalam era demokrasi terpimpin, Presiden Soekarno menjalankan Ekonomi
Terpimpin. Dalam sistem ekonomi ini, presiden secara langsung terlihat dan
mengatur perekonomian. Seluruh kegiatan ekonomi terpusat pada pemerintahan
pusat. Akibatnya, kegiatan perekonomian di daerah menjadi terganggu dan
menurun. Dalam era ekonomi terpimpin Indonesia berulang kali mengganti desain
ekonominya sering dengan bergantinya kabinet yang sedang berkuasa. Ekonomi
ini berlaku sebagai akibat dari dekrit presiden 5 Juli 1959. Dengan sistem ini,
diharapkan akan membawa pada kemakmuran bersama dan persamaan dalam
sosial dan ekonomi.
b. Orde baru

Orde baru berlangsung pada tahun 1966-1998 di bawah kekuasaan Presiden


Soeharto. Pada saat itu pembangunan di Indonesia mengalami kenaikan yang
sangat pesat tetapi tetap ada sejumlah masalah perekonomian yang dihadapi.
Puncaknya yakni pada krisis moneter di tahun 1998 yang mengakhiri 32 tahun
kekuasaan Soeharto. Krisis moneter dialami Indonesia sejak awal Juli 1997.
Penyebab dari krisis ini bukanlah fundamental ekonomi Indonesia yang selama ini
lemah, tetapi terutama karena hutang swasta luar negeri yang telah mencapai
jumlah yang besar. Krisis pada saat itu tidak seluruhnya disebabkan karena
terjadinya krisis moneter saja, namun ada juga penyebab lainnya karena sebagian
diperberat oleh berbagai musibah nasional yang datang secara bertubi-tubi
ditengah kesulitan ekonomi seperti kegagalan panen padi dibanyak tempat karena
musim kering yang panjang dan terparah selama 50 tahun terakhir, hama,
kebakaran hutan secara besar-besaran di Kalimantan, dan peristiwa kerusuhan
yang melanda banyak kota pada pertengahan Mei 1998 dan kelanjutannya.
Adapun faktor – faktor yang menyebabkan krisis yang berkepanjangan, sebagai
berikut;
a. Dianutnya sistim devisa yang terlalu bebas tanpa adanya pengawasan yang
memadai, memungkinkan arus modal dan valas dapat mengalir keluar-masuk
secara bebas berapapun jumlahnya. Kondisi diatas dimungkinkan karena
Indonesia menganut rezim devisa bebas dengan rupiah yang konvertibel sehingga
membuka peluang yang besar untuk orang bermain di pasar valas. Masyarakat
bebas membuka rekening valas di dalam negeri atau di luar negeri. Valas bebas
diperdagangkan di dalam negeri, sementara rupiah juga bebas diperdagangkan di
pusat-pusat keuangan di luar negeri
b. Tingkat depresiasi rupiah yang relatif rendah, berkisar antara 2,4% (1993)
hingga 5,8% (1991) antara tahun 1988 hingga 1996, yang berada dibawah nilai
tukar nyatanya menyebabkan nilai rupiah secara kumulatif sangat overvalued.
Ditambah dengan kenaikan pendapatan penduduk dalam nilai US dollar yang
naiknya relatif lebih cepat dari kenaikan pendapatan nyata dalam Rupiah dan
produk dalam negeri yang makin lama makin kalah bersaing dengan produk
impor. Nilai Rupiah yang overvalued berarti juga proteksi industri yang negatif.
Akibatnya harga barang impor menjadi relatif murah dan produk dalam negeri
relatif mahal sehingga masyarakat memilih barang impor yang kualitasnya lebih
baik. Akibatnya produksi dalam negeri tidak berkembang, ekspor menjadi kurang
kompetitif dan impor meningkat. Nilai rupiah yang sangat overvalued ini sangat
rentan terhadap serangan dan permainan spekulan karena tidak mencerminkan
nilai tukar yang nyata.

