Anda di halaman 1dari 3

Nama : Anisa Putri

Nim : E20191169
Prodi/Kelas : Perbankan Syariah/PS-4
Semester : V (lima)
Mata Kuliah : Manajemen Resiko Bank Syariah
Dosen Pengampu : Retna Anggitaningsih,SE,MM
TUGAS
UJIAN TENGAH SEMESTER
SOAL :
1. Apa definisi dan perbedaan dari perbankan syariah dan bank syariah ?
2. Apa yang dimaksud dengan sistem dan regulasi perbankan syariah, jelaskan ?
3. Sebutkan dan beri penjelasan tahap-tahap manajemen risiko bank syariah ?
4. Mencari berita tentang “Risiko pada Perbankan Syariah/kovensional”, bisa dalam bentuk
filr,download/nrowsing/artikel/berita media
JAWABAN :
1. Definisi :
 Perbankan syariah
Menurut saya merupakan suatu sistem perbankan yang pelaksanaannya berdasarkan hukum
Islam (syariah).
 Bank syariah
Menurut UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Bank Syariah adalah bank yang
menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau prinsip hukum islam yang diatur
dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia seperti prinsip keadilan dan keseimbangan ('adl wa
tawazun), kemaslahatan (maslahah), universalisme (alamiyah), serta tidak mengandung
gharar, maysir, riba, zalim dan obyek yang haram. Selain itu, UU Perbankan Syariah juga
mengamanahkan bank syariah untuk menjalankan fungsi sosial dengan menjalankan fungsi
seperti lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah,
hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai
kehendak pemberi wakaf (wakif).
Perbedaan :

 Menurut pendapat saya mengenai perbedaan antara perbankan syariah dan bank syariah adalah
perbankan syariah itu merupakan suatu sistem perbankan syariah yang pelaksanaannya
menggunakan hukum Islam (syariah) sedangkan kalau bank syariah adalah merupakan suatu
bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau prinsip hukum Islam
yang sudah jelas diatur dalam fatwa MUI.

