Anda di halaman 1dari 21

PERBANKAN SYARIAH

Makalah
”Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bank dan Lembaga Keuangan”
Dosen Pengampu : Namla Elfa Syariati, S.E., M.SA., Ak

Oleh:

KELOMPOK 5
MUHAMMAD HERWIN (90400122051)
MUH ALWI S (90400122048)
ANITA APRILIA JAMIL (90400122066)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam.Rahmat dan
keselamatan semoga senantiasa dilimpahkan Allah Kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para
sahabatnya, serta para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Dan tak lupa penulis bersyukur atas
tersusunnya makalah ini.

Sebelumnya kami ucapkan banyak terima kasih kepada ibu Namla Elfa Syariati, S.E., M.SA.,
Ak selaku dosen pengampu yang telah memberikan kami kesempatan untuk membahas Makalah yang
berjudul Perbankan Syariah.

Tujuan kami menyusun makalah ini adalah tiada lain untuk memperkaya ilmu pengetahuan kita
semua dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.

Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca dan pihak-pihak yang
membutuhkan untuk dijadikan literatur. Apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh...

Makassar, 25 April 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................................................3

BAB I.............................................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.........................................................................................................................................4

A. Latar Belakang...................................................................................................................................4

B. Rumusan masalah..............................................................................................................................4

C. Tujuan Penulisan................................................................................................................................5

BAB II............................................................................................................................................................6

PEMBAHASAN............................................................................................................................................6

A. Sejarah singkat...................................................................................................................................6

B. Produk Bank Syariah.........................................................................................................................6

C. Penilaian Kesehatan Bank Syariah...................................................................................................18

D. Perbandingan Bank Syariah di Indonesia dan di Malaysia sebagai negara dengan penduduk
negara muslim terbanyak. Kasus: Perkembangannya bank syariah mandiri, BNI Syariah, BRI Syariah
sebelum dimarger dan setelah di marger menjadi
BSI……………………………………………………………………….18

PENUTUP....................................................................................................................................................18

Kesimpulan..............................................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank islam selanjutnya disebut bank syariah, adalah bank yang beroperasi dengan
tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut dengan bank tanpa
bunga, adalah lembaga perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan
berlandaskan pada al-quran dan al-hadist. Bank Islam adalah lembaga keuangan yang
usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip
syariat Islam.
Bank Syariah merupakan salah satu aplikasi ekonomi syariah islam dalam
mewujudkan nilai-nilai dan ajaran islam yang mengatur bidang perekonomin umat yang
tidak terpisahkan dari aspek-aspek ajaran islam komprehensif dan universal.
Komprehensif berarti ajaran Islam merangkum seluruh aspek kehidupan sosial
kemasyarakatan termasuk bidang ekonomi, universal bermakna syariah islam dapat
diterapkan dalam setiap waktu dan tempat tanpa memandang perbedaan ras, suku,
golongan, dan agama sesuai prinsip Islam sebagai “rahmatan lil alamin”.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini ialah:
1. Bagaimana sejarah singkat mengenai bank syariah
2. Apa saja Produk Bank Syariah
3. Apa saja Penilaian Kesehatan Bank Syariah
4. Bagaimana kasus perkembangan bank syariah Mandiri, BNI Syariah, BRI Syariah
sebelum dimarger dan setelah dimarger menjadi BSI
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah singkat mengenai bank syariah
2. Untuk mengetahui apa saja produk bank syariah
3. Untuk mengetahui apa saja penilaian Kesehatan bank syariah
4. Untuk mengetahui kasus perkembangan bank syariah Mandiri, BNI Syariah, BRI
Syariah sebelum dimarger dan setelah dimarger menjadi BSI
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah singkat

Sejarah, awal mula kegiatan bank syariah yang pertama sekali dilakukan adalah di
Pakistan dan Malaysia pada sekitar tahun 1940-an. Kemudian di mesir pada tahun 1963
berdiri Islamic Rural Bank di desa It Ghamr Bank. Bank ini beroperasi di pedesaan Mesir
dan masih berskala kecil.1

Di Uni Emirat Arab, baru tahun 1975 dengan berdiri Dubai Islamic Bank. Kemudian di
Kuwait pada tahun 1977 berdiri Kuwait Finance House yang beroperasi tanpa bunga.
Selanjutnya kemballi di Mesir pada tahun 1978 berdiri Bank Syariah yang diberi nama Faisal
Islamic Bank. Langkah ini kemudian diikuti oleh Islamic International Bank for Invesment
and Development Bank.