Dalam program pemerintahan Orde Baru menetapkan dua kebijakan ekonomi,


yakni jangka panjang dan jangka pendek.

a. Program Jangka Pendek

Presiden Soeharto pada awal pemerintahannya dihadapkan pada masalah yang


cukup sulit dibidang ekonomi. Berbagai permasalahan terjadi seperti inflasi yang
mencapai 650% berakibat melonjaknya harga-harga kebutuhan. Selain itu alat-
alat produksi mengalami kerusakan terutama di sektor pertanian. Permasalah
tersebut berakibat pada kurangnya tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Rehabilitas dan stabilitas ekonomi menjadi kebijakan awal pemerintahan Orde
Baru dalam memulihkan kondisi tersebut. Rehabilitas maksudnya perbaikan fisik
terhadap prasarana-prasarana dan alat produksi. Dan stabilitas dimaksudkan
pengendalian inflasi supaya harga tidak melonjak terus menerus. Program
stabilitas dan rehabilitas ekonomi yang dilakukan pemerintahan Orde Baru
menumbuhkan hasil yang cukup baik. Tingkat inflasi semula mencapai 650%
berhasil ditekan menjadi 120 pada tahun 1969. Kerusakan sarana prasaran mulai
diperbaiki dan diremajakan. Pemerintah Orde Baru siap melaksanakan program
jangka panjang khususnya dibidang pertanian.

b. Program Jangka Panjang

Pada 1 April 1969, pemerintah menciptakan landasan untuk pembangunan yang


disebut sebagai Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Repelita I (1969)
tersebut fokus pada rehabilitasi prasarana penting dan pengembangan iklim usaha
dan investasi. Repelita II (1974-1979) dan Repelita III (1979-1984) fokus pada
pencapaian pertumbuhan ekonomi, stabilitas nasional, dan pemerataan
pembangunan dengan penekanan pada sektor pertanian dan industri yang
mengolah bahan mentah menjadi bahan baku. Fokus Repelita IV (1984-1989) dan
Repelita V (1989-1994), selain berusaha mempertahankan kemajuan di sektor
pertanian, juga mulai bergerak menitikberatkan pada sektor industri khususnya
industri yang menghasilkan barang ekspor, industri yang menyerap tenaga kerja,
industri pengolahan hasil pertanian, dan industri yang dapat menghasilkan mesin-
mesin industri.

c. Reformasi (masa sekarang)

Indonesia adalah negara yang memiliki potensi ekonomi yang tinggi; potensi yang
mulai diperhatikan dunia internasional. Indonesia ekonomi terbesar di Asia
Tenggara memiliki sejumlah karakteristik yang menempatkan negara ini dalam
posisi yang bagus untuk mengalami perkembangan ekonomi yang pesat. Selain
itu, dalam beberapa tahun terakhir ada dukungan kuat dari pemerintah pusat untuk
mengekang ketergantungan Indonesia pada ekspor komoditas (mentah), sekaligus
meningkatkan peran industri manufaktur dalam perekonomian. Pembangunan
infrastruktur juga merupakan tujuan utama pemerintah, dan yang perlu
menyebabkan efek multiplier dalam perekonomian.

Sebelumnya, Indonesia sering disebutkan sebagai kandidat yang tepat untuk


dimasukkan ke dalam kelompok negara BRIC (Brazil, Rusia, India dan China).
Kelompok lain yang sering disebutkan sebelumnya - yang tergabung dalam
akronim CIVETS (yaitu Colombia, Indonesia, Vietnam, Mesir, Turki dan Afrika
Selatan) juga mendapat perhatian karena anggotanya memiliki sistem keuangan
yang cukup canggih dan populasi yang tumbuh cepat. Beberapa tahun yang lalu
produk domestik bruto (PDB) dari CIVETS itu diperkirakan berkontribusi sekitar
setengah dari ekonomi global pada 2020.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan II-2021 tumbuh sebesar 7,07%


