Anda di halaman 1dari 17

PRINSIP DASAR OPERASIONAL BANK SYARIAH

A. Pengertian Prinsip Syariah


Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan (penyimpanan
dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya) berdasarkan fatwa yang
dikeluarkan oleh lembaga Dewan Syariah Nasional (DSN) yang memiliki kewenangan dalam
penetapan fatwa di bidang syariah. (https://business-law.binus.ac.id/2018/07/05/kegiatan-
usaha-perbankan-berasaskan-prinsip-syariah/)
Prinsip Syariah dapat juga diartikan sebagai aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam
antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha,
atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah.
(https://www.wibowopajak.com/2015/08/pengertian-prinsip-syariah.html)
Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip
Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah. Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran. (UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah).
(https://www.syariahbukopin.co.id/id/syariah/bank-syariah)
B. Fungsi Bank Syariah
Fungsi bank syariah menurut Undang-undang Nomor 21 tahun 2008 dalam pasal 4
yang terdiri dari:
a. Menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat
b. Menjalankan Fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul mal yaitu menerima dana yang
berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah atau dana sosial lainnya dan menyalurkan
kepada organisasi pengelola zakat.
c. Bank syariah dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan
menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi
wakaf (wakif)
Selain itu terdapat juga fungsi bank syariah yang lain diantaranya adalah:
a. Fungsi manajer investasi, dimana bank syariah bertindak sebagai manajer investasi dari
pemilik dana (shahibul maal) kemudian bank syariah menyalurkan dana tersebut kepada
usaha-usaha yang produktif sehingga bank dapat menghasilkan keuntungan keuntungan
yang didapat oleh bank syariah akan dibagihasilkan kepada pemilik dana sesuai dengan
nisbah yang disepakati diawal akad.
b. Fungsi investor, bank syariah dapat melakukan penanaman atau menginvestasikan dana
kepada sector-sektor yang produktif dengan risiko yang kecil.
c. Fungsi sosial artinya bank syariah dapat menghimpun dana dalam bentuk zakat, infak,
sedekah dan wakaf (ZISWAF). Setelah dana terkumpul bank syariah dapat menyalurkan
kepada pihak-pihak yang membutuhkan tanpa mengharapkan keuntungan atau imbalan.
d. Fungsi jasa keuangan, fungsi ini merupakan pelayanan yang diberikan oleh bank syariah
kepada masyarakat umum. Jasa keuangan merupakan penunjang kelancaran kegiatan
penghimpunan dan penyaluran dana. Semakin lengkap jasa keungan bank syariah akan
semakin baik dalam pelayanan kepada nasabah.
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/7534/5/BAB%20II.pdf
C. Prinsip Operasional Bank Syariah
Prinsip syariah yang diterapkan oleh bank syariah adalah pembiayaan berdasarkan prinsip
bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah)
prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah) atau pembiayaan
barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya
pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain
(ijarah muntahhiyah bittamlik).
Menurut Kasmir (2002), prinsip operasional perbankan syariah berdasarkan hal-hal berikut:
a. Prinsip keadilan. Prinsip ini tercermin dari penerapan imbalan atas dasar bagi hasil dan
pengambilan margin keuntungan yang disepakati bersama antara bank dan nasabah. 
b. Prinsip kemitraan. Bank syariah menempatkan nasabah penyimpanan dana, nasabah
pengguna dana, maupun bank pada kedudukan yang sama dan sederajat dengan mitra
usaha. 
c. Prinsip keterbukaan. Melalui laporan keuangan bank yang terbuka secara
kesinambungan, nasabah dapat mengetahui tingkat keamanan dana dan kualitas
manajemen bank. 
d. Universalitas. Bank dalam mendukung operasionalnya tidak membedakan suku, agama,
ras, dan golongan agama dalam masyarakat dengan prinsip islam sebagai rahmatal
lil'alamiin.
Adapun menurut Yusdani (2005), bank Syariah menganut prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Prinsip keadilan. Prinsip ini tercermin dari penerapan imbalan atas dasar bagi hasil dan
pengambilan margin keuntungan yang disepakati bersama antara bank dengan nasabah. 
b. Prinsip Kesederajatan. Bank Syariah Menempatkan posisi nasabah penyimpanan dana,
pengguna dana, maupun bank pada kedudukan yang sama dan sederajat. Hal ini tercermin
dalam hak, kewajiban, risiko dan keuntungan yang berimbang antara nasabah penyimpan
dana, nasabah pengguna dana maupun bank. 
c. Prinsip Ketentraman. Produk bank Syariah telah sesuai dengan prinsip dan kaidah
muamalah Islam. antara lain tidak ada unsur riba serta penerapan zakat harta.
https://www.kajianpustaka.com/2019/04/tujuan-prinsip-dan-produk-bank-syariah.html
D. Produk Bank Syariah
Bank syariah dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga perantara keuangan, mempunyai
produk-produk menghimpunan dana dan produk penyaluran dana serta produk layanan jasa.
