Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setelah kemerdekaan hingga tahun 1965, perekonomian Indonesia memasuki era yang
sangat sulit, karena bangsa Indonesia menghadapi gejolak sosial, politik dan keamanan
yang sangat dahsyat, sehingga pertumbuhan ekonomi kurang diperhatikan. Masih terdapat
ketimpangan ekonomi, tingkat kemiskinan dan pengangguran masih tinggi, serta
pendapatan per kapita yang masih sangat rendah. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia
pada dasarnya merupakan akibat dari semakin cepatnya proses integrasi perekonomian
Indonesia ke dalam perekonomian global, dimana pada saat yang sama perangkat
kelembagaan bagi bekerjanya ekonomi pasar yang efisien belum tertata dengan baik.
Untuk dapat memperbaiki sistem perekonomian di Indonesia, kita perlu mempelajari
sejarah tentang perekonomian Indonesia dari masa penjajahan hingga masa reformasi.
Dengan mempelajari sejarahnya, kita dapat mengetahui kebijakan-kebijakan ekonomi apa
saja yang sudah diambil pemerintah dan bagaimana dampaknya terhadap perekonomian
Indonesia serta dapat memberikan kontribusi untuk mengatasi permasalah ekonomi yang
ada atau yang sedang berlangsung.

B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang diatas maka peneliti merumuskan permasalahannya
sebagai berikut:

1. Apa saja kebijakkan ekonomi yang telah diambil pemerintah?


2. Bagaimana dampak kebijakan ekonomi tersebut terhadap perekonomian Indonesia?
3. Bagaimana kontribusi untuk mengatasi permasalahan ekonomi yang ada?

C. Tujuan Makalah
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Mengetahui kebijakkan ekonomi yang telah diambil pemerintah.
2. Menjelaskan dampak-dampak dari kebijakkan ekonomi tersebut terhadap
perekonomian Indonesia.
3. Mengetahui cara-cara untuk mengatasi permasalahan ekonomi yang ada.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kondisi perekonomian Indonesia pada masa orde lama


