Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“BANK SYARIAH”
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bank Dan Lembaga
Keuangan Lainnya
Dosen Pengampu:
Dr. Darmawati Manda,S.E.,M.Si

Disusun Oleh:
 Wardan Jammaz (4523012029)
 Cornelia Dyari Limbong (4523012025)
 Nur Anisah (4523012023)
 Muh. Aldy Syaputra (4523012024)
 Muh Setiawan Latippa (4523012028)
 Raihan Ade Mukti (4523012017)

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BOSOWA
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
Rahmat, hidayahnya lah sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang “Bank
Syariah”

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Khususnya dosen pengampu Ibu Dr. Darmawati
Manda,S.E.,M.Si yang telah memberi kami tugas untuk membuat makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh Karena itu
kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah ini bisa memberikan
manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.

Makassar, 15 Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………… ii


DAFTAR ISI …………………………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………… 1
1.1. Latar Belakang …………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………… 1
1.3 Tujuan …………………………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………….. 3
2.1 Sejarah Bank Syariah ……………………………………………….. 3
2.2 Produk Bank Syariah ……………………………………………….. 6
2.3 Penilaian Kesehatan Bank Syariah …………………………………. 9
2.4 Strategi Pengembangan Bank Syariah ……………………………… 13
25 Kendala Dalam Pengembangan Bank Syariah ……………………… 14
2.6 Kebijakan Pengembangan Bank Syariah Kedepannya …………….. 15
BAB III PENUTUP …………………………………………………………… 19
3.1. Kesimpulan ………………………………………………………. . 19
3.2 Saran ………………………………………………………………. 20
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. . 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bank Syariah merupakan salah satu aplikasi ekonomi syariah Islam dalam
mewujudkan nilai-nilai dan ajaran Islam yang mengatur bidang perekonomian
umat untuk yang tidak terpisahkan dari aspek-aspek ajaran Islam komprehensif
dan universal. Komprehensif berarti ajaran Islam merangkum seluruh aspek
kehidupan social kemasyarakatan termasuk bidang ekonomi, universal bermakna
syariah Islam dapat diterapkan dalam setiap waktu dan tempat tanpa memandang
perbedaan ras, suku, golongan, dan agama sesuai prinsip Islam sebagai “rahmatan
lil alamin”.

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa jenis bank jika dilihat dari cara
menentukan harga terbagi menjadi 2 macam, yaitu bank yang berdasarkan prinsip
konvensional dan bank yang berdasarkan prinsip syariah. Hal utama yang menjadi
perbedaan antara kedua jenis bank ini adalah dalam hal penentuan harga, baik
untuk harga jual maupun harga beli. Dalam bank konvensional penentuan harga
selalu didasarkan kepada bunga, sedangkan dalam bank syariah didasarkan
kepada konsep islam, yaitu kerja sama dalam skema bagi hasil, baik untung
maupun rugi.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Bagaimana Sejarah Bank Syariah?
2. Apa Saja Jenis-Jenis Produk Bank Syariah?
3. Bagaimana Penilaian Kesehatan Bank Syariah?
4. Bagaiman Strategi Pengembangan Bank Syariah?

5. Bagaimana Kendala Dalam Pengembangan Bank Syariah?


1
6. Bagaimana Kebijakan Pengembangan Bank Syariah Kedepannya?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini yaitu:
1. Agar Mengetahui Sejarah Bank Syariah.
2. Agar Mengetahui Jenis-Jenis Produk Bank Syariah
3. Agar Mengetahui Penilaian Kesehatan Bank Syariah?
4. Agar Mengetahui Strategi Pengembangan Bank Syariah?
5. Agar Mengetahui Kendala Dalam Pengembangan Bank Syariah?
6. Agar Mengetahui Kebijakan Pengembangan Bank Syariah Kedepannya?
BAB II
2

