Anda di halaman 1dari 14

Makalah

Managemen Permodalan Bank Syariah


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas
Materi: Operasional Perbankan Syari’ah di Indonesia
Dosen Pembina: DRS. MOH. SUBHAN,M.E.I
Prodi: Hukum Ekonomi Syari’ah (HES)
Semester: VI B

Oleh:
Ayu Qamariya
Arini Hidayati

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT ILMU KEISLAMAN ANNUQAYAH
GULUK-GULUK SUMENEP
2023
DAFTAR ISI

Daftar isi.................................................................................................................................i

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang............................................................................................................1
B. Rumusan masalah......................................................................................................1
C. Tujuan pembahasan....................................................................................................1
BAB II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Bank Syariah............................................................................................2


B. Pengertian manajemen permodalan syari’ah.............................................................4
C. fungsi dan sumber manajemen permodalan syari’ah.................................................6

BAB III. PENUTUP

Kesimpulan............................................................................................................................11

Daftar pustaka........................................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bank Syariah merupakan lembaga keuangan syariah yang beriorentasi pada laba
(Profit). Laba bukan hanya untuk kepentingan pemilik atau pendiri, tetapi juga sangat
penting untuk pengembangan usaha bank syariah. Laba bank syariah terutama diperoleh
dari selisih antara pendapatan atas penanaman dana dan biaya-biaya yang dikeluarkan
selama periode tertentu. Guna memperoleh hasil yang optimal, bank syariah dituntut
untuk melakukan pengelolaan dananya secara efisien dan efektif, baik atas dana yang
dikumpulkan dari masyarakat (dana pihak ketiga), dana modal pemilik/pendiri bank
maupun atas pemanfaatan atau penanaman dana tersebut.

Bank adalah lemabag kepercayaan. Oleh karena itu manajer bank harus
menggunakan semua perangkat operasionalnya untuk mampu menjaga kepercayaan
masyarakat. Salah satu perangkat yang sangat strategis dalam menopang kepercayaan
adalah permodalan yang mencukupi.

Manajemen permodalan bank ditujukan untuk mempertahankan posisi modal yang


kuat dalam mendukung pertumbuhan bisnis dan mempertahankan investor, deposan,
pelanggan dan kepercayaan pasar.

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan manajemen permodalan syari’ah?
b. Apa fungsi dan sumber manajemen permodalan syari’ah?
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Bank Syariah

Kata bank berasal dari bahasa Italia banco yang berarti uang. Biasanya bank
menghasilkan untung dari biaya transaksi atas jasa yang diberikan dan bunga dari
pinjaman uang. Menurut undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak1.

Sedangkan pengertian bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai


dengan prinsip-prinsip syariah Islam yaitu mengikuti ketentuan-ketentuan syariah
Islam khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam. Dalam tata
cara bermuamalat itu menjauhi praktk-praktik yang dikhawatirkan mengandung unsur
riba untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan
pembiayaan perdagangan.2

Selain itu pengertian bank Syariah adalah institusi keuangan yang memiliki
hukum, aturan dan prosedur sebagai wujud dari komitmen kepada prinsip syariah dan
melarang menerima dan membayar bunga dalam proses operasi yang dijalankan.

Secara umum bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama
yaitu, menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa
pengiriman uang. Di dalam sejarah perekonomian umat Islam, pembiayaan yang
dilakukan dengan akad yang sesuai dengan syariah telah menjadi bagian dari tradisi
umat Islam sejak zaman Rasulullah SAW. Praktik-praktik seperti menerima titipan
harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan bisnis, serta
melakukan pengiriman uang, telah lazim dilakukan sejak zaman Rasulullah SAW.
Dengan demikian fungsi-fungsi utama perbankan modern, yaitu menerima deposit,
menyalurkan dana dan melakukan transfer dana telah menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan Islam bahkan sejak zaman Rasulullah SAW.3

1
Antonio, Muhammad Syafii. 2004. Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press.
2
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/Bisnis/article/view/3017/, diakses pada tanggal 19 oktober 2019 PKL.
20.00 WIB
3
Perbankan Syariah Dasar-dasar dan dinamika Perkembangannya di indonesia (Cetakan ke 2 dan 3). Depok:
PT Rajagrafindo Persada. Khotibul Umam, S.H., LL.M. dan Dr. H. Setiawan Budi Utomo. (2017:2019).
Bank sebagai lembaga intermediasi dengan fungsi utama menghimpun dana
masyarakat yang mengalami surplus kepada pihak yang membutuhkan dalam bentuk
kredit atau pembiayaan dalam bank syariah. Dalam penghimpunan dana perbankan
memberikan bunga (bank konvensioanl) atau bagi hasil pada perbankan syariah.
Bunga atau bagi hasil yang diberikan kepada pemilik dana tersebut bersumber dari
pandapatan bank (Susilo, 2017:1).