Sebagai tokoh pejuang kemerdekaan, Proklamator sekaligus Presiden pertama indonesia,
perekonomian indonesia tidak dapat lepas dari sosok Ir. Soekarno. Sebagai orang yang
pertama memimpin Indonesia boleh dibilang Soekarno adalah peletak dasar perekonomian
indonesia. Beberapa kebijakan yang diambil dibawah pemerintahan Soekarno diantaranya
 Nasionalisasi Bank Java menjadi Bank Indonesia.
 Mengamankan usaha-usaha yang menyangkut harkat hidup orang banyak
 Berusaha memutuskan kontrol Belanda dalam bidang perdagangan ekspor-impor
 Serta beberapa kebijakan lainya yang ditujukan untuk memajukan perekonomian
indonesia.
Setelah kemerdekaan hingga tahun 1965, perekonomian Indonesia memasuki era yang
sangat sulit, karena bangsa Indonesia menghadapi gejolak sosial, politik dan keamanan
yang sangat dahsyat, sehingga pertumbuhan ekonomi kurang diperhatikan.
Kegiatan ekonomi masyarakat sangat minim, perusahaan-perusahaan besar saat itu
merupakan perusahaan peninggalan penjajah yang mayoritas milik orang asing, dimana
produk berorientasi pada ekspor. Kondisi stabilitas sosial- politik dan keamanan yang
kurang stabil membuat perusahaan-perusahaan tersebut stagnan. Pada periode tahun 1950-
an Indonesia menerapkan model guidance development dalam pengelolaan ekonomi,
dengan pola dasar Growth with Distribution of Wealth di mana peran pemerintah pusat
sangat dominan dalam mengatur pertumbuhan ekonomi (pembangunan semesta
berencana).
Orde Lama berlangsung dari tahun 1945 hingga 1968. Dalam jangka waktu tersebut,
Indonesia bergantian menggunakan sistem ekonomi liberal dan sistem ekonomi
komando. Hampir seluruh program ekonomi pemerintahan Soekarno kandas di tengah
jalan. Penyebabnya adalah :
1. Situasi politik yang diwarnai manuver dan sabotase, terutama dari kelompok-
kelompok kanan (masyumi, PSI, dan tentara-AD) yang tidak menghendaki
kemandirian ekonomi nasional.
2. Pertarungan kekuasaan antar elit politik di tingkat nasional -yang berakibat jatuh-
bangunnya cabinet – tidak memberikan kesempatan kepada Soekarno dan
kabinetnya untuk teguh menjalankan kebijakan-kebijakan tersebut.
2
3. Yang paling pokok: borjuasi dalam negeri (pribumi) yang diharapkan menjadi
kekuatan pokok dalam mendorong industrialisasi dan kegiatan perekonomian justru
tidak memiliki basis borjuis yang tangguh.
Kendati berkali-kali mengalami kegagalan, Soekarno kemudian menekankan bahwa
haluan ekonomi baru ini hanya akan berhasil dengan dukungan masyarakyat. Dalam usaha
memasifkan dukungan rakyat, Soekarno berpropaganda tentang Trisakti:
● Berdikari di bidang ekonomi;
● Berdaulat di bidang politik; dan
● Berkepribadian dalam budaya
Perekonomian Pada Masa Orde Lama 1945-1966
 Pada awal kemerdekaan, pembangunan ekonomi Indonesia mengarah perubahan
struktur ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional, yang bertujuan untuk
memajukan industri kecil untuk memproduksi barang pengganti impor yang pada
akhirnya diharapkan mengurangi tingkat ketergantungan terhadap luar negeri.
 Sistem moneter tentang perbankan khususnya bank sentral masih berjalan seperti
wajarnya. Hal ini dibuktikan dengan adanya hak ekslusif untuk mencetak uang dan
memegang tanggung jawab perbankan untuk memelihara stabilitas nasional. Bank
Indonesia mampu menjaga tingkat kebebasan dari pengambilan keputusan politik.
 Sejak tahun 1955, pembangunan ekonomi mulai meramba ke proyek-proyek besar.
Hal ini dikuatkan dengan keluarnya kebijakan Rencana Pembangunan Semesta
Delapan Tahun (1961). Kebijakan ini berisi rencana pendirian proyek-proyek besar
dan beberapa proyek kecil untuk mendukung proyek besar tersebut.
 Rencana ini mencakup sektor-sektor penting dan menggunakan perhitungan modern.
Namun sayangnya Rencana Pembangunan Semesta Delapan Tahun ini tidak berjalan
atau dapat dikatakan gagal karena beberapa sebab seperti adanya kekurangan devisa
untuk menyuplai modal serta kurangnya tenaga ahli.
 Perekonomian Indonesia pada masa ini mengalami penurunan atau memburuk.
 Terjadinya pengeluaran besar-besaran yang bukan ditujukan untuk pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi melainkan berupa pengeluaran militer untuk biaya konfrontasi
Irian Barat, Impor beras, proyek mercusuar, dan dana bebas (dana revolusi) untuk
membalas jasa teman-teman dekat dari rezim yang berkuasa.
 Perekonomian juga diperparah dengan terjadinya hiperinflasi yang mencapai 650%.
Selain itu Indonesia mulai dikucilkan dalam pergaulan internasional dan mulai dekat
dengan negara-negara komunis.
3
B. Masa Pasca Kemerdekaan (1945-1950)
Keadaan ekonomi keuangan pada masa awal kemerdekaan amat buruk, antara lain
disebabkan oleh:
1. Inflasi yang sangat tinggi, disebabkan karena beredarnya lebih dari satu mata uang
secara tidak terkendali. Pada waktu itu, untuk sementara waktu pemerintah RI
menyatakan tiga mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu mata uang De
Javasche Bank, mata uang pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang pendudukan
Jepang Kemudian pada tanggal 6 Maret 1946, Panglima AFNEI (Allied Forces for
Netherlands East Indies/pasukan sekutu) mengumumkan berlakunya uang NICA di
daerah-daerah yang dikuasai sekutu. Pada bulan Oktober 1946, pemerintah RI juga
mengeluarkan uang kertas baru, yaitu ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai
pengganti uang Jepang. Berdasarkan teori moneter, banyaknya jumlah uang yang
beredar mempengaruhi kenaikan tingkat harga.
2. Adanya blokade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk
menutup pintu perdagangan luar negri RI.
3. Kas negara kosong.
4. Eksploitasi besar-besaran di masa penjajahan.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan ekonomi, antara
lain :
a. Program Pinjaman Nasional dilaksanakan oleh menteri keuangan Ir. Surachman
dengan persetujuan BP-KNIP, dilakukan pada bulan Juli 1946.
b. Upaya menembus blokade dengan diplomasi beras ke India, mangadakan kontak
dengan perusahaan swasta Amerika, dan menembus blokade Belanda di
Sumatera dengan tujuan ke Singapura dan Malaysia.
c. Konferensi Ekonomi Februari 1946 dengan tujuan untuk memperoleh
kesepakatan yang bulat dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang
mendesak, yaitu : masalah produksi dan distribusi makanan, masalah sandang,
serta status dan administrasi perkebunan-perkebunan.
d. Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari 1947.
e. Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948 untuk
mengalihkan tenaga bekas angkatan perang ke bidang-bidang produktif.
f. Kasimo Plan yang intinya mengenai usaha swasembada pangan dengan
beberapa petunjuk pelaksanaan yang praktis.