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Bank Syariah

Sejarah, awal mula kegiatan bank syariah yang pertama sekali dilakukan
adalah di Pakistan dan Malaysia pada sekitar tahun 1940-an. Kemudian di Mesir
pada tahun 1963 berdiri Islamic Rural Bank di desa It Ghamr Bank. Bank ini
beroperasi di pedesaan Mesir dan masih berskala kecil.
Di Uni Emirat Arab, baru tahun 1975 dengan berdiri Dubai Islamic Bank.
Kemudian di Kuwait pada tahun 1977 berdiri Kuwait Finance House yang
beroperasi tanpa bunga. Selanjutnya kembali di Mesir pada tahun 1978 berdiri
Bank Syariah yang diberi nama Faisal Islamic Bank. Langkah ini kemudian
diikuti oleh Islamic Internasional Bank for Invesment and Development Bank.
Di Siprus 1983 berdiri Faisal Islamic Bank of Kibris. Kemudian di Malaysia
Bank Syariah lahir tahun 1983 dengan berdirinya Bank Islam Malaysia Berhard
(BIMB) dan pada tahun 1999 lahir pula Bank Bumi Putera Muamalah. Di Iran
sistem perbankan syariah mulai berlaku secara nasional pada tahun 1983 sejak
dikeluarkannya Undang-Undang Perbankan Islam. Kemudian di Turki negara
yang berideologi sekuler Bank Syariah lahir tahun 1984 yaitu dengan hadirnya
Daar al-Maal al-Islami serta Faisal Finance Institution dan mulai beroperasi
tahun 1985.
Salah satu negara pelopor utama dalam melaksanakan sistem perbankan
syariah secara nasional adalah Pakistan. Pemerintah Pakistan mengkonversi
seluruh sistem perbankan di negaranya pada tahun 1985 menjadi sistem
perbankan syariah. Sebelumnya pada tahun 1979 beberapa isntitusi keungan

3
terbesar di Pakistan telah menghapus sistem bunga dan mulai tahun itu juga
pemerintah Pakistan mensosialisasikan pinjaman tanpa bunga, terutama kepada
petani dan nelayan.
Kehadiran bank yang berdasarkan syariah di Indonesia masih relatof baru,
yaitu baru pada awal tahun 1990-an, meskipun masyarakat Indonesia merupakan
masyarakat Muslim tersebar di dunia. Prakarsa untuk mendirikan Bank Syariah
di Indonesia dilakukan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada 18-20
Agustus. Namun, diskusi tentang Bank Syariah sebagai basis ekonomi Islam
sudah mulai dilakukan pada awal tahun 1980.
Bank Syariah pertama di Indonesia merupakan hasil kerja tim perbankan
MUI, yaitu dengan dibentuknya PT Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang akte
pendiriannya ditandatangani tanggal 1 November 1991. Bank ini ternyata
berkembang cukup pesat sehingga saat ini BMI sudah memiliki puluhan cabang
yang tersebar di beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung,
Makassar, dan kota lainnya.
Dalam perkembangan selanjutnya kehadiran Bank Syariah di Indonesia
khusunya cukup menggembirakan. Di samping BMI, saat ini juga telah lahir
Bank Syariah milik pemerintah seperti Bank Syariah Mandiri (BSM). Kemudian
berikutnya berdiri Bank Syariah sebagai cabang dari bank konvensional yang
sudah ada, seperti, Bank BNI, Bank IFI, dan BPD Jabar. Bank-Bank Syariah lain
yang direncakan akan membuka cabang adalah BRI, Bank Niaga, dan Bank
Bukopin.
Kehadiran Bank Syariah ternyata tidak hanya dilakukan oleh masyarakat
Muslim, tetapi juga bank milik non-Muslim. Saat ini Bank Islam sudah tersebar
di berbagai negara-negara Muslim dan non-Muslim, baik di benua Amerika,
Australia, dan Eropa. Bahkan banyak Perusahaan keuangan dunia seperti ANZ,
Chase Chemical Bank, dan Citibank telah membuka cabang yang bersadarkan
syariah.

4
2.2 Produk Bank Syariah

Sama seperti halnya dengan bank konvensional, Bank Syariah juga


menawarkan nasabah dengan beragam produk perbankan. Hanya saja bedanya
dengan bank konvensional adalah dalam hal penentuan harga, baik terhadap harga
jual maupun harga belinya. Produk-produk yang ditawarkan sudah tentu sangat
Islami. Termasuk dalam memberikan pelayanan kepada nasabahnya. Berikut ini
jenis-jenis produk Bank Syariah yang ditawarkan adalah sebagai berikut.

1. Al-wadi’ah (Simpanan)

Al-wadi’ah merupakan titipan atau simpanan pada Bank Syariah.