Bank syariah merupakan lembaga intermediasi keuangan (financial


intermediary institution) yang kegiatan operasionalnya bebas dari unsur-unsur yang
dilarang oleh islam, yaitu Maisir, Gharar, Riba, Ryswah, dan Bathil.

Dengan demikian berbeda dengan bank konvensional yang kegiatan


operasionalnya menggunakan prinsip bunga yang oleh sebagian besar ulama
dikatakan sama dengan riba). Menurut M. Syafi’i Antonio, prinsip-prinsip dasar
perbankan syariah terdiri dari:

1.) Prinsip titipan atau simpanan (depository/al-wadiah)

2.) Prinsip bagi hasil (profit-sharing)

3.) Prinsip jual beli (sale and purchase)

4.) Prinsip sewa (operational lease and financial lease)

5.) Prinsip jasa (feebased service)

Sistem perbankan Islam berbeda dengan sistem perbankan konvensional,


karena sistem keuangan dan perbankan Islam adalah merupakan subsistem dari suatu
sistem ekonomi Islam yang cakupannya lebih luas. Oleh karena itu perbankan Islam
tidak hanya dituntut untuk menghasilkan profit secara komersial, namun dituntut
secara sungguh-sungguh menampilkan realisasi nilai-nilai syariah.4

Tujuan dari pendirian bank-bank Islam umumnya adalah untuk


mempromosikan dan mengembangkan aplikasi dari prinsip-prinsip Islam, Syariah dan
tradisinya kedalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait
agar umat terhindar dari hal-hal yang bersifat maisir dan riba. Prinsip utama yang
dianut oleh bank Islam adalah, larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi,

4
Penerapan Prinsip Syariah Dalam Permodalan Bank Syariah, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Wahyu Muhammad Danang. 2014. 47
menjalankan bisnis dan aktivitas perdagangan yang berbasis pada memperoleh
keuntungan yang sah menurut syariah, menumbuhkembangkan zakat.

2. Definisi Manajemen Permodalan Bank Syariah

Bank adalah lembaga kepercayaan. Oleh karena itu manajemen bank harus
menggunakan semua perangkat operasionalnya untuk mampu menjaga kepercayaan
masyarakat itu. Salah satu perangkat yang sangat strategis dalam menopang
kepercayaan itu adalah permodalan yang cukup memadai. Modal merupakan faktor
yang amat penting bagi perkembangan dan kemajuan bank sekaligus menjaga
kepercayaan masyarakat.

Setiap penciptaan aktiva, disamping berpotensi menghasilkan keuntungan juga


berpotensi menimbulkan terjadinya risiko. Oleh karena itu modal juga harus dapat
digunakan untuk menjaga kemungkinan terjadinya risiko kerugian atas investasi pada
aktiva, terutama yang berasal dari dana-dana pihak ketiga atau masyarakat.
Peningkatan peran aktiva sebagai penghasil keuntungan harus secara simultan
dibarengi dengan pertimbangan risiko yang mungkin timbul guna melindungi
kepentingan para pemilik dana.

Secara tradisional, modal didifinisikan sebagai sesuatu yang mewakili


kepentingan pemilik dalam suatu perusahaan. Berdasarkan nilai buku, modal
didifinisikan sebagai kekayaan bersih (net worth) yaitu selisih antara nilai buku dari
aktiva dikurangi dengan nilai buku dari kewajiban (liabilities). Pemegang saham
menempatkan modalnya pada bank dengan harapan memperoleh hasil keuntungan
dimasa yang akan datang. Dalam neraca terlihat pada sisi pasiva bank, yaitu rekening
modal dan cadangan. Rekening modal berasal dari setoran para pemegang saham,
sedangkan rekening cadangan adalah berasal dari bagian keuntungan yang tidak
dibagikan kepada pemegang saham, yang digunakan untuk keperluan tertentu,
misalnya untuk perluasan usaha dan untuk menjaga likuiditas karena adanya
pembiayaan-pembiayaan yang diragukan atau menjurus kepada macet.

