Anda di halaman 1dari 20

BANK UMUM SYARIAH (BUS)

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah

“Lembaga Keuangan Syariah Lainnya”

Dosen Pengampu: Miftah Farizqi, M.E

Disusun Oleh:
Kelompok 3
Fitria Hasanah (2131098)
Ratna (2131101)
Azinta Nabila Candra (2131116)
Suryati (2131094)

Kelas: 4D Perbankan Syariah

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK

BANGKA BELITUNG

2023
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulilahi rabbil’alamin. Luapan syukur selamanya hanya kepada-Mu


Allah Al-Fattah, yang telah memberikan nikmat serta kekuatan bagi hamba untuk
membuka mata, hati dan merasakan nikmatnya menyelami ilmu-Mu sampai
akhirnya saya menulis makalah ini. Hamba memohon kepada-Mu ya Robb
bimbinglah hamba selalu untuk menjadi yang terbaik dengan menjadi manusia
yang ta’at atas segala perintah-Mu dan menjauhi larangan-Mu. Sholawat dan
Salam senantiasa tercurah kepda Nabi akhir zaman Muhammad SAW, tauladan
dan panutan bagi seluruh umat anusia hingga akhir zaman.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen Miftah Farizqi, M. E
selaku dosen pengampu Lembaga Keuangan Syariah Lainnya yang membimbing
kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Dengan tersusunya laporan ini mudah-
mudahan dapat bermanfaat bagi semua pembaca, khususnya bagi kami selaku
penyusun makalah. Makalah kami ini mungkin jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapakan sekali saran dan kritik dari teman-teman
atau pihak pembaca yang sifatnya membangun untuk kesempuraan lebih lanjut
makalah kami.

Petaling, 18 Maret 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI
JUDUL HALAMAN
KATA PENGANTAR......................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................3
A. LATAR BELAKANG..........................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................3
C. TUJUAN MASALAH..........................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................5
A. Pengertian Bank Umum Syariah..........................................................5
B. Sejarah Bank Syariah di Indonesia.......................................................5
C. Perkembangan Bank Umum Syariah di Indonesia...............................6
D. Sifat dan Karakter Bank Umum Syariah..............................................7
E. Landasan hukum operasional Bank Umum Syariah ............................8
F. Produk Bank-Bank Umum Syariah......................................................9
G. Struktur Organisasi BUS......................................................................12
H. Sistem Operasional BUS......................................................................13
I. Kendala Perbankan Syariah..................................................................13
BAB III PENUTUP..........................................................................................17
A. KESIMPULAN.....................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................18

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada tahun 1991 berdirilah Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang


merupakan bank umum pertama kali yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip bagi hasil. Dasar hukumnya adalah Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan dan Peraturan Pemerintah Nomor 72
Tahun 19992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Keberadaan bank
syariah ditegaskan pada Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.

Pada UU No. 10/1998 menganut sistem perbankan ganda, yaitu sistem


yang membolehkan bank umum konvensional yang memberikan layanan
syariah dengan mekanisme Islamic Window dengan terlebih dahulu
membentuk Unit Usaha Syariah (UUS). Pemberian layanan syariah juga
dipermudah dengan konsep office channeling, yakni semacam counter layanan
syariah di Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu Bank Konvensional yang
memiliki UUS. Pada PBI No. 8/3/PBI/2006 tentang perubahan Kegiatan
Usaha Bank Umum Konvensional menjadi Bank Umum yang melaksanakan
Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah dan Pembukaan Kntor Bank
yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah oleh Bank
Umum Konvensional.

B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan pengertian Bank Umum Syariah?


2. Jelaskan sejarah Bank Syariah di Indonesia?
3. Bagaimana perkembangan Bank Umum Syariah di Indonesia
4. Jelaskan sifat dan karakter Bank Umum Syariah?
5. Jelaskan landasan hukum operasional Bank Umum Syariah?
6. Jelaskan produk Bank-bank umum syariah?