Di Siprus tahun 1983 berdiri Faisal Islamic Bank of Kibris. Kemudian di Malaysia Bank
Syariah lahir tahun 1983 dengan berdirinya Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB) dan pada
tahun 1999 lahir pula Bank Bumi Putera Muamalah.

Di Iran sistem perbankan syariah mulai berlaku secara nasional pada tahun 1983 sejak
dikeluarkannya Undang-undang Perbankan Islam. Kemudian di Turki negara yang
berideologi sekuler Bank Syariah lahir tahun 1984 yaitu dengan hadirnya Dasar al-Maal al-
Islami serta Faisal Finance Institution dan mulai beroperasi tahun 1985.

Salah satu negara pelopor utama dalam melaksanakan system perbankan syariah secara
nasional adalah Pakistan. Pemerintah Pakistan mengkonversi seluruh system perbankan di
negaranya pada tahun 1985 menjadi system perbankan syariah. Sebelumnya pada tahun 1979
beberapa institusi keuangan terbesar di Pakistan telah menghapus system bunga dan mulai
tahun itu juga pemerintah Pakistan mensosialisasikan pinjaman tanpa bunga, terutama
kepada petani dan nelayan.

Kehadiran bank yang berdasarkan syariah di Indonesia masih relatif baru, yaitu baru pada
awal tahun 1990-an, meskipun masyarakat Indonesia merupakan masyarakat Muslim terbesar
di dunia. Prakarsa untuk mendirikan Bank Syariah di Indonesia dilakukan oleh Majelis
1
Dr. Kasmir Buku Bank dan Lembaga keuangan lainnya edisi 2014 hal 164-166
Ulama Indonesia (MUI) pada 18-20 Agustus 1990. Namun, diskusi tentang Bank Syariah
sebagai basis ekonomi Islam sudah mulai dilakukan pada awal tahun 1980.

Bank syariah pertama di Indonesia merupakan hasil kerja tim perbankan MUI, yaitu
dengan dibentuknya PT Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang akte pendiriannya
ditandatangani tanggal 1 November 1991. Bank ini ternyata berkembang cukup pesat
sehingga saat ini BMI sudah memiliki puluhan cabang yang tersebar di beberapa kota besar
seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Makassar, dan kota lainnya.

Dalam perkembangan selanjutnya kehadiran Bank Syariah di Indonesia khususnya cukup


menggembirakan. Di samping BMI, saat ini juga telah lahir Bank Syariah milik pemerintah
seperti Bank Syariah Mandiri (BSM). Kemudian berikutnya berdiri Bank Syariah sebagai
cabang dari bank konvensional yang sudah ada, seperti, Bank BNI, Bank IFI, dan BPD Jabar.
Bank-Bank Syariah lain yang direncanakan akan membuka cabang adalah BRI, Bank Niaga,
dan Bank Bukopin.

Kehadiran Bank Syariah ternyata tidak hanya dilakukan oleh masyarakat Muslim, tetapi
juga bank milik non-Muslim. Saat ini Bank Islam sudah tersebar di berbagai negara-negara
Muslim dan non-Muslim, baik di benua Amerika, Australia, dan Eropa. Bahkan banyak
perusahaan keuangan dunia seperti ANZ, Chase Chemical Bank, dan Citibank telah
membuka cabang yang berdasarkan syariah.

B. Produk Bank Syariah


Sama seperti halnya dengan bank konvensional, Bank Syariah juga menawarkan nasabah
dengan beragam produk perbankan. Hanya saja bedanya dengan bank konvensional adalah
dalam hal penentuan harga, baik terhadap harga jual maupun harga belinya. Produk-produk
yang ditawarkan sudah tentu sangat islami, termasuk dalam memberikan pelayanan kepada
nasabahnya. Berikut ini jenis-jenis produk Bank Syariah yang ditawarkan adalah sebagai
berikut.2

2
Dr. Kasmir Buku Bank dan Lembaga keuangan lainnya edisi 2014 hal 166-174
1. Al-wadi’ah (Simpanan)

Al-wadi’ah merupakan titipan atau simpanan pada Bank Syariah. Prinsip Al-wadi’ah
merupakan titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik perorangan maupun badan
hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja bila si penitip menghendaki.
Penerima simpanan disebut yad al-amanah yang artinya tangan Amanah. Si penyimpan tidak
bertanggung jawab atas kehilangan dan kerusakan yang terjadi pada titipan selama hal itu
bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan dalam memelihara barang
titipan.