Menurut Zainul Arifin, Modal adalah sesuatu yang mewakili pemilik dalam
perusahaan ( Zainul Arifin,2002: 157 ). Berdasarkan nilai buku modal didefenisikan
sebagai kekayaan bersih (net worth), yaitu selisih nilai buku aktiva dikurangi dengan
nilai buku dari kewajiban (liabilities). ( Zainul Arifin,2002 : 157 ). Pada suatu bank,
sumber perolehan modal bank dapat diperoleh dari para pendiri dan para pemegang
saham. Pemegang saham menempatkan modalnya pada bank dengan harapan
memperoleh hasil keuntungan di masa yang akan datang.

Sumber modal dari pemegang saham tersebut juga akan berpengaruh pada
posisinya di neraca. Didalam neraca, sumber modal terlihat pada sisi passive bank,
yaitu rekening modal dan cadangan. Rekening modal berasal dari setoran para
pemegang saham, sedangkan rekening cadangan adalah berasal dari bagian
keuntungan yang tidak dibagikan kepada pemegang saham, yang digunakan untuk
keperluan tertentu, misalnya untuk perluasan usaha dan untuk menjaga likuiditas
karena adanya pembiayaan-pembiayaan yang diragukan atau menjurus kepada macet

Prinsip- prinsip dasar manajemen permodalan bank :

 Menyusun rencana keuangan secara menyeluruh


 Menentukan modal yang memadai
 Mengusahakan pemenuhan modal dari internal tanpa merusak
kepentingan pemiliknya/pemegang saham
 Mengusahakan kekurangan modal dari pihak luar