3
7. Jelaskan struktur organisasi BUS?
8. Jelaskan operasional BUS?
9. Jelaskan kendala perbankan syariah?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian Bank Umum Syariah


2. Untuk mengetahui sejarah Bank Syariah di Indonesia
3. Untuk mengetahui Perkembangan Bank Umum Syariah di Indonesia
4. Untuk mengetahui sifat dan karakter Bank Umum Syariah
5. Untuk mengetahui landasan hukum operasional Bank Umum Syariah
6. Untuk mengetahui produk Bank-bank Umum Syariah
7. Untuk mengetahui struktur organisasi BUS
8. Untuk mengetahui sistem operasional BUS
9. Untuk mengetahui kendala perbankan syariah

BAB II
PEMBAHASAN

4
A. Pengertian Bank Umum Syariah
Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008, dijelaskan: Bank
Umum Syariah adalah bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran. Perbankan Syariah ialah segala sesuatu
yang menyangkut tentang bank syariah, unit usaha syariah, Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) yang mencakup kelembagaan,
kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanaya. Kemudian Bank Syariah adalah bank yang pelaksanaan
kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya
terdiri Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Serta
Bank Pembiayaan Syariah ialah bank Syariah yang dalam kegiatannya
tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

BUS dapat sebagai bank devisa dan bank nondevisa.Bank devisa


adalah Bank yang dapat melakukan transaksi ke luar negeri atau yang
berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan seperti transfer
keluar negeri.Contoh bank umum Syariah yaitu Bank Muamalat
Indonesia(BMI),Bank Syariah Mandiri (BSM),dan Bank Rakyat Indonesia
Syariah (BRIS).

B. Sejarah Bank Syariah di Indonesia


Pelopor Bank Syariah adalah Bank Muamalat Indonesia yang
didirikan pada tahun 1991 diprakarsai oleh MUI (Majelis Ulama
Indonesia). Dan pemerintah yang didukung Ikatan Cendekiawan Muslim
Indonesia (ICMI). Akan tetapi banyak masyarakat Islam yang belum
paham tentang bank syariah dan masih banyak masyarakat percaya dengan
bank konvensional. Penyebabnya adalah kurangnya pemahaman
masyarakat tentang perbankan syariah dan mereka menganggap sistem
operasi bank syariah dan bank konvensional Sama saja.
Kekeliruan masyarakat menyebabkan kurangnya kepercayaan
masyarakat tentang bank syariah. Hal ini menjadi pendorong agar

5
masyarakat tau pentingnya bank syariah di negara yang mayoritas
beragama Islam. Upaya sosialisasi perlu dilakukan, agar masyarakat tidak
terjebak lagi dalam transaksi yang tidak Islami. Menurut UU No. 10 Tahun
1998 tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan
disebutkan bahwa bank Islam ialah Bank Umum yang melaksanakan
keiatan usaha menurut prinsip Islam yang menjalankan kegiatnnya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 1
C. Perkembangan Bank Umum Syariah di Indonesia
Saat ini perbankan syariah di Indonesia telah berjalan 22 tahun.
Sempat terhambat karena krisis ekonomi yang juga menimpa perbankan
konvensional. Hingga tahun 2000, bank syariah di Indonesia yang semula
hanya Bank Muamalat Indonesia, kemudian adanya konversi Bank Susila
Bakti menjadi Bank Syariah Mandiri. Undang-Undang perbankan yang
baru membuat bank konvensional membuka cabang syariah di bawah
pengelolaan Unit Usaha Syariah (UUS).

