Hesty Lestiawati
Universitas Gunadarma
Fakultas Ekonomi, Manajemen
NPM : 11205464
Email : sty_niez@yahoo.com
ABSTRAK
Kata Kunci : Tingkat Kesehatan Bank, Rasio Keuangan, Bank Syariah, Bank
Konvensional.
PENDAHULUAN
Sudah cukup lama umat Islam Indonesia, demikian juga belahan
dunia Islam (muslim world) lainnya menginginkan system perekonomian yang
berbasis nilai-nilai dan prinsip syariah (Islamic economic system) untuk dapat
diterapkan dalam segenap aspek kehidupan bisnis dan transaksi umat. Keinginan
ini didasari oleh suatu kesadaran untuk menerapkan Islam secara utuh dan total.
Dimulai sejak tahun 1992, perkembangan syariah cukup pesat sampai
dengan saat ini. Dipicu oleh Undang-undang No. 10 tahun 1998 yang
memungkinkan perbankan menjalankan dual system banking, bank-bank
konvensional yang menguasai pasar mulai melirik dan membuka unit usaha
syariah.
Analisis Tingkat Kesehatan Bank di Indonesia (Tinjauan Bank Syariah dan Konvensional)
Rumusan Masalah
Perumusan masalah yang diangkat penulis adalah:
1. Bagaimana likuiditas, rentabilitas, dan modal bank syariah?
2. Bagaimana peringkat bank syariah berdasarkan standar ketentuan
Bank Indonesia?
3. Bagaimana perbandingan likuiditas, rentabilitas, dan modal bank
syariah dan bank konvensional?
Analisis Tingkat Kesehatan Bank di Indonesia (Tinjauan Bank Syariah dan Konvensional)
TELAAH PUSTAKA
Pengetian Bank Syariah
Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank Syariah, adalah bank
yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank syariah juga dapat
diartikan sebagai lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan produknya
dikembangkan berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Antonio dan
Perwataatmadja membedakan menjadi dua pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank
yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam. Bank Islam adalah bank yang
beroperasi dengan prinsip syariah Islam dan bank yang tata cara beroperasinya
mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadits. Bank yang
beroperasi sesuai dengan prinsip syariah Islam adalah bank yang dalam
beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang
menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam.
a. Al-Mudharabah
Al-Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak
dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%)
modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib).
Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan
yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung
oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si
pengelola. Seandainya kerugian ini diakibatkan karena kecurangan
atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas
kerugian tersebut. Akad mudharabah secara umum terbagi menjadi
dua jenis:
1). Mudharabah Muthlaqah
Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib
yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi
jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.
2). Mudharabah Muqayyadah
Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib
dimana mudharib memberikan batasan kepada shahibul maal
mengenai tempat, cara, dan obyek investasi.
b. Al-Musyarakah
Al-musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko
akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
Dua jenis al-musyarakah:
1). Musyarakah pemilikan, tercipta karena warisan, wasiat, atau
kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh
dua orang atau lebih.
2). Musyarakah akad, tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua
orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan
modal musyarakah.
3. Prinsip Jual Beli (Al-Tijarah)
Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli,
dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan
atau mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian
barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada
nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan
(margin). Implikasinya berupa:
a. Al-Murabahah
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual
dan pembeli.
b. Salam
Salam adalah akad jual beli barang pesanan dengan penangguhan
pengiriman oleh penjual dan pelunasannya dilakukan segera oleh
pembeli sebelum barang pesanan tersebut diterima sesuai syarat-
syarat tertentu.
Analisis Tingkat Kesehatan Bank di Indonesia (Tinjauan Bank Syariah dan Konvensional)
Rasio Keuangan
Rasio Permodalan (Solvabilitas)
Bank pada umumnya dan bank syariah pada khususnya adalah lembaga
yang didirikan dengan orientasi laba. Kekuatan aspek permodalan ini
memungkinkan terbangunnya kondisi bank yang dipercaya oleh masyarakat.
Pengertian modal bank berdasar ketentuan Bank Indonesia dibedakan
antara bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia dan kantor cabang
bank asing yang beroperasi di Indonesia. Modal bank yang didirikan dan
berkantor pusat di Indonesia terdiri atas modal inti atau primary capital dan
modal pelengkap atau secondary capital.