Akan tetapi, dewasa ini agar uang yang dititipkan tidak menganggur begitu saja, oleh si
penyimpan uang titipan tersebut (Bank Syariah) digunakan untuk kegiatan perekonomian.
Tentu saja penggunaan uang titipan harus terlebih dulu meminta izin kepada si pemilik uanh
dan dengan catatan si pengguna uang menjamin akan mengembalikan uang tersebut secara
utuh. Dengan demikian, prinsip yad al-amanah (tangan Amanah) menjadi yad adh-
dhamanah ( tangan penanggung). Mengacu pada prinsip yad adh-dhamanah bank sebagai
penerima dana dapat memanfaatkan dana titipan seperti simpanan giro dan tabungan, dan
deposito berjangka untuk dimanfaatkan bagi kepentingan masyrakat dan kepentingan
negara. Yang terpenting dalam hal ini si penyimpan bertanggung jawab atas segala
kehilangan dan kerusakan yang menimpa uang tersebut.

Konsekuensi dari diterapkannya prnsip yadh adh-dhamanah pihak bank akan


menerima seluruh keuntungan dari pengguna uang,namun sebaliknya bila mengalami
kerugian juga harus ditanggung oleh bank. Sebagai imbalan kepada pihak dana di samping
jaminan keamaanan uangnya juga akan memperoleh fasilitas lainnya seperti insentif atau
bonus untuk giro wadiah. Artinya bank tidak dilarang untuk memberikan jasa atas
pemakaian uangnya berupa insentif atau bonus, dengan catatan tanpa perjanjian terlebih dulu
baik nominal maupun persentase dan ini murni merupakana kebijakan bank sebagai
pengguna uang. Pemberian jasa berupa insentif atau bonus biasanya digunakan istilah nisbah
atau bagi hasil antara bank dengan nasabah. Bonus biasanya diberikan kepada nasabah yang
memiliki dana rata-rata minimal yang telah ditetapkan.
Dalam praktiknya nisbah anatara bank (shahibul maal) dengan deposan (mudharib)
brupa bonus untuk giro wadiah sebesar 30%, nisbah 40 : 60 untuk simpanan tabungan dan
nisbah 45 : 55 untuk simpanan deposit. Untuk memudahkan perhitungan nisbah ketiga
simpanan di atas berikut ini akan diberikan beberapa contoh yang mudah dipahami berikut
ini.

Contoh Rekening Giro Wadiah:

Tn. Seron Sidik memiliki rekening giro wadiah di Bank Syariah Pangkal Pinang
dengan saldo rata rata pada bulan Mei 2003 adalah Rp1.000.000,-. Bonus yang diberikan
Bank Syariah Pangkal Pinang kepada nasabah adalah 30% dengan saldo rata-rata minimal
Rp500.000,-. Diasumsikan total dana giro wadiah di Bank Syariah Pangkal Pinang adalah
Rp1.000.000.000,-. Pendapatan Bank Syariah Pangkal Pinang dari penggunaan giro
wadiah adalah Rp100.000.000,-.

Pertanyaan :

Berapa bonus yang diterima oleh Tn. Seron Sidik pada akhir bulan Mei 2003.

Jawab :

Rp1.000.000,-

Bonus yang diterima = Rp100.000.000,- x 30% = Rp30.000,-

Rp1.000.000.000,- (sebelum dipotong pajak)

Contoh Perhitungan Keuntungan Tabungan Mudharabah:

Tn. Armi Arup memiliki tabungan di Bank Syariah Tanjung Pandan. Pada bulan juni
2023 saldo rata-rata tabungan Tn. Armi Arup adalah sebesar Rp1.000.000,-. Perbandingan
bagi hasil (nisbah) antara Bank Syariah Tanjung Pandan dengan deposan adalah 40 : 60.
Saldo rata-rata tabungan per bulan di seluruh Bank Syariah Tanjung Pandan adalah
Rp5.000.000.000,-. Kemudian pendapatan Bank Syariah Tanjung Pandan yang
dibagihasilkan adalah Rp800.000.000,-.

Pertanyaan :
Berapa keuntungan Tn. Armi Arup pada bulan yang bersangkutan

Jawab:

Rp1.000.000,-

Keuntungan Tn. Armi Arup = x Rp800.000.000,- x 60% =Rp96.000,-

Rp5.000.000.000,- (sebelum dipotong pajak)

Contoh Perhitungan Keuntungan Deposito Mudharabah:

Tn. Adam Syah Irawan memiliki deposito sebesar Rp100.000.000,- untuk jangka
waktu 1 bulan di Bank Syariah Sungailiat. Bagi hasil (nisbah) antara Bank Syariah
Sungailiat dengan nasabah adalah 45 : 55. Saldo rata-rata deposito per bulan di Bank
Syariah Sungailiat adalah Rp8.000.000.000,-. Kemudian pendapatan yang dibagihasilkan
di Bank Syariah Sungailiat adalah Rp500.000.000,-.