Produk-produk tersebut dalam penerapannya harus disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah
yang melandasinya, antara lain:
a. Prinsip Al-Wadi’ah (Titipan)
Al-Wadi’ah adalah titipan dari satu pihak kepada pihak lain yang harus dijaga dan
dikembalikan setiap saat bilamana orang yang titip mengambilnya. Prinsip al-wadi’ah pada
bank syariah diaplikasikan pada produk Giro Wadi’ah dan Tabungan Wadi’ah.
Berdasarkan kewenangan yang diberikan maka wadiah dibedakan menjadi 
- Wadiah Ya Dhamanah yang berarti penerima titipan berhak mempergunakan
dana/barang titipan untuk didayagunakan tanpa ada kewajiban penerima titipan untuk
memberikan imbalan kepada penitip dengan tetap pada kesepakatan dapat diambil
setiap saat diperlukan
- Wadiah Amanah tidak memberikan kewenangan kepada penerima titipan untuk
mendayagunakan barang/dana yang dititipkan
b. Prinsip Al-Mudharabah 
Akad (perjanjian) kerjasama antara dua orang atau lebih di mana pihak pertama (shahibul
maal) menyediakan 100% modal, dan pihak lainnya sebagai pengelola. Keuntungan dibagi
sesuai perjanjian, dan kerugian ditanggung pemilik modal selama bukan kelalaian
pengelola. Jika kerugian disebabkan kelalaian pengelola, maka pengelola harus
bertanggung jawab. Pada perbankan syariah prinsip mudharabah di aplikasikan pada
produk Tabungan Mudharabah dan Pembiayaan Mudharabah. Jenis- jenis Mudharabah
yaitu
- Mudharabah Muthlaqoh/Tidak Terbatas/Unrestricted adalah kerjasama antara memilik
modal (shahibul maal) dengan pengelola (mudharib), di mana memilik modal memberi
otoritas penuh kepada pengelola untuk mengelola uangnya yang tidak terbatas dengan
spesifikasi usaha, waktu, dan daerah bisnis. Prinsip mudharabah mutlaqoh pada bank
syariah diaplikasikan pada produk Tabungan Mudharabah dan Deposito Mudharabah.
- Mudharabah Muqoyyadah/Terbatas/Restrected adalah kerjasama antara memilik modal
dengan pengelola, di mana pemilik modal memberikan syarat-syarat tertentu (seperti
jenis investasi, tempat melakukan investasi, pihak-pihak yang terlibat dalam investasi)
kepada pengelola dalam mengelola dananya. Dalam dunia perbankan syariah
prinsip mudharabah muqoyyadah diaplikasikan pada jenis penyaluran dana yang lazin
disebut special investment.
c. Prinsip Al-Musyarakah/Persekutuan/Joint Profit Sharing
Al-Musyarakah (Syirkah) adalah persekutuan (bersyarikat) antara dua pihak atau lebih
dalam suatu proyek, di mana masing-masing pihak berhak atas keuntungan yang diperoleh
secara proporsional dengan kontribusi modal. Bilamana proyek mengalami kerugian, maka
kerugian akan dibebankan secara proporsional pada masing-masing pihak pemberi modal.
Pada perbankan syariah prinsip musyarakah diaplikasikan pada Pembiayaan Al-
Musyarakah. Jenis pembiayaan al-musyarakah ada 2, yaitu:
- Musyarakah Kepemilikan yaitu Tercipta karena warisan, wasiat atau kondisi lainnya
yang menyebabkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih.
- Musyarakah Akad yaitu Tercipta karena adanya kesepakatan dua orang atau lebih baik
dalam hal modal maupun pembagian keuntungan atau kerugian.
d. Prinsip Jual Beli terdiri dari :
- Al-Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan
yang disepakati. Pihak penjual harus memberitahu harga asal produk yang dibeli dan
menentukan tambahan (margin) keuntungan yang dikehendaki. Murabahah dapat
dilakukan secara tunai bisa juga secara bayar tangguh atau bayar dengan angsuran.
- Salam yaitu pembelian barang dengan pembayaran dimuka dan barang diserahkan
kemudian
- Ishtisna' yaitu pembelian barang melalui pesanan dan diperlukan proses untuk
pembuatannya sesuai dengan pesanan pembeli dan pembayaran dilakukan dimuka
sekaligus atau secara bertahap
e. Jasa-jasa Bank Syariah :
- Ijarah yaitu kegiatan penyewaan suatu barang dengan imbalan pendapatan sewa, bila
terdapat kesepakatan pengalihan pemilikan pada akhir masa sewa disebut Ijarah
mumtahiya bi tamlik(sama dengan operating lease) 
- Wakalah adalah akad perwakilan antara dua pihak. Wakalah umumnya diaplikasikan
bank syariah untuk melakukan transfer, kliring, lalu lintas giro, dan
inkaso. Wakalah bisa juga digunakan untuk keperluan transfer dana dari nasabah
kepada beneficiary di tempat lain.