Prinsip Al-wadi’ah merupakan titipan murni dari satu pihak ke pihak lain,
baik perorangan maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan
kapan saja bila sipenitip menghendaki. Penerima simpanan disebut yad al-
amanah yang artinya tangan Amanah. Si penyimpan tidak bertanggung
jawab atas segala kehilangan dan kerusakan yang terjadi pada titipan selama
hal itu bukan akibt dari kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan
dalam memelihara barang titipan.

2. Pembiayaan Dengan Bagi Hasil

Penyaluran dana dalam bank konvensional, kita kenal dengan istilah


kredit atau pinjaman. Sedangkan dalam bank syariah untuk penyaluran
dananya kita kenal dengan istilah pembiayaan. Jika dalam bank
konvensional keuntungan bank diperoleh dari bunga yang dibebankan, maka
dalam bank syariah tidak ada istilah bunga, tetapi bank syariah menerapkan
system bagi hasil. Prinsip bagi hasil dalam bank syariah yang ditepkan
dalam pembiayaan dapat dilakukan dalam empat akad utama, yaitu:
a) Al-Musyarakah
Al-Musyarakah merupakan akad kerja sama antara dua pihak atau
lebih untuk melakukan usaha tertentu. Masing-masing pihak

5
memberikan dana atau amal dengan kesepakatan bahwa keuntungan atau
risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
Dalam praktik perbankan al-Musyarakah diaplikasikan dalam hal
pembiayaan proyek. Nasabah yang dibiayai dengan bank sama-sama
menyediakan dana untuk melaksanakan proyek tersebut. Keuntungan
dari proyek dibagi sesuai dengan kesepakatan untuk bank setelah
terlebih dulu mengembalikan dana yang dipakai nasabah Al-Musyarakah
dapat pula dilakukan untuk kegiatan investasi seperti pada lembaga
keuangan modal ventura.
b) Al-Mudharabah
Al-Mudharabah merupakan akad kerja sama antara dua pihak,
Dimana pihak pertama menyediakan seluruh modal dan pihak lain
menjadi pengelola. Keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang
dituangkan dalam kontrak. Apabila rugi, maka akan ditanggung pemilik
modal selama kerugian itu buan akibat dari kelalaian si pengelola.
Apabila kerugian diakibatkan kelalaian pengelola, maka sipengelola
yang bertanggung jawab.
Dalam praktiknya mudharabah terbagi dalam 2 jenis, yaitu
mudharabah muthlaqah dan mudharabah muqayyah. Mudharabah
muthlaqah merupakan kerja sama antara pihak pertama dan pihak lain
yang cakupannya lebih luas. Maksudnya tidak dibatasi oleh waktu,
spesifikasi usaha dan daerah bisnis. Sedangkan mudharabah muqayyah
merupakan kebalikan dari mudharabah muthlaqah di mana pihak lain
dibatasi oleh waktu spesifikasi usaha dan daerah bisnis
Dalam dunia perbankan al-Mudharabah biasanya diaplikasikan
dalam produk pembiayaan atau pendanaan seperti, pembiayaan modal
kerja. Dana untuk kegiatan mudharabah diambil dari simpanan tabungan
berjangka seperti tabungan haji atau tabungan kurban. Dana juga dapat

6
dilakukan dari deposito biasa dan deposito special yang dititipkan
nasabah untuk usaha tertentu.
c) Al-Muza’arah
Al-Muza’arah merupakan kerja sama pengolahan pertanian antara
pemilik lahan dengan penggarap. Pemilik lahan menyediakan lahan
kepada penggarap untuk ditanami produk pertanian dengan imbalan
bagian tertentu dari hasil panen. Dalam dunia perbankan kasus ini
diaplikasikan untuk pembiayaan bidang platation atas dasar bagi hasil
panen.
d) Al-Musaqah
Al-Musaqah adalah bagian dari al-muza’arah, yaitu penggarap hanya
bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan dengan
menggunakan dana dan peralatan mereka sendiri. Imbalan tetap
diperoleh dari persentase hasil panen pertanian. Jadi tetap dalam kontek
adalah kerja sama pengelolahan pertanian antara pemilik lahan dengan
penggarap.

3. Bai’al-Murabahah
Bai’al-Murabahah merupakan kegiatan jual beli pada harga pokok
dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam hal ini penjual harus
terlebih dahulu memberitahukan harga pokok yang ia beli ditambah
keuntungan dengan diinginkannya.

4. Bai’as-Salam

Bai’as-Salam adalah pembelian


7 barang yang diserahkan kemudian
hari, sedangkan pembayaran dilakukan dimuka. Prinsip yang harus dianut
adalah harus diketahui terlebih dulu jenis, kualitas dan jumlah barang dan
hukum awal pembayaran harus dalam bentuk uang.

7
5. Bai’al-Istihna’

Bai’al-Istihna’ adalah bentuk khusus dari akad Bai’as-Salam, oleh


karena itu, ketentuan dalam Bai’al-Istihna’ mengikuti ketentuan dan aturan
Bai’as-Salam. Bai’al-Istihna’ adalah kontrak penjualan antara pembeli dan
produsen (pembuat barang). Kedua belah pihak harus saling menyetujui
atau sepakat lebih dulu tentang harga dan system pembayaran. Kesepakatan
harga dapat dilakukan tawar-menawar dan system pembayaran dapat
dilakukan dimuka atau secara angsuran per bulan atau di belakang.

6. Al-Ijarah (Leasing)

Al-Ijarah merupakan akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa,
melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan atas barang itu sendiri. Dalam praktiknya kegiatan ini
dilakukan oleh perusahaan leasing, baik untuk kegiatan operating lease
maupun financial lease.

7. Al-Wakalah (Amanat)

Wakalah atau wakilah artinya penyerahan atau pendelegasian atau


pemberian mandat dari satu pihak kepada pihak lain. Mandat ini harus
dilakukan sesuai dengan yang telah disepakati oleh si pemberi mandat.

8. Al-Kafalah (Garansi)

Al-Kafalah adalah jaminan yang diberikan penanggung kepada pihak


ketiga untuk ,memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.
8
Dapat pula diartikan sebagai pengalihan tanggung jawab dari satu pihak
kepada pihak lain. Dalam dunia perbankan dapat dilakukan dalam hal
pembiayaan dengan jaminan seseorang.

8
9. Al-Hawalah

Al-Hawalah merupakan pengalihan utang dari orang yang berutang


kepada pihak lain yang wajib menanggungnya. Atau dengan kata lain
pemindahan beban utang dari satu pihak kepada lain pihak. Dalam dunia
keuangan atau perbankan dikenal dengan kegiatan anjak piutang atau
factoring.

10. Ar-Rahn

Ar-Rahn adalah kegiatan menahan salah satu harta pemilik si


peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimannya. Kegiatan
seperti ini dilakukan seperti jaminan utang atau gadai.

2.3 Penilaian Kesehatan Bank Syariah


Penialaian kesehatan bank, dilakukan untuk bank konvensional, juga
dilakukan untuk Bank Syariah baik untuk bank umum syariah maupun bank
perkreditan rakyat syariah. Hal ini dilakukan sesuai dengan perkembangan
metodologi penilaian kondisi bank yang bersufat dinamis yang mendorong
pengaturan kembali sistem penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan prinsip
syariah. Tujuannya adalah agar dapat memberi gambaran yang lebih tepat
mengenai kondisi saat ini.
Bank Umum Syariah wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank
secara triwulanan, yang meliputi faktor-faktor antara lain:
1. Permodalan (capital)
2. Kualitas Aset (asset quality)
3. Rentabilitas (earning)
4. Likuiditas (liquidity)
5. Sensitivitas terhadap risiko pasar (sensitivity to market risk)
6. Manajemen (management)

9
Penilaian peringkat komponen atau rasio keuangan pembentuk faktor finansial
(permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko
pasar) dihitung secara kuantitatif dan kualitatif dengan mempertimbangkan unsur
judgment.
Khusus untuk tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) berdasarkan
prinsip syariah (BPRS), Bank Indonesia mengeluarkan aturan baru yang mulai
berlaku 4 Desember 2007, yaitu Peraturan Bank Indonesia (BPI) Nomor
9/17/PBI/2007 perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan
Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah mengatur penilaian tingkat kesehatan BPRS
mencakup penilaian di antaranya:
1. faktor permodalan (capital);
2. faktor kualitas aset (asset quality);
3. faktor rentabilitas (earning);
4. dan faktor likuiditas (liquidity) atau faktor keuangan dilakukan
secara kuantitatif dan kualitatif;
5. penilaian atas komponen dari faktor manajemen (management)
yang dilakukan secara kuantitatif.
Rincian penilaian tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
berdasarkan prinsip syariah adalah sebagai berikut.
1. Penilaian secara kualitatif dilakukan dengan mempertimbangkan
indicator pendukung dan/atau pembanding yang relevan.
2. Peringkat setiap komponen pembentuk faktor keuangan terdiri dari
peringkat 1, 2, 3, 4, dan 5.
3. Peringkat setiap komponen pembentuk faktor manajemen terdiri
dari peringkat A, B, C, dan D.
4. Proses penilaian peringkat faktor keuangan dilakukan dengan
pembobotan atas nilai peringkat faktor permodalan, kualitas aset,
rentabilitas, dan likuiditas.

10
5. Berdasarkan hasil penilaian peringkat faktor keuangan dan
penilaian peringkat faktor manajemen, ditetapkan peringkat
komposit yang merupakan peringkat akhir hasil penilaian tingkat
kesehatan bank.
6. Proses penilaian peringkat komposit dilaksanakan melalui
penggabungan atas peringkat faktor keuangan dan peringkat
manajemen menggunakan tabel konversi dengan
mempertimbangkan indicator pendukung dan unsur judgment.
Kemudian, untuk menentukan Peringkat Komposit yang merupakan
peringkat akhir hasil penilaian Tingkat Kesehatan Bank diterapkan sebagai
berikut.
No. Peringkat Keterangan
1. Komposit 1 Bank memiliki kondisi
tingkat kesehatan yang
sangat baik sebagai hasil
dari pengelolaan usaha
yang sangat baik
2. Komposit 2 Bank memiliki kondisi
tingkat kesehatan yang
baik sebagai hasil dari
pengelolaan usaha yang
baik
3. Komposit 3 Bank memiliki kondisi
tingkat kesehatan yang
cukup baik sebagai hasil
dari pengelolaan usaha
yang cukup baik
4. Komposit 4 Bank memiliki kondisi

11
tingkat kesehatan yang
kurang baik sebagai
akibat dari pengelolaan
usaha yang kurang baik
5. Komposit 5 Bank memiliki kondisi
tingkat kesehatan yang
tidak baik sebagai akibat
dari pengelolaan usaha
yang tidak baik

Dengan kata lain, setiap komposit memberikan penilaian terhadap kondisi


kesehatan bank berikut ini.
1. Peringkat Komposit 1; mencerminkan bahwa bank memiliki kondisi
tingkat kesehatan yang sangat baik sebagai hasil dari pengelolaan
usaha yang sangat baik.
2. Peringkat Komposit 2 : mencerminkan bahwa bank memiliki kondisi
tingkat kesehatan yang baik sebagai hasil dari pengelolaan usaha
yang baik.
3. Peringkat Komposit 3; mencerminkan bahwa bank memiliki kondisi
tingkat kesehatan yang cukup baik sebagai hasil pengelolaan usaha
yang cukup baik.
4. Peringkat Komposit 4; mencerminkan bahwa bank memiliki kondisi
tingkat kesehatan yang kurang baik sebagai akibat pengelolaan usaha
yang kurang baik.
5. Peringkat Komposit 5; mencerminkan bahwa Bank memiliki kondisi
tingkat kesehatan yang tidak baik sebagai akibat pengelolaan usaha
yang tidak baik.
2.4 Strategi Pengembangan Bank Syariah
Dalam upaya pengembangan sistem bank syariah yang sehat dan amanah serta
12 akan dihadapi oleh sistem bank syariah
guna menjawab tantangan-tantangan yang
di Indonesia, Bank Indonesia menyusun “Cetak Biru Pengembangan Perbankan
Syariah di Indonesia”. Sasaran pengembangan perbankan syariah sampai tahun
2011, sebagaimana termaksud dalam Cetak Biru tersebut, adalah sebagai berikut:
1. Terpenuhinya prinsip syariah dalam operasional perbankan
2. Diterapkannya prinsip kehati-hatian dalam operasional perbankan syariah
3. Terciptanya sistem perbankan syariah yang kompetitif dan efisien
4. Terciptanya stabilitas sistematik serta terealisasinya kemanfaatan bagi
masyarakat luas
Dalam upaya mewujudkan sasaran-sasaran tersebut, Bank Indonesia telah
mencadangkan inisiatif-inisiatif strategis, yang pelaksanaanya dapat dibagi
kedalam empat fokus area pengembangan, yakni: mendorong kepatuhan pada
prinsip-prinsip syariah secara konsisten, menyempurnakan regulasi dan sistem
pengawasan yang sesuai dengan karakteristik perbankan syariah, mendukung
terciptanya efisiensi opersional dan daya saing bank syariah, serta meningkatkan
kestabilan system, peran, dan kemanfaatan perbankan syariah bagi perekonomian
secara umum.
Adapun beberapa alternatif strategi pengembangan bank syariah yaitu:
1. Penetrasi pasar
2. Pengembangan produk-produk bank syariah yang kompetitif dan inovatif
3. Peningkatan kualitas pelayanan
4. Peningkatan promosi dan sosialisasi terhadap produk-produk bank
syariah secara efektif
5. Peningkatan kerja sama dengan institute kain
6. Peningkatan jaringan kantor bank syariah
7. Peningkatan kualitas SDM
8. Peningkatan efisiensi internal

