Anda di halaman 1dari 7

Penilaian Obligasi

Obligasi (bond) dapat didefinisikan sebagai utang jangka panjang yang akan di bayar kembali pada
saaat jatuh tempo dengan bunga yang tetap jika ada. Nilai utang dari obligasi akan dibayarkan pada
saat jatuh temponya dan dinyatakan dalam surat utangnya. Bunga dari obligasi adalah tetap misalnya
14% setahun dan sudah ditentukan. Karena obligasi membayar bunga yang besarnya tetap, maka
obligasi dikenal juga sebagai Sekuritas Pendapatan Tetap. Obligasi berbunga pada umumnya
mewajibkan pihak penerbit untuk melakukan pembayaran bunga tengah tahunan hingga masa jatuh
tempo kepada pemegang obligasi.
Di Indonesia obligasi obligasi ini diterbitkan oleh berbagai perusahaan, baik perusahaan yang
sahamnya dimiliki oleh swasta seluruhnya, ataupun perusahaan yang dimiliki oleh negara (PT
persero). Beberapa persero yang menerbitkan obligasi diantaranya adalah PT. Jasa Marga, Pt PLN,
Bank Bapindo, dan berbagai bank BPD, sedang beberapa perusahaan swasta yang menerbitkan
obligasi diantaranya adalah Astra internasional, IBJ leasing, BBL leasing, Asia Nusa Mas leasing dan
sebagainya.
Penerbitan obligasi dilakukan oleh perusahaan yang membutuhkan dana, baik untuk ekspansi
bisnisnya maupun untuk memenuhi kebutuhan keuangan perusahaan dalam jangka pendek atau
jangka panjang. Obligasi pada dasarnya merupakan surat utang yang ditawarkan kepada publik.
apabila investor berminat, bisa melelui pihak penjamin (underwriter) atau agen penjual lewat
penjualan dipasar perdana, atau melalui pasar broker dealer apabila dibeli dipasar sekunder.
Perusahaan yang menerbitkan obligasi mempunyai beberapa tujuan penting. Pertama, mendapat
jumlah dana yang lebih fleksibel, dengan menerbitkan obligasi tidak mesti harus menerbitkan jaminan
hal ini menjadi daya tarik perusahaan. Dengan menerbitkan obligasi, pihak perusahaan akan lebih
fleksibel menentukan besar kecilnya dana yang dibutuhkan sesuai dengan kemampuanpasar (investor)
dalam menyerap kebutuhan obligasi tersebut serta kemampuan pihakpenjamin emisi dalam
memberikan komitmen jumlah penerbitan obligasi. Kedua, mendapat pinjaman dengan tingkat suku
bunga fleksibel. Proses penentuan tingkat suku bunga (kupon) obligasi ditentukan berdasarkan
kemampuan keuangan perusahaan serta memperhatikan kondisi tingkat suku bunga diperbankan.
Dibandingkan dengan meminjam dana dari perbankan, penentuan tingkat suku bunganya cenderung
berpihak kepada kepentingan kreditur (bank). Ketiga, mendapatkan alternatif pembiayaan melalui
pasar modal. seperti yang diketahui, obligasi juga termasuk utang jangka panjang. Perusahaan yang
kesulitan melakukan melalui pinjaman perbankan bisa mencari alternatif pendanaan melalui pasar
modal dengan menerbnitkan obligasi sejumlah dana yang dibutuhkan.
Zero-Coupon Bond

Obligasi tanpa bunga atau lebih dikenal dengan istilah (zero coupon bond) adalah obligasi yang tidak
memberikan pembayaran bunga. Obligasi ini diperdagangkan dengan pemberian potongan harga dari
nilai pari. Pemegang obligasi menerima secara penuh pokok hutang pada saat jatuh tempo obligasi
dengan kata lain penerbit obligasi hanya akan membayar pokok obligasi pada saat jatuh tempo.
Investor yang membeli obligasi zero coupon bond memang tidak akan mendapatkan bunga sama
sekali sampai jatuh tempo. Jika obligasi itu diterbitkan untuk masa 10 tahun misalnya, maka uang
investor akan mengendap di sana selama masa tersebut, kecuali jika investor menjualnya kembali ke
pasar. Investor yang membeli obligasi tanpa bunga hanya akan menerima uangnya kembali pada saat
jatuh tempo atau jika ia menjual obligasi itu di pasar. Obligasi jenis ini tetap akan memberikan
keuntungan bagi bond holders. Hanya saja keuntungannya tidak berupa bunga atau kupon obligasi,
melainkan berupa cash yang akan dibayarkan di kemudian hari. Keuntungan investor bersumber dari
selisih harga beli dengan harga jualnya.
Jadi dapat disimpulkan Zero Coupon Bond adalah obligasi yang tidak memberikan kupon secara
periodik, tetapi pada saat dijual diberlakukan harga dibawah nominal. Pada saat jatuh tempo
pelunasan obligasi dilakukan pada nilai nominalnya. Potongan harga atau diskon tergantung pada
tingkat yield dan maturity obligasi yang ditetapkan oleh bondissuer. Kurs obligasi pada saat dijual
merupakan nilai sekarang nominal obligasi yang akan diterima, yang dihitung dengan metode present
value.