Bentuk bentuk dasar modal bank

a) Subordinatede Debt, yaitu hutang pada pihak lain yang pelunasannya


hannya dapat dilakukan setelah terpenuhinya kewajiban pembayaran
pada pembiayaan lainnya, misalnya penitip dana (deposan).
Subordinatede debt biasanya berbunga dan bank akan membayar bunga
tertentu dimasa yang akan datang.
b) Preferred Stock, yaitu sejumlah dana tertentu yang ditanamkan oleh
pemilik saham yang kewajiban untuk membayar deviden dalam jumlah
tertentu hanya dapat dilakukan setelah terpenuhinya pembayaran atas
pemilik dana (deposan).
c) Common Stock, yaitu modal dasar yang dimiliki oleh suatu bank yang
biasanya terdiri dari dana saham , harga saham diatas pari, cadangan
modal dan laba ditahan.
3. Sumber Permodalan Bank Syari’ah
Sumber-sumber modal yang diuraikan diatas, adalah konsep teori permodalan
pada bank konvensional. Pertanyaan selanjutnya adalah apakah sumber-sumber
permodalan untuk bank syari’ah adalah sama perlakuannya. Antonio menejelaskan
sebagai berikut dalam pandangan syari’ah, modal pinjaman itu termasuk dalam
kategori Qard, yaitu pinjaman harta yang dapat diminta kembali. Dalam literatur fiqih
Salaf Ash Shalih, Qard dikategorikan dalam Aqad tathawwu’ atau akan saling
membantu dan bukan transaksi komersial.
Sumber Utama Modal Bank Syari’ah
1. Modal inti (core capital)
Modal inti adalah modal yang berasal dari para pemilik bank, yang terdiri dari
modal yang disetor oleh para pemegang saham, cadangan dan laba ditahan.
a. Modal yang disetor oleh para pemegang saham. Modal ini timbul apabila pemilik
menyertakan dananya pada bank melalui pembelian saham
b. Modal cadangan yaitu modal dari sebagian laba yang tidak dibagi disisihkan
untuk menutup timbulnya risiko kemudian
c. Laba ditahan, maksudnya adalah sebagian laba yang seharusnya dibagi kepada
para pemegang saham, tetapi oleh para pemegang saham ditanam kembali untuk
menambah dana modal.
Modal inti inilah yang berfungsi sebagai penyangga dan penyerap kegagalan
atau kerugian bank dan melindungi kepentingan para pemegang rekening titipan
(wadiah) atau pinjaman (qard), terutama atas aktiva yang didanai oleh modal sendiri
dan dana-dana wadi’ah atau qard.
2. Kuasi Ekuitas
Bank menghimpun dana bagi hasil atas dasar prinsip mudharabah yaitu akad
kerja sama antara pemilik dan (shahibul maal) dengan pengusaha (mudharib) untuk
melakukan suatu usaha bersama dan pemilik dana tidak boleh mencampuri
pengelolaan bisnis sehari-hari. Berdasarkan prinsip ini, dalam kedudukannya sebagai
mudharib, bank menjadi jasa bagi para investor berupa:
- Rekening investasi umum dimana bank menerima simpanan dari nasabah yang
mencari kesempatan investasi atas dan mereka dalam bentuk investasi
berdasarkan prinsip mudharabah muthlaqah
- Rekening investasi khusus, dimana bank bertindak sebagai manajer investasi
bagi nasabah institusi (pemerintah atau lembaga keuangan lain) atau nasabah
korporasi untuk menginvestasikan dana mereka pada unit-unit usaha atau
proyek yang mereka setujui
- Rekening tabungan mudharabah, prinsip mudharabah juga bisa digunakan untuk
jasa pengelolaan rekening tabungan. Bank syariah melayani tabungan
mudharabah dalam bentuk target yang dimaksudkan untuk suatu pencapaian
target kebutuhan dalam jumlah dan atau jangka atau waktu tertentu, rekening ini
tidak diberikan fasilitas ATM.
Dana-dana rekening bagi hasil (mudharabah), sebenarnya juga dapat
dikategorikan sebagai modal, Namun demikian rekening ini hanya dapat
menanggung risiko atas aktiva yang dibiayai oleh dana dari rekening bagi hasil itu
sendiri. Selain itu, pemilik rekening bagi hasil dapat menolak untuk menanggung
risiko atas aktiva yang dibiayainya, apabila terbukti bahwa risiko tersebut timbul
akibat salah urus, kelalaian atau kecurigaan yang dilakukan oleh manejemen bank
selalu mudharib.
Dengan demikian sumber dana ini tidak dapat sepenuhnya berperan dalam
fungsi permodalan bank sebagaimana diuraikan di dalam bab ini. Namun demikian
tetap merupakan unsur yang dapat diperhitungkan dalam pengukuran ratio
kecukupan modal yang akan diuraikan.
3. Wadiah
Dana titipan adalah dana pihak ketiga pada pihak bank pada umumnya berupa
giro dan tabungan. Pada umumnya motivasi utama orang menitipkan dana pada bank
adalah untuk keamanan mereka dan memperoleh keluasan untuk menarik dananya
kembali.
4. Kecukupan Modal bank Syariah
Kecukupan modal merupakan hal yang sangat penting dalam bisnis
perbankan. Bank yang memiliki tingkat kecukupan modal baik menunjukkan
indikator sebagai bank yang sehat. Sebab kecukupan modal bank menunjukkan
keadaannya yang dinyatakan dengan suatu rasio tertentu yang disebut dengan ratio
kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR). Tingkat kecukupan modal
dapat diukur dengan cara:
a. Membandingkan modal dengan dana-dana pihak ketiga
Dilihat dari sudut perlindungan kepentingan para deposan, perbandingan
antara modal dengan pos-pos pasiva merupakan petunjuk tentang tingkat
keamanan simpanan masyarakat pada bank. Perhitungannya merupakan rasio
modal dikaitkan dengan simpanan pihak ketiga (giro, deposito dan tabungan)
sebagai berikut: Modal dan Cadangan= 10%Giro+Deposito+Tabungan Dari
perhitungan tersebut diketahui bahwa rasio modal atas simpanan cukup dengan
10% dan dengan rasio itu permodalan bank dianggap sehat. Rasio antara modal
dan simpanan masyarkat harus dipadukan dengan memperhitungkan aktiva yang
mengandung risiko.Oleh karena itu modal harus dilengkapi oleh berbagai
cadangan sebagai penyagnga modal, sehingga secara umum modal bank terdiri