Saat ini tercatat bank syariah yang tergolong sebagai Bank Umum
Syariah sebagai berikut: PT Bank Syariah Muamalah Indonesia, PT Bank
Syariah Mandiri, PT Bank Syariah Mega Indonesia, PT Bank Syariah BRI,
PT Bank Syariah Bukopin, PT Bank Syariah Panin Syariah, PT Bank
Victoria Syariah, PT BCA Syariah, PT Bank Jabar dan Banten, PT Bank
Syariah BNI, PT Maybank Indonesia Syariah, BPD Syariah Banda Aceh,
BPD Syariah Nusa Tenggara Barat.2

D. Sifat dan Karakter Bank Umum Syariah

Sifat dan karakter bank umum Syariah. Bank umum Syariah


memiliki sifat-sifat dan karakter sebagai berikut:

1
Veithzal, Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep Dan
Aplikasi(Jakarta: Bumi Aksara, (2010), hlm. 171
2
Muhammad, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Lainnya, Yogyakarta: RajaGrafindo
Persada, 2019, hlm. 369

6
1). Universal, bank syariah berlaku bagi siapa saja tanpa memandang
perbedaan kemampuan ekonomi maupun perbedaan agama.

2). Adil, memberikan sesuatu hanya kepada yang berhak serta


memperlakukan sesuatu sesuai dengan posisi nya.

3). Transparan, dalam kegiatan bank sangat terbuka bagi seluruh lapisan
masyarakat.

4). Seimbang, mengembangkan sector keuangan melalui aktifitas


perbankan syariah mencangkup pengembangan sector rill dan UMKM.

5). Maslahat, bermanfaat dan membawa kebaikan bagi aspek kehidupan.

6). Variatif, produk bervatiasi yaitu tabungan haji dan umrah, tabungan
umum, giro, deposito, pembiayaan yang berhasil bagi hasil dan sewa 3

7). fasilitas,penerimaan dan penyaluran Zakat, Infak, sedekah, Wakaf,


Dana PBkebaikan, memiliki fasilitas ATM, Mobile banking, internet
banking dan interkoneksi antar bank syariah.

E. Landasan Hukum Operasional Bank Umum Syariah


Bank syariah mengacu pada dua jenis hukum, yaitu hukum syariah
dan hukum positif. Hukum syariah bersumberkan pada aturan-aturan yang
ada pada Al Quran dan Hadist. Ketentuan dari Al Quran dan Hadits pada
kegiatan usaha dan bisnis bank syariah pada fatwa DewanSyariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI) yang dikeluarkan pada Peraturan
Bank Indonesia (PBI) dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) yang
disebut prinsip syariah perbankan.
Bank Indonesia sebagai perpanjangan tangan dari undang-undang
yang Telah disahkan DPR dan Presiden RI, membuat instrument hukum
bagi akad Musyarakah dan Mutanaqisah, sebagai berikut:

3
Muhammad Kurniawan, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Teori dan Aplikasi),
Jawa Barat: Penerbit Adab, 2021, hlm. 35

7
a) PBI No. 10/24/PBI/2008 tanggal 16 Oktober 2008 Tetang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Bank Indonesia No.
8/21/PBI/2006 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum
Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasakan Prinsip
Syariah.4
b) PBI No. 10/16/PBI/2008 Tanggal 25 September 2008 Tentang
56 Perubahan Atas PBI No. 9/19/2007 Tentang Pelaksanaan
Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana,
Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.
c) PBI Nomor 10/17/PBI/2008 Tanggal 25 September 2008
Tentang Produk Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah.
d) PBI Nomor 9/19/PBI/2007 Tanggal 17 Desember 2007
Tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan
Penghimpunan Dana Dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan
Jasa Bank Syariah.
e) PBI Nomor 9/9/PBI/2007 Tanggal 18 Juni 2007 Tentang
Perubahan Atas PBI Nomor 8/21/PI/2006 Tentang Penilaian
Kualitas Aktiva Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan
Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.
f) SEBI No. 10/14/DPbs Tanggal 17 Maret 2008 Tentang
Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan
Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.
F. Produk Bank-bank Umum Syariah
Produk perbankan syariah ada tiga yaitu produk penyaluran Dana
bank syariah, produk penghimpunan Dana, dan produk pelayanan jasa.5
a) Penghimpunan Dana
1) Wadi’ah

