Anda di halaman 1dari 3

SEJARAH PERKEMBANGAN

Sejak awal kelahirannya, perbankan syariah era modern lahir sebagai lembaga keuangan yang
berlandaskan etika. Pada rintisan paling awal, perbankan syariah mulai mewujud di negeri yang baru
saja mengalami transisi kepemimpinan seiring lengsernya Hosni Mubarak di Mesir. Bank ini mulai
dibuka pada 1963 dan beroperasi sebagai rural-social bank di sepanjang delta Sungai Nil dengan
nama Mit Ghamr Local Saving Bank. Bank ini beroperasi di pedesaan Mesir dan berskala kecil,
namun mampu menjadi pemicu yang sangat berarti bagi perkembangan perbankan syariah modern.
Kehadiran bank syariah ini lalu diikuti dengan pembukaan beberapa bank syariah lainnya di Pakistan,
Kuwait, Siprus, Bahrain, Uni Emirat Arab, Malaysia hingga akhirnya beroperasi di Indonesia pada
1992 dengan lahirnya Bank Muamalat Indonesia (BMI) sebagai Bank Umum Syariah (BUS) pertama di
Indonesia.

Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi semakin meningkat seiring dengan
disetujuinya Undang-Undang (UU) No.10 tahun 1998. Dalam UU tersebut, diatur dengan terperinci
landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank
syariah di Indonesia. Undang-Undang inilah sebagai regulasi paling awal yang memberikan arahan
bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang, yang kemudian hari sering dikenal sebagai
Unit Usaha Syariah (UUS) atau bahkan diberikan kesempatan untuk mengkonversi diri secara total
menjadi bank syariah.

PERBEDAAN PROFIT SHARING DAN REVENUE SHARING

Yang membedakan adalah profit sharing menggunakan laba bersih dalam membagi hasil investasi
yang diperoleh. Sedangkan revenue sharing merupakan laba kotor sebelum dikurangi biaya
operasional yang lain yang kemudian dibagi kepada pemilik modal

Apakah yang dimaksud dengan bank syaBPRS?

Bank syariah menurut UU Nomor 21 tahun 2008 adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas BUS dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS).

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/ at bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat.

b. Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha
syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan
kegiatan usahanya.

Apakah yang dimaksud dengan Risiko?


Menurut PBI No. 13/23/PBI/2011 tentang penerapan manajemen risiko bagi BUS dan UUS. Risiko
adalah potensi kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa tertentu. Sementara itu, risiko kerugian
adalah kerugian yang terjadi sebagai konsekuensi langsung atau tidak langsung dari kejadian risiko.
Kerugian itu bisa berbentuk finansial atau nonfinansiel

Mengapa bank syariah perlu diregulasi? Bank Syariah perlu diregulasi karena adanya risiko yang
melekat dalam sistem perbankan. Yaitu risiko sistemik. Risiko sistemik adalah risiko di mana
kegagalan sebuah bank tidak hanya dapat menimbulkan dampak yang menghancurkan
perekonomian secara besar-besaran, tetapi juga berupa kerugian yang secara langsung dihadapi
pegawai dan nasabah.

Solvabilitas adalah kemampuan membayar setiap klaim ketika jatuh tempo. Solvabilitas erat
kaitannya dengan modal. Oleh karena itu, otoritas akan selalu berupaya agar bank tetap solvable,
artinya dapat bertahan dari kerugian yang wajar akibat kredit macet atau siklus ekonomi.

Untuk Kebijakan manajemen risiko di sebuah BUS dan UUS minimal harus memuat hal-hal sebagai
berikut.

1. Penetapan risiko yang terkait dengan produk dan transaksi perbankan.


2. Penetapan penggunaan metode pengukuran dan SIM risiko.
3. Penentuan limit dan penetapan toleransi risiko; toleransi risiko merupakan potensi kerugian
yang dapat diserap oleh permodalan bank.

4.Penetapan penilaian peringkat risiko; penetapan penilaian peringkat risiko merupakan dasar
bagi bank untuk mengategorikan peringkat risiko bank. Peringkat risiko bagi bank dikategorikan
menjadi lima peringkat, yaitu (1) low, (2) low to moderate, (3) moderate, (4) moderate to high,
dan (5) high.

Prinsip kehati-hatian dalam penanaman dan/atau penyediaan dana adalah penanaman dan/atau
penyediaan dana dilakukan berdasarkan analisis kelayakan usaha dengan memperhatikan
setidaknya faktor lima C (character, capital, capacity, condition of economy, dan collateral);
dan/atau penilaian terhadap aspek prospek usaha, kinerja (performance), dan kemampuan
membayar.

Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban
kepada bank sesuai dengan perjanjian yang di sepakati

Risiko pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening administratif akibat perubahan harga
pasar, antara lain risiko berupa perubahan nilai dari aset yang dapat diperdagangkan atau
disewakan.

Rasio likuiditas adalah Risiko akibat ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang
jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau aset likuid berkualitas tinggi yang dapat
diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank.

Resiko opersional adalah Risiko kerugian yang diakibatkan oleh proses internal yang kurang
memadai, kegagalan proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya
kejadian-kejadian eksternal yang memengaruhi operasional bank.
Resiko hukum adalah Risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis. Risiko ini
timbul antara lain karena ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau
kelemahan perikatan, seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak atau pengikatan agunan
yang tidak sempurna.

Risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan para pemangku
kepentingan yang bersumber dari persepsi negatif terhadap bank.

Risiko strategis adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan/atau pelaksanaan
suatu keputusan strategis serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.

Risiko kepatuhan adalah risiko akibat bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan
peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku serta Prinsip Syariah

Risiko imbal hasil (rate of return risk) adalah risiko akibat perubahan tingkat imbal hasil yang
dibayarkan bank kepada nasabah karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil yang diterima
bank dari penyaluran dana, yang dapat memengaruhi perilaku nasabah dana pihak ketiga bank

Risiko investasi (equity investment risk) adalah risiko akibat bank ikut menanggung kerugian
usaha nasabah yang dibiayai dalam pembiayaan bagi hasil berbasis bagi hasil.

Anda mungkin juga menyukai