dari modal inti dan modal pelengkap (Muhammad, 2002: 248). Rahmat Ilyas 334
Jurnal Bisnis dan Manajemen Islam.
b. Membandingkan modal dengan aktiva berisiko
Untuk ukuran kedua ini merupakan kesepakatan BIS (bank for International
Settlements) yaitu organisasi bank sentral dari negra-negara maju yang disponsori
oleh Amerika Serikat, Kanada, Negara-negara Eropa dan Jepang. Kesepakatan
tentang ketentuan permodalan dicapai pada tahun 1998 dengan menetapkan CAR
yaitu rasio minimum yang mendasarkan kepada perbandingan antara modal
dengan dengan aktiva berisiko. Kesepakatan ini dilatar belakangi oleh hasil
pengamatan para ahli perbankan Negara-negara maju, termasuk pakar IMF dan
World Bank, tentang adanya ketimpangan struktur dan system perbankan
internasional. Hal ini didukung oleh beberapa indikasi berikut:
1. krisis pinjaman negara-negara Amerika Latin telah mengganggu kelancaran
arus peredaran uang Internasioanl.
2. Persaingan yang dianggap unfair antara bank-bank Jepang dengan bank-
bank Amerika dan Eropa di pasar uang internasional. Bank-bank jepang
memberikan pinjaman amat lunak (bunga rendah) karena ketentuan CAR di
Negara itu aman lunak, yaitu antara 2% sampai 3 % saja.
3. Terganggunya situasi pinjaman internasional yang berakibat terganggunya
perdagangan internasional.
Berdasarkan indikasi-indikasi tersebut, BIS menetapkan ketentuan
perhitungan Capital Adequacy Ratio (CAR) yang harus diikuti oleh bank-bank di
seluruh dunia aturan main dalam kompetisi yang fair dipasar keuangan global,
yaitu rasio minimum 8% permodalan terhadap aktiva beresiko (Arifin: 140).
5. Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) Bank Syariah
Resiko atas modal berkaitan dengan dana yang diinvestasikan pada aktiva
beresiko, baik yang beresiko rendah ataupun yang resikonya lebih tinggi dari yang
lain. ATMR adalah faktor pembagi (denominator) dari CAR sedangkan modal adalah
faktor yang dibagi (numerator) untuk mengukur kemampuan modal menanggung
resiko atas aktiva tersebut.5
Dalam menelaah ATMR pada bank syariah, terlebih dahulu harus
dipertimbangkan, bahwa aktiva bank syari’ah dapat dibagi atas:
1. Aktiva yang didanai oleh modal sendiri dan/atau kewajiban atau hutang
(wadi’ah atau qard dan sejenisnya).
2. Aktiva yang didanai oleh rekening bagi hasil (Profit and loss Sharing
Investment Account) yaitu mudharabah (baik General Investment
Account/mudharabah mutlaqah yang tercatat pada neraca/on balance sheet
maupun Restricted Investment Account/mudharabah muqayyadah yang
dicatat pada rekening administratif/off balance sheet) (Muhammad: 103).
Aktiva yang didanai oleh modal sendiri dan kewajiban atau hutang, resikonya
ditanggung oleh modal sendiri, sedangkan aktiva yang didanai oleh rekening bagi
hasil, resikonya ditanggung oleh dana rekening bagi hasil itu sendiri. Namun
demikian, sebagaimana telah diuraikan di atas, pemilik rekening bagi hasil dapat
menolak untuk menanggung resiko atas aktiva yang dibiayainya, apabila terbukti
bahwa resiko tersebut timbul akibat salah urus (mismanagement), kalalaian atau
kecurangan yang dilakukan oleh manajemen bank selaku mudharib. Oleh karenanya
tetap ada potensi resiko, (katakanlah dengan probability 50 %), yang harus ditanggung
oleh modal bank sendiri. Hal ini mengandung konsekuensi bahwa atas aktiva ini harus
pula dibentuk PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif).
Berdasarkan pembagian jenis aktiva tersebut di atas, maka pada prinsipnya bobot
resiko bank syari’ah atas :
1. Aktiva yang dibiayai oleh modal bank sendiri dan/atau dana pinjaman
(wadi’ah, card dan sejenisnya) adalah 100%.
2. Aktiva yang dibiayai oleh pemegang rekening bagi hasil (baik general
ataupun restricted investment account) adalah 50 % (Muhammad : 104).
6. Penerapan Prinsip Syariah Dalam Permodalan Bank Syariah
Modal Bank Syariah Berasal dari Sumber yang Halal Menurut Syariah
Bank syariah adalah bank yang dimaksudkan untuk mengakomodasikan
masyarakat yang ingin menjalankan Islam secara kaaffah, yaitu menghindari hal-hal
yang dilarang oleh Agama Islam. Oleh karena itu, Bank syariah diwajibkan untuk
patuh pada prinsip-prinsip syariah, sejak dari pendirian sampai pada operasionalnya,
5
. BISNIS, Vol. 5, No. 2, Desember 2017 335 Manajemen Permodalan Bank Syariah
dalam hal ini termasuk dalam permodalannya. Menurut Islam, untuk melakukan
sesuatu yang baik, harus diawali dengan yang baik juga. Demikian juga dengan
konsep halal. Halal, menurut Islam, adalah halah dzatnya dan halal cara
mendapatkannya. Daging ayam menurut Islam halal untuk dikonsumsi.
Bank syariah sebagaimana telah disebutkan diharapkan patuh pada prinsip-
prinsip syariah, sehingga bank sebagai lembaga, dan hasil-hasil dari produknya halal
secara agama. Demikian juga dengan dana yang digunakan untuk modal kegiatan
usahanya juga harus halal secara syariah. Modal bank syariah tidak boleh berasal dari
sumber-sumber yang dilarang oleh agama. Dana yang digunakan untuk modal bank
syariah tidak boleh berasal dari hasil merampok, korupsi, hasil perjudian, hasil usaha
minuman keras dan sebagainya yang bertetntangan dengan syariah, termasuk tidak
boleh berasal dari hasil membungakan uang atau riba. Menurut Pasal 9 ayat (1)
UUPS ditentukan bahwa Bank Umum Syariah hanya dapat didirikan dan/atau
dimiliki oleh:
a. Warga Negara Indonesia dan/atau badan hokum Indonesia;
b. Warga Negara Indonesia dan/atau badan hokum Indonesia dengan warga
Negara asing dan/ atau badan hokum asing secara kemitraan; atau
c. Pemerintah daerah