Rasio modal bank dihitung dengan cara membandingkan antara modal
bank (modal inti + modal pelengkap) dan total ATMR. Rasio tersebut dapat
dirumuskan sebagai berikut:
CAR = Modal Bank х 100%
Total ATMR
Rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham bank (baik
pemegang saham pendiri maupun pemegang saham baru) serta para
investor di pasar modal yang ingin membeli saham bank yang
bersangkutan (jika bank tersebut telah go public).
Dengan demikian rasio ROE merupakan indikator penting bagi para
pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank
Analisis Tingkat Kesehatan Bank di Indonesia (Tinjauan Bank Syariah dan Konvensional)
Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang
diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini digunakan untuk
mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para
nasabah yang telah menanamkan dananya dengan kredit-kredit yang telah
diberikan kepada para debiturnya. Semakin tinggi rasionya semakin tinggi tingkat
likuiditasnya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
METODE PENELITIAN
Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah tingkat kesehatan bank umum
syariah tahun 2004 sampai dengan 2008 yang akan dilakukan analisa terhadap
kinerjanya dilihat dari tingkat kesehatan bank yang diukur dari aspek likuiditas,
rentabilitas dan modal. Adapun teknik sampling yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Purposive Sampling karena sampel yang dipilih hanya yang memenuhi
kriteria saja yaitu:
- Bank Umum Syariah (BUS)
- Mempublikasikan Laporan Keuangan tahun 2004-2008
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, maka bank syariah yang
memenuhi kriteria tersebut ada empat bank. Bank-bank yang dijadikan sampel
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
• BANK MUAMALAT INDONESIA
• BANK SYARIAH MANDIRI
• BANK SYARIAH MEGA INDONESIA
• BANK SYARIAH BII
Periode yang diteliti adalah tahun 2004-2008 karena data yang
tersedia/dipublikasikan adalah laporan keuangan tahun 2004-2008.
Analisis Tingkat Kesehatan Bank di Indonesia (Tinjauan Bank Syariah dan Konvensional)
PEMBAHASAN
PT BANK MUAMALAT INDONESIA
a. Hasil Perhitungan FDR/LDR BANK MUAMALAT INDONESIA
Berdasarkan rumus tersebut, maka FDR/LDR bank selama periode
pengamatan dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.1
2004 2005 2006 2007 2008
LDR 86,03 89,08 87,29 102,87 106,39
Pada tabel 4.1 dapat terlihat bahwa rasio LDR pada BANK
MUAMALAT INDONESIA dari tahun 2004-2008 semakin tinggi, hal
ini menunjukkan bahwa kemampuan likuiditas bank yang semakin
rendah.
Pada tabel 4.2 dapat terlihat bahwa rasio ROA pada BANK
MUAMALAT INDONESIA dari tahun 2004-2008 semakin tinggi, hal
ini menunjukkan bahwa kemampuan dalam menghasilkan profit yang
semakin baik.
Tabel 4.3
2004 2005 2006 2007 2008
ROE 15,49 18,10 19,77 24,29 33,21
Pada tabel 4.3 dapat terlihat bahwa rasio ROE pada BANK
MUAMALAT INDONESIA dari tahun 2004-2008 semakin tinggi, hal
ini menunjukkan bahwa adanya kenaikan laba bersih yang semakin
baik
Pada tabel 4.4 dapat terlihat bahwa rasio BOPO pada BANK
MUAMALAT INDONESIA dari tahun 2004-2008 semakin rendah,
hal ini menunjukkan bahwa bank mampu menekan biaya
operasionalnya dan mengakibatkan semakin tinggi tingkat keuntungan
bank.
Pada tabel 4.5 dapat terlihat bahwa rasio CAR pada BANK
MUAMALAT INDONESIA dari tahun 2004-2008 mengalami
perubahan naik turun, akan tetapi besar rasio pada tahun 2008 masih
cukup baik
Pada tabel 4.6 dapat terlihat bahwa LDR pada BANK SYARIAH
MANDIRI dari tahun 2004-2008 mengalami perubahan yang cukup
baik karena rasio pada tahun 2008 yang lebih rendah dari tahun-tahun
sebelumnya meskipun pada tahun 2005 dapat lebih rendah dari tahun
2008. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan likuiditas bank
yang semakin tinggi.