- Kafalah yaitu pihak pertama bersedia menjadi penanggung atas kegiatan yang
dilakukan oleh pihak kedua sepanjang sesuai dengan yang diperjanjikan dimana pihak
pertama menerima imbalan berupa fee atau komisi (garansi)
- Al Sharf yaitu pertukaran /jual beli mata uang yang berbeda dengan penyerahan segera /
spot berdasarkan kesepakatan harga sesuai dengan harga pasar pada saat pertukaran
- Al-Hawalah (Anjak Piutang) adalah akad pemindahan hutang-piutang dari satu pihak
kepada pihak lainnya. Al-Hawalah diaplikasikan bank syariah pada transaksi anjak
piutang (factoring). Anjak piutang di Indonesia baik yang konvensional maupun yang
syariah masih belum popular, karena usaha ini relatif baru dan masyarakat masih awam.
Jadi perlu sosialisasi yang internsif agar anjak piutang dikenal masyarakat.
- Ar-Rahn (Gadai) adalah akad menggadaikan barang dari satu pihak kepada pihak
lainnya, dengan uang sebagai penggantinya. Akad rahn  umumnya digunakan sebagai
akad tambahan pada pembiayaan yang berisiko dan memerlukan jaminan tambahan.
Gadai pada perbankan syariah mulai populer, tetapi yang diutamakan melayani gadai
emas. Sudah banyak bank umum syariah baik milik pemerintah maupunswasta yang
membuka gadai syariah, seperti Bank Mandiri Syariah
f. Prinsip Kebajikan yaitu penerimaan dan penyaluran dana kebajikan dalam bentuk zakat
infaq shodaqah dan lainnya serta penyaluran alqardul hasan yaitu penyaluran dan dalam
bentuk pinjaman untuk tujuan menolong golongan miskin dengan penggunaan produktif
tanpa diminta imbalan kecuali pengembalian pokok hutang.
http://blog.stie-mce.ac.id/amirkusnanto/2011/12/27/prinsip-prinsip-syariah/
https://www.hestanto.web.id/prinsip-dasar-operasional-bank-islam/
http://blog.stie-mce.ac.id/amirkusnanto/2012/02/22/jasa-jasa-bank-syariah/
E. Produk Penghimpun Dana
PRODUK NASABAH BANK
Wadiah Pemilik titipan Penerima Titipan
Mudharabah Pemilik Modal/ Dana (Sahibul Mal) Pengelola Dana/ Mudharib
Mudharabah Pemilik Modal/ Dana (Sahibul Mal) Mudharib/Wakil
Qardh Pemberi Pinjaman Peminjam
Dalam bank syariah produk-produk penghimpunan dana ini dapat diterapkan
berdasarkan prinsip masing masing
1. Wadiah adalah akad titipan dimana barang yang dititipkan dapat diambil sewaktu-waktu.
Pihak yang menerima titipan dapat meminta jasa untuk keamanan dan pemeliharaan.
Karena prinsip wadiah adalah titipan yang dapat diambil seaktu-waktu dan tidak dapat
menghasilkan keuntungan, maka produk yang dapat diterapkan untuk prinsip ini adalah
Giro dan Tabungan.
2. Mudharabah adalah Akad usaha dua pihak dimana salah satunya memberikan modal
(Sahibul Mal) sedangkan yang lainnya memberikan keahlian (Mudharib), dengan nisbah
keuntungan yang disepakati dan apabila terjadi kerugian, maka pemilik modal
menanggung kerugian tersebut. Karena karakter Mudharabah seperti ini, maka ia dapat
diterapkan pada dua produk, yaitu Tabungan dan Deposito. Dengan menerapkan
Mudharabah pada tabungan dan deposito, maka nasabah bertindak selaku Sahibul Mal dan
Bank selaku Mudharib
3. Mudharabah Muqayyadah Adalah akad Mudharabah dimana bank diminta oleh nasabah
untuk menyalurkan dana kepada proyek atau nasabah tertentu. Untuk tugas ini bank dapat
memperoleh fee atau porsi keuntungan Keuntungan yang diperoleh dari penyaluran dana
ini dibagi antara nasabah sebagai sahibul mal dan pelaksana proyek sebagai mudharib.
Dalam dunia perbankan dikenal dengan nama chanelling function, bukan executing.