13Syariah
2.5 Kendala Dalam Pengembangan Bank
Peranan perbankan syariah dalam perekonomian masih sangat relatif kecil
dengan pelaku tunggal. Ada beberapa kendala pengembangan perbankan syariah.
Paling tidak terdapat tujuh kendala pengembangn dan tiga terakhir merupakan
kendala di dunia internasional.
1. SDM yang kompeten dan profesinal yang masih terbatas akan menghambat
kemajuan perbankan syariah nasional. Keterbatasan pada SDM ini akan
mempengaruhi besarnya resiko perbankan syariah pada oprasionalnya.
Ketidak mampuan SDM dikhawatirkan akan meneken bukan hanya resiko
oprasional bank, namun juga resiko reputasi yang secara khas dimiliki oleh
perbankansyariah. Seperti diketahui resiko reputasi bukan hanya akan
mempengaruhi bank secara individu, tetapi juga akan mempengaruhi
industry perbankan syariah. Tidak seperti bank konvensional, bank syariah
juga memiliki tanggung jawab moral yang relative lebih besar, ketika
perbankan syariah memang secara alami memiliki kewajiban memperhatikan
manfaat (maslahat) yang dapat dibrikan kepada seluruh masyarakat (umat).
2. Pemahaman masyarakat sebagai pemakai yang kurang tentang perbankan
syariah selain menjadi factor yang memperlambat perkembangan industry
juga dikhawatirkan akan mengurangi proses check & balance berkaitan
dengan kepatuhan terhadap syariah dalam oprasional bank atau aplikasi
produk-produk syariah. Pada akhirnya hal ini akan mempengaruhi persepsi
masyarakat yang negative tentang oprasional bank syariah.
3. Belum terdapat standar baku dalam aplikasi produk-produk syariah berikut
ketentuannya, membuat aplikasinya di lapangan masih berpotensi untuk
menyimpang dari apa yang telah ditetapkan secara syariah.
4. Sinkronisasi kebijakan dari institusi pemerintah lainnya berkaitan dengan
transaksi keuangan, seperti kebijakan pajak dan aspek legal.
5. Belum tersedia uniform regulatiry, meskipun saat ini hal tersebut diharapkan
dapat dilakukan oleh IFSB dan AAOIFI. Jika masalah ini dapa diselesaikan,
14
diharapakan intergrasi pasar perbankan syariah di dunia internasional dapat
segeran terwujud. Hal itu pada akhirnya tentu akan mendorong pertumbuhan
perbankan syariah di masingmasing Negara muslim.
6. Inovasi pada produk perbankan syariah yang masih lambat
7. Masih ada perbedaan pada aplikasi prinsip-prinsip Islam dalam perbankan
syariah di beberapa Negara muslim. Beberapa instrument tidak dapat
diterima oleh Negara muslim.