Coupon Bond: Fixed Rate and Floating Rate


Obligasi Bunga Tetap (Fixed Rate)
Obligasi yang menawarkan bunga tetap selama jangka waktu obligasi tersebut (di Indonesia biasanya
berjangka waktu lima tahun). Bunga yang dibayarkan mungkin dilakukan setahun sekali, tetapi bisa
juga dilakukan setiap semester (6 bulan).
Contoh :
Coupon obligasi 18% per tahun dengan nilai nominal Rp 1.000.000,00 selama 5 tahun, maka pembeli
obligasi akan menerima Rp 180.000,00 per tahun selama 5 tahun ditambah dengan Rp 1.000.000,00.
Obligasi dengan Suku Bunga Mengambang (Floating Rate Bond)
Obligasi dengan suku bunga mengambang biasanya ditawarkan sebesar persentase tertentu diatas
suku bunga deposito. Mungkin juga dilakukan kombinasi dengan suku bunga tetap (fixed rate).
Contoh :
Pada tahun pertama menawarkan suku bunga 19% (tetap), tapi pada tahun berikutnya menawarkan
suku bunga mengambang (dikaitkan dengan suku bunga beberapa bank ditambah dengan presentase

tertentu). Sebagai contoh : suku bunga mengambang ditawarkan sama dengan rata-rata suku bunga
deposito 6 bulan dari bank-bank umum di tambah 1,75%.
Callable Bond
Callable Bond memberikan hak penerbit obligasi untuk menebus obligasi sebelum tanggal jatuh
tempo. Harga tebus (Call Price) adalah harga yang penerbit mau bayarkan untuk menebus obligasi.
Umumnya lebih tinggi daripada nilai nominal obligasi (biasanya premium call besarnya setengah
hingga satu tahun bunga).
Sebagai contoh jika suatu perusahaan menerbitkan callable bond dengan tingkat bunga yang tinggi
ketika tingkat bunga pasar tinggi, lalu tingkat bunga pasar menurun, maka lebih baik bagi perusahaan
untuk menarik kembali utang meraka yang berbunga tinggi dalam bentuk callable bond tersebut dan
menerbitkan sekuritas utang baru dengan bunga yang lebih rendah untuk mengurangi beban
pembayaran. Namun tentu saja keuntungan bagi perusahaan merupakan beban bagi pemilik obligasi
karena dari sisi pemegang obligasi, mereka harus melepas hak atas tingkat bunga yang menarik.
Dengan demikian, apabila suatu perusahaan menerbitkan obligasi yang dapat ditarik kembali, akan
menggunakan harga yang rendah agar dapat menarik pembeli obligasi tersebut.
Contoh : obligasi kupon 8%, 10, harga 92 dapat ditebus dalam tiga tahun pada harga 108.

Bond Rating
Dalam investasi, rating merupakan salah satu hal yang sangat penting karena menentukan suatu
perusahaan / negara bisa mendapatkan pendanaan dari penerbitan obligasi atau tidak dan berapa besar
kupon atau imbal hasil yang harus dibayarkan supaya mau diterima oleh investor. Rating adalah suatu
penilaian yang terstandarisasi terhadap kemampuan suatu negara atau perusahaan dalam membayar
hutang-hutangnya. Karena terstandarisasi artinya rating suatu perusahaan atau negara dapat
dibandingkan dengan perusahaan atau negara yang lain sehingga dapat dibedakan siapa yang
mempunyai kemampuan lebih baik, siapa yang kurang. Rating dikeluarkan oleh perusahaan
pemeringkat yang mendapat izin resmi dari pemerintah. Di Indonesia, perusahaan yang mendapat izin
serta menjadi market leader dalam pemberian rating adalah PT. PEFINDO (Pemeringkat Efek
Indonesia).
Suatu rating terdiri dari 2 bagian Rating dan Outlook. Rating adalah kemampuan membayar hutang
sedangkan Outlook adalah pandangan dari perusahaan pemeringkat apakah Rating akan naik, turun
atau tetap pada periode penilaian berikutnya. Rating sendiri terdiri dari 2 yaitu 3 huruf yang disertai
dengan tanda atau angka tergantung perusahaan pemeringkat.