4. Qardh
Di Iran dan beberapa negara Timur Tengah lainnya akad Qardh dijadikan dasar untuk
produk giro dan tabungan. Bank diasumsikan meminjam dana dari nasabah dan dapat
ditarik sewaktu-waktu. Bank dapat memberikan “hadiah” atas pinjaman yang diberika oleh
nasabah, sepanjang tidak diperjanjikan dimuka.
http://inspirasipemenang2017.blogspot.com/2017/11/akuntansi-penghimpun-dana-bank-
syariah.html
https://docplayer.info/46408-Manajemen-penghimpunan-dana.html
F. Produk Pembiayaan Dana
PRODUK BANK NASABAH
Murabahah Penjual Pembeli
Salam Pembeli Penjual
Istishna Pembeli Penjual
Mudharabah Pemilik Modal/ Sahibul Mal Pengelola Dana/ Mudharib
Musyarakah Mitra Mitra
Kafalah Penjamin/ Kafil Yang dijamin/ Makful
Wakalah Wakil Yang Mewakilkan
Yang memindahkan
Hiwalah Penerima pemindahan/ Muhal
piutang/hutang (Muhil)
Rahn Penerima Gadai Penggadai
Sharf Penjual Valas Pembeli

1. Murabahah Adalah pembiayaan berdasarkan jual beli dimana bank bertindak selaku
penjual dan nasabah selaku pembeli. Harga beli diketahui bersama dan tingkat keuntungan
untuk bank disepakati di muka. Dalam fiqih klasik, murabahah dilakukan secara tunai,
dalam praktek perbankan, nasabah dapat membayar secara cicilan. Karena tidak membayar
secara tunai, nasabah dapat diminta untuk memberikan jaminan. Dalam fiqih klasik,
penjual membeli barang langsung dari penjual pertama. Dalam perbankan syariah, barang
dapat dikirim langsung kepada nasabah, bahkan nasabah dapat membeli sendiri selaku
wakil bank dalam membeli. Bank dapat meminta uang muka dari nasabah untuk pembelian
barang tersebut secara Murabahah. Apabila nasabah membayar tepat waktu atau melunasi
sebelum jatuh tempo, maka nasabah dapat meminta keringanan (diskon) tetapi diberikan
atau tidaknya tergantung bank selaku penjual
2. Salam yaitu pembiayaan berdasarkan jual beli tangguh (penangguhan)/ pesanan
sebagaimana terdapat dalam karekteristik “Salam’. Dalam pembiayaan ini bank bertindak
selaku pembeli sedangkan nasabah bertindak selaku penjual. Uang pembelian diberikan
dimuka kepada nasabah. Karena barang akan dikirimkan kemudian, maka nasabah selaku
penjual berhutang kepada bank. Biasanya diterapkan untuk pembiayaan produk pertanian
(agrobased industries) atau produk2 yang terstandarisir.
3. Istishna yaitu Pembiayaan yang berdasarkan akad istisna mirip dengan Salam.
Perbedaannya terletak pada obyek yang dibiayai dan cara pembayaran. Pembiayaan yang
berdasarkan Istisna mirip dengan Salam. Perbedaannya terletak pada obyek yang dibiayai
dan cara pembayaran. Pada Istisna obyek yang dibiayai bersifat ‘customized’, sehingga
harus dibuat lebih dahulu. Pada Salam, obyek yang dibeli/dibiayai terstandarisasiPada
Salam pembayaran oleh bank dibayar dimuka sekaligus, sedangkan pada istishna,
pembayaran oleh bank dapat dicicil/ bertahap.
4. Mudharabah yaitu Pembiayaan dengan menempatkan bank selaku Sahibul Mal yang
menyediakan dana/modal dan nasabah sebagai Mudharib/pengelola usaha. Dalam fiqih
klasik, yang dibagikan antara keduanya adalah keuntungan, yaitu pendapatan dikurangi
biaya-biaya. Dalam perbankan syariah, yang dibagikan adalah hasil (revenue) karena
seringkali tidak terjadi kesepakatan antara bank dan nasabah pada besaran biaya yang
digunakan oleh nasabah.
5. Musyarakah adalah pembiayaan yang kedua pihaknya ( bank dan nasabah) memberikan
kontribusi modal. Dalam Musyarakah, bank dan nasabah bertindak selaku syarik (partner)
yang masing-masing memberikan dana untuk usahaKetentuan pembagian keuntungan/hasil
atau kerugian sesuai dengan kaidah ushul: “Ar-ribhu bimat tafaqa, wal khasaratu biqadri
malihi”. (Keuntungan dibagi menurut kesepakatan, sedangkan apabila terjadi kerugian
dibagi menurut porsi modal masing-masing). Selaku syarik, bank berhak ikut serta dalam
pengaturan manajemen, sesuai kaidah musyarakah
6. Al-Kafalah adalah memberikan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak
ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung, dengan kata lain
mengalihkan tanggung jawab seorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung
jawab orang lain sebagai jaminan.
7. Al-Wakalah adalah suatu akad pada transaksi perbankan syariah, yang merupakan akad
(perwakilan) yang sesuai dengan prinsip prinsip yang di terapkan dalam syariat islam
8. Al-Hiwalah adalah akad perpindahan dimana dalam prakteknya memindahkan hutang dari
tanggungan orang yang berhutang menjadi tanggungan orang yang berkewajiban
membayar hutang (contoh: lembaga pengambilalihan hutang).