2.6 Kebijakan Pengembangan Bank Syariah Kedepannya


Bank syariah telah menetukan empat tahap pencapaian pengembangan
perbankan syariah nasional. Tahap pertama, yaitu tahapan peletakan landasan
pengembangan yang kuat bagi perkembangan pertumbuhan industry perbankan
syariah. Focus aktifitas pada tahapan ini adalah menyusun ketentuan kelembagaan
bank syariah dan menyiapkan infrastruktur dasar untuk pertumbuhan bank
syariah. Tahap kedua, yaitu tahap penguatan industry, peningkatan daya saing,
efisiensi operasi, spesifikasi produk, serta kompetensi dan profesionalisme SDI
perbankan syariah.selanjutnya tahap ketiga adalah tahap untuk meningkatkan
kualitas pelayanan dan operasional perbankan syariah sesuai dengan standar
keuangan dan kualitas pelayanan perbankan internasional. Kemudian tahap
keempat, yaitu tahap dimana industry perbankan syariah telah mencapai satu
pangsa yang signifikan untuk member kontribusi dalam system perekonomian
nasional.pada saat itu diharapkan telah terbentuk integrasi dengan sektor-sektor
lainnya, khususnya dengan lembaga keuangan syariah bukan bank dan institusi
pendukunya.Kebijakan pengembangan perbankan syariah diterapkan dengan
berpedoman pada strategi pengembangan jangka panjang perbankan syariah.
Adapun sasaran strategi pengembangan dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Kepatuhan pada prinsip-prinsip syariah Hal ini dilakukan dengan menerbitkan
peraturan yang bertujuan memberikan paduan dalam penerpan akad keuangan
syariah secara baik, yaitu dengan15 dikeluarkannya ketentuan tentang akad
penghimpunan dan penyaluran dana bagi bank yang melaksanakan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah. Selanjutnya,disusun juga standar keuangan
syariah untuk mendukung pengebangan produk yang selaras antara aspek
syariah dan kehati-hatian pada paket Oktober yang baru lulus juga dibuat
ketentuan tentang pedoman pengawasan syariah dan tata cara pelaporan bagi
DPS.
2. Implementasi aturan prudensial Bank Indonesia berkomitmen terhadap
pengembangan good governance dan pemutakhiran system pengawasan dan
pemeriksaan bank syariah. Untuk itu, saat ini tengah dikembangkan system
pengawasan system berbasis risiko, disamping mengeluarkan beberapa regulasi
prudensial (transparansi kondisi keuangan, perubahan keuntungan giro wajib
minimum, penilaian kualitas aktiva, dan lain-lain). Untuk bank perkreditan
rakyat syariah, juga terdapat peraturan bank Indonesia yang mengatur tentag
laporan bulanan bank (Labul) serta penyempurnaan ketentuan yang mengatur
tentang perizinan bank.
3. Efisiensi operasional dan daya asing. Dalam hal ini bank Indonesia telah
mengeluarkan ketentuan mengenai perubahan kegiatan usaha bank umum
konvensional menjadi bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah dan pembukuan kantor bank yang melakasanakan
kegiatan usaha berdasrkan prinsip syariah oleh bank umu konvensional.
Kepada bank cabafng bak konvensional yang telah memiliki Unit Usaha
Syariah (UUS) dibolehkan melayani transaksi perbankan syariah tertentu
(office channeling). Selain itu, bank Indonesia telah melakukan pemetaan
potensi dan preferensi masyarakat terhadap perbankan syariah di hamper
seluruh kabupaten/kota di indoensia

16
4. Stabilitas sistematik dan terciptanya maslahat perekonomian Untuk
meningkatkan kontribusi industry perbankan syariah, bank Indonesia telah
menyelesaikan kajian kebijakan entry dan exit pada industry perbankan
syariah. Melalui kebijakan yang direkomendasikan, diharapkan industry
perbankan syariah akan didukung oleh pelaku yang memiliki keahlian dan
dedikasi yang tinggi dalam mengembangkan industry perbankan syariah.
Selain itu, terdapat pusat-pusat penelitian, pendididkan, dan pengembangan
ekonomi dan perbankan syariah yang dapat mendukung kebijakan secara
makro. Disamping itu, bank indoensia juga telah menyusun suatu kebijakan
akselerasi pengembangan perbankan syariah.
5. pengembangan SDI, Pengembangan SDIdi bidang perbankan Ekonomi syariah
terus dilakukan, baik disisi pengelola bank syariah, pengawas bank indonesia,
maupun masyarakat, yaitu melalui program edukasi yang sistematis, terfokus,
dan berkesinambungan. Bank indonesia juga telah menjalin kerjas sama
dengan bebrapa perguruan tinggi di indoneslia untuk menciptakan Sdi
perbankan syariah yang andal yang mengerti akan konsep syariah sehingga
dapat memberikan pemahaman dan mengajak masyarakat untuk mempunyai
rasa kepemilikan (sens of belonging) terhadap perbankan syariah.
6. Inisiatif strategis untuk mengoptimalkan fungsi sosial bank syariah Hal ini
dilakukan melalui perannya dalam fasilitasi hubungan voluntary sector (dana
sosial) dengan pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Terkait dengan inisiatif ini,
bank indonesia telah membentu kerja sama dengan BAZNAS dan seluruh
perbankan syariah untuk mengembangkan program oerbankan syariah peduli
umat (PSPU). Adapun PSPU tersebut adalah kegiatan pengelolaan zakat, infaq,
shadaqah, sedekah, dan wakaf yang merupakan kerja sama antara perbankan
syariah (BUS dan BPRS), bank indoensia dan badan amil zakat. Tujuannya
adalah dalam rangka membuat program pendayagunaan ZIS yang efektif,
mensosialkannya, menggalang danan tersebut dari masyarakat serta
menumbuhkan citra positif dalam masyarakat mengenai perbankan syariah

