Anda di halaman 1dari 23

Analisis Tingkat Kesehatan Bank di Indonesia (Tinjauan Bank Syariah dan Konvensional)

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DI INDONESIA


(TINJAUAN BANK SYARIAH DAN KONVENSIONAL)

Hesty Lestiawati
Universitas Gunadarma
Fakultas Ekonomi, Manajemen
NPM : 11205464
Email : sty_niez@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja keuangan bank syariah


dan bank konvensional dilihat dari tingkat kesehatan bank yang diukur dari aspek
likuiditas, rentabilitas dan permodalan pada periode 2004-2008 dengan
menggunakan rasio keuangan. Rasio keuangan yang digunakan terdiri dari CAR,
ROA, ROE, BOPO dan LDR.
Berdasarkan dari kriteria sampel yang telah ditentukan, diperoleh sampel
penelitian yaitu empat bank umum syariah dan empat bank konvensional. Data
yang digunakan adalah data sekunder yang bersifat kuantitatif dan penelitian ini
dilakukan dengan cara membandingkan masing-masing rasio CAR, ROA, ROE,
BOPO, LDR.
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa rata-rata rasio
keuangan perbankan syariah relatif lebih baik dibandingkan dengan perbankan
konvensional. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata rasio keuangan bank syariah lebih
tinggi dibandingkan bank konvensional, sedangkan pada rasio yang lain
perbankan syariah lebih rendah kualitasnya. Akan tetapi bila dilihat secara
keseluruhan perbankan syariah menunjukkan kinerja lebih baik dibandingkan
perbankan konvensional dan bank syariah mempunyai fungsi intermediasi yang
lebih baik daripada bank konvensional.

Kata Kunci : Tingkat Kesehatan Bank, Rasio Keuangan, Bank Syariah, Bank
Konvensional.

PENDAHULUAN
Sudah cukup lama umat Islam Indonesia, demikian juga belahan
dunia Islam (muslim world) lainnya menginginkan system perekonomian yang
berbasis nilai-nilai dan prinsip syariah (Islamic economic system) untuk dapat
diterapkan dalam segenap aspek kehidupan bisnis dan transaksi umat. Keinginan
ini didasari oleh suatu kesadaran untuk menerapkan Islam secara utuh dan total.
Dimulai sejak tahun 1992, perkembangan syariah cukup pesat sampai
dengan saat ini. Dipicu oleh Undang-undang No. 10 tahun 1998 yang
memungkinkan perbankan menjalankan dual system banking, bank-bank
konvensional yang menguasai pasar mulai melirik dan membuka unit usaha
syariah.
Analisis Tingkat Kesehatan Bank di Indonesia (Tinjauan Bank Syariah dan Konvensional)

Dewasa ini perbankan syariah di Indonesia mengalami perkembangan


yang cukup pesat dan signifikan. Ditandai dengan banyak berdirinya Badan
Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) dan banyaknya bank konvensional yang
membuka kantor cabang bank syariah, bahkan mengganti jenis usahanya dari
bank konvensional menjadi syariah. Selain itu, berbagai Undang-undang yang
mengatur berbagai mekanisme perbankan syariah pun telah dikeluarkan oleh
Pemerintah.
Upaya sosialisasi dan edukasi yang dilakukan oleh kalangan praktisi
perbankan syariah juga semakin gencar dilakukan, dengan sasaran untuk
mengubah paradigma berpikir masyarakat yang telah sejak lama terbiasa dengan
bank konvensional. Berbagai upaya promosi juga dilakukan oleh pelaku
perbankan syariah guna memperkenalkan sistem perbankan syariah.
Bank Indonesia selaku otoritas perbankan saat ini, menilai bahwa
sebagai bagian dari sistem perbankan nasional bank-bank syariah perlu diatur dan
diawasi agar kepentingan masyarakat pengguna jasa perbankan tersebut dapat
terlindungi dengan baik, terjadi persaingan sehat antar bank syariah dan agar
bank-bank syariah dapat berkembang dengan sehat serta berperan optimal dalam
pembangunan nasional.
Sistem operasional pada bank syariah menerapkan sistem free rate
interest banking. Sistem ini diperkenalkan untuk pertama kali oleh umat Islam,
dengan kata lain adalah sistem perbankan yang tata cara operasinya sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah Islam. Dalam sistem operasional ini, pada hakekatnya
nasabah yang mengadakan transaksi dengan bank yang bersangkutan sama
dengan melakukan investasi dengan imbalan bagi hasil yang sesuai dengan
keadaan yang benar-benar terjadi. Bank syariah tidak memberikan jaminan tingkat
pengembalian yang pasti (pranata bunga) dari nominal simpanan nasabah, tapi
simpanan tersebut akan diperlakukan sebagai modal dan nasabah yang
bersangkutan sebagai shareholder akan mendapat bagian keuntungan sebesar
prosentase yang telah disepakati bersama. Demikian pula perlakuan yang sama
akan diterapkan pada kredit yang diberikan oleh bank.
Untuk mengukur kinerja suatu bank, ada tolak ukur yang biasa dijadikan
sebagai standar dalam pengukuran yaitu sistem penilaian yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia. Sistem penilaian ini diputuskan melalui Surat Keputusan Direksi
Bank Indonesia No. 30/277/KEP/DIR tanggal 19 Maret 1998 tentang Tata cara
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank.

Rumusan Masalah
Perumusan masalah yang diangkat penulis adalah:
1. Bagaimana likuiditas, rentabilitas, dan modal bank syariah?
2. Bagaimana peringkat bank syariah berdasarkan standar ketentuan
Bank Indonesia?
3. Bagaimana perbandingan likuiditas, rentabilitas, dan modal bank
syariah dan bank konvensional?
Analisis Tingkat Kesehatan Bank di Indonesia (Tinjauan Bank Syariah dan Konvensional)

TELAAH PUSTAKA
Pengetian Bank Syariah
Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank Syariah, adalah bank
yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank syariah juga dapat
diartikan sebagai lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan produknya
dikembangkan berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Antonio dan
Perwataatmadja membedakan menjadi dua pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank
yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam. Bank Islam adalah bank yang
beroperasi dengan prinsip syariah Islam dan bank yang tata cara beroperasinya
mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadits. Bank yang
beroperasi sesuai dengan prinsip syariah Islam adalah bank yang dalam
beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang
menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam.