Dua buah agen peringkat obligasi terkenal di dunia adalah Standard & Poors (S&P) Corporation dan
Moodys Investor Service Inc. Di Indonesia obligasi diperingkat oleh PT PEFINDO yang didirikan
tanggal 21 Desember 1993 dan PT KASNIC Creding Rating.
Tabel peringkat obligasi dari Moodys, Standard & Poors beserta interpretasi untuk setiap peringkat
No.

Moodys

Standard and Poors

Peringkat

Interpretasi

Peringkat

Interpretasi

01.

Aaa

Kualitas utama

AAA

Peringkat tertinggi

02.

Aa

Kualitas tinggi

AA

Peringkat tinggi

03.

Peringkat cukup tinggi

Peringkat cukup tinggi

04.

Baa

Peringkat menengah

BBB

Peringkat menengah

05.

Ba

Peringkat cukup menengah

BB

Peringkat kurang spekulatif

06.

Peringkat spekulatif

Peringkat cukup spekualtif

07.

Caa

Peringkat sangat spekulatif

CCC

Peringkat spekulatif

08.

Ca

Peringkat mendekati kebangkrutan

CC

Peringkat lebih spekulatif

09.

Peringkat paling rendah

Peringkat sangat spekulatif

10.

DDD

Peringkat gagal

11.

DD

Peringkat lebih gagal

12.

Peringkat sangat gagal

ORI, SUN, Obligasi Korporasi


Investasi ORI
Investasi ORI (Obligasi Ritel Indonesia) sebagai sebuah instrumen investasi yang diterbitkan
pemerintah (dijamin pemerintah) tentunya tingkat keamanan sangat tinggi. Boleh jadi investor di
pasar perdana berebut untuk membeli instrumen yang zero risk tersebut. Apalagi ORI memiliki
beberapa karakteristik yang sama dengan deposito. Apabila bunga deposito dibayarkan tiap bulan,
begitupun kupon ORI juga dibayarkan setiap bulannya. Yang lebih menarik lagi bunga deposito tiap
bulan belum tentu sebesar kupon bunga yang ditawarkan ORI. Dengan instrumen investasi yang
rendah risiko, permintaan di pasar perdana (ketika pertama kali ditawarkan) cukup tinggi. Bahkan
sejumlah agen penjual terpaksa meminta tambahan kuota dari pemerintah tiap kali ada lelang surat
utang negara dan ritel ini

Obligasi negara
Di Indonesia, obligasi negara (government bond) merupakan bagian dari surat utang negara yang
diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia. Surat Utang Negara (SUN) adalah surat berharga
yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin
pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya.
SUN dan pengelolaannya diatur oleh Undang-undang No. 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang
Negara. Selain itu, berbagai peraturan pelaksanaanya juga telah diterbitkan untuk mendukung
pengelolaan SUN.
Secara umum SUN dapat dibedakan ke dalam dua jenis:
1. Surat perbendaharaan negara (SPN), yaitu SUN berjangka waktu sampai dengan 12 bulan dengan
pembayaran bunga secara diskonto. Di Amerika Serikat, SPN ini dikenal dengan sebutan Treasury
Bills (T-Bills).
2. Obligasi negara (ON), SUN berjangka waktu lebih dari 12 bulan. Di Amerika Serikat, obligasi
negara ini dikenal dengan sebutan Treasury Bonds (T-Bonds).
Tujuan pemerintah menerbitkan SUN adalah untuk: (1) membiayai defisit APBN, (2) menutup
kekurangan kas jangka pendek, dan (3) mengelola portofolio utang negara. Atas penerbitan SUN,
pemerintah berkewajiban untuk membayar bunga dan pokok pinjaman dengan dana yang disediakan
dalam APBN.
Sedangkan investor perlu mengetahui beberapa hal penting berikut mengenai obligasi negara:
1. Obligasi negara harus mencerminkan investasi bebas risiko.
2. Obligasi negara digunakan sebagai benchmark.
3. Obligasi negara dapat digunakan sebagai alat dalam menata ekonomi.
4. Obligasi negara diharapkan dapat memudahkan pricing dan evaluasi obligasi, baik di pasar primer
maupun sekunder.
5. Obligasi negara dapat menjadi alat manajemen risiko.
Obligasi negara dapat diterbitkan dengan kupon atau tanpa kupon. Obligasi negara dengan kupon
mempunyai jadwal pembayaran kupon secara perodik setiap tiga bulan atau enam bulan sekali.
Sedangkan obligasi negara tanpa kupon tidak memiliki jadwal pembayaran kupon dan dijual pada
harga diskon serta akan membayar pokok pinjaman pada saat jatuh tempo.
Obligasi negara dengan kupon dapat dibedakan menjadi:
1. Obligasi negara berbunga tetap, yaitu obligasi negara seri FR (Fixed rate). Kupon obligasi ini telah
ditetapkan ketika diterbitkan.