17
sebagai lembaga yang peduli terhadap program kemiskinan dan permasalahan
dhuafa.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bank Syariah merupakan salah satu aplikasi ekonomi syariah Islam dalam
mewujudkan nilai-nilai dan ajaran Islam yang mengatur bidang perekonomian
umat untuk yang tidak terpisahkan dari aspek-aspek ajaran Islam komprehensif
dan universal. Komprehensif berarti ajaran Islam merangkum seluruh aspek
kehidupan social kemasyarakatan termasuk bidang ekonomi, universal bermakna
syariah Islam dapat diterapkan dalam setiap waktu dan tempat tanpa memandang
perbedaan ras, suku, golongan, dan agama sesuai prinsip Islam sebagai “rahmatan
lil alamin”.
Adapun beberapa jenis-jenis produk Bank Syariah yang di tawarkan yaitu: Al-
Wadi’ah, Pembiayaan dengan bagi hasil, Bai’Al-Murabahah, Bai’As-Salam,
Bai’Al-Isihna’, Al-Ajarah, Al-Wakalah, Al-Kafalah, Al-Hawalah, dan Ar-Rahn.
Penialaian kesehatan bank, dilakukan untuk bank konvensional, juga
dilakukan untuk Bank Syariah baik untuk bank umum syariah maupun bank
perkreditan rakyat syariah. Sistem Lembaga Keuangan atau yang lebih khusus
lagi disebut sebagai aturan yang menyangkut aspek keuangan dalam sistem
mekanisme keuangan suatu negara, telah menjadi instrumen penting dalam
memperlancar jalannya pembangunan suatu bangsa. Indonesia yang mayoritas
penduduknya beragama Islam tentu saja menuntut adanya sistem baku yang
mengatur dalam kegiatan kehidupannya. Termasuk di antaranya kegiatan
keuangan yang dijalankan oleh setiap umat. Hal ini berarti bahwa sistem baku
termasuk dalam bidang ekonomi. Namun, di dalam perjalanan hidup umat
manusia, kini telah terbelenggu dalam sistem perekonomian yang bersifat sekuler.
Kebijakan pengembangan perbankan syariah diterapkan dengan berpedoman pada
strategi jangka panjang perbankan syariah.

19
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan
baik dari bentuk maupun isinya. Maka dari itu penulis menyarankan kepada
pembaca agar dapat memberikan kritik dan saran demi perbaikan makalah yang
penulis buat selanjutnya. Dan semoga dengan adanya makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan dapat menambah Ilmu pengetahuan yang lebih
luas.
DAFTAR PUSTAKA
20

Agus Marimin, A. H. (2015, juli). Perkembangan Bank Syariah di Indonesia. ilmiah


ekonomi islam, 1(2), 75-87.

Apriyanti, H. W. (2018, february). perkembangan industri perbankan syariah di


indonesia. 8(1), 16-23.

Dr.Kasmir (2014) Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya hal.164-176

Fasa, M. I. (2013, desember). Tantangan dan strategi perkembangan perbankan


syariah di indonesia. ekonomi islam, 2(1), 19-40.

Mutasowifin, Ali (2003) Menggagas Strategi Pengembangan Perbankan Syariah Di


Pasar

Rusydiana, A. S. (2016, oktober). analisis masalah pengembangan perbankan


syariah di indonesia. bisnis dan manajemen, 6(2), 237-246.

Wilardjo, S. B. (2005, maret). pengertian,peranan dan perkembangan bank syariah


di indonesia. 2(1), 1-10.

21

Anda mungkin juga menyukai