4
Emilia Hasanah, Heri Sunandar, Nur Nasrina, “Aspek Yuridis(Landasan Hukum) dan
Dasar Hukum Operasional Perbankan Syariah di Indonesia”, Jurnal Cakrawala Ilmiah, Vol. 2(6),
2023, hlm. 2404
5
Wiroso, Produk Perbankan Syariah, Jakarta Barat: LPFE Usakti, 2009, hlm. 117

8
Wadiah adalah titipan dari satu pihak ke pihak lain, baik
individu atau badan hukum yang harus dihaga dan
dikembalikan kapan saja si peminjam menginginkannya.
Karakteristik giro wadiah antara lain: harus dikembalikan utuh
seperti semula sejumlah barang yang dititipkan, dapat
dikenakan biaya titipan, penarikan giro wadiah dilakukan
dengan cek dan bilyet giro sesuai ketentuan yang berlaku. Giro
adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat
dengan menggunakan cek/bilyet giro, sarana perintah
pembayaran lainnya.6
2) Mudharabah
Mudharabah adalah perjanjian atas sekian uang untuk
dipertindakkan oleh amil (pengusaha) dalam usaha dan
keuntungannya dibagi dua sesuai kesepakatan. Fitur dan
mekanisme tabungan dengan akad mudharabah yaitu bank
bertindak sebagai pengelola Dana (mudharib) dan nasabah
bertindak sebagai pemilik modal (shahibul maal), penarikan
Dana oleh nasabah hanya dapat dilakukan sesuai waktu yang
disepakati, tabungan ini dikelola dengan prinsip “Mudharabah
Muthalaqah” karena pengelolaan Dana investasi tabungan ini
sepenuhnya diserahkan kepada mudharib.
Deposito Mudharabah, pengertian deposito adalah
simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada
waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan
bank yang bersangkutan.7 Pada deposito mudharabah nasabah
bertindak sebagai shahibul mal atau pemilik Dana, dan bank
bertindak sebagai mudharib atau pengelola Dana. Modal harus

6
Mohamad Ainun Najib, “Penguatan Prinsip Syariah Pada Produk Bank Syariah”,
Jurnal Jurisprudence, Vol 7(1), 2017, hlm. 22
7
Rini Fatriani, “Bentuk-bentuk produk bank konvensional dan bank syariah di
Indonesia”, Ensiklopedia of Jurnal, Vol 1(1), 2018, hlm. 220

9
dinyatakan dengan jumlahnya, dalam entuk tunai bukan
piutang.
b) Penyaluran Dana
Pembiayaan adalah penyediaan Dana atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berupa:
a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan
musyarakah
b. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang mudharabah, Salam,
dan isthisna.
c. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh
d. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk
transaksi multijasa.
Pembiayaan dengan akad murabahah, akad ini merupakan
transaksi jual beli suatu barang sebesar harga perolehan barang
ditambah keuntungan yang disepakati oleh para pihak, dimana
penjual menginformasikan terlebih dahulu harga perolehan kepada
pembeli. 8Fitur dan mekanisme pembiayaan akada mudharabah
yaitu bank bertindak sebagai pihak penyedia Dana dalam kegiatan
transaksi Murabahah dengan nasabahnya, bank wajib
menyediakan Dana untuk merealisasikan penyediaan barang yang
dipesan nasabah.
Kemudian pembiayaan atas dasar akad Salam, akad ini adalah
transaksi jual beli barang dengan Cara pemesanan dengan syarat-
syarat tertentu dan pembayaran tunai terlebih dahulu. Untuk fitur
dan mekanisme yaitu bank bertindak baik sebagai pihak penyedia
Dana dalam kegiatan transaksi Salam dengan nasabah, bank dan
nasabah wajib menuangkan kesepatakan dalam perjanjian tertulis.
Pembiayaan atas dasar akad Isthisna, akad ini adalah transaksi
jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang

8
Riyan Pradesyah, “Analisis Perkembangan Akad di Bank Syariah, Jurnal Ekonomi
Islam, Vol 1(1), 2018, hlm. 78

10
dengan kriteria dan persyaratan disepakati dengan pembayaran
sesuai kesepakatan. Untuk fitur dan mekanisme bank bertindak
baik sebagai pihak penyedia Dana dalam kegiatan transaksi
Isthisna dengan nasabah, pembayaran oleh bank kepada nasabah
tidak boleh dalam bentuk pembebasan utang nasabah kepada bank.
Pembiayaan atas dasar akad Ijarah, akad ini adalah transaksi
sewa-menyewa atas barang/jasa antara pemilik dan penyewa untuk
mendapatkan imbalan atas objek yang disewakan. Untuk fitur dan
mekanisme bank bertindak sebagai penyedia Dana dalam kegiatan
transaksi Ijarah dengan nasabah, bank wajib menyediakan Dana
untuk merealisasikan penyediaan objek sewa yang dipesan
nasabah, pengembalian atas penyediaan Dana bank dapat
dilakukan dalam baik dengan angsuran maupun sekaligus.
Pembiayaan atas dasar akad Qardh, akad ini adalah transaksi
pinjam meminjam Dana tanpa imbalan dengan kewajiban
mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau cicilan.
Untuk fitur dan mekanisme bank bertindak sebagai penyedia Dana
untuk memberikan pinjaman kepada nasabah sesuai kesepakatan,
bank dilarang untuk membebankan biaya apapun atas penyeluran
pembiayaan atas dasar Qardh, apabila nasabah mampu namun
tidak mengembalikan sebagian atau seluruh kewajian maka bank
boleh memberikan sanksi sesuai syariah.
c) Pelayanan Jasa
Salah satu jasa perbankan adalah memberikan fasilitas
transaksi ekspor-impir yang dilakukan oleh nasabah, atau Letter of
Credit (L/C). L/C yaitu Surat pernyataan membayar kepada
Ekspostir yang diterbitkan oleh Bank untuk kepentingan Importir
dengan pemenuhan persyaratan tertentu sesuai dengan prinsip
syariah. Ada dua akad pada produk Letter of Credit, yaitu Wakalah
dan Kafalah. Wakalah adalah akad pelimpahan kekuasaan oleh
satu pihak kepada pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan.

11
Sedangkan Wakalah bil Ujrah yaitu akad Wakalah dengan
memberikan imbalan kepada wakil. Sedangkan akad Kafalah yaitu
transaksi penjaminan yang diberikan oleh penanggung untuk
memenuhi kewajiban pihak kedua.
G. Struktur Organisasi BUS
Berdasarkan undang-undang perbankan yang baru, sistem perbankan
di Indonesia terdiri dari bank umum konvensional dan bank umum
syariah. Selain itu, undang-undang yang baru ini membuat pengembangan
bank syariah melalui pendirian bank syariah yang baru, perubahan
kegiatan usaha bank konvensional menjadi bank syariah dan pelaksanaan
kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah oleh bank konvensional.

Dengan semakin berkembangnya perbankan syariah maka


diperlukan ketentuan-ketentuan perbankan dan fasilitas bank sentral yang
sesuai dengan prinsip syariah, karena kegiatan usaha bank-bank
konvensional. Hal ini dibutuhkan agar perbankan syari'ah dapat beroperasi
secara sehat serta dapat menjalankan prinsip-prinsip secara benar.
H. Sistem Operasional BUS

Sebagaimana disebutkan di awal, bahwa bank merupakan suatu


lembaga perantara unit surplus Dana dan unit minus Dana, dengan produk-
produk yang dikembangkan oleh lembaga atau bank yang bersangkutan.

12
Oleh karena itu, maka sistem dan alur operasional bank syariah sebagai
berikut.

I. Kendala Perbankan Syariah


Berikut kendala yang dihadapi pada pengembangan bank syariah
sebagai berikut:
1. Permodalan
Permasalahan pertama yang pasti dihadapi pada berdirinya
suatu usaha yaitu permodalan. Sulitnya dalam pemenuhan
permodalan disebabkan karena:
a. Kurangnya keyakinan dari pihak pemilk Dana terhadap
prospek dan masa depan keberhasilan bank syariah.
b. Masih kuatnya perhitungan bisnis keduniawian pada
pemilik modal sehingga berat untuk menyimpan uang di
bank syariah.
c. Ketentuan terbaru tentang permodalan yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia relative cukup tinggi.
2. Peraturan Perbankan
Peraturan perbankan yang berlaku belum sepenuhnya sesuai
dengan operasional Bank Syariah mengingat adanya beberapa
perbedaan pada pelaksanaan operasional bank syariah dengan
bank konvensional. Ketentuan tersebut antara lain mengenai:

13
a. Instrumen yang diperlukan untuk mengatasi masalah
likuiditas.
b. Instrumen moneter yang sesuai dengan prinsip syariah
untuk keperluan pelaksanaan tugas Bank Sentral.
c. Standar akuntansi, audit, dan pelaporan.
d. Ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai prinsip
kehatia-hatian.
3. Sumber Daya Manusia
Pengembangan SDM di bidang Perbankan Syariah sangat
diperlukan karena keberhasilan pengembangan bank syariah
tergantung pada tingkat mikro dan tingkat pengetahuan serta
keterampilan pengelola dari pihak bank. SDM pada perbankan
syariah perlu pengetahuan yang cukup luas di bidang
perbankan, memahami pengimplementasian prinsip-prinsip
syariah pada perbankan.
4. Pemahaman Umat
Pemahaman sebagian besar masyarakat tentang sistem dan
prinsip perbankan syariah masih kurang, bahkan para ulama
dan cendekiawan Muslim sendiri masih nelum sepakat
mengenai keberadaan Bank Syariah, dari hasil pretest terdapat
37 Dosen Fakultas Syariah yang cenderung ragu-ragu.
Menurut para Ulama sendiri belum ada ketegasan mengenai
keberadaan bank syariah, kurang tegasnya hal ini disebabkan
oleh:
a. Kurangnya informasi yang sampai pada para ulama dan
cendekiawan mengenai bahaya dan dampak sistem bunga
terutama pada krisis moneter dan ekonomi yang dilanda
kelesuan.
b. Belum berkembangnya lemabaga keuangan syariah
sehingga ulama dalam posisi sulit untuk melarag adanya

14
transaksi keuangan konvensional yang selama ini
berkembang.
c. Belum dipahaminya operasional bank syariah secara
mendalam.
Kemudian minimnya pemahaman masyarakat tentang
perbankan syariah disebabkan oleh:
a. Sistem dan prinsip operasional Perbankan Syariah
yang relatif baru dibandingkan dengan sistem
konvensional.
b. Pengembangan Perbankan Syariah baru ditahap
awal dibandingkan dengan bank konvensional yang
telah dikenal lama dan sudah mendarah daging
dimasyarakat.
c. Banyak yang enggan pindah dari bank konvensional
ke bank syariah.
5. Sosialisasi
Sosialisasi yang dilakukan dalam rangka memberi informasi
mengenai kegiatan usaha perbankan syariah pada masyarakat
belum dilakukan secara maksimal. Sosialisasi yang dilakukan
tidak hanya untuk masyarakat yang masih awam tapi juga
kepada para ulama, pondok pesantren, omas-ormas, instansi,
institusi perusahaan, dan lainnya. Yang selama ini belum tahu
atau belum memahami secara dalam mengenai bagaimana
keberadaan dan operasional bank syariah walaupun dari sisi
fiqih dan syariah mereka sudah tahu.
6. Piranti Moneter
Piranti Moneter yang pada saat ini masih terpacu pada sistem
bunga sehingga belum memenuhi dan mendukung kebijakan
moneter dan kegiatan usaha bank syariah, seperti kelebihan dan
kekurangan Dana yang terjadi pada bank syariah maupun pasar
uang bank syariah dengan tetap memperhatikan prinsip syariah.