BAB III
KESIMPULAN

Islam mengenal modal sebagai suatu komponen utama dalam usaha, dan hak atas
modal diakui dalam Islam sebagai hak individu atau golongan yang berbeda dengan hak
atas modal Rahmat Ilyas 336 Jurnal Bisnis dan Manajemen Islam menurut pandangan
kapitalis. Pada kapitalis modal merupakan hak mutlak individu.
Sebagai lembaga perantara, modal utama pertama sebuah lembaga keuangan adalah
kepercayaan, yakni kepercayaan pihak-pihak yang dihubungkannya. Dengan kata lain,
modal pertama lembaga keuangan ialah kredibilitas dimana para nasabah atau
masyarakat luas. Sedangkan modal utama kedua sebuah lembaga keuangan adalah
profesionalitas, yakni profesionalitas dalam mengelola uang atau dana titipan yang
diamantkan kepadanya. ringkas kata, kedua modal utama inilah-yakni kredibitas dan
profesionalitas yang ditawarkan dan dijual oleh setiap lembaga keuangan. Dengan
kredibitas dan profesionalitas itulah keberadaan dan kelangsungan sebuah lembaga
keuangan di pertaruhkan dalam hal pengumpulan modal ada beberapa cara yang
dilakukan yaitu dengan modal sendiri dari pemilik bank itu sendiri bisa juga dengan
sistem titipan dari para nasabah dan bisa berbentuk wadi’ah.
Modal dapat dipergunakan untuk menjaga kemungkinan terjadinya risiko kerugian
atas investasi pada aktiva, terutama yang berasal dari dana-dana pihak ketiga atau
masyarakat. Peningkatan peran aktiva sebagai penghasil keuntungan harus serentak
dibarengi dengan pertimbangan resiko yang mungkin timbul guna melindungi
kepentingan para pemilik dana.

DAFTAR PUSTAKA
BISNIS, Vol. 5, No. 2, Desember 2017 335 Manajemen Permodalan Bank Syariah

http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/Bisnis/article/view/3017/, diakses pada


tanggal 19 oktober 2019 PKL. 20.00 WIB
Muhammad Syafii , Antonio. 2004. Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik. Jakarta:
Gema Insani Press.
Muhammad Danang , Wahyu Penerapan Prinsip Syariah Dalam Permodalan Bank
Syariah, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,. 2014. 47
Umam, Khotibul. Utomo, Setiawan Budi. (2017:2019). Perbankan Syariah Dasar-
dasar dan dinamikaPerkembangannya di indonesia (Cetakan ke 2 dan 3). Depok: PT
Rajagrafindo Persada..

Anda mungkin juga menyukai