Analisis Tingkat Kesehatan Bank di Indonesia (Tinjauan Bank Syariah dan Konvensional)
Pada tabel 4.7 dapat terlihat bahwa rasio ROA pada BANK
SYARIAH MANDIRI dari tahun 2004-2008 semakin tinggi, hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan dalam menghasilkan profit yang
semakin baik. Walaupun sempat terjadi penurunan pada tahun 2005
tetapi ROA pada tahun 2008 sudah cukup baik.
Pada tabel 4.8 dapat dilihat bahwa rasio ROE pada BANK
SYARIAH MANDIRI dari tahun 2004-2008 semakin rendah, hal ini
menunjukkan bahwa adanya penurunan laba bersih.
Pada tabel 4.9 dapat terlihat bahwa rasio BOPO pada BANK
SYARIAH MANDIRI dari tahun 2004-2008 memiliki rasio yang
rendah, hal ini menunjukkan bahwa bank mampu menekan biaya
operasionalnya dan mengakibatkan semakin tinggi tingkat keuntungan
bank.
Pada tabel 4.10 dapat terlihat bahwa rasio CAR pada BANK
SYARIAH MANDIRI dari tahun 2004-2008 mengalami peningkatan,
Analisis Tingkat Kesehatan Bank di Indonesia (Tinjauan Bank Syariah dan Konvensional)
Pada tabel 4.11 dapat dilihat bahwa rasio LDR pada BANK
SYARIAH BII pada tahun 2004-2008 mengalami kenaikan dan
penurunan, tetapi rasio pada tahun 2008 masih dapat dikatakan cukup
baik, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan likuiditas bank yang
semakin baik
Pada tabel 4.12 dapat terlihat bahwa rasio ROA pada BANK
SYARIAH MEGA INDONESIA dari tahun 2004-2008 semakin rendah,
hal ini menunjukkan bahwa kemampuan dalam menghasilkan profit
yang tidak cukup baik.
Pada tabel 4.13 dapat dilihat rasio ROE pada BANK SYARIAH
MEGA INDONESIA tahun 2004-2008 semakin rendah, hal ini
menunjukkan bahwa adanya penurunan laba bersih.tetapi besar rasio
ROE pada tahun 2008 sudah cukup baik.
Tabel 4.14
2004 2005 2006 2007 2008
BOPO 86,50 95,01 67,84 79,44 78,73
Pada tabel 4.14 dapat dilihat rasio BOPO pada BANK SYARIAH
MEGA INDONESIA dari tahun 2004-2008 terjadi perubahan yang
cukup baik, hal ini menunjukkan bahwa bank mampu menekan biaya
operasionalnya dan mengakibatkan semakin baik tingkat keuntungan
bank.
Pada tabel 4.15 dapat terlihat bahwa rasio CAR pada BANK
SYARIAH MEGA INDONESIA dari tahun 2004-2008 mengalami
perubahan yang cukup baik dan pada tahun 2008 rasio CAR
mengalami peningkatan, hal ini menunjukkan kualitas bank dalam
menyediakan modal minimumnya semakin baik.
Pada tabel 4.16 dapat dilihat bahwa rasio LDR pada BANK
SYARIAH BII mengalami kenaikan dari tahun 2004-2008, hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan likuiditas bank yang semakin
rendah.
Pada tabel 4.17 dapat dilihat bahwa rasio ROA pada BANK
SYARIAH BII dari tahun 2004-2008 mengalami perubahan naik turun,
tetapi pada tahun 2008 rasio ROA sudah cukup baik walaupun tidak
Analisis Tingkat Kesehatan Bank di Indonesia (Tinjauan Bank Syariah dan Konvensional)
Pada tabel 4.18 dapat dilihat rasio ROE pada BANK SYARIAH
BII tahun 2004-2008 semakin rendah, hal ini menunjukkan bahwa
adanya penurunan laba bersih.tetapi besar rasio ROE pada tahun 2008
sudah cukup baik.