9. Rahn Adalah penyerahan jaminan untuk pinjaman yang diberika. Rahn dalam syariah
memiliki dua makna
- Fiducia: penyerahan barang, tapi hanya dokumennya saja yang ditahan. Barang masih
digunakan oleh pemilik
- Gadai: penyerahan barang secara fisik, sehingga pemilik tidak dapat menggunakannya
lagi
10. Sahrf menurut bahasa adalah penambahan, penukaran dan penghindaran atau
transaksi jual beli. Sharf adalah transaksi jual beli suatu valuta dengan valuta asing yang
lain. Transaksi ini bisa dilakukan baik dengan mata uang yang sejenis maupun dengan
matauang yang tidak sejenis
https://slideplayer.info/slide/2807111/
https://idoycdt.wordpress.com/2011/04/19/produk-pembiayaan-bank-syariah/
https://kumparan.com/dinda-rezky/produk-pembiayaan-bank-syariah-1517445380103/full
https://www.academia.edu/22672009/akad-akad_lainnya_dalam_akuntansi_syariah
G. Prinsip Dasar Akuntansi Bank Islam
 Dengan prinsip operasi yang berbeda dengan bank konvensional memberikan implikasi
perbedaan pada prinsip akuntansi baik dari segi penyajian maupun pelaporannya. Laporan
akuntansi bank Islam  akan terdiri dari :
1. Laporan posisi keuangan / neraca
Ada beberapa poin pembeda yang dimiliki oleh bank syariah jika dibandingkan dnegan
bank konvensional. Dimana bank syariah menerima penyaluran dana yang diambil akan
mengikuti perkiraan dana yang sebelumnya disalurkan. Ini berarti prinsip dari jual dan beli
akan diperkirakan sama dengan perkiraan adanya piutang yang juga tercantum pada
piutang murabahah, piutang sama dan piutang istishna.
2. Laporan laba-rugi
Sama seperti jenis bank konvensional, bank syariah ini juga memiliki jenis laporan
keuangan laba rugi. dan berikut beberapa unsur yang ada di dalam laporan keuangan laba
rugi bank syariah yakni :
a. Pendapatan operasi utama : ini adalah sebuah poin dimana nantinya ada kelompok yang
mendapatkan hasil pendapatan operasi utama atas bank syariah yang nantinya akan
menggunakan prinsip ekonomi syariah dalam penyalurannya. Prinsip penyalurannya
adalah : menggunakan asas bagi hasil yang merupakan hasil dari hasil mudharabah yang
akan dibagi dengan hasil musyarakah. Nantinya hasil dari pendapatan utama ini akan
dibagi atau dipisahkan agar bisa menentukan pelaporan informasi atas penggunaan dari
laporan keuangan yang dikaitkan dengan bagi hasil.
b. Hak-hak pihak ketiga : ini merupakan hasil bagi dari dana syarikah temporer. Yang
merupakan komponen dimana diberikan oleh bank syariah pada sang pemilik dana yang
sesuai dengan hal yang telah disepakati. Ini merupakan alokasi yang didapat dari
pendapatan atas Bank Syariah. Ini bukan kategori dana yang merupakan beban bank
syariah. Karena besaran dari bagi hasil ini pastinya akan bergantung pada pendapatan
operasi utama dari bank dan tidak bersifat tetap.
c. Pendapatan operasi lainnya : Yang merupakan unsur yang bisa digunakan untuk
menyimpan pendapatan dari oprasi utama lainnya yang tidak dilakukan pembagian hasil
alias milik bank syariah sepenuhnya. Termasuk di dalamnya fee wakalah, pendapatan
atas layanan, fee kafalah dan fee wudharabah muqayyadah.
d. Beban-Beban : Ini merupakan rincian dari semua jenis beban yang nantinya
dipertanggung jawabkan oleh pihak bank. Ini merupakan poin yang mungkin sama
dengan bank konvensional lainnya.
3. Laporan arus kas
Ini merupakan jenis laporan keuangan bank syariah yang juga diajukan menggunakan
tatanan PSAK 2 atau Laporan arus kas yang biasa.
4. Laporan perubahan modal
Ini juga merupakan laporan keuangan yang menggunakan metode tatanan PSAK 1.
5. Laporan perubahan investasi tidak bebas /terbatas
Sedangkan jenis laporan yang ini sebagaimana perbedaan laporan keuangan komersial dan
fisikal, akan menggambarkan laporan dari investasi terikat menggunakan pola chanelling.
Ini merupakan jenis laporan keuangan yang digunakan sebagai bentuk tanggung jawab dari
pihak bank syariah sebagai agen yang menyalurkan investasi terikat tersebut sebagai
bentuk pengelolaan dana.
6. Catatan atas laporan keuangan
Catatan laporan keuangan adalah berisi uraian yang mengungkapkan semua informasi yang
perlu untuk menjadikan laporan keuangan tersebut memadai, relevan dan bisa dipercaya
(andal) bagi para pemakainya
7. Laporan sumber dan penggunaan zakat
Ini merupakan penggunaan dari dana ZIS atau zakat, infaq dan shadaqah. Ini dilakukan
penyempurnaan menggunakan laporan penggunaan dari zakat karena infaq, zakat dan
shadaqah tidak jelas dana penggunaan dan nominalnya. Jadi, laporan keuangan ini akan
disesuaikan dnegan jenis laporan yang sudah jelas diperintukkan untuk zakat tersebut dan
juga dilakukan penggabungan antara dana shadaqah beserta dana infaq yang tergabung
menggunakan sumber dana untuk kebajikan.
8. Laporan sumber dan penggunaan dana qard/qardul hasan
Ini tervantum dalam tatanan PSAK 59 yang mana laporan ini nantinya akan menggunakan
sumber dari Al Qanur Hasan. Dan tentunya laporan keuangan ini juga nantinya akan
disempurnakan menggunakan data dari laporan penggunaan dana kebajika beserta data
sumber dana yang lengkap. hal ini untuk memudahkan penyusunan data dari laporan
tersebut nantinya.
Beberapa hal yang menonjol dalam akuntansi bank Islam adalah :
1. Giro dan tabungan wadiah dicatat / disajikan sebagai hutang dalam
2. Rekening investasi mudharabah bebas / deposito dicatat/disajikan sebagai rekening
tersendiri antara hutang dan modal (bukan hutang).
3. Rekening investasi tidak bebas dicatat terpisah sebagai off balance sheet account dalam
bentuk laporan perubahan posisi investasi tidak
4. Piutang murabahah dicatat sebesar sisa harga jual yang belum tertagih dikurangi dengan
margin yang belum diterima.
5. Investasi mudharabah dan musyarakah disajikan sebesar sisa nilai modal yang disertakan
atau diinvestasikan
6. Aset yang disewakan dicatat sebesar harga perolehan dikurangi dengan akumulasi
penyusutan.
7. Pendapatan pada umumnya diakui secara cash basis sedang beban tetap secara accrual
basis.
8. Bagi hasil antara mudharib dan sahibul mal dilakukan atas profit loss sharing atau revenue
sharing, sedangkan pendapatan bank yang berasal dari investasi dana sendiri atau dari dana
yang bukan  berasal dari rekening investasi sepenuhnya menjadi pendapatan bank,
disamping itu pendapatan jasa bank sepenuhnya menjadi pendapatan bank yang tidak
dibagi hasilkan.
https://dedesitirohmah92.wordpress.com/2017/02/20/akuntansi-perbankan-syariah/
https://dosenekonomi.com/ilmu-ekonomi/ekonomi-syariah/jenis-laporan-keuangan-bank-
syariah
http://iaiglobal.or.id/v03/files/file_publikasi/E-BOOK%20-%20AKUNTANSI%20PERBANKAN
%20SYARIAH%20(Sofyan,%20Wiroso,%20Yusuf,%20LPFE%20Usakti,%202010).pdf
TEORI BAGI HASIL
A. Pengertian Teori Bagi Hasil
Bagi hasil terdiri dari dua kata yaitu bagi dan hasil. Bagi artinya penggal, pecah, urai
dari yang utuh. Sedangkan hasil adalah akibat tindakan baik yang disengaja maupun tidak,
baik yang meguntungkan maupun yang merugikan. Menurut istilah bagi hasil adalah suatu
sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dan pengelola
dana. http://eprints.walisongo.ac.id/7391/3/BAB%20II.pdf
Bagi hasil menurut terminologi asing (Inggris) dikenal dengan istilah Profit
Sharing, yang dalam kamus ekonomi diartikan sebagai pembagian laba. Secara definisi,
profit sharing diartikan sebagai distribusi beberapa bagian dari laba pada para pegawai
dari suatu perusahaan. Lebih lanjut, bagi hasil itu dapat berbentuk suatu bonus uang
tunai tahunan yang didasarkan pada laba yang diperoleh tahun-tahun sebelumnya atau
dapat berbentuk pembayaran mengguan atau bulanan (muhammad, 2005 : 105)
Istilah bagi hasil merupakan kesepakatan antara pemberi dana dalam hal ini ialah
bank syariah dengan penerima dana atau disebut juga dengan nasabah untuk saling
memberi keuntungan yang diperoleh atas penggunaan dana tersebut sesuai dengan
kesepakatan yang telah disepakati bersama.
Menurut Sutan Remy Sjahdeini (1999;60), pengertian Bagi Hasil adalah Bagi Hasil
adalah pembagian keuntungan yang diperoleh atas usaha antara pihak bank dan nasabah
atas kesepakatan bersama dalam melakukan suatu kerjasama
Jadi yang dimaksud dengan bagi hasil dapat diartikan penentuan besarnya rasio atau
nisbah berdasar atas keuntungan yang diperoleh secara nyata. Dengan demikian
pelaksanaan bagi hasil hanya terjadi apabila adanya keuntungan dari usaha yang dijalankan,
sehingga pada perbankan syariah tidak dikenal dengan keuntungan pasti akan tetapi bagi
hasil ditentukan kepasitasnya setelah mendapat keuntungan
https://www.researchgate.net/publication/323283365_Hubungan_Sistem_bagi_Hasil_di_Le
mbaga_Keuangan_Syari'ah_dengan_Keinginan_Nasabah_untuk_Berinvestasi_Di_BPR_Syaria
h_Bangun_Drajat_Warga_Yogyakarta
B. Konsep Bagi Hasil
Konsep bagi hasil ini sangat berbeda sekali dengan konsep bunga yang diterapkan oleh
sistem ekonomi konvensional. Dalam ekonomi syariah, konsep bagi hasil dapat dijabarkan
sebagai berikut.
a. Pemilik dana menanamkan dananya melalui institusi keuangan yang bertindak sebagai
pengelola dana.
b. Pengelola mengelola dana-dana tersebut dalam sistem yang dikenal dengan sistem pool of
fund (penghimpunan dana), selanjutnya pengelola akan menginvestasikan dana-dana
tersebut kedalam proyek atau usaha-usaha yang layak dan menguntungkan serta memenuhi
semua aspek syariah.
c. Kedua belah pihak membuat kesepakatan (akad) yang berisi ruang lingkup kerjasama,
jumlah nominal dana, nisbah, dan jangka waktu berlakunya kesepakatan tersebut.
d. Sumber dana terdiri dari:
 Simpanan: tabungan dan simpanan berjangka.
 Modal : simpanan pokok, simpanan wajib, dana lain-lain.
 Hutang pihak lain.
http://ekowaluyoekonommuda.blogspot.com/2014/03/makalah-sistem-bagi-hasil-
dalam.html
C. Sistem Bagi Hasil Menurut Ekonomi Syari’ah
a. Pendekatan profit sharing (bagi laba)
Profit sharing menurut etimologi Indonesia adalah bagi keuntungan. Dalam kamus
ekonomi diartikan pembagian laba. Profit secara istilah adalah perbedaan yang timbul
ketika total pendapatan suatu perusahaan lebih besar dari biaya total. Di dalam istilah lain
profit sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada hasil bersih dari total
pendapatan setelah dikurangi biaya-biaya yag dikeluarkan untuk memperoleh pendapata
tersebut.
b. Pendekatan revenue sharing (bagi pendapatan)
Revenue (pendapatan) dalam kamus ekonomi adalah hasil uang yag diterima oleh suatu
perusahaan dari penjualan barang-barang (goods) dan jasa (services) yang dihasilkan dari
pendapatan penjualan (sales revenue). Dalam arti lain revenue merupakan besaran yang
mengacu pada perkalian antara jumlah out put yang dihasilkan dari kegiatan produksi
dikalikan dengan harga barang atau jasa dari suatu produksi tersebut. Perhitungan menurut
pendapatan ini adalah perhitungan laba didasarkan pada pendapatan yang diperoleh dari
pengelola dana, yaitu pendapatan usaha sebelum dikurangi dengan biaya usaha untuk
memperoleh pendapatan tersebut.
http://repository.uin-suska.ac.id/6701/4/BAB%20III.pdf
D. Investasi Berdasarkan Bagi Hasil
Inti mekanisme investasi bagi hasil pada dasarnya adalah terletak pada kerja sama
yang baik antara shahibul maal dengan mudharib. Kerja sama atau partnership merupakan
karakter dalam masyarakat ekonomi Islam. Kerja sama ekonomi harus dilakukan dalam
semua lini kegiatan ekonomi, yaitu: produksi, distribusi barang maupun jasa. Salah satu
bentuk kerja sama dalam bisnis atau ekonomi Islam adalah qirad atau mudharabah.
Qirad atau mudharabah adalah kerja sama antara pemilik modal atau uang dengan
pengusaha pemilik keahlian atau keterampilan atau tenaga dalam pelaksanaan unit-unit
ekonomi atau proyek usaha. Melalui qirad atau mudharabah kedua belah pihak yang
bermitra tidak akan mendapatkan bunga, tetapi mendapatkan bagi hasil atau profit dan
loss sharing dari proyek ekonomi yang disepakati bersama.
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/5592/5/BAB%20II.pdf
E. Dasar Pijakan Bagi Hasil
Jika dalam mekanisme ekonomi komvensional instrumen bunga yang digunakan, maka
tidaklah demikian dalam mekanisme keonomi Islam, dalam mekanisme ekonomi Islam
menggunakan instrument bagi hasil.
Mengapa dalam Islam menggunakan bagi hasil dan tidak menggunakan sistem
bunga? Pertanyaan ini harus dikembalikan kepada ayat-ayat Alquran yang
mendasarinya. Dasar pijakannya adalah:
a. Doktrin kerja sama dalam ekonomi Islam dapat menciptakan kerja produktifsehari-
hari dari masyarakat (lihat QS. 2:190).
b. Meningkatkan kesejahteraan dan mencegah kesengsaraan sosial(lihat QS. 3:103; 5:3;
9:71,105).
c. Mencegah penindasan ekonomi dan distribusi kekayaan yang tidak merata (lihat QS.
177:16; 69:25-37; 89:17-20; 107:1-7).
d. Melindungi kepentingan ekonomi lemah (lihat QS. 4:5-10; 74-76; 89:17-26).
e. Membangun organisasi yang berprinsip syarikat, sehingga terjadi proses yang kuat
membantu yang lemah (lihat QS. 92:80-10; 96:6).
https://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/khatulistiwa/article/download/194/155
F. Peran Bagi Hasil Bagi Stabilitas Ekonomi dan Distribusi Pendapatan
Dalam Sistem Ekonomi Islam, tingkat bunga yang dibayarkan bank kepada nasabah
deposannya digantikan dengan presentase atau porsi bagi hasil dan tingkat bunga yang
diterima oleh bank (dari debitur) akan digantikan dengan presentase bagi hasil. Dua bentuk
rasio keuntungan dijadikan instrument untuk memobilitasi tabungan dan disalurkan pada
aktivitas-aktivitas bisnis produktif. Walaupun rasio bagi hasil ditetapkan lebih dahulu, namun
ketika tingkat keuntungan berfluktuasi, maka tingkat pendapatannya pun akan berfluktuasi.
Maka, pendapatan akan berfluktuasi dan tidak menentu
Walaupun, para ahli ekonomi muslim menekankan bahwa ada ketentuan built-in dalam
Sistem Ekonomi Islam dalam menjamin stabilitas, mereka berpandangan bahwa dalam
mekanisme bagi hasil tidak akan ada faktor yang menyebabkan terjadinya ketidakstabilan
ekonomi, dari pernyataan Nejatullah Siddiqi yang melakukan analisis terhadap perilaku bagi
hasil terhadap kondisi stabilitas ekonomi menetapkan bahwa sistem ekonomi berdasarkan
bagi hasil akan juga menjamin alokasi sumber ekonomi yang lebih baik dan terjadinya
distribusi pendapatan yang lebih sesuai. Analisis terhadap persoalan peran bagi hasil terhadap
pencapaian stabilitas ekonomi harus dengan menggunakan pendekatan analisis keseimbangan
(equilibrium). Mekanisme analisis keseimbangan menyajikan bagaimana mekanisme
penentuan supply dan demand atas tabungan
https://core.ac.uk/download/pdf/83871142.pdf
G. Alokasi Sumber dalam Sistem Bagi Hasil
Dua pertanyaan mendasar yang muncul berkaitan dengan persooalan pengalokasian
sumber dalam system bagi hasil, yaitu (a) Bagaimana pengalokasian sumber dana dalam
berbagai sektor? (b) Bagaimana efisiensi pengalokasian ini dapat terjadi? Dua pertanyaan
inilah yang perlu diberi penjelasan pada saat penerapam system bagi hasil.
Dalam ekonomi modern, pengalokasian sumber sektoral adalah ekonomi yang bersifat
ini sepenuhnya dapat dijelaskan dengan berdasarkan pada tingkat keuntungan yang
diharapkan. Pengenalan tentang system bagi hasil tidak akan mengacaukan mekanisme ini.
Pembagian diantara para pengusaha secara proposional oleh pemilik modal tidak
mempengaruhi peranan ekonomi dari tingkat keuntungan yang diharapkan. Alasan pengusaha
untuk memaksimalkan laba dan kecenderungan berkompetisi akan menjamin keseimbangan
dalam tingkat keuntungan pada berbagai sector. Hal ini tidak dipengaruhi oleh penyusunan
kelembagaan sehingga pengusaha harus menggantungkan pada persentase bagian keuntungan
bagi pemilik modal. Tidak adanya tingkat bunga dalam mekanisme bagi hasil tidak akan
menjadikan situasi ekonomi labil. Peranan bunga dalam keputusan investasi saat ini secara
nyata tergantung pada realitas kelembagaan dari pada kebutuhan ekonomi.
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/5592/5/BAB%20II.pdf
H. Perbedaan Tingkat Efisiensi Bagi Hasil dengan Bunga
Dalam sistem bagi hasil, tingkat keuntungan yang diharapkan akan membantu
menunjukkan situasi pasar yang lebih sempurna untuk pengalokasian sumber dana dan tidak
adanya bunga tidak akan menimbulkan banyak masalah dikemudian hari
Pengalokasian sumber dana melalui mekanisme penentuan rasio / tingkat bagi hasil
bagi penabung, pemilik bank dan pengusaha, akan lebih rasional dan efisien dari pada yang
dilakukan oleh lembaga yang menggunakan sistem bunga

Anda mungkin juga menyukai