Pertanyaan :

Berapa keuntungan Tn. Adam Syah Irawan dari nisbah yang ditetapkan :

Jawab :

Rp100.000.000,-

Keuntungan nasabah = x Rp500.000.000,- x 55% = Rp3.437.500,-

Rp8.000.000.000,- (sebelum dipotong pajak)

2. Pembiayaan dengan Bagi Hasil


Penyaluran dana dalam bank konvensional, kita kenal dengan istilah kredit atau
pinjaman. Sedangkan dalam Bank Syariah untuk penyaluran dananya kita kenal dengan
istilah pembiayaan. Jika dalam bank konvensional keuntungan bank diperoleh dari
bunga yang dibebankan, maka dalam Bank Syariah tidak ada istilah bunga, tetapi Bank
Syariah menerapkan system bagi hasil. Prinsip bagi hasil dalam Bank Syariah yang
diterapkan dalam pembiayaan dapat dilakukan dalam empat akad utama, yaitu:
- Al-musyarakah
- Al-mudharabah
- Al-muza’arah
- Al-musaqah

Untuk lebih jelasnya keempat mcam prinsip utama bagi hasil dalam Bank Syariah di
atas akan diuraikan sebagai berikut.

a. Al- Musyarakah
Al-musyarakah merupakan akad kerja sama antara dua pihak atau lebih
untuk melakukan usaha tertentu. Masing-masing pihak memberikan dana atau
amal dengan kesepakatan bahwa keuntungan atau risiko akan ditanggung
Bersama sesuai dengan kesepakatan.
Dalam praktikperbankan al-musyarakah diaplikasikan dalam hal pembiayaan
proyek.
Nasabah yang dibiayai dengan bank sama-sama menyediakan dana untuk
melaksanakan proyek tersebut. Keuntungan dari proyek dibagi sesuai dengan
kesepakatan untuk bank setelah terlebih dulu mengembalikan dana yang
dipakai nasabah. Al-musyarakah dapat pula dilakukan untuk kegiatan
investasi seperti pada Lembaga keuangan model ventura.

Contoh kasus untuk prinsip al-musyarakah adalah sebagai berikut. Tn.


Robidi hendak melakukan suatu usaha, tetapi kekurangan modal. Modal yang
dibutuhkan sebesar Rp40.000.000,- sedangkan modal yang dimilikinya hanya
tersedia Rp20.000.000,-. Ini berarti Tn. Robidi kekurangan dana sebesar
Rp20.000.000,-. Untuk menutupi kekurangan dana tersebut Tn. Robidi
meminta bantuan Bank Syariah Toboali dan disetujui. Dengan demikian,
modal untuk usaha atau proyek sebesar Rp40.000.000,-dipenuhi oleh Tn.
Robidi 50% dan Bank Syariah Tooboali 50%. Jika pada akhirnya proyek
tersebut memberikan keuntungan sebesar Rp15.000.000,- maka pembagian
hasil keuntungan adalah 50 :50, artinya 50% untuk Bank Syariah Toboali
(Rp7.500.000,-) 50% untuk Tn. Robidi (Rp7.500.000,-). Dengan catatan pada
akhir suatu usaha Tn. Robidi tetap akan mengembalikan uang sebesar
Rp20.000.000,- ditambah Rp7.500.000,- untuk keuntungan Bank Syariah
Toboali dari bagi hasil.

b. Al-Mudharabah
Al-Mudharabah merupakan akad kerja sama antara dua pihak dimana
pihak pertama menyediakan seluruh modal dan pihak lain menjadi pengelola.
Keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.
Apabila rugi, maka akan ditanggung pemilik modal selama kerugian itu bukan
akibat dari kelalaian pengelola, maka si pengelolalah yang bertanggung
jawab.
Dalam praktiknya mudharabah terbagi dalam dua jenis, yaitu mudharabah
muthlaqah dan mudharabah muqayyah. Pengertian mudharabah muthlaqah
merupakan kerja sama antara pihak pertama dan pihak lain yang cakupannya
lebih luas. Maksudnya tidak dibatasi oleh waktu, spesifikasi usaha dan daerah
bisnis. Sedangkan mudharabah muqayyah merupakan kebalikan dari
mudharabah muthlaqah dimana pihak lain dibatasi oleh waktu spesifikasi
usaha dan daerah bisnis.
Dalam dunia perbankan al-mudharabah biasanya diaplikasikan pada
produk pembiayaan atau pendanaan seperti, pembiayaan modal kerja. Dana
untuk kegiatan mudharabah diambil dari simpanan tabungan berjangka seperti
tabungan haji atau tabungan kurban. Dana juga dapat dilakukan dari deposito
biasa dan deposito special yang dititipkan nasabah untuk usaha tertentu.
Contoh kasus ini misalnya Ny. Pariani hendak melakukan usaha dengan
modal Rp50.000.000,-. Diperkirakan dari usaha tersebut akan memperoleh
pendapatan Rp10.000.000,-per bulan dan modal di sediakan seluruhnya oleh
Bank Syariah Manggar. Dari keuntungan ini disisipkan dulu untuk
mengembalikan modal, misalnya Rp4.000.000,-. Selebihnya dibagikan antara
Bank Syariah Manggar dengan nasabah sesuai dengan kesepakatan
sebelumnya, yaitu 60 : 40, sehingga diperoleh (60% x Rp6.000.000,- =
Rp3.600.000,-) untuk Bank Syariah Manggar dan 40% (40% x Rp6.000.000,-
= Rp2.400.000,-) untuk Ny.Pariani.