Pada tabel 4.19 dapat dilihat rasio BOPO pada BANK SYARIAH
BII dari tahun 2004-2008 semakin tinggi, hal ini menunjukkan bahwa
bank kurang mampu menekan biaya operasionalnya dan mengakibatkan
semakin rendah tingkat keuntungan bank.
Tabel 4.20
2004 2005 2006 2007 2008
CAR 20,89 21,74 23,30 21,33 19,58
Pada tabel 4.20 dapat terlihat bahwa rasio CAR pada BANK
SYARIAH BII dari tahun 2004-2008 mengalami perubahan yang cukup
baik dan pada tahun 2008 rasio CAR mengalami penurunan, hal ini
menunjukkan kualitas bank dalam menyediakan modal minimumnya
semakin baik.
Analisis Tingkat Kesehatan Bank di Indonesia (Tinjauan Bank Syariah dan Konvensional)
2. Bank Mandiri
Tabel 4.22
Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 Rata- kategori
Rasio rata
4. Bank BII
Tabel 4.24
Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 Rata- kategori
Rasio rata
1 BSBII 21,368 BMGI 2,774 BMGI 28,72 BSM 3,512 BSBII 62,338
2 BMGI 13,528 BMI 2,344 BMI 22,172 BMGI 81,50 BMGI 75,50
3 BMI 13,196 BSM 1,83 BSBII 19,804 BMI 82,36 BSM 89,574
4 BSM 12,02 BSBII 1,574 BSM 13,05 BSBII 87,94 BMI 94,332
25 BSBII
20 21,368
15 BMGI BMI BSM
13,524 13,196 CAR
10 12,02
5
0
0 1 2 3 4 5
3 BMGI
2,5 2,774 BMI
2 2,344 BSM
BSBII
1,5 1,83 ROA
1,574
1
0,5
0
0 1 2 3 4 5
Gambar 4.2
Rata-rata ROA Bank Syariah tahun 2004-2008
Pada gambar 4.2 dapat dilihat rata-rata ROA yang paling baik
dimiliki oleh Bank Syariah Mega Indonesia, Bank Muamalat Indonesia
Analisis Tingkat Kesehatan Bank di Indonesia (Tinjauan Bank Syariah dan Konvensional)
berada pada peringkat kedua, Bank Syariah Mandiri berada pada peringkat
ketiga, dan Bank Syariah BII berada pada peringkat keempat.
40
BMGI
30
28,72 BMI
BSBII
20 22,172 ROE
19,804 BSM
10 13,05
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5
Gambar 4.3
Rata-rata ROE Bank Syariah tahun 2004-2008
Pada gambar 4.3 dapat dilihat rata-rata ROE yang paling baik
dimiliki oleh Bank Syariah Mega Indonesia, Bank Muamalat Indonesia
berada pada peringkat kedua, Bank Syariah BII berada pada peringkat
ketiga, dan Bank Syariah Mandiri berada pada peringkat keempat.
100 BSBII
BMGI BMI
80 82,36 87,94
81,5
60
BOPO
40
20
BSM
0 3,512
0 1 2 3 4 5
Gambar 4.4
Rata-rata BOPO Bank Syariah tahun 2004-2008
Pada gambar 4.4 dapat dilihat rata-rata BOPO yang paling baik
dimiliki oleh Bank Syariah Mandiri, Bank Syariah Mega Indonesia berada
pada peringkat kedua, Bank Muamalat berada pada peringkat ketiga, dan
Bank Syariah BII berada pada peringkat keempat.
Analisis Tingkat Kesehatan Bank di Indonesia (Tinjauan Bank Syariah dan Konvensional)
Gambar 4.5
Rata-rata LDR Bank Syariah tahun 2004-2008
Pada gambar 4.5 dapat dilihat rata-rata LDR yang paling baik
dimiliki oleh Bank Syariah BII, Bank Syariah Mega Indonesia berada pada
peringkat kedua, Bank Syariah Mandiri berada pada peringkat ketiga, dan
Bank Muamalat Indonesia berada pada peringkat keempat.