Prinsip Dasar Perbankan Syariah


Batasan-batasan bank syariah yang harus menjalankan kegiatannya
berdasar pada syariat Islam, menyebabkan bank syariah harus menerapkan
prinsip-prinsip yang sejalan dan tidak bertentangan dengan syariat Islam. Adapun
prinsip-prinsip bank syariah adalah sebagai berikut:
1. Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah)
Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak
lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan
dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki (Syafi’I Antonio,
2001).
Secara umum terdapat dua jenis al-wadiah, yaitu:
a. Wadiah Yad Al-Amanah (Trustee Depository) adalah akad penitipan
barang/uang dimana pihak penerima titipan tidak diperkenankan
menggunakan barang/uang yang dititipkan dan tidak bertanggung
jawab atas kerusakan atau kehilangan barang titipan yang bukan
diakibatkan perbuatan atau kelalaian penerima titipan. Adapun
aplikasinya dalam perbankan syariah berupa produk safe deposit box.
b. Wadiah Yad adh-Dhamanah (Guarantee Depository) adalah akad
penitipan barang/uang dimana pihak penerima titipan dengan atau
tanpa izin pemilik barang/uang dapat memanfaatkan barang/uang
titipan dan harus bertanggung jawab terhadap kehilangan atau
kerusakan barang/uang titipan. Semua manfaat dan keuntungan yang
diperoleh dalam penggunaan barang/uang titipan menjadi hak
penerima titipan. Prinsip ini diaplikasikan dalam produk giro dan
tabungan.
2. Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing)
Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tatacara pembagian hasil
usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Bentuk produk yang
berdasarkan prinsip ini adalah:
Analisis Tingkat Kesehatan Bank di Indonesia (Tinjauan Bank Syariah dan Konvensional)

a. Al-Mudharabah
Al-Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak
dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%)
modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib).
Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan
yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung
oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si
pengelola. Seandainya kerugian ini diakibatkan karena kecurangan
atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas
kerugian tersebut. Akad mudharabah secara umum terbagi menjadi
dua jenis:
1). Mudharabah Muthlaqah
Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib
yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi
jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.
2). Mudharabah Muqayyadah
Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib
dimana mudharib memberikan batasan kepada shahibul maal
mengenai tempat, cara, dan obyek investasi.
b. Al-Musyarakah
Al-musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko
akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
Dua jenis al-musyarakah:
1). Musyarakah pemilikan, tercipta karena warisan, wasiat, atau
kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh
dua orang atau lebih.
2). Musyarakah akad, tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua
orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan
modal musyarakah.
3. Prinsip Jual Beli (Al-Tijarah)
Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli,
dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan
atau mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian
barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada
nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan
(margin). Implikasinya berupa:
a. Al-Murabahah
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual
dan pembeli.
b. Salam
Salam adalah akad jual beli barang pesanan dengan penangguhan
pengiriman oleh penjual dan pelunasannya dilakukan segera oleh
pembeli sebelum barang pesanan tersebut diterima sesuai syarat-
syarat tertentu.
Analisis Tingkat Kesehatan Bank di Indonesia (Tinjauan Bank Syariah dan Konvensional)

Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu


transaksi salam. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian
memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan
dengan cara salam maka hal ini disebut salam paralel.
c. Istishna’
Istishna’ adalah akad jual beli antara pembeli dan produsen yang
juga bertindak sebagai penjual. Cara pembayarannya dapat berupa
pembayaran dimuka, cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka
waktu tertentu. Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya
secara umum yang meliputi: jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan
kuantitasnya.
Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual. Jika bank
bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain
untuk menyediakan barang pesanan dengan cara istishna maka hal
ini disebut istishna paralel.
4. Prinsip Sewa (Al-Ijarah)
Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa,
melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak
kepemilikan atas barang itu sendiri.
Al-ijarah terbagi kepada dua jenis: (1) Ijarah, sewa murni. (2) ijarah al
muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana
si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa
sewa.
5. Prinsip Jasa (Fee-Based Service)
Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan
bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain:
a. Al-Wakalah
Nasabah memberi kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya
melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti transfer.
b. Al-Kafalah
Jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga
untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.
c. Al-Hawalah
Adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang
lain yang wajib menanggungnya. Kontrak hawalah dalam
perbankan biasanya diterapkan pada Factoring (anjak piutang),
Post-dated check, dimana bank bertindak sebagai juru tagih tanpa
membayarkan dulu piutang tersebut.
d. Ar-Rahn
Adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai
jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan
tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang
menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali
seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat
dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan utang atau gadai.
e. Al-Qardh
Al-qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat
ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan
Analisis Tingkat Kesehatan Bank di Indonesia (Tinjauan Bank Syariah dan Konvensional)

tanpa mengharapkan imbalan. Produk ini digunakan untuk


membantu usaha kecil dan keperluan sosial. Dana ini diperoleh
dari dana zakat, infaq dan shadaqah.

Rasio Keuangan
Rasio Permodalan (Solvabilitas)
Bank pada umumnya dan bank syariah pada khususnya adalah lembaga
yang didirikan dengan orientasi laba. Kekuatan aspek permodalan ini
memungkinkan terbangunnya kondisi bank yang dipercaya oleh masyarakat.
Pengertian modal bank berdasar ketentuan Bank Indonesia dibedakan
antara bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia dan kantor cabang
bank asing yang beroperasi di Indonesia. Modal bank yang didirikan dan
berkantor pusat di Indonesia terdiri atas modal inti atau primary capital dan
modal pelengkap atau secondary capital.
Rasio modal bank dihitung dengan cara membandingkan antara modal
bank (modal inti + modal pelengkap) dan total ATMR. Rasio tersebut dapat
dirumuskan sebagai berikut:
CAR = Modal Bank х 100%
Total ATMR

Rasio Rentabilitas (Earning)


Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau
mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang
bersangkutan. Rasio rentabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE).
1. Return on Assets (ROA)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin
besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang
dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari
segi penggunaan aset. Rumus yang digunakan adalah:

ROA = Laba sebelum pajak х 100%


Rata-rata Total asset

2. Return on Equity (ROE)


ROE adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan modal
sendiri. Rasio dapat dirumuskan sebagai berikut:

ROE = Laba setelah pajak х 100%


Rata-rata ekuitas

Rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham bank (baik
pemegang saham pendiri maupun pemegang saham baru) serta para
investor di pasar modal yang ingin membeli saham bank yang
bersangkutan (jika bank tersebut telah go public).
Dengan demikian rasio ROE merupakan indikator penting bagi para
pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank
Analisis Tingkat Kesehatan Bank di Indonesia (Tinjauan Bank Syariah dan Konvensional)

dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran


deviden. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih
dari bank yang bersangkutan.