c. Al-Muza'arah
Al-Muza'arah merupakan kerja sama pengolajan pertanian antara Pemiliki
lahan dengan penggarap.Pemilik lahan menyediakan lahan kepada penggarap
untuk ditanami produk pertanian dengan imbalan bagian tertentu dari hasil
panen.Dalam dunia perbankan kasus ini diaplikasikan untuk pembiayaan
bidang platation atas dasar bagi hasil panen.
Pemiliki lahan dalam hal ini menyediakan lahan,benih,dan
pupuk.Sedangkan penggarap menyediakan keahlian, tenaga,dan
waktu.Keuntungan diproleh dari hasil panen dengan imbalan yang telah
disepakati.

d. Al-Musaqah
Pengertian Al-Musaqah adalah bagian dari Al-Muza'arah,yaitu penggarap
hanya bertanggu jawab atas penyiram dan pemeliharaan dengan
menggunakan dana dan peralatan mereka sendiri.Imbalan tetap diperoleh dari
persentase hasil panen pertanian.Jadi tetap dalam kontek adalah kerja sama
pengolahan pertanian antara pemilik lahan dengan penggarap.

3. Bai'al-Murabahah
Bai'al-Murabahah merupakan kegiatan jual beli pada harga pokok dengan
tambahan keuntungan yang disepakati.Dalam hal ini penjual harus terlebih dulu
memberitahukan harga pokok yang ia beli ditambah keuntungan yang
diinginkannya. sebagai contoh harga pokok barang "Gunung
pelawan"Rp100.000,-.keuntunganyang diharapkan adalah sebesar
Rp5.000,-,sehingga harga jualnya Rp105.000,-.Kegiatan Bai'al-Murabahah ini
baru dilakukan setelah ada kesepakatan dengan pembeli,baru kemungkinan
dilakukan pemesanan.Dalam dunia perbankan kegiatan Bai'al-Murabahah pada
pembiayaan produk barang-barang investasi baik dalam negeri mau pun luar
negeri seperti Lette of credit atau lebih dikenal dengan nama L/C.
Sebagai contoh Ny. Solawati memerlukan sebuah mobil senilai
Rp30.000.000,-. Jika Bank Syariah Muntok yang membiayai pembelian mobil
tersebut, maka Bank Syariah Muntok mengharapkan suatu keuntungan sebesar
Rp6.000.000,- selama 3 tahun, maka harga yang ditetapkan kepada Ny. Solawati
adalah Rp36.000.000,-. Kemudian jika nasabah setuju, maka nasabah dapat
mencicil dengan angsurrran Rp.1.000.000,- per bulan (diperoleh dari
Rp36.000.000,- : 36 bulan) kepada Bank Syariah Muntok.

