PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah kemerdekaan hingga tahun 1965, perekonomian Indonesia memasuki era yang
sangat sulit, karena bangsa Indonesia menghadapi gejolak sosial, politik dan keamanan
yang sangat dahsyat, sehingga pertumbuhan ekonomi kurang diperhatikan. Masih terdapat
ketimpangan ekonomi, tingkat kemiskinan dan pengangguran masih tinggi, serta
pendapatan per kapita yang masih sangat rendah. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia
pada dasarnya merupakan akibat dari semakin cepatnya proses integrasi perekonomian
Indonesia ke dalam perekonomian global, dimana pada saat yang sama perangkat
kelembagaan bagi bekerjanya ekonomi pasar yang efisien belum tertata dengan baik.
Untuk dapat memperbaiki sistem perekonomian di Indonesia, kita perlu mempelajari
sejarah tentang perekonomian Indonesia dari masa penjajahan hingga masa reformasi.
Dengan mempelajari sejarahnya, kita dapat mengetahui kebijakan-kebijakan ekonomi apa
saja yang sudah diambil pemerintah dan bagaimana dampaknya terhadap perekonomian
Indonesia serta dapat memberikan kontribusi untuk mengatasi permasalah ekonomi yang
ada atau yang sedang berlangsung.
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang diatas maka peneliti merumuskan permasalahannya
sebagai berikut:
C. Tujuan Makalah
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Mengetahui kebijakkan ekonomi yang telah diambil pemerintah.
2. Menjelaskan dampak-dampak dari kebijakkan ekonomi tersebut terhadap
perekonomian Indonesia.
3. Mengetahui cara-cara untuk mengatasi permasalahan ekonomi yang ada.
1
BAB II
PEMBAHASAN
4
C. Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)
Masa ini disebut masa liberal, karena dalam politik maupun sistem ekonominya
menggunakan prinsip-prinsip liberal.
Perekonomian diserahkan pada pasar sesuai teori-teori mazhab klasik yang
menyatakan laissez faire laissez passer.Padahal pengusaha pribumi masih lemah dan
belum bisa bersaing dengan pengusaha nonpribumi, terutama pengusaha Cina.
Pada akhirnya sistem ini hanya memperburuk kondisi perekonomian Indonesia yang baru
merdeka
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah ekonomi, antara lain :
Gunting Syarifuddin, yaitu pemotongan nilai uang (sanering) 20 Maret 1950, untuk
mengurangi jumlah uang yang beredar agar tingkat harga turun.
Nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada 15 Desember 1951
lewat UU no.24 th 1951 dengan fungsi sebagai bank sentral dan bank sirkulasi.
Program Benteng (Kabinet Natsir), yaitu upaya menumbuhkan wiraswastawan pribumi
dan mendorong importir nasional agar bisa bersaing dengan perusahaan impor asing
dengan membatasi impor barang tertentu dan memberikan lisensi impornya hanya pada
importir pribumi serta memberikan kredit pada perusahaan-perusahaan pribumi agar
nantinya dapat berpartisipasi dalam perkembangan ekonomi nasional. Namun usaha ini
gagal, karena sifat pengusaha pribumi yang cenderung konsumtif dan tak bisa bersaing
dengan pengusaha non-pribumi.
5
b. Pembentukan Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk mencapai tahap ekonomi sosialis
Indonesia dengan cara terpimpin. Dalam pelaksanaannya justru mengakibatkan
stagnasi bagi perekonomian Indonesia. Bahkan pada 1961-1962 harga barang-
barang naik 400%.
c. Devaluasi yang dilakukan pada 13 Desember 1965 menjadikan uang senilai Rp
1000 menjadi Rp 1. Sehingga uang rupiah baru mestinya dihargai 1000 kali lipat
uang rupiah lama, tapi di masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai 10 kali lipat
lebih tinggi. Maka tindakan pemerintah untuk menekan angka inflasi ini malah
meningkatkan angka inflasi.
d. Kegagalan-kegagalan dalam berbagai tindakan moneter itu diperparah karena
pemerintah tidak menghemat pengeluaran-pengeluarannya.
e. Pada masa ini banyak proyek-proyek mercusuar yang dilaksanakan pemerintah,
dan juga sebagai akibat politik konfrontasi dengan Malaysia dan negara-negara
Barat.
6
a. Rendahnya penerimaan Negara
b. Tinggi dan tidak efisiennya pengeluaran Negara
c. Terlalu banyak dan tidak produktifnya ekspansi kredit bank
d. Terlalu banyak tunggakan hutang luar negeri penggunaan devisa bagi impor yang
sering kurang berorientasi pada kebutuhan prasarana.
2. Debirokratisasi untuk memperlancar kegiatan perekonomian.
3. Berorientasi pada kepentingan produsen kecil.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah ini, kita dapat mengetahui sejarah perkembangan perekonomian
Indonesia dari masa penjajahan, orde lama, orde baru, sampai masa reformasi. Pada masa
penjajahansejarah perekonomian Indonesia mencatat bahwa ditahun 1830 terjadi
kebangkrutan yang dialami oleh pemerintah penjajah akibat dari Perang Diponegoro tahun
1825 – 1930 yang merupakan perang terbesar di tanah Jawa dan juga Perang Paderi tahun
1821 – 1837 di Sumatera Barat. Kemudian Jendral Van den Bosch selaku Gubernur saat
itu memperoleh izin untuk menerapkan Sistem Tanam Paksa atau yang disebut dengan
Cultuur Stelsel yang memiliki tujuan utama untuk menutupi defisit dari besarnya anggaran
pemerintah serta untuk mengumpulkan kembali kas pemerintahan yang habis terpakai.
Pada masa orde lama, setelah kemerdekaan hingga tahun 1965, perekonomian Indonesia
memasuki era yang sangat sulit, karena bangsa Indonesia menghadapi gejolak sosial,
politik dan keamanan yang sangat dahsyat, sehingga pertumbuhan ekonomi kurang
diperhatikan. Kegiatan ekonomi masyarakat sangat minim, perusahaan-perusahaan besar
saat itu merupakan perusahaan peninggalan penjajah yang mayoritas milik orang asing,
dimana produk berorientasi pada ekspor. Kondisi stabilitas sosial- politik dan keamanan
yang kurang stabil membuat perusahaan-perusahaan tersebut stagnan.
Pada masa krisis ekonomi di masa reformasi, ditandai dengan tumbangnya pemerintahan
Orde Baru kemudian disusul dengan era Reformasi yang dimulai oleh pemerintahan
Presiden Habibie. Pada masa ini tidak hanya hal ketatanegaraan yang mengalami
perubahan, namun juga kebijakan ekonomi. Sehingga apa yang telah stabil dijalankan
selama 32 tahun, terpaksa mengalami perubahan guna menyesuaikan dengan keadaan.
Selama sepuluh tahun terakhir ini kapasitas dan kemampuan administrasi negara
menunjukkan perbaikkan-perbaikkan. Tetapi perlu diakui pula bahwa sepuluh tahun
pertumbuhan ekonomi ini belum dapat menghasilkan perbaikan tingkat hidup bagi
sebagian penduduk. Hal ini tidak mengherankan, karena laju pertumbuhan yang sangat
mengesankan, kalau dilihat secara total, belum berarti banyak bila dijabarkan kedalam
perbaikan absolute dari konsumsi real perkapita.
10
DAFTAR PUSTAKA
11