Tabel 4.31
Perbandingan Rata-rata Rasio Bank Syariah dan Bank Konvensional
BANK BANK SYARIAH BANK BANK KONVENSIONAL
CAR ROA ROE BOPO LDR CAR ROA ROE BOPO LDR
BMI 13,196 2,344 22,172 82,36 94,332 BNI 15,52 1,60 16,36 86,32 57,54
BSM 12,02 1,83 13,05 3,512 89,574 MDRI 22,22 1,90 13,84 47,74 55,22
BMGI 13,528 2,774 28,72 81,50 75,50 MEGA 14,19 1,88 20,35 83,55 50,83
BSBII 21,368 1,574 19,804 87,94 62,338 BII 21,72 1,57 19,89 87,93 62,33
JUMLAH 60,112 8,522 83,746 255,31 321,74 JUMLAH 73,65 6,95 70,44 305,54 225,9
HH 2
RATA2 15,028 2,13 20,936 63,82 80,435 RATA2 18,41 1,73 17,61 76,38 56,48
Analisis Tingkat Kesehatan Bank di Indonesia (Tinjauan Bank Syariah dan Konvensional)
100
80 BOPO LDR
60 BOPO
LDR SYARIAH
40 KONVENSIONAL
CAR ROE
20 ROA ROE
CAR
0 ROA
0 1 2 3 4 5 6
Gambar 4.6
Perbandingan Rata-rata Rasio Bank Syariah dan
Konvensional Tahun 2004-2008
Kinerja bank secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 4.27 dan posisi
masing-masing rasio pada gambar 4.6 yang merupakan gabungan dari aspek
likuiditas, rentabilitas, dan permodalan. Setelah dilakukan perhitungan rata-rata
CAR bank syariah sebesar 15,028% sedangkan bank konvensional sebesar
18,41% yang artinya rata-rata CAR bank konvensional relatif lebih tinggi/baik
dibandingkan bank syariah. Hal ini menandakan bahwa penyaluran pembiayaan
bank syariah yang lebih agresif/ekspansif ini membuat CAR dari bank syariah
lebih rendah daripada bank konvensional karena bank syariah lebih efektif dalam
menyalurkan pembiayaannya namun dapat tetap mempertahankan likuiditasnya
agar tidak over/under liquid dan juga karena ekspansi yang dilakukan oleh bank
syariah mengingat bahwa bank syariah sedang dalam tahap pengembangan.
Rata-rata ROA bank syariah sebesar 2,13% sedangkan bank konvensional
1,73% yang artinya rata-rata ROA bank syariah relatif lebih tinggi dibandingkan
bank konvensional. Penyaluran pembiayaan yang lebih agresif /ekspansif ini
membuat profitabilitas dari bank syariah lebih baik daripada bank konvensional.
Rata-rata ROE bank syariah sebesar 20,936% sedangkan bank
konvensional 17,61% yang artinya rata-rata ROA bank syariah relatif lebih tinggi
dibandingkan bank konvensional.
Rata-rata BOPO bank syariah sebesar 63,82% sedangkan bank
konvensional sebesar 76,38% yang artinya rata-rata BOPO bank syariah lebih
rendah dibandingkan bank konvensional. Dalam hai ini bank syariah lebih efisien
karena dapat menekan biaya operasionalnya.
Rata-rata LDR bank syariah sebesar 80,435% sedangkan bank
konvensional sebesar 56,48% yang artinya rata-rata LDR bank syariah tinggi
dibandingkan bank konvensional. Dalam hal ini bank syariah mempunyai
intermediasi lebih baik daripada bank konvensional dan bersifat agresif/ekspansif
dalam menyalurkan pembiayaannya. Dalam hal ini, likuiditas bank syariah lebih
rendah daripada bank konvensional, akan tetapi masih dalam batas normal yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu tidak melebihi 115%.
Strategi manajemen bank syariah lebih ekspansif/agresif dalam
menyalurkan pembiayaannya karena bank syariah lebih memfokuskan
Analisis Tingkat Kesehatan Bank di Indonesia (Tinjauan Bank Syariah dan Konvensional)
penempatan aktiva produktifnya pada sektor riil jika dibandingkan dengan bank
konvensional. Bank syariah lebih banyak menyalurkan dananya pada pembiayaan
sedangkan bank konvensional, selain menyalurkan dananya ke sektor riil, juga
menyalurkannya ke pasar uang dan pasar modal serta disalurkan pada SBI dan
surat berharga lainnya. Walaupun dalam hal penempatan aktiva produktifnya bank
syariah lebih agresif menyalurkan pembiayaan, namun likuiditas bank syariah
masih tetap terjaga agar tidak over/under liquid.
Berdasarkan uraian di atas rata-rata tingkat kesehatan bank syariah relatif
lebih tinggi dibandingkan bank konvensional. Secara konsep, karakteristik yang
dimiliki oleh bank syariah memiliki keunggulan dibandingkan dengan bank
konvensional karena tidak tergantung pada fluktuasi suku bunga pasar yang
membuat cost of capital bank syariah lebih rendah dan tidak mengalami negative
spread. Faktor manajemen bank yang bersangkutan juga sangat mempengaruhi
kemampuan bank dalam menghasilkan laba.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan serta berdasarkan teori
yang yang mendasari penelitian ini, maka penulis mengambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1.Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan terhadap Financing/Loan
To Deposits Ratio (FDR/LDR), Return On Total Assets (ROA), Return
On Equity (ROE), Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO) dan Capital Adequancy Ratio (CAR) dapat disimpulakn bahwa
bank syariah relatif lebih baik daripada bank konvensional.
Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor berikut:
- Bank konvensional harus memberikan return kepada nasabah yang
disesuaikan dengan tingkat suku bunga pasar yang berlaku pada
saat itu. Hal tersebut juga dapat menyebabkan bank konvensional
negative spread, yang artinya return yang harus diberikan bank
kepada nasabahnya lebih tinggi dibandingkan dengan apa yang
diperoleh bank.
- Dalam menyalurkan pembiayaannya, bank syariah lebih
agresif/ekspansif sehingga membuat profitabilitas bank syariah
lebih baik daripada bank konvensional. Hal ini dapat dilihat dari
rata-rata FDR/LDR bank syariah sebesar 80,435% sedangkan bank
konvensional sebesar 56,48% yang artinya rata-rata FDR/LDR
bank syariah relatif lebih tinggi dibandingkan dengan bank
konvensional karena dalam hal ini bank syariah mempunyai fungsi
intermediasi yang lebih baik daripada bank konvensional.
2. Strategi manajemen bank syariah lebih ekspansif/agresif dalam
menyalurkan pembiayaannya karena bank syariah lebih memfokuskan
penempatan aktiva produktifnya pada sektor riil jika dibandingkan
dengan bank konvensional. Bank syariah lebih banyak menyalurkan
dananya pada pembiayaan sedangkan bank konvensional, selain
menyalurkan dananya ke sektor riil, juga menyalurkannya ke pasar uang
dan pasar modal serta disalurkan pada SBI dan surat berharga lainnya.
Analisis Tingkat Kesehatan Bank di Indonesia (Tinjauan Bank Syariah dan Konvensional)
Implikasi
Bank syariah pada saat ini mempunyai kinerja keuangan yang relatif lebih
baik dibandingkan dengan bank konvensional, oleh karena itu sebaiknya bank
syariah tetap mempertahankan dan meningkatkan kinerja yang telah dicapai dan
hal itu dapat dilakukan dengan mempertahankan dan meningkatkan penyaluran
pembiayaan yang agresif/ekspansif sehingga dapat mempertahankan fungsi
intermediasi yang sudah baik menjadi lebih baik, lebih inovatif dalam
mengembangkan produknya dengan tetap memperhatikan prinsip syariah,
peningkatan kualitas pelayanan, peningkatan sumber daya manusia dan informasi
manajemen, meningkatkan perolehan keuntungan dengan mengembangkan jasa
perbankan /operasional lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Febryani, Anita dan Rahadian Zulfadin. 2003. Analisis Kinerja Bank Devisa dan
Bank Non Devisa di Indonesia. Jurnal Kajian Ekonomi dan Keuangan
Vol.7 No.4