4. Bai'as-Salam
Bai'as-Salam adalah pembeli barang yang diserahkan kemudian hari,sedangkan
pembayar dilakukan di muka.Prinsip yang harus dianut adalah harus diketahui
terlebih dulu jenis,kualitas dan jumlah barang dan hukum awal pembayaran harus
dalam bentuk uang.
Sebagai contoh petani cengkeh yang dinama Ny.Nuryan Migani hendak
menanam Cengkeh dan membutuhkan dana sebesar Rp200.000.000,-,untuk satu
hektar.Bank syariah Blinyu menyetujui dan melakukan akad dimna Bank syariah
Blinyu akan membeli Cengkeh tersebut sebanyak 10 ton.Dengan harga
Rp.200.000.000,-,selama 1 tahun.Pada saat jatuh tempo petani harus menyerahkan
Cengkeh sebanyak 10 ton.kemuadian Bank Syariah Syariah Blinyu dapat menjual
cengkeh tersebut dengan harga yang relatif lebih tinggi misalnya Rp.25.000,-per
kilo.Dengan demikian, penghasilan bank adalah 10 ton X Rp.25.000,-
=Rp250.000.000,-.Dari hasil tersebut Bank Syariah Blinyu akan memperoleh
keuntungan sebesar Rp50.000.000,-.setelah dikuragi modal yang diberikan oleh
Bank Syariah Blinyu,yaitu Rp.250.000.000,- dikurangi Rp200.000.000,-.
5. Bai’ Al- Istihna’
Bai' al-Istihna' adalah bentuk khusus dari akad Bai' as-Salam, oleh karena
itu, ketentuan dalam Bai' al-Istihna' mengikuti ketentuan dan aturan Bai' as-
Salam. Pengertian Bai' al-Istihna adalah kontrak penjualan antara pembeli dengan
produsen (pembuat barang). Kedua belah pihak harus saling menyutujui atau
sepakat lebih dulu tentang harga dan sistem pembayaran. Kesepakatan harga
dapat dilakukan tawar menawar dan sistem pembayaran dapat dilakukan di muka
atau secara angsuran per bulan atau di belakang.

6. Al-Ijarah (Leasing)
Al-Ijarah merupakan akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa,
melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
atas barang itu sendiri. Dalam praktiknya kegiatan ini dilakukan oleh perusahaan
leasing, baik untuk kegiatan operating lease maupun financial lease.
7. Al-Wakalah (Amanat)
Wakalah atau wakilah artinya penyerahan atau pendelegasian atau pemberian
mandat dari satu pihak kepada pihak lain. Mandat ini harus dilakukan sesuai
dengan yang telah disepakati oleh si pemberi mandat.
8. Al-Kafalah (Garansi)
Pengertian al-Kafalah adalah jaminan yang diberikan penanggung kepada
pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua ata yang ditanggung. Dapat
pula diartikan sebagai pengalihan tanggung jawab dari satu pihak kepada pihak
lain. Dalam dunia perbankan da- pat dilakukan dalam hal pembiayaan dengan
jaminan seseorang.

9. Al-Hawalah
Al-Hawalah merupakan pengalihan utang dari orang yang berutang kepada
orang lain yang wajib menanggungnya. Atau dengan kata lain pemindahan beban
utang dari satu pihak kepada lain pihak. Dalam dunia keuangan atau perbankan
dikenal dengan kegiatan anjak piutang atau factoring.

10. Ar-Rahn
Ar-Rahn adalah kegiatan menahan salah satu harta milik si pemin- jam
sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Kegiatan seperti ini dilakukan
seperti jaminan utang atau gadai.
C. Penilaian Kesehatan Bank Syariah
Penilaian kesehatan bank, di samping dilakukan untuk bank kon- vensional, juga
dilakukan untuk Bank Syariah baik untuk bank umum syariah maupun bank perkreditan
rakyat syariah. Hal ini dilakukan sesuai dengan perkembangan metodologi penilaian
kondisi bank yang bersifat dinamis yang mendorong pengaturan kembali sistem peni-
laian tingkat kesehatan bank berdasarkan prinsip syariah. Tujuannya adalah agar dapat
memberi gambaran yang lebih tepat mengenai kon- disi saat ini dan mendatang.3
Penilaian kesehatan Bank Syariah dilakukan berdasarkan Peraturan Bank
Indonesia (PBI) No 9/1/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum Berdasarkan Prinsip Syariah yang berlaku mulai 24 Januari 2007. Dari hasil
penjelasan Deputi Gubernur, Bank Indonesia Siti Chalimah Fadjrijah menjelaskan bahwa
pene- pan ini dilakukan dengan memperkirakan produk dan jasa perbankan ariah ke
depan kian beragam dan kompleks sehingga eksposur risiko ang dihadapi juga
meningkat. Meningkatnya eksposur risiko tersebut akan mengubah profil risiko Bank
Syariah, yang pada gilirannya akan memengaruhi tingkat kesehatan bank tersebut. Dalam
penilaian ting- at kesehatan, Bank Syariah telah memasukkan risiko yang melekat pada
aktivitas bank (inherent risk), yang merupakan bagian dari proses penilaian manajemen
risiko.

Bank Umum Syariah wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara
triwulanan, yang meliputi faktor-faktor antara lain:
1. permodalan (capital);

2. kualitas aset (asset quality);

3. rentabilitas (earning);

4. likuiditas (liquidity);

3
Dr. Kasmir Buku Bank dan Lembaga keuangan lainnya edisi 2014 hal 174
5. sensitivitas terhadap risiko pasar (sensitivity to market risk);

6. dan manajemen (management).

