Pelita IV: titik beratnya adalah sektor pertanian menuju swasembada pangan
dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin industri sendiri.
Pelita V : Titik beratnya pada sektor pertnian dan industri.
Pelita VI : Titik beratnya pada pembangunan pada sektor ekonomi yang
berkaitan dengan industri dan pertanian serta pembanguan dan peningkatan
kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya.
Dampak positif
Pemerintah mampu membangun pondasi yang kuat bagi kekuasaan lembaga
kepresidenan yang membuat semakin kuatnya peran Negara dalam
masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi karena setiap program pembangunan
pemerintah terencana dengan baik dan hasilnya dapat dilihat secara nyata.
Indonesia mengubah status dari Negara pengimpor beras terbesar menjadi
bangsa yang memenuhi kebutuhan beras sendiri (swasembada beras).
Penurunan angka kemiskinan yang diikuti dengan perbaikan kesejahteraan
rakyat.
Penurunan angka kematian bayi dan angka partisipasi pendidikan dasar yang
semakin meningkat.
Dampak negatif
Pembubaran konstituante
Berlakunya kembali UUD1945,
Tidak berlakunya lagi UUD S 1950
Pemakluman bahwa pembentukan MPRS dan DPAS akan dilakukan dalam
waktu sesingkat-singkatnya
B. Dampak Negatif
Dari dampak positif dekrit Presiden , terdapat pula dampak negatif
dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 juli 1959 Seperti berikut ini....
1.Memberi kekeuasaan yang besar pada presiden, MPR,dan lembaga tinggi
negara. Hal itu terlihat pada masa Demokrasi terpimpin dan berlanjut sampai
Orde Baru.
2. Memberi peluang bagi militer untuk terjun dalam bidang politik. Sejak
Dekrit, militer terutama Angkatan Darat menjadi kekuatan politik yang
disegani. Hal itu semakin terlihat pada masa Orde Baru dan tetap terasa
sampai sekarang.
3. Ternyata UUD 1945 tidak dilaksanakan secara murni dan konsekuen. UUD
45 yang harusnya menjadi dasar hukum konstitusional penyelenggaraan
pemerintahan pelaksanaannya hanya menjadi slogan-slogan kosong belaka
Partai Komunis saat itu sedang dalam kondisi yang amat kuat karena
mendapatkan sokongan dari Presiden Indonesia Pertama, Ir. H Soekarno.
Tidak heran jika usaha yang dilakukan oleh segelintir masyarakat demi
menjatuhkan Partai Komunis berakhir dengan kegagalan berkat bantuan
Presiden kala itu.
Hingga sampai saat ini, peristiwa 30S PKI tetap menjadi perdebatan antara
benar atau tidaknya PartaiKomunis Indonesia yang bertanggung jawab dalam
peristiwa tersebut
Sementara itu ketiga target lainya yaitu Soeprapto, S.Parman dan Sutoyo
ditangkap secara hidup-hidup. Abdul Harris Nasution yang menjadi target
utama kelompok pasukan tersebut, berhasil kabur setelah berusaha untuk
melompati dinding batas kedubes Irak.
Meskipun begitu, Pierre Tendean beserta anak gadisnya. Ade Irma S.
Nasution ditangkap tertembak tewas pada 6 Oktober oleh regu sergap. Korban
tewas semakin bertambah disaat regu penculik menembak serta membunuh
seorang polisi penjaga rumah tetangga Nasution. Abert Naiborhu menjadi
korban terakhir dalam kejadian ini. Mayat Jenderal yang masih hidup dibunuh
dan dibuang di Lubang Buaya tepat sebelah markas tersebut.
Sekitar 2.000 pasukan diterjunkan untuk menduduki sebuah tempat yang kini
dikenal dengan nama Lapangan Merdeka, Monas. Walaupun mereka belum
berhasil mengamankan bagian timur dari area ini. Sebab saat itu merupakan
daerah dari Markas KOSTRAD pimpinan Soeharto.
Jam 7 pagi, Radio Republik Indonesia (RRI) menyiarkan sebuah pesan yang
berasal dari Untung Syamsuri, Komandan Cakrabiwa bahwa G30 S PKI telah
berhasil diambil alih di beberapa lokasi stratergis Jakarta beserta anggota
militer lainnya. Mereka bersikeras bahwa gerakan tersebut sebenarnya
didukung oleh CIA yang bertujuan untuk melengserkan Soekarno dari
posisinya.
Kudeta ini juga gagal dikarenakan perencanaan yang kirang matang. Sehingga
kondisi ini menyebabkan para tentara yang berada di Lapangan Merdeka
kehausan akan impresi mereka untuk melindungi Presiden di Istana.
Di lain tempat, Letnan Jenderal Soeharto yang tidak hadir dalam sidang
tersebut karena sakit, kemudian mendengar berita tentang apa yang terjadi di
Istana Merdeka pada hari itu. Soeharto yang merupakan satu-satunya menteri
yang tidak hadir dalam sidang tersebut akhirnya mengutus Brigjen M. Jusuf,
Brigjen Basuki Rahmat, dan Brigjen Amirmachmud ke Istana Bogor untuk
menemui Bung Karno.
Status Presiden Soekarno sebagai pesiden seumur hidup pun dicabut oleh
MPRS karena pengaruh dari Soeharto. Tidak hanya itu, MPRS yang sudah
diatur oleh Soeharto ini nantinya akhirnya berani menolak pidato
pertanggungjawaban Presiden Soekarno (Pidato Nawaksara) berikut
perbaikannya, dan akhirnya memberhentikan Presiden Soekarno sebagai
Presiden Indonesia(3).
Sementara itu, kebijakan luar negeri Indonesia juga berubah tajam setalah
keluarnya Supersemar. Indonesia menjadi pro Barat. Hal tersebut terlihat dari
menguatnya hubungan Indonesia dengan Amerika Serikat dan normalisasi
hubungan dengan Malaysia dimana sebelumnya Bung Karno menganggap
Malaysia sebagai antek-antek dari Nekolim (Neo Kolonialisme dan
Imperialisme). Selain itu, Indonesia juga kembali bergabung bersama PBB.
Semua hal tersebut sungguh bertentangan sekali dengan kebijakan pada masa
pemerintahan Soekarno, khususnya pada masa Demokrasi Terpimpin.