Rasio Efisiensi (Rasio Biaya Operasional)


Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dan
pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Rasio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:

BOPO = Biaya Operasional х 100%


Pendapatan Operasional

Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang
diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini digunakan untuk
mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para
nasabah yang telah menanamkan dananya dengan kredit-kredit yang telah
diberikan kepada para debiturnya. Semakin tinggi rasionya semakin tinggi tingkat
likuiditasnya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

LDR = Total kredit х 100%


Total dana pihak ketiga

METODE PENELITIAN
Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah tingkat kesehatan bank umum
syariah tahun 2004 sampai dengan 2008 yang akan dilakukan analisa terhadap
kinerjanya dilihat dari tingkat kesehatan bank yang diukur dari aspek likuiditas,
rentabilitas dan modal. Adapun teknik sampling yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Purposive Sampling karena sampel yang dipilih hanya yang memenuhi
kriteria saja yaitu:
- Bank Umum Syariah (BUS)
- Mempublikasikan Laporan Keuangan tahun 2004-2008
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, maka bank syariah yang
memenuhi kriteria tersebut ada empat bank. Bank-bank yang dijadikan sampel
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
• BANK MUAMALAT INDONESIA
• BANK SYARIAH MANDIRI
• BANK SYARIAH MEGA INDONESIA
• BANK SYARIAH BII
Periode yang diteliti adalah tahun 2004-2008 karena data yang
tersedia/dipublikasikan adalah laporan keuangan tahun 2004-2008.
Analisis Tingkat Kesehatan Bank di Indonesia (Tinjauan Bank Syariah dan Konvensional)

Metode Pengumpulan Data


Tahap ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data sekunder
berupa Laporan keuangan tahunan publikasi bank selama periode 2004-2008. data
yang diperoleh diambil melalui beberapa website dari bank yang bersangkutan.
Jenis laporan yang digunakan antara lain Neraca Keuangan, Laporan rugi laba,
Ikhtisar Keuangan.

Teknik Analisis Data


Setelah data yang diperlukan diperoleh, dilakukan pengolahan dengan cara
menyusun data dan disesuaikan dengan variabel yang akan diteliti. Langkah
berikutnya adalah melakukan analisis dan interpretasi sehingga data tersebut
menjadi lebih berarti. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis
tipologi cluster, yaitu pengelompokkan data berdasarkan variabel yang diteliti
sehingga dapat menghasilkan sebuah kesimpulan.

PEMBAHASAN
PT BANK MUAMALAT INDONESIA
a. Hasil Perhitungan FDR/LDR BANK MUAMALAT INDONESIA
Berdasarkan rumus tersebut, maka FDR/LDR bank selama periode
pengamatan dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.1
2004 2005 2006 2007 2008
LDR 86,03 89,08 87,29 102,87 106,39

Pada tabel 4.1 dapat terlihat bahwa rasio LDR pada BANK
MUAMALAT INDONESIA dari tahun 2004-2008 semakin tinggi, hal
ini menunjukkan bahwa kemampuan likuiditas bank yang semakin
rendah.

b. Hasil Perhitungan ROA BANK MUAMALAT INDONESIA


Berdasarkan rumus tersebut, maka ROA bank selama periode
pengamatan dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.2
2004 2005 2006 2007 2008
ROA 1,80 2,53 2,36 2,41 2,62

Pada tabel 4.2 dapat terlihat bahwa rasio ROA pada BANK
MUAMALAT INDONESIA dari tahun 2004-2008 semakin tinggi, hal
ini menunjukkan bahwa kemampuan dalam menghasilkan profit yang
semakin baik.

c. Hasil Perhitungan ROE BANK MUAMALAT INDONESIA


Berdasarkan rumus tersebut, maka ROE bank selama periode
pengamatan dapat dilihat sebagai berikut:
Analisis Tingkat Kesehatan Bank di Indonesia (Tinjauan Bank Syariah dan Konvensional)

Tabel 4.3
2004 2005 2006 2007 2008
ROE 15,49 18,10 19,77 24,29 33,21

Pada tabel 4.3 dapat terlihat bahwa rasio ROE pada BANK
MUAMALAT INDONESIA dari tahun 2004-2008 semakin tinggi, hal
ini menunjukkan bahwa adanya kenaikan laba bersih yang semakin
baik

d. Hasil Perhitungan BOPO BANK MUAMALAT INDONESIA


Berdasarkan rumus tersebut, maka BOPO bank selama periode
pengamatan dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.4
2004 2005 2006 2007 2008
BOPO 86,70 81,59 82,69 82,09 78,73

Pada tabel 4.4 dapat terlihat bahwa rasio BOPO pada BANK
MUAMALAT INDONESIA dari tahun 2004-2008 semakin rendah,
hal ini menunjukkan bahwa bank mampu menekan biaya
operasionalnya dan mengakibatkan semakin tinggi tingkat keuntungan
bank.

e. Hasil Perhitungan CAR BANK MUAMALAT INDONESIA


Berdasarkan rumus tersebut, maka CAR bank selama periode
pengamatan dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.5
2004 2005 2006 2007 2008
CAR 12,17 16,33 14,69 11,45 11,34

Pada tabel 4.5 dapat terlihat bahwa rasio CAR pada BANK
MUAMALAT INDONESIA dari tahun 2004-2008 mengalami
perubahan naik turun, akan tetapi besar rasio pada tahun 2008 masih
cukup baik

PT BANK SYARIAH MANDIRI


a. Hasil Perhitungan FDR/LDR BANK SYARIAH MANDIRI
Berdasarkan rumus tersebut, maka FDR/LDR bank selama periode
pengamatan dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.6
2004 2005 2006 2007 2008
LDR 92,50 83,09 90,18 92,98 89,12

Pada tabel 4.6 dapat terlihat bahwa LDR pada BANK SYARIAH
MANDIRI dari tahun 2004-2008 mengalami perubahan yang cukup
baik karena rasio pada tahun 2008 yang lebih rendah dari tahun-tahun
sebelumnya meskipun pada tahun 2005 dapat lebih rendah dari tahun
2008. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan likuiditas bank
yang semakin tinggi.
Analisis Tingkat Kesehatan Bank di Indonesia (Tinjauan Bank Syariah dan Konvensional)

b. Hasil Perhitungan ROA BANK SYARIAH MANDIRI


Berdasarkan rumus tersebut, maka ROA bank selama periode
pengamatan dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.7
2004 2005 2006 2007 2008
ROA 2,86 1,83 1,10 1,53 1,83

Pada tabel 4.7 dapat terlihat bahwa rasio ROA pada BANK
SYARIAH MANDIRI dari tahun 2004-2008 semakin tinggi, hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan dalam menghasilkan profit yang
semakin baik. Walaupun sempat terjadi penurunan pada tahun 2005
tetapi ROA pada tahun 2008 sudah cukup baik.

c. Hasil Perhitungan ROE BANK SYARIAH MANDIRI


Berdasarkan rumus tersebut, maka ROE bank selama periode
pengamatan dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.8
2004 2005 2006 2007 2008
ROE 22,28 14,56 10,23 16,05 2,13

Pada tabel 4.8 dapat dilihat bahwa rasio ROE pada BANK
SYARIAH MANDIRI dari tahun 2004-2008 semakin rendah, hal ini
menunjukkan bahwa adanya penurunan laba bersih.

d. Hasil Perhitungan BOPO BANK SYARIAH MANDIRI


Berdasarkan rumus tersebut, maka BOPO bank selama periode
pengamatan dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.9
2004 2005 2006 2007 2008
BOPO 2,70 4,65 3,60 3,41 3,20

Pada tabel 4.9 dapat terlihat bahwa rasio BOPO pada BANK
SYARIAH MANDIRI dari tahun 2004-2008 memiliki rasio yang
rendah, hal ini menunjukkan bahwa bank mampu menekan biaya
operasionalnya dan mengakibatkan semakin tinggi tingkat keuntungan
bank.

e. Hasil Perhitungan CAR BANK SYARIAH MANDIRI


Berdasarkan rumus tersebut, maka CAR bank selama periode
pengamatan dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.10
2004 2005 2006 2007 2008
CAR 10,57 11,88 12,56 12,43 12,66

Pada tabel 4.10 dapat terlihat bahwa rasio CAR pada BANK
SYARIAH MANDIRI dari tahun 2004-2008 mengalami peningkatan,
Analisis Tingkat Kesehatan Bank di Indonesia (Tinjauan Bank Syariah dan Konvensional)

hal ini menunjukkan kualitas bank dalam menyediakan modal


minimumnya semakin baik.

PT BANK SYARIAH MEGA INDONESIA


a.Hasil Perhitungan FDR/LDR BANK SYARIAH MEGA
INDONESIA
Berdasarkan rumus tersebut, maka FDR/LDR bank selama periode
pengamatan dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.11
2004 2005 2006 2007 2008
LDR 67,44 50,61 86,08 99,54 73,85

Pada tabel 4.11 dapat dilihat bahwa rasio LDR pada BANK
SYARIAH BII pada tahun 2004-2008 mengalami kenaikan dan
penurunan, tetapi rasio pada tahun 2008 masih dapat dikatakan cukup
baik, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan likuiditas bank yang
semakin baik

b. Hasil Perhitungan ROA BANK SYARIAH MEGA INDONESIA


Berdasarkan rumus tersebut, maka ROA bank selama periode
pengamatan dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.12
2004 2005 2006 2007 2008
ROA 1,95 0,69 5,36 3,98 1,89

Pada tabel 4.12 dapat terlihat bahwa rasio ROA pada BANK
SYARIAH MEGA INDONESIA dari tahun 2004-2008 semakin rendah,
hal ini menunjukkan bahwa kemampuan dalam menghasilkan profit
yang tidak cukup baik.

c. Hasil Perhitungan ROE BANK SYARIAH MEGA INDONESIA


Berdasarkan rumus tersebut, maka ROE bank selama periode
pengamatan dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.13
2004 2005 2006 2007 2008
ROE 15,59 4,87 57,99 44,78 20,40

Pada tabel 4.13 dapat dilihat rasio ROE pada BANK SYARIAH
MEGA INDONESIA tahun 2004-2008 semakin rendah, hal ini
menunjukkan bahwa adanya penurunan laba bersih.tetapi besar rasio
ROE pada tahun 2008 sudah cukup baik.

d. Hasil Perhitungan BOPO BANK SYARIAH MEGA INDONESIA


Berdasarkan rumus tersebut, maka BOPO bank selama periode
pengamatan dapat dilihat sebagai berikut:
Analisis Tingkat Kesehatan Bank di Indonesia (Tinjauan Bank Syariah dan Konvensional)

Tabel 4.14
2004 2005 2006 2007 2008
BOPO 86,50 95,01 67,84 79,44 78,73

Pada tabel 4.14 dapat dilihat rasio BOPO pada BANK SYARIAH
MEGA INDONESIA dari tahun 2004-2008 terjadi perubahan yang
cukup baik, hal ini menunjukkan bahwa bank mampu menekan biaya
operasionalnya dan mengakibatkan semakin baik tingkat keuntungan
bank.

e.Hasil Perhitungan CAR BANK SYARIAH MEGA INDONESIA


Berdasarkan rumus tersebut, maka CAR bank selama periode
pengamatan dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.15
2004 2005 2006 2007 2008
CAR 21,26 10,40 12,91 8,30 14,77

Pada tabel 4.15 dapat terlihat bahwa rasio CAR pada BANK
SYARIAH MEGA INDONESIA dari tahun 2004-2008 mengalami
perubahan yang cukup baik dan pada tahun 2008 rasio CAR
mengalami peningkatan, hal ini menunjukkan kualitas bank dalam
menyediakan modal minimumnya semakin baik.

PT BANK SYARIAH BII


a. Hasil Perhitungan FDR/LDR BANK SYARIAH BII
Berdasarkan rumus tersebut, maka FDR/LDR bank selama periode
pengamatan dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.16
2004 2005 2006 2007 2008
LDR 43,62 55,30 57,22 76,10 79,45

Pada tabel 4.16 dapat dilihat bahwa rasio LDR pada BANK
SYARIAH BII mengalami kenaikan dari tahun 2004-2008, hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan likuiditas bank yang semakin
rendah.

b. Hasil Perhitungan ROA BANK SYARIAH BII


Berdasarkan rumus tersebut, maka ROA bank selama periode
pengamatan dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.17
2004 2005 2006 2007 2008
ROA 2,35 1,72 1,43 1,12 1,25

Pada tabel 4.17 dapat dilihat bahwa rasio ROA pada BANK
SYARIAH BII dari tahun 2004-2008 mengalami perubahan naik turun,
tetapi pada tahun 2008 rasio ROA sudah cukup baik walaupun tidak
Analisis Tingkat Kesehatan Bank di Indonesia (Tinjauan Bank Syariah dan Konvensional)

sebesar tahun 2004, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan dalam


menghasilkan profit yang cukup baik.

c. Hasil Perhitungan ROE BANK SYARIAH BII


Berdasarkan rumus tersebut, maka ROE bank selama periode
pengamatan dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.18
2004 2005 2006 2007 2008
ROE 32,19 25,97 19,49 9,48 11,89

Pada tabel 4.18 dapat dilihat rasio ROE pada BANK SYARIAH
BII tahun 2004-2008 semakin rendah, hal ini menunjukkan bahwa
adanya penurunan laba bersih.tetapi besar rasio ROE pada tahun 2008
sudah cukup baik.

d. Hasil Perhitungan BOPO BANK SYARIAH BII


Berdasarkan rumus tersebut, maka BOPO bank selama periode
pengamatan dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.19
2004 2005 2006 2007 2008
BOPO 79,65 84,89 89,82 91,42 93,91

Pada tabel 4.19 dapat dilihat rasio BOPO pada BANK SYARIAH
BII dari tahun 2004-2008 semakin tinggi, hal ini menunjukkan bahwa
bank kurang mampu menekan biaya operasionalnya dan mengakibatkan
semakin rendah tingkat keuntungan bank.

e. Hasil Perhitungan CAR BANK SYARIAH BII


Berdasarkan rumus tersebut, maka CAR bank selama periode
pengamatan dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.20
2004 2005 2006 2007 2008
CAR 20,89 21,74 23,30 21,33 19,58

Pada tabel 4.20 dapat terlihat bahwa rasio CAR pada BANK
SYARIAH BII dari tahun 2004-2008 mengalami perubahan yang cukup
baik dan pada tahun 2008 rasio CAR mengalami penurunan, hal ini
menunjukkan kualitas bank dalam menyediakan modal minimumnya
semakin baik.
Analisis Tingkat Kesehatan Bank di Indonesia (Tinjauan Bank Syariah dan Konvensional)

Penilaian Kinerja Bank Konvensional

1. Bank Nasional Indonesia


Tabel 4.21
Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 Rata- kategori
Rasio rata

CAR 17,10 16,00 15,30 15,70 13,50 15,52 sehat


ROA 2,50 1,60 1,90 0,90 1,10 1,6 sehat
ROE 29,60 12,60 22,60 8,00 9,00 16,36 sehat
BOPO 78,60 84,90 84,90 93,00 90,20 86,32 sehat
LDR 55,10 54,20 49,20 60,60 68,60 57,54 sehat

2. Bank Mandiri
Tabel 4.22
Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 Rata- kategori
Rasio rata

CAR 25,30 23,70 25,30 21,10 15,70 22,22 sehat


ROA 3,10 0,50 1,10 2,30 2,50 1,9 sehat
ROE 22,80 2,50 10,00 15,80 18,10 13,84 sehat
BOPO 45,2 55,6 48,9 46,7 42,3 47,74 sehat
LDR 53,70 51,70 57,20 54,30 59,20 55,22 sehat

3. Bank Mega Indonesia


Tabel 4.23
Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 Rata- kategori
Rasio rata

CAR 13,53 11,13 15,92 14,21 16,16 14,19 sehat


ROA 2,99 1,25 0,88 2,33 1,98 1,88 sehat
ROE 31,58 15,11 9,10 25,52 20,47 20,35 sehat
BOPO 73,74 88,78 92,78 79,22 83,25 83,55 sehat
LDR 48,80 51,25 42,70 46,74 64,67 50,83 sehat

4. Bank BII
Tabel 4.24
Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 Rata- kategori
Rasio rata

CAR 20,89 22,41 24,08 21,33 19,93 21,72 sehat


ROA 2,35 1,72 1,43 1,12 1,25 1,57 sehat
ROE 32,19 25,97 19,49 9,48 11,89 19,89 sehat
BOPO 79,65 84,89 89,82 91,42 93,91 87,93 sehat
LDR 43,62 55,30 57,22 76,10 79,45 62,33 sehat
Analisis Tingkat Kesehatan Bank di Indonesia (Tinjauan Bank Syariah dan Konvensional)

Setelah dilakukan penilaian kinerja dari masing-masing bank syariah


dengan cara menghitung rasio-rasio dari tiga aspek penilaian yaitu aspek
likuiditas, rentabilitas dan permodalan, penulis akan membuat suatu analisa yang
dinamakan dengan Tipologi Cluster, yaitu suatu analisa dengan cara :
1. memisahkan antara variabel yang diteliti (CAR, ROA, ROE, LDR dan
BOPO) untuk kemudian dicari rata-rata tiap bank dan diambil
kesimpulan.
2. membuat suatu peringkat dari rata-rata variabel keempat bank syariah
tersebut.
3. membandingkan rata-rata variabel tersebut (CAR, ROA, ROE, LDR
dan BOPO) untuk kemudian dibandingakn dengan rata-rata bank
konvensional.
Untuk lebih jelasnya ketiga analisis tipologi cluster tersebut dapat dilihat
pada tabel berikut.

1. Tipologi cluster pertama

Tabel 4.25 Rata-rata Rasio CAR


Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 Rata- Kategori
Bank rata

BMI 12,17 16,33 14,69 11,45 11,34 13,196 sehat


BSM 10,57 11,88 12,56 12,43 12,66 12,02 sehat
BMGI 21,26 10,40 12,91 8,30 14,77 13,528 sehat
BSBII 20,89 21,74 23,30 21,33 19,58 21,368 sehat
Rata-rata 16,22 15,08 15,865 13,377 14,587

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat rata-rata car selama tahun


2004-2008 pada Bank Muamalat Indonesia sebesar 13,196, Bank Syariah
Mandiri 12,02, Bank Syariah Mega Indonesia sebesar 13,528, dan Bank
Syariah BII sebesar 21,368.

Tabel 4.26 Rata-rata Rasio ROA


Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 Rata- kategori
Bank rata

BMI 1,80 2,53 2,36 2,41 2,62 2,344 sehat


BSM 2,86 1,83 1,10 1,53 1,83 1,83 sehat
BMGI 1,95 0,69 5,36 3,98 1,89 2,774 sehat
BSBII 2,35 1,72 1,43 1,12 1,25 1,574 sehat
Rata-rata 2,24 1,69 2,56 2,26 1,80

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat rata-rata Roa selama tahun


2004-2008 pada Bank Muamalat Indonesia sebesar 2,344, Bank Syariah
Mandiri 1,83, Bank Syariah Mega Indonesia sebesar 2,774 , dan Bank
Syariah BII sebesar 1,574.
Analisis Tingkat Kesehatan Bank di Indonesia (Tinjauan Bank Syariah dan Konvensional)

Tabel 4.27 Rata-rata Rasio ROE


Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 Rata- kategori
Bank rata

BMI 15,49 18,10 19,77 24,29 33,21 22,172 sehat


BSM 22,28 14,56 10,23 16,05 2,13 13,05 sehat
BMGI 15,59 4,87 57,99 44,78 20,40 28,72 sehat
BSBII 32,19 25,97 19,49 9,48 11,89 19,804 sehat
Rata-rata 21,38 15,87 26,87 23,65 16,90

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat rata-rata Roe selama tahun


2004-2008 pada Bank Muamalat Indonesia sebesar 22,172, Bank Syariah
Mandiri 13,05, Bank Syariah Mega Indonesia sebesar 28,72 , dan Bank
Syariah BII sebesar 19,804.

Tabel 4.28 Rata-rata Rasio BOPO


Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 Rata- kategori
Bank rata

BMI 86,70 81,59 82,69 82,09 78,73 82,36 sehat


BSM 2,70 4,65 3,60 3,41 3,20 3,512 sehat
BMGI 86,50 95,01 67,84 79,44 78,73 81,50 sehat
BSBII 79,65 84,89 89,82 91,42 93,91 87,94 sehat
Rata-rata 63,887 66,535 60,98 64,609 63,64

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat rata-rata Bopo selama tahun


2004-2008 pada Bank Muamalat Indonesia sebesar 82,36, Bank Syariah
Mandiri , Bank Syariah Mega Indonesia sebesar 81,50 , dan Bank Syariah
BII sebesar 87,94.

Tabel 4.29 Rata-rata Rasio LDR


Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 Rata- kategori
Bank rata

BMI 86,03 89,08 87,29 102,87 106,39 94,332 sehat


BSM 92,50 83,09 90,18 92,98 89,12 89,574 sehat
BMGI 67,44 50,61 86,08 99,54 73,85 75,50 sehat
BSBII 43,62 55,30 57,22 76,10 79,45 62,338 sehat
Rata-rata 72,39 69,52 80,19 92,87 87,20

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat rata-rata Ldr selama tahun


2004-2008 pada Bank Muamalat Indonesia sebesar 94,332, Bank Syariah
Mandiri 89,574, Bank Syariah Mega Indonesia sebesar 75,50 , dan Bank
Syariah BII sebesar 62,338.
Analisis Tingkat Kesehatan Bank di Indonesia (Tinjauan Bank Syariah dan Konvensional)

2. Tipologi cluster kedua

Tabel 4.30 Peringkat Kinerja Rata-rata Bank Syariah


peringkat Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata
bank car bank roa bank roe bank bopo bank ldr

1 BSBII 21,368 BMGI 2,774 BMGI 28,72 BSM 3,512 BSBII 62,338
2 BMGI 13,528 BMI 2,344 BMI 22,172 BMGI 81,50 BMGI 75,50
3 BMI 13,196 BSM 1,83 BSBII 19,804 BMI 82,36 BSM 89,574
4 BSM 12,02 BSBII 1,574 BSM 13,05 BSBII 87,94 BMI 94,332

Rata-rata CAR Bank Syariah pada tahun 2004-2008

25 BSBII
20 21,368
15 BMGI BMI BSM
13,524 13,196 CAR
10 12,02
5
0
0 1 2 3 4 5

Gambar 4.1 Rata-rata CAR Bank Syariah tahun 2004-2008

Berdasarkan ketentuan standar terbaik BI, penulis membuat


peringkat untuk masing-masing bank berdasarkan rasio. Pada gambar 4.1
dapat dilihat bahwa rata-rata CAR yang paling baik dimiliki oleh BANK
SYARIAH BII, Bank Syariah Mega Indonesia berada pada peringkat
kedua, Bank Muamalat Indonesia pada peringkat ketiga dan Bank Syariah
Mandiri pada peringkat keempat.

Rata-rata ROA Bank Syariah pada tahun 2004-2008

3 BMGI
2,5 2,774 BMI
2 2,344 BSM
BSBII
1,5 1,83 ROA
1,574
1
0,5
0
0 1 2 3 4 5

Gambar 4.2
Rata-rata ROA Bank Syariah tahun 2004-2008

Pada gambar 4.2 dapat dilihat rata-rata ROA yang paling baik
dimiliki oleh Bank Syariah Mega Indonesia, Bank Muamalat Indonesia
Analisis Tingkat Kesehatan Bank di Indonesia (Tinjauan Bank Syariah dan Konvensional)

berada pada peringkat kedua, Bank Syariah Mandiri berada pada peringkat
ketiga, dan Bank Syariah BII berada pada peringkat keempat.