Penilaian peringkat komponen atau rasio keuangan pembentuk ktor finansial


(permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar)
dihitung secara kuantitatif dan kua- litatif dengan mempertimbangkan unsur judgment.

Khusus untuk tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) berdasarkan


prinsip syariah (BPRS), Bank Indonesia mengeluarkan turan baru yang mulai berlaku 4
Desember 2007, yaitu Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 9/17/PBI/2007 perihal
Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip
Syariah mengatur penilaian tingkat kesehatan BPRS mencakup penilaian di antaranya:
1. faktor permodalan (capital):

2. faktor kualitas aset (asset quality);

3. faktor rentabilitas (earning);

4. dan faktor likuiditas (liquidity) atau faktor keuangan dilakukan secara


kuantitatif dan kualitatif;

5. penilaian atas komponen dari faktor manajemen (manage yang dilakukan


secara kualitatif.

Rincian penilaian tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) berdasarkan prinsip
syariah adalah sebagai berikut.

1. Penilaian secara kualitatif dilakukan dengan mempertimbangkan indikator


pendukung dan/atau pembanding yang relevan.
2. Peringkat setiap komponen pembentuk faktor keuangan terdiri da peringkat 1,
2, 3, 4, dan 5.
3. Peringkat setiap komponen pembentuk faktor manajemen terdiri dari
peringkat A, B, C dan D..

4. Proses penilaian peringkat faktor keuangan dilakukan dengan pembobotan


atas nilai peringkat faktor permodalan, kualitas aset,rentabilitas, dan likuiditas.

5. Berdasarkan hasil penilaian peringkat faktor keuangan dan peni- laian


peringkat faktor manajemen, ditetapkan peringkat komposit yang merupakan
peringkat akhir hasil penilaian tingkat kesehatan bank.

6. Proses penilaian peringkat komposit dilaksanakan melalui peng- gabungan


atas peringkat faktor keuangan dan peringkat mana- jemen menggunakan
tabel konversi dengan mempertimbangkan indikator pendukung dan unsur
judgment.

Kemudian, untuk menentukan Peringkat Komposit yang merupa- kan


peringkat akhir hasil penilaian Tingkat Kesehatan Bank ditetapkan sebagai
berikut.

Dengan kata lain, setiap komposit memberikan penilaian terhadap kondisi


kesehatan bank berikut ini.

1. Peringkat Komposit 1; mencerminkan bahwa bank memiliki kondisi


tingkat kesehatan yang sangat baik sebagai hasil dari pengelolaan usaha
yang sangat baik.

2. Peringkat Komposit 2. mencerminkan bahwa bank memiliki kon- disi


tingkat kesehatan yang baik sebagai hasil pengelolaan usaha yang baik.
3. Peringkat Komposit 3; mencerminkan bahwa bank memiliki kondisi
tingkat kesehatan yang cukup baik sebagai hasil pengelolaan usaha yang
cukup baik.

4. Peringkat Komposit 4; mencerminkan bahwa bank memiliki kon- disi


tingkat kesehatan yang kurang baik sebagai akibat pengelolaan usaha yang
kurang baik.
5. Peringkat Komposit 5; mencerminkan bahwa Bank memiliki kon- disi
tingkat kesehatan yang tidak baik sebagai akibat pengelolaan usaha yang
tidak baik.
Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) wajib melakukan peng-
hitungan rasio-rasio keuangan yang terkait dengan penilaian Tingkat
Kesehatan BPRS secara triwulanan, untuk posisi akhir bulan Maret, Juni,
September, dan Desember.
Bank Indonesia dapat meminta Direksi, Dewan Komisaris, dan/ atau
Pemegang Saham untuk menyampaikan rencana tindakan (action plan)
apabila hasil penilaian Tingkat Kesehatan BPRS menunjukkan
1. satu atau lebih faktor permodalan, faktor kualitas aset, faktor ren-
tabilitas, dan faktor likuiditas memiliki peringkat 4 atau 5;
2. faktor manajemen memiliki peringkat C atau D; dan/atau
3. memiliki Peringkat Komposit 4 atau 5.4

D. Perbandingan Bank Syariah di Indonesia dan di Malaysia sebagai negara dengan


penduduk negara muslim terbanyak. Kasus: Perkembangannya bank syariah
mandiri, BNI Syariah, BRI Syariah sebelum dimarger dan setelah di marger
menjadi BSI.
Sebelum merger, Bank Syariah Mandiri (BSM), BNI Syariah, dan BRI Syariah
adalah bank-bank syariah yang masing-masing beroperasi secara mandiri dan memiliki
pangsa pasar yang relatif kecil dibandingkan dengan bank-bank konvensional. Namun,