15
Bank Indonesia sebagai penentu kebijakan perbankan
menyiapkan piranti moeneter sesuai dengan prinsip syariah.
7. Jaringan Kantor
Pengembangan jaringan Kantor Bank Syariah perlu perluasan
jangkauan pelayanan kepada masyarakat. Jumlah Kantor bank
yang luas meningkatkan efisiensi usaha dan meningkatkan
kompetisi kea rah meningkatnya kualitas pelayanan.
Pengembangan jaringan Perbankan Syariah dapat dilakukan
dengan Cara sebagai berikut:
a. Peningkatan kualitas Bank Umum Syariah dan BPR
Syariah yang beroperasi.
b. Perubahan kegiatan usaha Bank Konvensional yang
memiliki kondisi usaha yang baik dan berminat untuk
melakukan kegiatan usaha bank berdasarkan prinsip
syariah.
c. Pembukaan Kantor cabang syariah bagi bank konvensional
yang mempunyai kondisi usaha yang baik dan berminat
untuk melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat kami simpulkan bahwa Bank Umum Syariah adalah bank
syariah dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Sedangkan bank syariah adalah bank yang pelaksanaan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah. Pelopor bank syariah pertama di Indonesia
adalah bank muamalat Indonesia yang berdiri pada tahun 1991. Saat ini
perbankan syariah di Indonesia telah berjalan 22 tahun. Saat ini tercatat
ada 13 Bank Umum Syariah.

Sifat dan karakter Bank Umum Syariah yaitu universal, yakni bank
syariah berlaku ingin setiap tanpa memandang perbedaan kemampuan
ekonomi, adil yakni memberikan sesuatu kepada yang berhak, transparan
yakni dalam kegiatan bank sangat terbuka, seimbang yakni
mengembangkan melalui aktifitas perbankan syariah, maslahah yakni
bermanfaat dan membawa kebaikan, variatif yakni produk bervariasi.
Landasan hukum operasional Bank Umum Syariah ditentukan oleh fatwa
DSN MUI Yang dikeluarkan oleh PBI (Peraturan Bank Indonesia). Produk

17
bank umum syariah yaitu produk penyaluran Dana, produk penghimpunan
Dana dan produk pelayanan Dana.

DAFTAR PUSTAKA

Hasanah, Emilia, Heri Sunandar, Nur Nasrina. 2023. “Aspek Yuridis (Landasan Hukum)
dan Dasar Hukum Operasional Perbankan Syariah di Indonesia”. Jurnal
Cakrawala Ilmiah. Vol. 2(6) hlm. 2404
Kurniawan, Muhammad.2021. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Teori dan
Aplikasi). Jawa Barat: Penerbit Adab. Hlm. 35
Muhammad. 2019. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Lainnya. Yogyakarta:
RajaGrafindo Persada. Hlm. 369
Najib, Mohamad Ainun. 2017. “Penguatan Prinsip Syariah Pada Produk Bank Syariah”.
Jurnal Jurisprudence. Vol 7(1). Hlm. 22
Pradesyah, Riyan. 2018. “Analisis Perkembangan Akad di Bank Syariah, Jurnal Ekonomi
Islam, Vol 1(1), hlm. 78
Rini, Fatriani. 2018. “Bentuk-bentuk produk bank konvensional dan bank syariah di
Indonesia”. Ensiklopedia of Jurnal, Vol 1(1) hlm. 220

Veithzal, Rivai dan Arviyan Arifin. 2010. Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep Dan
Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara hlm. 171

Wiroso. 2009. Produk Perbankan Syariah. Jakarta Barat: LPFE Usakti. Hlm. 117

18
19

Anda mungkin juga menyukai