Dosen Pengampu :
Heri Sudarsono
Disusun oleh :
Putri Ramadhayanti (11313023)
A. Latar Belakang
Bank Syariah di Indonesia telah menunjukkan kemajuan yang cukup berarti
dan semakin lama semakin memperlihatkan eksistensinya dalam sistem
perekonomian Indonesia. Hal ini didukung sejak adanya Undang-Undang No. 21
Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah yang memberikan landasan operasi yang
lebih jelas bagi bank syariah. Bahkan berdasarkan hasil survei dari Islamic Finance
Country Index dari Global Islamic Finance Report, industri keuangan syariah di
Indonesia telah menorehkan prestasi dengan menempati peringkat keempat industri
keuangan syariah dunia yang dinilai dari kriteria-kriteria tertentu serta dengan porsi
atau bobot tertentu yang bervariasi, seperti jumlah lembaga keuangan syariah, izin
pengaturan syariah, besarnya volume industri, edukasi dan budaya, serta kelengkapan
infrastruktur (Infobank, 2011).
Bank sebagai lembaga intermediasi antara pihaak yang memiliki kelebihan
dana atau surplus dengan pihak yang memerlukan dana atau deposit memiliki
sedikitnya dua fungsi, yaitu sebagai penghimpun dana dan sebagai penyalur dana.
Dalam penghimpunan dana pada bank syariah biasanya dengan akad wadiah dan
mudharabah. Sedangkan sebagai penyalur dana atau pembiauaan dengan prinsip
syariah dilakukan dengan loss and profit sharing. Dalam memberikan pembiayaan
tersebut terdapat masalah-masalah yang dihadapi oleh bank syariah, seperti adanya
kredit macet atau sering disebut dengan Non Perfoming Finance.
Terjadinya NPF pada suatu bank merupakan salah satu resiko yang mau tidak
mau harus ditanggung oleh bank sebagai lembaga intermediasi. Tingi atau rendahnya
resiko yang ditanggung bank menunjukkan kinerja bank tersebut dalam melakukan
kegiatan operasionalnya.
Peranan bank yang sangat strategis dalam perekonomian, terutama sebagai
perantara keuangan untuk nasabah membuat tingkat kesehatan bank menjadi salah
satu aspek yang sangat penting untuk diperhatikan. Apabila tingkat kesehatan bank
memburuk dapat mempengaruhi kapasitas pelayanan kepada masyarakat seperti
pertumbuhan dana yang dihimpun melemah sehingga berimbas pada penundaan atau
berkurangnya pemberian pembiayaan.
UU No. 7 Tahun 1992 sebagaimana diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998
tentang perbankan, menyebutkan bahwa bank wajib memelihara tingkat kesehatan
bank sesuai dengan ketentuan kecakupan modal, asset, manajemen, likuiditas,
rentabilitas, solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank dan
wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.
Tingkat kesehatan bank menjadi salah satu aspek penting dalam penilaian
dan pengawasan kualitas perbankan syariah juga karena semakin berkembangnya
perbankan syariah. Bank yang memiliki penilaian yang baik diharapkan beroperasi
secara sehat dan bertahan karena aspek yang dinilai menggunakan CAMELS
(Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity, dan Sensitivity) yang menunjukkan
bahwa rasio keuangan dapat dinilai tingkat kesehatan bank.Semakin pesatnya
pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia, kesehatan bank syariah juga semakin
dibutuhkan.
Pada dasarnya bank syariah digolongkan sehat secara keuangan atau financial
apabila telah melaksanakan kepatuhan syariah atau peraturan syariah dan sistemnya
selalu dijaga agar tingkat kepercayaan publik tinggi. Namun tidak ada jaminan kalau
bank syariah tehindar dari masalah perekonomian seperti NPF
Penelitian ini bermaksud untuk melihat hubungan antara NPF terhadap
tingkat kesehatan bank syariah denga study kasus Bank Syariah Mandiri.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang akan diangkat
dalam penelitian adalah
1. Apakah NPF memberikan pengaruh terhadap tingkat kesehatan Bank
Syariah Mandiri ?
2. Apa aspek tingkat kesehatan bank yang paling terpengaruh oleh NPF ?
3. Bagaimana dampak NPF terhadap tingkat kesehatan bank ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Mengetahui seberapa besar pengaruh NPF terhadap tingkat kesehatan
Bank Syariah Mandiri.
2. Mengetahui aspek tingkat kesehatan bank yang paling terpengaruh oleh
NPF.
3. Mengetahui dampak dari NPF terhadap tingkat kesehatan bank.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat untuk peneliti
Dari hasil penelitian ini, peneliti dapat lebih memahami bagaimana pengaruh
NPF terhadap tingkat kesehatan serta permasalahan yang dihadapi oleh bank
syariah
2. Manfaat untuk Pihak Bank
Sebagai masukan kepada pihak bank dalam pengambilan keputusan maupun
kebijakan yang akan dilaksanakan.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA
c. Manajemen
Sesuai dengan SK. DIR. BI No 9/1/PBI/2007 komponen-
komponen kualitas aset produktif adalah sebagai berikut:
1) Kualitas manajemen umum, penerapan manajemen resiko
terutama pemahaman manajemen atas resiko bank.
2) Kepatuhan Bank terhadap ketentuan yang berlaku, komitmen
kepada Bank Indonesia maupun pihak lain, dan kepatuhan
terhadap prinsip syariah.
d. Rentabilitas (Earning)
Sesuai dengan SK. DIR. BI No 9/1/PBI/2007 komponen-
komponen rentabilitas adalah sebagai berikut:
1) Kemampuan dalam menghasilkan laba, kemampuan laba
mendukung ekspansi dan menutup risiko, serta tingkat efisiensi.
2) Diversifikasi pendapatan termasuk kemampuan bank untuk
mendapatkan fee based income, dan diversifikasi penanaman
dana, serta penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan
pendapatan dan biaya
BAB IV
PENUTUP
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menghasilkan analisis yang
dapat berguna bagi pihak- pihak yang membutuhkan
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quranul Karim
Kasmir. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Raja Grafindo Persadas
Muhamad. 2002. Bank Syariah: Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman. Yogyakarta:
EKONISA
Peraturan BI. 2010. Penilaian Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah No. 9/1/PBI/2007.
www.bi.go.id/web//id/peraturan/perbankan pbi_091707. 24 Januari 2007
Muhammad. (2005). Manajemen Dana Bank Syariah, Cetakan Kedua, CV Adipura, Yogyakarta.
Surat Edaran. 2010. Penilaian Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah No. 9/24/DPbs.
www.bi.go.id/web//id/peraturan/perbankan se_092407. 30 Oktober 2007