4
Dr. Kasmir Buku Bank dan Lembaga keuangan lainnya edisi 2014 hal 177
ketiganya memiliki potensi pertumbuhan yang besar di masa depan karena semakin
banyaknya masyarakat yang memilih layanan perbankan syariah.5

Pada tahun 2018, BSM, BNI Syariah, dan BRI Syariah memutuskan untuk
bergabung dan membentuk bank syariah terbesar di Indonesia yang diberi nama Bank
Syariah Indonesia (BSI). Setelah merger, BSI menjadi bank syariah terbesar di Indonesia
dengan aset sekitar Rp 215 triliun dan lebih dari 1.200 outlet di seluruh Indonesia.

Penggabungan ketiga bank syariah ini menjadi BSI membawa banyak manfaat, antara
lain:

Lebih besar dan lebih kuat: Dengan bergabung, BSI memiliki lebih banyak
sumber daya dan modal untuk mengejar pertumbuhan di masa depan, serta menjadi bank
syariah terbesar di Indonesia.
Efisiensi operasional: Dengan penggabungan infrastruktur, sistem, dan proses,
BSI dapat meningkatkan efisiensi operasional dan mengurangi biaya yang dikeluarkan
ketiga bank sebelumnya.
Diversifikasi produk dan layanan: BSI dapat menawarkan lebih banyak produk
dan layanan perbankan syariah yang komprehensif dan beragam kepada nasabahnya.
Namun, merger juga membawa risiko dan tantangan yang perlu dihadapi oleh
BSI, seperti:
Integrasi infrastruktur dan sistem: Penggabungan infrastruktur, sistem, dan proses ketiga
bank menjadi satu kesatuan yang terintegrasi memerlukan waktu dan sumber daya yang
signifikan.
Perubahan budaya organisasi: Mergernya tiga bank yang memiliki budaya dan identitas
yang berbeda dapat memerlukan waktu untuk menyesuaikan diri dengan budaya dan
nilai-nilai organisasi yang baru.
Integrasi nasabah: BSI perlu memastikan bahwa integrasi nasabah dari ketiga
bank menjadi lancar dan tanpa hambatan untuk memastikan kontinuitas layanan yang
baik.

5
https://chat.openai.com/auth/login?next=%2Fchat
Dalam rangka mengatasi tantangan tersebut, BSI perlu melakukan strategi yang tepat
dalam mengintegrasikan ketiga bank tersebut menjadi satu kesatuan yang kuat dan efektif
dalam menghadapi persaingan pasar di masa depan.6

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bank Syariah merupakan salah satu aplikasi ekonomi syariah islam dalam
mewujudkan nilai-nilai dan ajaran islam yang mengatur bidang perekonomin umat yang
tidak terpisahkan dari aspek-aspek ajaran islam komprehensif dan universal.
Komprehensif berarti ajaran Islam merangkum seluruh aspek kehidupan sosial
kemasyarakatan termasuk bidang ekonomi, universal bermakna syariah islam dapat
diterapkan dalam setiap waktu dan tempat tanpa memandang perbedaan ras, suku,
golongan, dan agama sesuai prinsip Islam sebagai “rahmatan lil alamin”.

Sejarah, awal mula kegiatan bank syariah yang pertama sekali dilakukan adalah di
Pakistan dan Malaysia pada sekitar tahun 1940-an. Kemudian di mesir pada tahun 1963
berdiri Islamic Rural Bank di desa It Ghamr Bank. Bank ini beroperasi di pedesaan Mesir
dan masih berskala kecil.

Bank Syariah juga menawarkan nasabah dengan beragam produk perbankan. Hanya
saja bedanya dengan bank konvensional adalah dalam hal penentuan harga, baik terhadap
harga jual maupun harga belinya. Produk-produk yang ditawarkan sudah tentu sangat
islami, termasuk dalam memberikan pelayanan kepada nasabahnya.

B. Saran
Kami sebagai penulis tentunya sadar jika dalam penyusunan makalah ini masi
banyak kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya kami akan melakukan
perbaikan dalam penyusunan makalah ini dengan menggunakan pedoman dari beberapa
sumber yang terpercaya dan terbaru. Serta kami dari pihak penulis menerima kritik dan

6
https://chat.openai.com/auth/login?next=%2Fchat
saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan
kita semua mengenai perbankan syariah.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/376964723/MAKALAH-PERBANKAN-SYARIAH-docx#

CRP, H. S. M. S. (2021). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Gramedia Widiasarana


Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai