"BANK SYARIAH"
Disusun Oleh :
1. Apri Ismanti
2. Mihartina
3. Rizki Ardianto
DISUSUN OLEH :
1
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan besar kita Nabi
Muhammad SAW.
Dengan bekal kemampuan yang terbatas akhirnya makalah tentang "Bank
Syariah ini dapat terselesaikan dengan baik meski belum sempurna , tentunya berkat
bantuan dari berbagai pihak, maupun teman-teman yang telah membantu dalam
mencari referensi yang kami butuhkan.
Namun kami menyadari bahwa makalah ini tidak lepas dari kekeliruan, baik
dari sisi redaksional maupun dari cara penulisan. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Akhirnya kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini, semoga apa yang akan di bawakan dalam isi
makalah ini nantinya dapat bermanfaat bagi para pembaca maupun yang
mendengarkan.
Penulis.
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Perkembangan Bank Syariah di Indonesia..........................3
2.2. Pengertian Bank Syariah..................................................................4
2.3. Pengertian Bank Sentral...................................................................6
2.4. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional...........................7
2.5. Produk-produk Bank Syariah.........................................................10
2.6. Kelembagaan Industri Perbankan Syariah ....................................15
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
1. Mengetahui sejarah bank syariah di Indonesia
2. Mengetahui pengertian dari bank syariah
3. Mengetahui perbedaan dari bank syariah dan bank konvensional
4. Mengetahui produk-produk dari bank syariah
5. Mengetahui sistem bagi hasil dalam perbankan syariah
3
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
syari’ah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak
lain untuk menyimpannya, pembiayaan atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai
dengan syari’ah. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, Bank Syari’ah berarti bank
yang tata cara operasionalnya didasari dengan tatacara Islam yang mengacu kepada
ketentuan Al-Quran dan Al Hadist.
Bank syari’ah di tanah air mendapatkan pijakan yang kokoh setelah adanya
deregulasi sector perbankan pada tahun 1983. Kemudian posisi perbankan syari’ah
semakin pasti setelah disahkan UU Perbankan Indonesia No.7 tahun 1992, dimana
bank diberikan kebebasan untuk menentukan jenis imbalan yang akan diambil dari
nasabahnya baik bunga ataupun keuntungan-keuntungan bagi hasil.
Dengan terbitnya PP No. 72 tahun 1992 tentang bank bagi hasil yang secara
tegas memberikan batasan bahwa “bank bagi hasil tidak boleh melakukan kegiatan
usaha yang tidak berdasarkan prinsip bagi hasil (bunga) sebaliknya pula bank yang
kegiatan usahanya tidak berdasarkan prinsip bagi hasil tidak diperkenankan
melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip bagi hasil” (pasal 6), maka jalan bagi
operasional perbankan syari’ah semakin luas.kini titik kulminasi telah tercapai
dengan disahkannya UU No.10 Thn 1998 tentang perbankan yang membuka
kesempatan bagi siapa saja yang akan mendirikan bank syari’ah maupun yang ingin
mengkonfersi dari system konvensional menjadi system syari’ah.
UU No.10 ini sekaligus menghapus pasal 6 pada PP No 72/1992 yang
melarang dual system. Dengan tegas pasal 6 UU No10/1998 membolehkan bank
umum yang melakukan kegiatan usaha dengan berdasarkan prinsip syari’ah.[9]
.Selain itu dasar perbankan syari’ah juga terdapat dalam UU Perbankan No 10 thn
1998 ( pasal 1 ayat 12,13; pasal 6 huruf m dan pasal 13 huruf c) yang merupakan UU
Perbankan No 7 Tahun 1992.