Rata-rata ROE Bank Syariah pada tahun 2004-2008

40
BMGI
30
28,72 BMI
BSBII
20 22,172 ROE
19,804 BSM
10 13,05

0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5

Gambar 4.3
Rata-rata ROE Bank Syariah tahun 2004-2008

Pada gambar 4.3 dapat dilihat rata-rata ROE yang paling baik
dimiliki oleh Bank Syariah Mega Indonesia, Bank Muamalat Indonesia
berada pada peringkat kedua, Bank Syariah BII berada pada peringkat
ketiga, dan Bank Syariah Mandiri berada pada peringkat keempat.

Rata-rata BOPO Bank Syariah pada tahun 2004-2008

100 BSBII
BMGI BMI
80 82,36 87,94
81,5
60
BOPO
40
20
BSM
0 3,512
0 1 2 3 4 5

Gambar 4.4
Rata-rata BOPO Bank Syariah tahun 2004-2008

Pada gambar 4.4 dapat dilihat rata-rata BOPO yang paling baik
dimiliki oleh Bank Syariah Mandiri, Bank Syariah Mega Indonesia berada
pada peringkat kedua, Bank Muamalat berada pada peringkat ketiga, dan
Bank Syariah BII berada pada peringkat keempat.
Analisis Tingkat Kesehatan Bank di Indonesia (Tinjauan Bank Syariah dan Konvensional)

Rata-rata LDR Bank Syariah pada tahun 2004-


2008

100 BSM BMI


80 BMGI 89,574 94,332
BSBII
60 75,5
62,338 LDR
40
20
0
0 1 2 3 4 5

Gambar 4.5
Rata-rata LDR Bank Syariah tahun 2004-2008

Pada gambar 4.5 dapat dilihat rata-rata LDR yang paling baik
dimiliki oleh Bank Syariah BII, Bank Syariah Mega Indonesia berada pada
peringkat kedua, Bank Syariah Mandiri berada pada peringkat ketiga, dan
Bank Muamalat Indonesia berada pada peringkat keempat.

3. Tipologi cluster ketiga

Tabel 4.31
Perbandingan Rata-rata Rasio Bank Syariah dan Bank Konvensional
BANK BANK SYARIAH BANK BANK KONVENSIONAL
CAR ROA ROE BOPO LDR CAR ROA ROE BOPO LDR

BMI 13,196 2,344 22,172 82,36 94,332 BNI 15,52 1,60 16,36 86,32 57,54
BSM 12,02 1,83 13,05 3,512 89,574 MDRI 22,22 1,90 13,84 47,74 55,22
BMGI 13,528 2,774 28,72 81,50 75,50 MEGA 14,19 1,88 20,35 83,55 50,83
BSBII 21,368 1,574 19,804 87,94 62,338 BII 21,72 1,57 19,89 87,93 62,33
JUMLAH 60,112 8,522 83,746 255,31 321,74 JUMLAH 73,65 6,95 70,44 305,54 225,9
HH 2
RATA2 15,028 2,13 20,936 63,82 80,435 RATA2 18,41 1,73 17,61 76,38 56,48
Analisis Tingkat Kesehatan Bank di Indonesia (Tinjauan Bank Syariah dan Konvensional)

Perbandingan Rata-rata Rasio Bank Syariah dan


Bank Konvensional pada tahun 2004-2008

100

80 BOPO LDR

60 BOPO
LDR SYARIAH
40 KONVENSIONAL
CAR ROE
20 ROA ROE
CAR
0 ROA
0 1 2 3 4 5 6

Gambar 4.6
Perbandingan Rata-rata Rasio Bank Syariah dan
Konvensional Tahun 2004-2008

Kinerja bank secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 4.27 dan posisi
masing-masing rasio pada gambar 4.6 yang merupakan gabungan dari aspek
likuiditas, rentabilitas, dan permodalan. Setelah dilakukan perhitungan rata-rata
CAR bank syariah sebesar 15,028% sedangkan bank konvensional sebesar
18,41% yang artinya rata-rata CAR bank konvensional relatif lebih tinggi/baik
dibandingkan bank syariah. Hal ini menandakan bahwa penyaluran pembiayaan
bank syariah yang lebih agresif/ekspansif ini membuat CAR dari bank syariah
lebih rendah daripada bank konvensional karena bank syariah lebih efektif dalam
menyalurkan pembiayaannya namun dapat tetap mempertahankan likuiditasnya
agar tidak over/under liquid dan juga karena ekspansi yang dilakukan oleh bank
syariah mengingat bahwa bank syariah sedang dalam tahap pengembangan.
Rata-rata ROA bank syariah sebesar 2,13% sedangkan bank konvensional
1,73% yang artinya rata-rata ROA bank syariah relatif lebih tinggi dibandingkan
bank konvensional. Penyaluran pembiayaan yang lebih agresif /ekspansif ini
membuat profitabilitas dari bank syariah lebih baik daripada bank konvensional.
Rata-rata ROE bank syariah sebesar 20,936% sedangkan bank
konvensional 17,61% yang artinya rata-rata ROA bank syariah relatif lebih tinggi
dibandingkan bank konvensional.
Rata-rata BOPO bank syariah sebesar 63,82% sedangkan bank
konvensional sebesar 76,38% yang artinya rata-rata BOPO bank syariah lebih
rendah dibandingkan bank konvensional. Dalam hai ini bank syariah lebih efisien
karena dapat menekan biaya operasionalnya.
Rata-rata LDR bank syariah sebesar 80,435% sedangkan bank
konvensional sebesar 56,48% yang artinya rata-rata LDR bank syariah tinggi
dibandingkan bank konvensional. Dalam hal ini bank syariah mempunyai
intermediasi lebih baik daripada bank konvensional dan bersifat agresif/ekspansif
dalam menyalurkan pembiayaannya. Dalam hal ini, likuiditas bank syariah lebih
rendah daripada bank konvensional, akan tetapi masih dalam batas normal yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu tidak melebihi 115%.
Strategi manajemen bank syariah lebih ekspansif/agresif dalam
menyalurkan pembiayaannya karena bank syariah lebih memfokuskan
Analisis Tingkat Kesehatan Bank di Indonesia (Tinjauan Bank Syariah dan Konvensional)