2. Obligasi berbunga mengambang, yaitu obligasi negara seri VR (Variable rate). Tingkat kupon
mengambang ini ditentukan berdasarkan acuan tertentu seperti tingkat bunga sertifikat Bank
Indonesia (SBI).
Obligasi Korporasi
Merupakan pilihan obligasi berupa surat utang yang diterbitkan oleh korporasi Indonesia baik BUMN
maupun korporasi lainnya. Untuk menjaga risiko yang terkendali pilihan obligasi korporasi ini kami
batasi dengan penetapan rating minimal. Obligasi Korporasi memiliki risiko kegagalan berbeda-beda
pada perusahaan yang berbeda, tergantung dari karakteristik penerbit dan jangka waktunya. Semakin
tinggi tingkat risiko kegagalan, semakin tinggi tingkat suku bunga yang harus dibayar oleh penerbit.
Terdapat tiga elemen penting dalam penilaian obligasi yaitu:
Jumlah dan waktu dari arus kas yang akan diterima investor
Tanggal jatuh tempo obligasi
Tingkat pengembalian yang diinginkan investor

Berbagai Alternatif Penilaian Saham


Cash Flow Approach
Pendekatan ini didasarkan pada argumen bahwa nilai dari suatu perusahaan tergantung dari prospek
perusahaan tersebut di masa datang dan prospek ini merupakan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan aliran kas di masa depan, maka nilai perusahaan dapatditentukan dengan
mendiskontokan nilai arus kas di masa depan menjadi nilai sekarang

Price Multiples (PER, PEG, dan P/BV)


PER (Price Earning Ratio)
PER (Price Earning Ratio) adalah pendekatan yang lebih populer dipakai di kalangan analis saham
dan praktisi. Dalam pendekatan PER, investor akan menghitung berapa kali nilai laba yang tercermin
dalam harga suatu saham. PER juga mencerminkan berapa rupiahkah yang harus dibayarkan investor
saham untuk memperoleh satu rupiah laba perusahaan.

PEG (Price Earning Growth)


PEG (Price Earning Growth) adalah PER dibagi pertumbuhan EPS (Earning per Share atau laba
bersih per saham) dalam setahun. Saham yang bagus adalah yang memiliki PEG Ratio di bawah 1.

PEG ini turut memproyeksikan perolehan laba bersih perusahaan di masa depan, dengan kata lain
PEG ikut memperhitungkan prospek dari sahamnya.
PBV (Price to Book Value)
PBV ini pada dasarnya hampir dengan PER. Perbedaannya, PER berfokus pada laba bersih yang
dihasilkan perusahaan, sedangkan PBV fokus pada nilai ekuitas perusahaan. Konsep penggunaannya
pun sama dengan PER yaitu semakin tinggi nilai PBV, maka semakin mahal harga sahamnya.
Residual Income (Abnormal Earnings Model)
Residual income mengukur kinerja operasi perusahaan dikurangi dengan beban atas semua hutang
dan modal yang diinvestasikan. Residual income yang positif menunjukkan kelebihan laba dari yang
dibutuhkan oleh kreditur dan pemilik modal, yang berarti merupakan wealth bagi residual claimants,
yaitu pemegang saham. Sebaliknya, residual income yang negatif berarti penurunan wealth pemegang
saham.

Anda mungkin juga menyukai