4
C. Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)
 Masa ini disebut masa liberal, karena dalam politik maupun sistem ekonominya
menggunakan prinsip-prinsip liberal.
 Perekonomian diserahkan pada pasar sesuai teori-teori mazhab klasik yang
menyatakan laissez faire laissez passer.Padahal pengusaha pribumi masih lemah dan
belum bisa bersaing dengan pengusaha nonpribumi, terutama pengusaha Cina.
Pada akhirnya sistem ini hanya memperburuk kondisi perekonomian Indonesia yang baru
merdeka
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah ekonomi, antara lain :
 Gunting Syarifuddin, yaitu pemotongan nilai uang (sanering) 20 Maret 1950, untuk
mengurangi jumlah uang yang beredar agar tingkat harga turun.
 Nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada 15 Desember 1951
lewat UU no.24 th 1951 dengan fungsi sebagai bank sentral dan bank sirkulasi.
Program Benteng (Kabinet Natsir), yaitu upaya menumbuhkan wiraswastawan pribumi
dan mendorong importir nasional agar bisa bersaing dengan perusahaan impor asing
dengan membatasi impor barang tertentu dan memberikan lisensi impornya hanya pada
importir pribumi serta memberikan kredit pada perusahaan-perusahaan pribumi agar
nantinya dapat berpartisipasi dalam perkembangan ekonomi nasional. Namun usaha ini
gagal, karena sifat pengusaha pribumi yang cenderung konsumtif dan tak bisa bersaing
dengan pengusaha non-pribumi.

D. Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1967)


 Sebagai akibat dari dekrit presiden 5 Juli 1959, maka Indonesia menjalankan sistem
demokrasi terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia menjurus pada sistem etatisme
(segala-galanya diatur oleh pemerintah).
 Dengan sistem ini, diharapkan akan membawa pada kemakmuran bersama dan
persamaan dalam sosial, politik,dan ekonomi (Mazhab Sosialisme).
 Akan tetapi, kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah di masa ini
belum mampu memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia.
Kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah di masa itu:
a. Devaluasi yang diumumkan pada 25 Agustus 1959 menurunkan nilai uang sebagai
berikut: Uang kertas pecahan Rp 500 menjadi Rp 50, uang kertas pecahan Rp 1000
menjadi Rp 100, dan semua simpanan di bank yang melebihi 25.000 dibekukan.