penempatan aktiva produktifnya pada sektor riil jika dibandingkan dengan bank
konvensional. Bank syariah lebih banyak menyalurkan dananya pada pembiayaan
sedangkan bank konvensional, selain menyalurkan dananya ke sektor riil, juga
menyalurkannya ke pasar uang dan pasar modal serta disalurkan pada SBI dan
surat berharga lainnya. Walaupun dalam hal penempatan aktiva produktifnya bank
syariah lebih agresif menyalurkan pembiayaan, namun likuiditas bank syariah
masih tetap terjaga agar tidak over/under liquid.
Berdasarkan uraian di atas rata-rata tingkat kesehatan bank syariah relatif
lebih tinggi dibandingkan bank konvensional. Secara konsep, karakteristik yang
dimiliki oleh bank syariah memiliki keunggulan dibandingkan dengan bank
konvensional karena tidak tergantung pada fluktuasi suku bunga pasar yang
membuat cost of capital bank syariah lebih rendah dan tidak mengalami negative
spread. Faktor manajemen bank yang bersangkutan juga sangat mempengaruhi
kemampuan bank dalam menghasilkan laba.

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan serta berdasarkan teori
yang yang mendasari penelitian ini, maka penulis mengambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1.Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan terhadap Financing/Loan
To Deposits Ratio (FDR/LDR), Return On Total Assets (ROA), Return
On Equity (ROE), Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO) dan Capital Adequancy Ratio (CAR) dapat disimpulakn bahwa
bank syariah relatif lebih baik daripada bank konvensional.
Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor berikut:
- Bank konvensional harus memberikan return kepada nasabah yang
disesuaikan dengan tingkat suku bunga pasar yang berlaku pada
saat itu. Hal tersebut juga dapat menyebabkan bank konvensional
negative spread, yang artinya return yang harus diberikan bank
kepada nasabahnya lebih tinggi dibandingkan dengan apa yang
diperoleh bank.
- Dalam menyalurkan pembiayaannya, bank syariah lebih
agresif/ekspansif sehingga membuat profitabilitas bank syariah
lebih baik daripada bank konvensional. Hal ini dapat dilihat dari
rata-rata FDR/LDR bank syariah sebesar 80,435% sedangkan bank
konvensional sebesar 56,48% yang artinya rata-rata FDR/LDR
bank syariah relatif lebih tinggi dibandingkan dengan bank
konvensional karena dalam hal ini bank syariah mempunyai fungsi
intermediasi yang lebih baik daripada bank konvensional.
2. Strategi manajemen bank syariah lebih ekspansif/agresif dalam
menyalurkan pembiayaannya karena bank syariah lebih memfokuskan
penempatan aktiva produktifnya pada sektor riil jika dibandingkan
dengan bank konvensional. Bank syariah lebih banyak menyalurkan
dananya pada pembiayaan sedangkan bank konvensional, selain
menyalurkan dananya ke sektor riil, juga menyalurkannya ke pasar uang
dan pasar modal serta disalurkan pada SBI dan surat berharga lainnya.
Analisis Tingkat Kesehatan Bank di Indonesia (Tinjauan Bank Syariah dan Konvensional)

Implikasi
Bank syariah pada saat ini mempunyai kinerja keuangan yang relatif lebih
baik dibandingkan dengan bank konvensional, oleh karena itu sebaiknya bank
syariah tetap mempertahankan dan meningkatkan kinerja yang telah dicapai dan
hal itu dapat dilakukan dengan mempertahankan dan meningkatkan penyaluran
pembiayaan yang agresif/ekspansif sehingga dapat mempertahankan fungsi
intermediasi yang sudah baik menjadi lebih baik, lebih inovatif dalam
mengembangkan produknya dengan tetap memperhatikan prinsip syariah,
peningkatan kualitas pelayanan, peningkatan sumber daya manusia dan informasi
manajemen, meningkatkan perolehan keuntungan dengan mengembangkan jasa
perbankan /operasional lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia (2007). Peraturan Bank Indonesia No.9/1/PBI/2007 Tentang


Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip
Syariah. Jakarta: Bank Indonesia

Bank Indonesia (2007). Surat Edaran No.9/24/DPbs Perihal Sistem Penilaian


Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah. Jakarta:
Bank Indonesia

Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. Ghalia


Indonesia

Febryani, Anita dan Rahadian Zulfadin. 2003. Analisis Kinerja Bank Devisa dan
Bank Non Devisa di Indonesia. Jurnal Kajian Ekonomi dan Keuangan
Vol.7 No.4

Kasmir. 2000. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Laporan Keuangan Bank Muamalat. 2004-2008.


http://www.bankmuamalatindonesia.com. 9 Juli 2009

Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri. 2004-2008.


http://www.banksyariahmandiri.com. 9 Juli 2009

Laporan Keuangan Bank Syariah Mega Indonesia. 2004-2008.


http://www.banksyariahmegaindonesia.com. 9 Juli 2009

Laporan Keuangan Bank Syariah BII. 2004-2008.


http://www.banksyariahbii.com.9 Juli 2009

Laporan Keuangan Bank Negara Indonesia. 2004-2008.


http://www.banknegaraindonesia.com. 9 Juli 2009

Laporan Keuangan Bank Mandiri. 2004-2008. http://www.bankmandiri.com. 9


Juli 2009
Analisis Tingkat Kesehatan Bank di Indonesia (Tinjauan Bank Syariah dan Konvensional)

Laporan Keuangan Bank Mega Indonesia. 2004-2008.


http://bankmegaindonesia.com. 9 Juli 2009

Laporan Keuangan Bank Internasional Indonesia. 2004-2008.


http://www.bankbii.com. 9 Juli 2009

Sugiono, Arief. 2009. Manajemen Keuangan untuk Praktisi Keuangan. Jakarta:


PT. Grasindo

Sudarsono, Heri. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta:


Ekonesia

Anda mungkin juga menyukai