(yoy), tertinggi dalam 16 tahun terakhir. Kinerja tersebut melanjutkan perbaikan
yang telah terjadi hingga triwulan I 2021 dan merupakan pertumbuhan tertinggi
sejak triwulan IV 2004 (7,16%, yoy). Pertumbuhan ini telah menyebabkan nilai
PDB riil pada triwulan II telah melampaui nilai PDB riil pada triwulan IV 2019,
sebelum terjadinya pandemi Covid-19. Perbaikan ekonomi ditopang oleh kinerja
positif seluruh komponen permintaan dan lapangan usaha (LU). Ke depan, untuk
mendorong perbaikan ekonomi, Bank Indonesia terus meningkatkan koordinasi
kebijakan dengan Pemerintah dan instansi terkait, termasuk melalui koordinasi
kebijakan moneter–fiskal, kebijakan peningkatan ekspor, serta inklusi ekonomi
dan keuangan, di tengah berlanjutnya akselerasi pelaksanaan vaksin dan
penerapan protokol kesehatan. Ini sekaligus mencatatkan rekor pertumbuhan
triwulanan tertinggi sejak Krisis Subprime Mortgage, bahkan lebih tinggi dari
negara peers. Pertumbuhan tersebut dicapai pada saat Kasus Aktif Covid-19 rata-
rata selama Triwulan II-2021 yang tercatat mencapai sekitar 113.218 kasus. Hal
ini menunjukkan pemulihan ekonomi terus berlanjut dan tingginya angka
kepercayaan masyarakat maupun investor terhadap Penanganan Covid-19 dan
Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN) yang dilakukan Pemerintah.
Pertumbuhan ekonomi yang terjadi tersebut ditopang oleh kuatnya pertumbuhan
baik dari sisi demand maupun supply.
Pemulihan ekonomi global yang terjadi sepanjang semester I-2021 juga
mendorong perbaikan ekonomi domestik serta menopang ketahanan sektor
eksternal Indonesia. Tren pemulihan ini diproyeksikan terus berlanjut hingga
akhir 2021. Dukungan ekonomi global ini berpotensi melanjutkan surplus neraca
perdagangan yang telah terjadi selama 14 bulan berturut-turut dan menambah
pemasukan devisa. Hal ini juga berpotensi mendorong kinerja ekspor komoditas
unggulan Indonesia, seperti minyak kelapa sawit, batu bara, dan nikel. Transaksi
berjalan dan utang luar negeri yang terkendali dengan baik turut berkontribusi
positif terhadap ketahanan sektor eksternal. Kinerja yang baik dari sektor
eksternal tersebut diharapkan mampu menciptakan multiplier effect yang besar
bagi perekonomian.

Beberapa indikator utama juga menunjukkan prospek baik bagi ekonomi. Efek
pengetatan pembatasan aktivitas masyarakat yang berlangsung selama terakhir ini
diyakini hanya bersifat sementara, tidak sedalam seperti di awal pandemi 2020.
Permintaan domestik diharapkan akan tetap menguat hingga akhir tahun 2021,
seperti yang tercermin dari IKK yang berada pada level optimis, serta penjualan
kendaraan bermotor yang tetap tumbuh. Sejalan dengan itu, aktivitas dunia usaha
juga diperkirakan membaik, tercermin dari peningkatan PMA dan PMDN,
konsumsi semen, serta impor barang modal dan bahan baku.