Untuk menjalankan undang-undang tersebut selanjutnya dikeluarkan Surat
Keputusan Direksi Bank Indonesia tentang Bank Umum dan Bank Perkreditan
Rakyat tahun 1999 dilengkapi bank umum berdasarkan prinsip syari’ah dan bank
perkreditan rakyat berdasarkan prinsip syariah. Aturan yang berkaitan dengan Bank
6
Umum berdasarkan prinsip syari’ah diatur dalam Surat Keputusan direksi bank
Indonesia No. 32/34/KEP/DIR tgl. 12 Mei 1999
Bank Sentral adalah instansi perbankan yang memiliki tanggung jawab atas
kebijakan moneter di suatu wilayah. Dapat dimaknai pula pengertian Bank Sentral
adalah pihak yang berperan menjaga stabilitas harga atau nilai mata uang di sebuah
negara. Inilah mengapa dari pengertian Bank Sentral bisa disimpulkan harus bisa
mengendalikan tingkat inflasi.
Pengertian Bank Sentral adalah satu lembaga negara yang independen, dapat
melaksanakan tugas dan wewenang tanpa campur tangan pemerintah serta pihak
lainnya. Bank Sentral memiliki peran demikian agar fungsinya sebagai otoritas
moneter dapat berjalan efektif dan efisien. Sebagai contoh, Bank Indonesia sebagai
satu-satunya Bank Sentral harus mampu mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah.
7
Bank Syariah merupakan bank yang beroperasi dengan prinsip syariah. Selain
itu dalam operasionalnya Bank Syariah juga diatur oleh fatwa DSN-MUI dan hukum
yang berlaku di Indonesia tentang perbankan syariah.
Keuntungan yang diberikan kepada nasabah berupa bagi hasil, dimana bagi hasil
ditentukan dengan persentase porsi (nisbah) yang disepakati antara Bank Syariah dan
nasabah.
Besarnya bagi hasil tidak dapat ditentukan di muka, hal demikian dikarenakan
sangat tergantung dari realisasi pendapatan Bank Syariah, berbeda dengan Bank
Konvensional dimana return (bunga) ditentukan di muka, dan tidak tergantung dari
seberapa besar atau kecilnya pendapatan bank.
Perbedaan yang mendasar antara bank syariah dengan bank konvensional,
antara lain :
1. Perbedaan Falsafah
Perbedaan pokok antara bank konvensional dengan bank syariah
terletak pada landasan falsafah yang dianutnya. Bank syariah tidak
melaksanakan sistem bunga dalam seluruh aktivitasnya sedangkan bank
kovensional justru kebalikannya. Hal inilah yang menjadi perbedaan yang
sangat mendalam terhadap produk-produk yang dikembangkan oleh bank
syariah, dimana untuk menghindari sistem bunga maka sistem yang
dikembangkan adalah jual beli serta kemitraan yang dilaksanakan dalam
bentuk bagi hasil. Dengan demikian sebenarnya semua jenis transaksi
perniagaan melalu bank syariah diperbolehkan asalkan tidak mengandung
unsur bunga (riba). Riba secara sederhana berarti sistem bunga berbunga atau
compound interest dalam semua prosesnya bisa mengakibatkan
membengkaknya kewajiban salah satu pihak seperti efek bola salju pada cerita
di awal artikel ini. Sangat menguntungkan saya tapi berakibat fatal untuk
8
bank. Angka nisbah ini dengan mudah Anda dapatkan informasinya dengan
bertanya ke customer service atau datang langsung dan melihat papan display
“ Perhitugan dan Distribusi Bagi Hasil” yang ada di cabang bank syariah.
Rahn, dalam bahasa umum lebih dikenal dengan Gadai. Tujuan akad
Rahn adalah untuk memberikan jaminan pembayaran kembali kepada
bank dalam memberikan pembiayaan.
Qardh
Qardh adalah pinjaman uang. Misalnya dalam hal seorang calon haji
membutuhkan dana pinjaman talangan untuk memenuhi syarat
penyetoran biaya perjalanan haji. Bank memberikan pinjaman kepada
nasabah calon haji tersebut dan si nasabah melunasinya sebelum
keberangkatan Hajinya.
Wakalah
Wakalah dalam praktek Perbankan syariah terjadi apabila nasabah
memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan
pekerjaan jasa tertentu, seperti pembukuan L/C, inkaso dan transfer
uang.
Kafalah
Kafalah dalam bahasa umum lebih dikenal dengan istilah Bank
Garansi, yang ditujukan untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban
pembayaran. Bank dapat mensyaratkan nasabah untuk menempatkan
sejumlah dana untuk fasilitas ini sebagai Rahn. Bank dapat pula
menerima dana tersebut dengan prinsip wadi’ah. Bank mendapatkan
pengganti biaya atas jasa yang diberikan.
dititipkan, akan tetapi bank bertanggung jawab penuh atas keutuhan dari
dana yang dititipkan.
b. Mudharabah
Mudarabah Mutlaqah
Mudarabah Mutlaqah adalah Mudarabah yang tidak disertai dengan
pembatasan penggunaan dana dari Sahibul Mal.
Mudarabah Muqayadah on Balance Sheet
Mudarabah Muqayadah on Balance Sheet adalah Aqad Mudarabah
yang disertai dengan pembatasan penggunaan dana dari Sahibul Mal
untuk investsi-investasi tertentu.
Mudarabah of Balance Sheet
Dalam Mudarabah of Balance Sheet, Bank bertindak sebagai arranger,
yang mempertemukan nasabah pemilih modal dan nasabah yang akan
menjadi mudharib.
c. Wakalah
Wakalah dalam praktek perbankan syariah dilakukan apabila nasabah
memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan
pekerjaan jasa tertentu, seperti inkaso dan transfer uang.
3. Produk Jasa
Bank syariah dapat melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan
kepada nasabah dengan mendapat imbalan berupa sewa atau keuntungan. Jasa
perbankan tersebut antara lain berupa :
a. Sharf (jual beli valuta asing)
Pada prinsipnya jual beli valuta asing sejalan dengan prinsip Sharf,
sepanjang dilakukan pada waktu yang sama (spot). Bank mengambil
keuntungan dari jual beli valuta asing ini.
b. Ijarah (Sewa)
15
Jenis kegiatan Ijarah antara lain penyewaan kotak simpanan (safe deposit
box) dan jasa tata-laksana administrasi dokumen (custodian). Bank
mendapat imbalan sewa dari jasa tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Bank syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Perbankan syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berdasarkan
prinsip syariah, demokrasi ekokomi, dan prinsip kehati-hatian. Di dalam bank syariah
terdapat suatu badan yang tidak ada di dalam bank-bank konvesional yaitu Dewan
Pengawas Syariah. Dewan ini memiliki tugas untuk meneliti produk-produk baru
bank syariah dan memberikan rekomendasi terhadap produk-produk baru tersebut
serta membuat surat pernyataan bahwa bank yang diawasinya masih tetap
menjalankan usaha berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
Sistem bagi hasil yang diterapkan di dalam perbankan syari’ah terbagi kepada
dua sistem, yaitu; pertama, profit sharingyaitu sistem bagi hasil yang didasarkan
pada hasil bersih dari pendapatan yang diterima atas kerjasama usaha, setelah
dilakukan pengurangan-pengurangan atas beban biaya selama proses usaha
tersebut. Kedua. revenue sharing adalah sistem bagi hasil yang didasarkan kepada
total seluruh pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang
telah dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut.
Di dalam perbankan syari’ah Indonesia sistem bagi hasil yang diberlakukan
adalah sistem bagi hasil dengan berlandaskan pada sistem revenue sharing. Bank
syari’ah dapat berperan sebagai pengelola maupun sebagai pemilik dana, ketika bank
berperan sebagai pengelola maka biaya tersebut akan ditanggung oleh bank, begitu
pula sebaliknya jika bank berperan sebagai pemilik dana akan membebankan biaya
tersebut pada pihak nasabah pengelola dana.
18
19
DAFTAR PUSTAKA
19