2. Sistem perbankan syariah :


Sudah diatur jelas dalam UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Bank
Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau prinsip
hukum islam yang diatur dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia seperti prinsip keadilan dan
keseimbangan ('adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahah), universalisme (alamiyah), serta tidak
mengandung gharar, maysir, riba, zalim dan obyek yang haram.
Regulasi perbankan syariah :
Regulasi adalah salah satu bentuk regulasi pemerintah yang mensyaratkan bank pada
persyaratan, batasan, dan pedoman tertentu yang dirancang untuk antara lain menciptakan
transparansi pasar antara lembaga perbankan dengan individu dan perusahaan yang berbisnis
dengannyaa. Selain itu, tujuan regulasi pada industri perbankan yaitu untuk melindungi nasabah
dan meningkatkan kepercayaan mereka terhadap produk-produk dari industri perbankan tersebut.
Regulasi yang dilakukan terhadap bank berbeda dengan regulasi terhadap industri lain. Regulasi
pada bank ini menurut saya bukan semata-mata untuk menjamin kesehatan individu bank, tetapi
juga untuk menjaga stabilitas sistem keuangan secara menyeluruh, efektivitas kebijakan moneter,
dan kelancaran serta keamanan sitem pembayaran.
3. Identifikasi resiko
 Mengidentifikasi dan mempelajari karakteristik resiko terlebih dahulu.
 mengukur resiko tersebut, melihat seberapa besar dampaknya untuk perbankan.
Pengukuran resiko
 Mengukur eksposur risiko secara keseluruhan (aggregate), dengan mempertimbangkan
risk correlation;
 Melakukan evaluasi seluruh risiko yang melekat pada seluruh transaksi serta produk
perbankan dan dapat diintegrasikan dalam sistem informasi manajemen Bank.
Pemantauan resiko
 memperhatikan kemampuan modal Bank untuk dapat menyerap eksposur risiko atau
kerugian yang timbul, dan tinggi rendahnya eksposur Bank
 Bank harus menyiapkan suatu sistem back-up dan prosedur yang efektif untuk mencegah
terjadinya gangguan (disruptions) dalam proses pemantauan risiko, dan melakukan
pengecekan serta penilaian kembali secara berkala terhadap sistem back-up tersebut.
Pengendalian resiko
 Pengendalian risiko dapat dilakukan oleh Bank, antara lain dengan cara hedging
 metode mitigasi risiko lainnya seperti penerbitan garansi, sekuritisasi aset dan credit
derivatives, serta penambahan modal Bank untuk menyerap potensi kerugian.
4. Likuiditas Ketat Hantui Bank Syariah
Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamat perbankan syariah Adiwarman Azwar Karim
menilai persoalan likuiditas ketat menghantui industri bank syariah di dalam negeri. Bahkan, ia
memperkirakan kondisi itu terjadi hingga akhir tahun nanti. "Ketatnya likuiditas itu dampak
Pemilihan Presiden 2019 (pilpres) juga," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Kamis (4/7).
Menurut dia, pilpres menyebabkan masuknya dana asing yang besar ke bursa saham. Tak
heran, indeks bursa saham pun terangkat. "Karena indeks bagus, duit-duit dari perbankan pindah
ke pasar modal. Karena, duit-duit perbankan pindah, bank syariah kena," imbuh Adiwarman.
Bahkan, Unit Usaha Syariah (UUS) terkena paparan risiko likuiditas yang lebih besar dibanding
Bank Umum Syariah (BUS), di mana rasio pembiayaan terhadap simpanan (FDR) mendekati 100
persen.
Hingga April 2019, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat FDR UUS ada di level 99,46
persen, sedikit di bawah periode yang sama tahun lalu, yakni 101,37 persen. Sementara, FDR
BUS berada di level 79,57 persen, meningkat dari posisi yang sama tahun lalu, yaitu 78,05
persen. Selain faktor pilpres, sambung Adiwarman, penempatan dana haji di perbankan juga
mempengaruhi likuiditas perbankan syariah. Sesuai ketentuannya, porsi penempatan dana haji
diarahkan separuh pada investasi dan separuh pada deposito perbankan. "Karena ditarik,
likuiditas makin ketat. Padahal, andalan kan dana dari Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH),"
terang dia.
Rasio pembiayaan bermasalah (NPF) bergerak naik karena daya beli masyarakat yang
menurun. Karenanya, bank cenderung memperbesar penyaluran pembiayaan sebagai strategi
untuk menekan NPF. "Kalau pembiayaan naik di tengah simpanan yang ketat kan FDR jadi
makin tercekik," jelasnya. Melihat hal itu, ia menilai kondisi likuiditas ketat di industri perbankan
syariah masih akan terjadi hingga akhir tahun. Masyarakat akan cenderung menempatkan
dananya di bank-bank besar.
Untuk menjaga kinerja perbankan syariah, Adiwarman mengimbau Bank Pembangunan
Daerah (BPD) untuk konversi menjadi bank syariah, alih-alih berusaha untuk melakukan spin-off
UUS di bawahnya. Beberapa BPD itu asetnya ada yang mencapai Rp20 triliun. Kalau ada 5 (UUS
yang konversi) asetnya (bank syariah) bisa mencapai Rp100 triliun lagi," tutur dia.
Di sisi lain, perbankan syariah masih mendapatkan angin segar dari beberapa faktor. Misalnya,
rencana konversi bank konvensional Bank Rakyat Indonesia (BRI) di Provinsi Aceh menjadi
bank syariah tahun ini. Jika terealisasi, maka aset bank syariah secara nasional akan meningkat
hingga Rp20 triliun. "(Peralihan) ini akan menjadi oase di padang pasir," jelasnya.
Selain itu, OJK juga berencana menerbitkan aturan terkait sinergi perbankan untuk
pengembangan bank syariah. Aturan ini, ia melanjutkan akan dimanfaatkan UUS untuk sinergi
dengan induknya yang merupakan bank konvensional. Beberapa BPD itu asetnya ada yang
mencapai Rp20 triliun. Kalau ada 5 (UUS yang konversi) asetnya (bank syariah) bisa mencapai
Rp100 triliun lagi," tutur dia.
Di sisi lain, perbankan syariah masih mendapatkan angin segar dari beberapa faktor.
Misalnya, rencana konversi bank konvensional Bank Rakyat Indonesia (BRI) di Provinsi Aceh
menjadi bank syariah tahun ini. Jika terealisasi, maka aset bank syariah secara nasional akan
meningkat hingga Rp20 triliun. "(Peralihan) ini akan menjadi oase di padang pasir," jelasnya.
Selain itu, OJK juga berencana menerbitkan aturan terkait sinergi perbankan untuk
pengembangan bank syariah. Aturan ini, ia melanjutkan akan dimanfaatkan UUS untuk sinergi
dengan induknya yang merupakan bank konvensional. Ia juga berharap terpilihnya KH Ma'ruf
Amin sebagai wakil presiden terpilih, dapat merevitalisasi PT Bank Muamalat Tbk.
Secara terpisah, Direktur Utama PT BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo menuturkan
likuiditas perusahaan saat ini masih terjaga dengan FDR di kisaran 80 persen, dengan target tahun
ini dijaga di sekitar 84 persen - 85 persen. "Kami memang tidak terlalu agresif. Kami lebih
menjaga kualitas pembiayaan, tetapi kami tetap tumbuh sehat," imbuh dia. Sementara itu,
Direktur PT Bank Syariah Mandiri Kusman Yandi bilang pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK)
perbankan syariah memang melambat di satu digit. Kendati demikian, likuiditas perusahaan
masih terjaga. "Mandiri Syariah tidak ada dengan penyaluran pembiayaan, kami tetap ekspansi
sesuai rencana bisnis kami dengan fokus ke beberapa sektor ekonomi. Alhamdullilah secara
tahunan kami masih tumbuh dua digit sekitar 13 persen," tandasnya.

Anda mungkin juga menyukai