5
b. Pembentukan Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk mencapai tahap ekonomi sosialis
Indonesia dengan cara terpimpin. Dalam pelaksanaannya justru mengakibatkan
stagnasi bagi perekonomian Indonesia. Bahkan pada 1961-1962 harga barang-
barang naik 400%.
c. Devaluasi yang dilakukan pada 13 Desember 1965 menjadikan uang senilai Rp
1000 menjadi Rp 1. Sehingga uang rupiah baru mestinya dihargai 1000 kali lipat
uang rupiah lama, tapi di masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai 10 kali lipat
lebih tinggi. Maka tindakan pemerintah untuk menekan angka inflasi ini malah
meningkatkan angka inflasi.
d. Kegagalan-kegagalan dalam berbagai tindakan moneter itu diperparah karena
pemerintah tidak menghemat pengeluaran-pengeluarannya.
e. Pada masa ini banyak proyek-proyek mercusuar yang dilaksanakan pemerintah,
dan juga sebagai akibat politik konfrontasi dengan Malaysia dan negara-negara
Barat.

E. Kondisi Perekonomian Indonesia Pada Orde Baru


Kondisi Ekonomi Indonesia Pada Awal Masa Orde Baru
Di awal Orde Baru, Suharto berusaha keras membenahi ekonomi Indonesia yang terpuruk,
dan berhasil untuk beberapa lama. Kondisi ekonomi Indonesia ketika Pak Harto pertama
memerintah adalah keadaan ekonomi dengan inflasi sangat tinggi, 650% setahun,” kata
Emil Salim, mantan menteri pada pemerintahan Suharto.
Orang yang dulu dikenal sebagai salah seorang Emil Salim penasehat ekonomi presiden
menambahkan langkah pertama yang diambil Suharto, yang bisa dikatakan berhasil,
adalah mengendalikan inflasi dari 650% menjadi di bawah 15% dalam waktu hanya dua
tahun. Untuk menekan inflasi yang begitu tinggi, Suharto membuat kebijakan yang
berbeda jauh dengan kebijakan Sukarno, pendahulunya. Ini dia lakukan dengan
menertibkan anggaran, menertibkan sektor perbankan, mengembalikan ekonomi pasar,
memperhatikan sektor ekonomi, dan merangkul negara-negara barat untuk menarik modal.
Setelah itu di keluarkan ketetapan MPRS No.XXIII/MPRS/1966 tentang Pembaruan
Kebijakan ekonomi, keuangan dan pembangunan. Lalu Kabinet AMPERA membuat
kebijakan mengacu pada Tap MPRS tersebut adalah sebagai berikut.

1. Mendobrak kemacetan ekonomi dan memperbaiki sektor-sektor yang menyebabkan


kemacetan, seperti :

6
a. Rendahnya penerimaan Negara
b. Tinggi dan tidak efisiennya pengeluaran Negara
c. Terlalu banyak dan tidak produktifnya ekspansi kredit bank
d. Terlalu banyak tunggakan hutang luar negeri penggunaan devisa bagi impor yang
sering kurang berorientasi pada kebutuhan prasarana.
2. Debirokratisasi untuk memperlancar kegiatan perekonomian.
3. Berorientasi pada kepentingan produsen kecil.

1. Pelita I (1 April 1969 – 31 Maret 1974)


Dilaksanakan pada 1 April 1969 hingga 31 Maret 1974 yang menjadi landasan awal
pembangunan Orde Baru.
 Tujuan Pelita I :
Untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi
pembangunan dalam tahap berikutnya.
 Sasaran Pelita I :
Pangan, Sandang, Perbaikan prasarana, perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan
kesejahteraan rohani.
 Titik Berat Pelita I :
Pembangunan bidang pertanian sesuai dengan tujuan untuk mengejar keterbelakangan
ekonomi melalui proses pembaharuan bidang pertanian, karena mayoritas penduduk
Indonesia masih hidup dari hasil pertanian.
2. Pelita II (1 April 1974 – 31 Maret 1979)
Sasaran yang hendak di capai pada masa ini adalah pangan, sandang, perumahan, sarana
dan prasarana, mensejahterakan rakyat, dan memperluas lapangan kerja . Pelita II berhasil
meningkatkan pertumbuhan ekonomi rata-rata penduduk 7% setahun.
3. Pelita III (1 April 1979 – 31 Maret 1984)
Pelita III lebih menekankan pada Trilogi Pembangunan yang bertujuan terciptanya
masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Arah dan
kebijaksanaan ekonominya adalah pembangunan pada segala bidang. Pedoman
pembangunan nasionalnya adalah Trilogi Pembangunan dan Delapan Jalur Pemerataan.
Isi Trilogi Pembagunan adalah sebagai berikut.
1. Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
7
3. Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.
4. Pelita IV (1 April 1984 – 31 Maret 1989)
Pada Pelita IV lebih dititik beratkan pada sektor pertanian menuju swasembada pangan
dan meningkatkan ondustri yang dapat menghasilkan mesin industri itu sendiri. Hasil yang
dicapai pada Pelita IV antara lain swasembada pangan. Pada tahun 1984 Indonesia berhasil
memproduksi beras sebanyak 25,8 ton. Hasil-nya Indonesia berhasil swasembada beras.
kesuksesan ini mendapatkan penghargaan dari FAO(Organisasi Pangan dan Pertanian
Dunia) pada tahun 1985.
5. Pelita V (1 April 1989 – 31 Maret 1994)
Pada Pelita V ini, lebih menitik beratkan pada sektor pertanian dan industri untuk
memantapakan swasembada pangan dan meningkatkan produksi pertanian lainnya serta
menghasilkan barang ekspor.
6. Pelita VI (1 April 1994 – 31 Maret 1999)
Titik beratnya masih pada pembangunan pada sektor ekonomi yang berkaitan dengan
industri dan pertanian serta pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia
sebagai pendukungnya. Sektor ekonomi dipandang sebagai penggerak utama
pembangunan. Pada periode ini terjadi krisis moneter yang melanda negara-negara Asia
Tenggara termasuk Indonesia. Karena krisis moneter dan peristiwa politik dalam negeri
yang mengganggu perekonomian menyebabkan rezim Orde Baru runtuh.
Kondisi Ekonomi Indonesia Pada Akhir Masa Orde Baru
Pelita VI (1 April 1994 – 31 Maret 1999)
Pada masa ini pemerintah lebih menitikberatkan pada sektor bidang ekonomi.
Pembangunan ekonomi ini berkaitan dengan industri dan pertanian serta pembangunan dan
peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya.
Namun Pelita VI yang diharapkan menjadi proses lepas landas Indonesia ke yang lebih
baik lagi, malah menjadi gagal landas dan kapal pun rusak.
Dampak Positif Kebijakan ekonomi Orde Baru :
1. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi karena setiap program pembangunan pemerintah
terencana dengan baik dan hasilnyapun dapat terlihat secara konkrit.
2. Indonesia mengubah status dari negara pengimpor beras terbesar menjadi bangsa
yang memenuhi kebutuhan beras sendiri (swasembada beras).
3. Penurunan angka kemiskinan yang diikuti dengan perbaikan kesejahteraan rakyat.
4. Penurunan angka kematian bayi dan angka partisipasi pendidikan dasar yang
semakin meningkat.
8
F. Kondisi Perekonomian Indonesia Pada Masa Reformasi (2000 – 2001)
a. Sejarah Perencanaan Pembangunan Indonesia
Setelah terjadi berbagai goncangan ditanah air dan berbagai tekanan rakyat kepada
presiden Soeharto, akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto mengundurkan
diri dari jabatannya sebagai presiden RI dan menyerahkan jabatannya kepada wakil
presiden B.J. Habibie. Peristiwa ini menandai berakhirnya kekuasaan Orde Baru dan
dimulainya Orde Reformasi.
Untuk memperbaiki perekonomian yang terpuruk, terutama dalam sektor perbankan,
pemerintah membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Selanjutnya
pemerintah mengeluarkan UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Tidak Sehat, serta UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Selain itu pada masa ini juga memberi kebebasan dalam menyampaikan pendapat,
partisipasi masyarakat mulai terangkat kembali. Hal ini terlihat dari munculnya partai-
partai politik dari berbagai golongan dan ideologi.
Kesimpulan untuk keadaan perokonomian pada masa reformasi yaitu :
1. Kondisi perekonomian menunjukkan perbaikan dibanding dengan zaman
sebelumnya
2. Stabilitas keamanan politik dan sosial mendapatkan ancaman-ancaman serius à
meningkatkan country risk
3. Kondisi perekonomian Indonesia cenderung lebih buruk dibanding masa transisi,
dimana:
 Country Risk semakin besar
 IHSG menunjukkan pertumbuhan negatif
 Nilai tukar rupiah semakin merosot
Pada waktu NKRI dilanda krisis ekonomi lahir gerakan reformasi sebagai responsi dan
koreksi terhadap Orde Baru. Agenda reformasi antara lain sbb:
1. Amandemen Undang-Undang Dasar 1945;
2. Penghapusan dwifungsi ABRI;
3. Penegakkan supremasi hukum, penghormatan hak asasi manusia (HAM), dan
pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN);
4. Desentralisasi dan hubungan yang adil antara pusat dan daerah melalui
penyelenggaraan otonomi daerah;
5. Mewujudkan kebebasan pers; Mewujudkan kehidupan demokrasi