Prospek perbaikan juga terlihat dari UMKM, tercermin dari peningkatan


permintaan atas Kredit Usaha Rakyat (KUR) hingga Semester-I 2021. Realisasi
KUR pada periode Januari 2021 s.d. 2 Agustus 2021 mencapai Rp148,08 triliun
atau sudah mencapai 51,96% dari target terbaru di 2021 yang sebesar Rp285
triliun. Merebaknya varian Delta Covid-19 di awal Triwulan III-2021 menjadi
tantangan tersendiri dalam menjaga momentum pemulihan ekonomi yang tengah
berlangsung. Tantangan ini juga dirasakan oleh sebagian besar negara di dunia.
Sejak 1 Juli sampai dengan sekarang, rata-rata kasus aktif mencapai 462.647
kasus, namun apabila bisa segera diturunkan kembali ke level 100 ribu-an, maka
mobilitas dan aktivitas masyarakat bisa secara bertahap dibuka mulai September
2021. Kemudian, dengan meningkatnya mobilitas dan aktivitas masyarakat,
diharapkan ekonomi akan bisa terjaga di Triwulan IV-2021.

d. Potensi Ekonomi masa depan

Indonesia merupakan negara dengan laju ekonomi yang mulai maju dan
berkembang. Dengan melihat kondisi Indonesia saat ini maka akan banyak
potensi dan peluang untuk meningkatkan laju ekonomi Indonesia di masa yang
akan datang. Dimulai dari banyaknya tenaga kerja Indonesia dan banyaknya
sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan mulai dari sumber daya air, sumber
daya laut, sumber daya hutan, dan lainnya. Kekayaan alam inilah yang dapat
menjadi sebuah modal untuk meningkatkan perekonomian di Indonesia, namun
untuk mencapai semua itu bukan sebuah hal yang mudah karena banyaknya
tantangan yang harus dihadapi. Ada banyak potensi ekonomi di Indonesia dimulai
dari sektor pariwisata, sektor pertanian, ekspor dan impor, dan masih banyak cara
lagi untuk mengembangkan potensi tersebut.

Seperti contoh pada sektor pariwisata bahwa jumlah kunjungan turis cenderung
meningkat dari tahun 2007-2009. Beberapa dampak positif sektor pariwisata
terhadap peningkatan ekonomi di Indonesia seperti pariwisata dapat menciptakan
lapangan pekerjaan baru, pariwisata juga dapat menjadi pendorong industri
lainnya secara langsung maupun tidak langsung, dan juga dapat menyebarkan
pembangunan terhadap daerah non industri, dan masih banyak lagi. Pada sektor
pariwisata mempunyai ciri yang khas seperti tempat akomodasi, transportasi,
kuliner, souvenir, dan penggunaan jasa khusus sehingga akan dapat membuka
lapangan pekerjaan terutama yang ahli pada bidang tersebut. Seperti yang terlihat
bahwa banyak sekali kekayaan alam di Indonesia sehingga dalam sektor
pariwisata dapat menjadi potensi untuk perekonomian di Indonesia, namun
potensi tersebut juga tak lepas dari sumber daya manusia baik masyarakat
maupun pemerintah.
Adapula sektor pertanian yang masih menjadi primadona atau andalan dalam
menciptakan lapagan pekerjaan dalam jumlah yang besar. Tentu saja sektor
pertanian dapat menjadi potensi bagi perekonomian di Indonesia. Indonesia
sendiri mempunyai banyak kekayaan alam sehingga dapat menjadi peluang untuk
perekonomian terlebih pada sektor pertanian. Beberapa peran sektor pertanian
bagi perekonomian seperti penyedia bahan pangan bagi masyarakat, bahan baku
industri, penghasil devisa negara melalui kegiatan ekspor impor, dan banyak lagi.
Namun kenyataannya di Indonesia sektor pertanian masih kurang berkembang
karena pada tahun 2005-2014 masih fluktuatif. Walaupun sektor pertanian
tergolong rendah dalam penyumbang produk domestik bruto (PDB) tetapi sektor
pertanian menjadi peran penting untuk menentukan pertumbuhan ekonomi karena
sektor pertanian dapat menjadi sektor pendukung maupun penunjang dalam
pembangunan sektor-sektor lainnya sebagai penyedia input (barang dan jasa).
Sektor pertanian akan kembali cerah saat para sumber daya manusia (pelaku)
dengan didukung pemerintah dapat memahami peran dan fungsi dari sektor
pertanian, dan tak lupa mampu mengolah dengan baik sesuai dengan kebutuhan
manusia.

Potensi perekonomian Indonesia selain melalui beberapa sektor yang ada seperti
sektor pariwisata, sektor pertanian, sektor ekpor impor, dan lainnya adapula
melalui pengembangan ekonomi kreatif. Definisi ekonomi kreatif sendiri adalah
sebuah konsep pada era ekonomi baru yang mengandalkan ide dan pengetahuan
dari manusia namun lebih condong kepada informasi dan kreativitas. Mengapa
dalam mengembangkan potensi perekonomian di Indonesia perlu ekonomi kreatif
karena ada beberapa dampak positif dari ekonomi kreatif tersebut seperti akan
menciptakan iklim bisnis yang positif (lapangan pekerjaan baru), dapat
membangun identitas dan citra bangsa (membangun budaya lokal dan warisan
budaya; ikon nasional; turisme), ekonomi kreatif ini akan berbasis pada sumber
daya alam yang terbarukan, dapat memberikan kontribusi ekonomi yang
signifikan (menambah produk domestik bruto [PDB]; meningkatkan ekspor),
memberikan dampak positif dari segi sosial (kualitas hidup; pemerataan
kesejahteraan), dan menciptakan inovasi dan kreativitas (ide dan gagasan).
Namun dalam pelaksanaan ekonomi kreatif semua lapisan masyarakat diharapkan
turut berkontribusi agar rencana dapat berjalan sehingga akan memenuhi tujuan.
BAB III

PENUTUP

i. Kesimpulan

1. Definisi ekonomi menurut M. Manullang, ekonomi merupakan ilmu yang


mempelajari bagaimana memenuhi keinginan manusia atau masyarakat demi
tercapainya kemakmuran atau kondisi dimana manusia bisa memenuhi
kebutuhannya, baik dalam bentuk barang maupun jasa. Indonesia sendiri telah
mengalami naik turun dalam perekonomian dimulai pada awal kemerdekaan
hingga saat ini. Pada zaman awal kemerdekaan atau yang lebih dikenal sebagai
orde lama Indonesia mengalami pengeluaran besar-besaran yang bukan ditujukan
untuk pembangunan dan pertumbuhan ekonomi sehingga mengakibatkan keadaan
keuangan saat itu mengalami inflasi karena beredarnya lebih dari satu mata uang
yang tidak dapat terkendali. Pada saat orde lama seluruh kegiatan ekonomi
terpusat pada pemerintahan pusat akibatnya, kegiatan perekonomian di daerah
menjadi terganggu dan menurun.
2. Pada saat pemerintahan orde baru berlangsung pada tahun 1966-1998 Indonesia
mengalami kenaikan yang sangat pesat tetapi tetap ada sejumlah masalah
perekonomian yang dihadapi yaitu krisis moneter. Penyebab dari krisis ini
bukanlah fundamental ekonomi Indonesia lemah, tetapi karena hutang swasta luar
negeri yang mencapai jumlah yang besar. Krisis pada saat itu tidak seluruhnya
disebabkan karena terjadinya krisis moneter saja, namun ada juga penyebab
lainnya seperti kegagalan panen karena musim kemarau yang panjang dan hama,
kebakaran hutan di Kalimantan, dan kerusuhan di banyak kota pada pertengahan
Mei 1998.
3. Pada saat memasuki masa reformasi hingga saat ini Indonesia menjadi negara
yang memiliki potensi ekonomi yang tinggi dan menjadi potensi yang mulai
diperhatikan dunia internasional. Indonesia menjadi salah satu ekonomi terbesar
di Asia Tenggara memiliki sejumlah karakteristik yang menempatkan dalam
posisi yang bagus untuk mengalami perkembangan ekonomi yang pesat. Selain
itu, dalam beberapa tahun terakhir ada dukungan kuat dari pemerintah pusat untuk
mengekang ketergantungan Indonesia pada ekspor komoditas (mentah), sekaligus
meningkatkan peran industri manufaktur dalam perekonomian. Pembangunan
infrastruktur juga merupakan tujuan utama pemerintah, dan yang perlu
menyebabkan efek multiplier dalam perekonomian.
4. Dengan melihat kondisi Indonesia saat ini maka akan banyak potensi dan peluang
untuk meningkatkan laju ekonomi Indonesia di masa yang akan datang. Dimulai
dari banyaknya tenaga kerja Indonesia dan banyaknya sumber daya alam yang
dapat dimanfaatkan. Kekayaan alam inilah yang dapat menjadi sebuah modal
untuk meningkatkan perekonomian di Indonesia, namun untuk mencapai semua
itu bukan sebuah hal yang mudah karena banyaknya tantangan yang harus
dihadapi. Diharapkan kepada semua lapisan masyarakat dan pemerintah
melakukan sebuah inovasi dan kolaborasi sehingga potensi yang dimiliki
Indonesia saat ini akan mampu membawa perubahan perekonomian di masa
depan menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Adryamarthanio, Verelladevanka. (2021). “Kehidupan Ekonomi pada Masa Orde Baru”,


https://www.kompas.com/stori/read/2021/04/27/184634079/kehidupan-ekonomi-pada-masa-
orde-baru?page=all, diakses pada 19 November 2021.

Agung, Sari, Ahmad, Alfin. (2015). “Perekonomian Orde Lama”,


https://id.scribd.com/doc/262111620/PErekonomian-Orde-Lama, diakses pada 17 November
2021.

Arianti, D. (2014). Pengaruh Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian dan Keruangan Kota
Bukittinggi (Pendekatan Analisis Input Output). Jurnal Wilayah dan Lingkungan, 2(3), 183-196.

Haryono, Erwin. (2021). “Ekonomi Indonesia Melanjutkan Perbaikan, Tumbuh Positif Pada
Triwulan II 2021”,
https://www.bi.go.id/id/publikasi/ruang-media/news-release/Pages/sp_2319221.aspx, diakses
pada 19 November 2021.

Khoirurosida, Laili Umdatul. (2016). “Perekonomian Indonesia Masa Orde Lama”,


https://www.slideshare.net/LailiUmdatulKhoiruro/perekonomian-indonesia-orde-lama, diakses
pada 17 November 2021.

Moegiarso, Susiwijono. (2021). “Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II-2021 Menembus Zona


Ekspansif”, https://ekon.go.id/publikasi/detail/3196/pertumbuhan-ekonomi-triwulan-ii-2021-
menembus-zona-ekspansif, diakses pada 19 November 2021.

Nizar, M. A. (2011). Pengaruh pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Pangestu, M. E. (2008). Pengembangan ekonomi kreatif indonesia 2025. disampaikan dalam


Konvensi Pengembangan Ekonomi Kreatif, 20092015.

Putra, Okto Dellon Sunuraz. (2019). “Kehidupan Ekonomi Masa Orde Baru”,
https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id/repos/FileUpload/Orde%20Baru-BB/Topik-2.html,
diakses pada 19 November 2021.

Tarmidi, L. T. (1999). Krisis moneter Indonesia: Sebab, dampak, peran IMF dan saran. Buletin
Ekonomi Moneter dan Perbankan, 1(4), 1-25.

Widyawati, R. F. (2017). Analisis keterkaitan sektor pertanian dan pengaruhnya terhadap


perekonomian Indonesia (analisis input ouput). Jurnal Economia, 13(1), 14-27.
“Ekonomi Indonesia”, https://www.indonesia-investments.com/id/budaya/ekonomi/item177?,
diakses pada 18 November 2021.

Anda mungkin juga menyukai