BANK SYARIAH
Disusun oleh : Kelompok 4
Anggota
Kelompok :
• Dimas Airul Listian B200210244
• Rima Endah Pratiwi B200210245
• Windi Amaliana B200210246
• Clara Risma Alfayanti B200210247
DEFINISI, ASAS, DAN
TUJUAN BANK
SYARIAH
Dalam Pasal 1 Undang Undang Nomor 21 Tahun 2008, disebutkan bahwa
bank adalah badan usaha yang menghimpun dana Masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada Masyarakat dalam bentuk kredit
dan/atau bentuk bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.
Bank terdiri atas dua jenis, yaitu bank konvensional dan bank syariah. Bank
konvensional adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara
konvensional yaitu terdiri atas Bank Umum Konvensional dan Bank
Perkreditaan Rakyat. Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah atau hukum islam.
FUNGSI BANK SYARIAH
Berdasarkan Pasal 4 UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah, disebutkan bahwa Bank
Syariah wajib menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana Masyarakat. Bank Syariah juga
dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk Lembaga Baitulmal.
Bank syariah dengan beragam skema transaksi yang dimiliki dalam skema non-riba memiliki empat
fungsi yaitu;
Fungsi ini dapat dilihat pada segi penghimpunan dana oleh bank syariah, khususnya dana mudharabah.
Dengan fungsi ini, bank syariah hendak bertindak sebagai manajer investasi dari pemilik dana (shahibul
mal) dalam hal dana tersebut harus dapat disalurkan pada penyaluran yang produktif, sehingga dana
yang dihimpun dapat menghailkan keuntungan yang akan dibagihasilkan antara bank syariah dan
pemilik dana.
FUNGSI BANK SYARIAH
Wadiah berarti titipan dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus
dijaga dan dikembalikan oleh yang penerima titipan, kapan pun si penitip menghendaki. Wadiah dibagi
atas dua, yaitu wadiah yad-dhamah dan wadiah yad-amanah. Islam tidak membatasi secara khusus objek
yang bisa dititipi, sehingga hal yang dititipi tidak saja barang melainkan juga uang. Prinsip wadiah yang
lazim digunakan dalam perbankan syariah adalah wadiah yad-dhamah dan biasa di singkat dengan
wadiah. Prinsip ini dapat diterapkan pada kegiatan penghimpunan dana berupa giro tabungan. Giro
wadiah adalah titipan pihak ketiga pada bank syariah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat
dengan menggunakan cek, bilyet giro, dan ATM. Adapun Tabungan wadiah adalah titipan pihak ketiga
pada bank syariah yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati dengan
menggunakan kuitansi, kartu ATM, dan sarana perintah lainnya.
Prinsip-prinsip dalam Penghimpunan Dana Bank Syariah
Mudharabah adalah perjanjian atas suatu jenis kerja sama usaha dimana pihak pertama menyediakan
dana dan pihak kedua bertangguang jawab atas pengelolaan usaha. Berdasarka PSAK 105, mudharabah
dibagi atas tiga, yaitu mudharabah muthlaqah, mudharabah muqayyadah, dan mudharabah musytarakah.
Dalam penghimpunan dana dengan prinsip mudharabah mutlhlaqah, kedudukan bank syariah adalah
sebagai mudharib (pihak yang mengeloal dana), sedangkan penabung atau deposan adalah pemilik dana
(shahibul maal). Dalam penghimpunan dana dengan prinsip mudharabah muqayyadah, kedudukan bank
hanya sebagai agen, karena pemilik dana adalah nasabah pemilik dana mudharabah muqayyadah,
sedangkan pengelola dana adalah nasabah pembiayaan mudharabah muqayyadah.