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari makalah ini, kita dapat mengetahui sejarah perkembangan perekonomian
Indonesia dari masa penjajahan, orde lama, orde baru, sampai masa reformasi. Pada masa
penjajahansejarah perekonomian Indonesia mencatat bahwa ditahun 1830 terjadi
kebangkrutan yang dialami oleh pemerintah penjajah akibat dari Perang Diponegoro tahun
1825 – 1930 yang merupakan perang terbesar di tanah Jawa dan juga Perang Paderi tahun
1821 – 1837 di Sumatera Barat. Kemudian Jendral Van den Bosch selaku Gubernur saat
itu memperoleh izin untuk menerapkan Sistem Tanam Paksa atau yang disebut dengan
Cultuur Stelsel yang memiliki tujuan utama untuk menutupi defisit dari besarnya anggaran
pemerintah serta untuk mengumpulkan kembali kas pemerintahan yang habis terpakai.
Pada masa orde lama, setelah kemerdekaan hingga tahun 1965, perekonomian Indonesia
memasuki era yang sangat sulit, karena bangsa Indonesia menghadapi gejolak sosial,
politik dan keamanan yang sangat dahsyat, sehingga pertumbuhan ekonomi kurang
diperhatikan. Kegiatan ekonomi masyarakat sangat minim, perusahaan-perusahaan besar
saat itu merupakan perusahaan peninggalan penjajah yang mayoritas milik orang asing,
dimana produk berorientasi pada ekspor. Kondisi stabilitas sosial- politik dan keamanan
yang kurang stabil membuat perusahaan-perusahaan tersebut stagnan.
Pada masa krisis ekonomi di masa reformasi, ditandai dengan tumbangnya pemerintahan
Orde Baru kemudian disusul dengan era Reformasi yang dimulai oleh pemerintahan
Presiden Habibie. Pada masa ini tidak hanya hal ketatanegaraan yang mengalami
perubahan, namun juga kebijakan ekonomi. Sehingga apa yang telah stabil dijalankan
selama 32 tahun, terpaksa mengalami perubahan guna menyesuaikan dengan keadaan.
Selama sepuluh tahun terakhir ini kapasitas dan kemampuan administrasi negara
menunjukkan perbaikkan-perbaikkan. Tetapi perlu diakui pula bahwa sepuluh tahun
pertumbuhan ekonomi ini belum dapat menghasilkan perbaikan tingkat hidup bagi
sebagian penduduk. Hal ini tidak mengherankan, karena laju pertumbuhan yang sangat
mengesankan, kalau dilihat secara total, belum berarti banyak bila dijabarkan kedalam
perbaikan absolute dari konsumsi real perkapita.

10
DAFTAR PUSTAKA

Booth, Anne dan Peter McCawley. Ekonomi Orde Baru. LP3ES.


http://obrolanekonomi.blogspot.com/2013/04/sistem-perekonomian-indonesia-pada-
masa-penjajahan-belanda.html
http://imeldaputri231207.blogspot.com/2012/03/kondisi-perekonomian-indonesia-
masa.html
http://adypato.wordpress.com/2010/06/16/kondisi-ekonomi-indonesia-pada-masa-orde-
baru/
http://hendrybaits.blogspot.com/2012_09_01_archive.html

11

Anda mungkin juga menyukai