Tabungan
Mudharabah
Tabungan Mudharabah adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang
disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dipersamakan dengan itu. Perbedaan Tabungan wadiah
dengan Tabungan mudharabah terletak pada 3 aspek, yaitu
Bersifat investasi
Sifat dana Bersifat titipan
Berupa bonus yang tidak disyaratkan Berupa bagi hasil yang wajib diberikan oleh bank
Insentif di muka dan bersifat sukarela jika jika memperoleh pendapatan atau laba pada setiap
bank hendak memberikannya periode yang disepakati
Pengembalian dana Dikembalikan semua oleh bank Dikembalikan semua oleh bank
Deposito
Mudharabah
1 disepakati oleh penjual dan pembeli. Skema ini dapat digunakan oleh bank
untuk nasabah yang hendak memiliki suatu barang, sedang nasabah yang
bersangkutan tidak memiliki uang pada saat pembelian.
Prinsip
Jual Beli dengan Skema Salam Jual Beli
2 Adalah jual beli yang pelunasannya dilakukan terlebih dahulu
oleh pembeli sebelum barang pesanan diterima
• Prinsip Kafalah
Dalam fatwa DSN Nomor 11 Tahun 2000, kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh
penanggung (kafil) kepeda pihak ketiga untuk memnuhi kewajibaan pihak kedua atau yang
ditanggung (makfuul ‘anhu ‘ashil).
DSN mensyaratkan:
• Pihak penjamnin dalam hal ini bank syariah, berhak penuh melakukan tindakan hukum
dalalm urusan hartanya dan rela (ridha) dengan tanggungan khafalah tersebut.
• Pihak yang berutang (ashiil makfuul ‘anhu) sanggup menyerahkan tanggungannya kepada
penjamin.
• Pihak yang berpiutang (makfuul lahu) dapat hadir pada waktu akad atau memberikan
kuasa.
Dalam prinsip perbankan, prinsip khafalah digunakan dalam transaksi bank garansi. Bank
garansi intu sendiri dapat digunakan untuk tender, perdagangan, dan uang muka kerja.
Prinsip-Prinsip dalam Pelaksanaan Fungsi
• Prinsip Hawalah Jasa Keuangan Perbankan
·
Hawalah adalah pengalihan utang
dari orang yang berutang (muhil)
• Prinsip Sharf • Prinsip Ijarah
kepada orang lain yang
menanggungnya (muhal ‘alaih) Prinsip sharf adalah prinsip yang digunakan
(Antonio, 2001). Dalam praktik dalam transaksi jual mata uang, baik antar mata Prinsip ijarah meruppakan prinsip
perbankan, prinsip hawalah dapat uang sejenis maupun antar mata uang berlainan yang sangat banyak digunakan dalam
jenis. Berdasarkan fatwa DSN Nomor 28 pelaksanaan fungsi jasa keuangan
digunakan untuk transaksi anjak
Tahun 2002, terdapat beberapa syarat transaksi bank syariah. Berdasarkan fatwa DSN
piutang. Nomor 9 Tahun 2000, disebutkan
jual beli antar mata uang, yaitu:
• Tidak untuk spekulasi (untung-untungan). bahwa objek ijarah adalah manfaat
• Ada kebutuhan transaksi atau untuk dari penggunaan barang dan/jasa.
berjaga-jaga (simpanan). Menurut Karim (2004), ijarah dapat
• Apabila transaksi dilakukan terhadap mata dibedakan menjadi 2, yaitu:
uang sejenis maka, nilainya harus sama • Ijarah yang pembayarannya
dan secara tunai. bergantung pada kinerja yang
• Apabila berlainan jenis maka harus disewa (ju’alah), dan
dilakukan dengan nilai tukar (kurs) yang • Ijarah yang pembayarannya tidak
berlaku pada saat transaksi dilakukan dan bergantung pada kinerja yang
secara tunai. disewa.
Larangan Bagi Bank
Syariah
Larangan bagi BUS dan UUS diatur dalam Pasal 24 UU Nomor 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah. Dalam Pasal 24 disebutkaan bahwa baik BUS maupun
UUS dilarang untuk: