Anda di halaman 1dari 17

MANAJEMEN RISIKO PADA

KONTRAK PERBANKAN SYARIAH


Oleh: St. Hafsah Umar. M.Ak
MANAJEMEN RISIKO DALAM BANK
SYARIAH
 Manajemen risiko dalam bank Islam mempunyai karakter yang berbeda dengan
bank konvensional, terutama karena adanyajenis-jenis risiko yang khas melekat
hanya pada bank-bank yang beroperasi secara syariah. Adapun karakter
manajemen risiko pada bank Islam adalah: identifikasi risiko, penilaian risiko,
antisipasi risiko dan monitoring risiko.
 Penerapan manajemen risiko bagi bank umum syariah dan unit usaha syariah,
terdapat beberapa risiko dalam perbankan Syariah yaitu risiko kredit atau
pembiayaan, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko
reputasi, risiko strategis, risiko kepatuhan,
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK
UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.
 OJK selaku otoritas yang mengatur Bank Umum Syariah mengeluarkan Peraturan OJK Nomor 65 /POJK.03/2016
tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Risiko yang terdapat
pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yaitu:
1. Risiko Kredit adalah Risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada
Bank sesuai dengan perjanjian yang disepakati, termasuk Risiko Kredit akibat kegagalan debitur, Risiko
konsentrasi kredit, counterparty credit risk, dan settlement risk.
2. Risiko pasar adalah salah satu risiko yang timbul dari perubahan harga pasar atau penurunan suku bunga/nilai
tukar, termasuk perubahan nilai aset yang dapat diperdagangkan atau disewakan, bank syariah tidak
mengenakan bunga atas operasinya, dalam hal ini bank syariah terkena dampak secara tidak langsung, yaitu
dampak yang terjadi bukan karena suku bunga tetapi karena mereka bersaing untuk menentukan jumlah
bagi hasil yang tepat untuk bertahan dan mengisi kesenjangan. dari bank konvensional.
3. Risiko Likuiditas adalah Risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo
dari sumber pendanaan arus kas dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa
mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank.
4. Risiko Operasional adalah Risiko kerugian yang diakibatkan oleh proses internal yang kurang memadai,
kegagalan proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian eksternal yang
mempengaruhi operasional Bank
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK
UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.
5. Risiko Hukum adalah Risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis.
6. Risiko Reputasi adalah Risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan pemangku kepentingan
(stakeholder) yang bersumber dari persepsi negatif terhadap Bank.
7. Risiko Stratejik adalah Risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan/atau pelaksanaan
suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
8. Risiko Kepatuhan adalah Risiko akibat Bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan
peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku serta Prinsip Syariah.
9. Risiko Imbal Hasil (Rate of Return Risk) adalah Risiko akibat perubahan tingkat imbal hasil yang
dibayarkan Bank kepada nasabah, karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil yang diterima
Bank dari penyaluran dana, yang dapat mempengaruhi perilaku nasabah dana pihak ketiga
Bank.
10. Risiko Investasi (Equity Investment Risk) adalah Risiko akibat Bank ikut menanggung kerugian
usaha nasabah yang dibiayai dalam pembiayaan berbasis bagi hasil baik yang menggunakan
metode net revenue sharing maupun yang menggunakan metode profit and loss sharing.
KARAKTER MANAJEMEN RISIKO DALAM
BANK ISLAM

 Identifikasi risiko: Identifikasi risiko yang dilakukan dalam bank Islam tidak hanya
mencakup berbagai risiko yang ada pada bank pada umumnya, melainkan juga
meliputi risiko yang khas hanya ada pada bank–bank yang beroperasi berdasarkan
prinsip syariah. dalam hal ini keunikan bank Islam terletak pada enam hal yaitu:
proses transaksi pembiayaan, proses manajemen, sumber daya manusia (insani),
teknologi, lingkungan eksternal dan kerusakan.
 Penilaian risiko: Dalam penilaian risiko keunikan bank Islam terlihat pada
hubungan antara probability dan impact, atau biasa dikenal sebagai qualitative
approach.
KARAKTER MANAJEMEN RISIKO DALAM
BANK ISLAM
 Antisipasi risiko
1. Preventive, dalam hal ini, bank Islam memerlukan persetujuan DPS untuk
mencegah kekeliruan proses dan transaksi dari aspek syariah. Disamping itu, bank
Islam juga memerlukan opini bahwa fatwa DSN bila Bank Indonesia memandang
persetujuan DPS belum memadai atau berada di luar wewenang.
2. Detective, pengawasan dalam bank Islam meliputi dua aspek yaitu aspek
perbankan oleh Bank Indonesia dan aspek syariah oleh DPS.
3. Recovery, koreksi atas suatu permasalahan dapat melibatkan Bank
4. Indonesia untuk aspek perbankan oleh Bank Indonesia dan aspek Syariah oleh DPS.
 Monitoring risiko : Aktivitas dalam bank Islam tidak hanya meliputi manajemen bank
Islam, tetapi juga melibatkan dewan pengawas syariah.
PELAKSANAAN PROSES IDENTIFIKASI,
PENGUKURAN, PEMANTAUAN,
PENGENDALIAN MANAJEMEN RISIKO
 Identifikasi Risiko:
Pelaksanaan proses identifikasi risiko dilakukan dengan melakukan analisis terhadap
karakteristik risiko yang melekat pada bank serta risiko dari produk dan kegiatan
usaha bank. Proses identifikasi risiko antara lain didasarkan pada pengalaman
kerugian bank yang pernah terjadi.
a. Bank wajib melakukan identifikasi seluruh risiko secara berkala.
b. Bank wajib memiliki metode atau sistem untuk melakukan identifikasi risiko pada
seluruh produk dan aktivitas bisnis bank.
c. Proses identifikasi risiko dilakukan dengan menganalisis seluruh sumber risiko,
paling tidak dilakukan terhadap risiko dari produk dan aktivitas bank serta
memastikan bahwa risiko dari produk dan aktivitas baru telah melalui proses
manajemen risiko yang layak sebelum diperkenalkan atau dijalankan.
PELAKSANAAN PROSES IDENTIFIKASI,
PENGUKURAN, PEMANTAUAN,
PENGENDALIAN MANAJEMEN RISIKO
 Pengukuran risiko
a. Sistem pengukuran risiko digunakan untuk mengukur eksposur risiko bank, sebagai acuan
untuk melakukan pengendalian. Pengukuran risiko wajib dilakukan secara berkala, baik
untuk produk atau portofolio maupun seluruh aktivitas bisnis bank.
b. Sistem tersebut minimal harus dapat mengukur sensitivitas prosuk atau aktivitas terhadap
perubahan faktor-faktor yang memengaruhinya, baik dalam kondisi normal maupun tidak
normal.
Dalam melaksanakan pengukuran risiko, bank wajib melakukan evaluasi secara berkala paling
sedikit sekali dalam tiga bulan (triwulan) atau lebih sesuai dengan perkembangan usaha bank
dan kondisi eksternal yang memengaruhi kondisi bank terhadap kesesuaian asumsi, sumber
data, dan prosedur yang digunakan untuk mengukur risiko. Selain itu, bank melakukan
penyempurnaan terhadap sistem pengukuran risiko apabila terhadap perubahan kegiatan
usaha bank, produk, transaksi, dan faktor risiko yang bersifat material yang dapat
memengaruhi kondisi keuangan bank.
PELAKSANAAN PROSES IDENTIFIKASI,
PENGUKURAN, PEMANTAUAN,
PENGENDALIAN MANAJEMEN RISIKO
 Pemantauan risiko
Bank harus memiliki sistem dan prosedur pemantauan yang mencakup pemantauan
terhadap besarnya eksposur risiko, toleransi risiko, kepatuhan limit internal, dan hasil
stress testing atau konsistensi pelaksanaan, dengan kebijakan dan prosedur yang
diterapkan.
Evaluasi terhadap eksposur risiko dilakukan dengan cara memantau dan melaporkan
risiko yang bersifat material atau yang berdampak pada kondisi permodalan bank yang
antara lain didasarkan atas penilaian potensi risiko dengan menggunakan historical
trend.
Bank harus menyiapkan suatu sistem cadangan dan prosedur yang efektif untuk
mencegah terjadinya gangguan dalam proses pemantauan risiko, dan melakukan
pengecekan serta penilaian kembali secara berkala terhadap system cadangan
tersebut.
PELAKSANAAN PROSES IDENTIFIKASI,
PENGUKURAN, PEMANTAUAN,
PENGENDALIAN MANAJEMEN RISIKO
 Pengendalian risiko
Bank harus memiliki sistem pengendalian risiko yang memadai, dengan mengacu
pada kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan.
Proses pengendalian risiko yang diterapkan bank harus disesuaikan dengan
eksposur risiko atau tingkat risiko yang akan diambil dan toleransi risiko.
Pengendalian risiko dapat dilakukan oleh bank dengan metode mitigasi risiko serta
penambahan modal bank untuk menyerap potensi kerugian.
dalam melaksanakan fungsi pengendalian risiko nilai tukar dan risiko likuiditas,
setidaknya bank menerapkan assets and liabilities management (ALMA).
PERMASALAHAN MANAJEMEN RISIKO
PADA KONTRAK KEUANGAN ISLAM

 Survei yang dilakukan Islamic Development Bank (2001) terhadap 17 Lembaga


keuangan syariah dari 10 negara mengimplikasikan, risiko-risiko unik yang harus
dihadapi bank syariah lebih serius mengancam kelangsungan usaha bank syariah
dibandingkan dengan risiko yang dihadapi bank konvesional.
 Survei tersebut juga mengimplikasikan bahwa para nasabah bank syariah
berpotensi menarik simpanan mereka jika bank syariah memberikan hasil yang
lebih rendah daripada bunga bank konvesional.
 Lebih jauh survei tersebut menyatakan, model pembiayaaan bagi hasil, seperti
musyarakah, mudharabah, dan model jual-beli, seperti salam dan istishna’, lebih
berisiko ketimbang murabahah dan ijarah
MANAJEMEN RISIKO PADA KONTRAK
PROFIT AND LOSS SHARING (PLS)
 PLS adalah salah satu prinsip dasar dari pembiayaan Islam dan bisa diwujudkan
dalam sejumlah format tergantung pada tipe kontrak kerjasamanya. Format yang
paling umum adalah di mana bank menyediakan dana sementara pengusaha
menyediakan waktu dan usaha.
 Pada akhir dari periode yang disepakati, bila ada keuntungan maka dibagi dengan
proporsi yang sudah disepakati. Sebaliknya jika terdapat kerugian maka
umumnya bank lah yang menanggung semua beban, kecuali jika terjadi
mismanajemen dan kelalaian yang dilakukan oleh pihak pengusaha. Oleh
karenanya maka tampak jelas bahwa risiko yang ada pada kontrak kerjasama
dengan pola berbagi keuntungan dan kerugian jauh lebihbesar.
BENTUK RISIKO DALAM KONTRAK PLS

 Identifikasi risiko-risiko yang ada pada kontrak Musyarakah:


Risiko kredit, risiko operasional, risiko pasar dan risiko likuiditas adalah risiko-risiko utama yang dihadapi
oleh lembaga keuangan ketika menjalankan baik kontrak Musyarakah permanen maupun kontrak
Musyarakah surut.
Risiko-risiko yang dihadapi saat menjalani kontrak Musyarakah permanen adalah :
1. Pada kontrak Musyarakah permanen, lembaga keuangan mempunyai andil kemitraan dalam usaha
yang dijalankan maka kejadian eksternal apapun atau secara umum aktifitas-aktifitas apapun yang
tidak berjalan dengan semestinya atau kegagalan-kegagalan yang disebabkan oleh risiko usaha
yang menyebabkan kerugian akan mengakibatkan terjadinya risiko operasional.
2. lembaga keuangan yang melibatkan diri dalam kontrak Musyarakah harus mau berbagi baik
keuntungan maupun kerugian. Rasio bagi untung yang disepakati bisa jadi berbeda dengan rasio
modal, sementara rasio bagi rugi harus sama dengan rasio modal, sementara rasio bagi rugi adalah
sama dengan rasio modal yaitu 2:3). Pada situasi seperti ini, lembaga keuangan mengalami
penyebaran porsi keuntungan dan kerugian yang tidak menguntungkan. Sebagai akibat dari
ketidakmampuan kredit terkait dengan kontrak Musyarakah permanen yang disebutkan di atas,
lembaga keuangan bisa jadi menghadapi risiko likuiditas karena bisa saja lembaga keuangan
tersebut tidak mampu menyediakan dana tunai yang cukup untuk investasi dan kegiatan usahanya
BENTUK RISIKO DALAM KONTRAK PLS

 Identifikasi resiko pada kontrak kemitraan Mudharabah


 kontrak Mudharabah berpotensi menyebabkan lembaga keuangan yang merupakan mitra
keuangan berhadapan pada risiko operasional, risiko kredit, risiko pasar dan risiko likuiditas
sebagai berikut :
1. Karena lembaga keuangan dalam kontrak Mudharabah memiliki andil kemitraan pada bisnis
aktual yang dibiayai olehnya maka lembaga keuangan secara serta merta dihadapkan pada
risiko bisnis dan risiko operasional. Hal ini terjadi disebabkan oleh kejadian eksternal atau di
internal usaha dan menyebabkan kerugian terhadap bisnis yang sedang dijalankan.
2. Kerugian-kerugian besar pada kontrak Mudharabah dapat mengakibatkan tidak mampunya
lembaga keuangan untuk memberikan modal tambahan investasi Mudharabah dan bisnispun
sangat mungkin tidak bisa beroperasi lagi
3. Lembaga keuangan dihadapkan pada risiko kredit yang disebabkan oleh kegagalan
mendapatkan expected cash in dari profit usaha.
4. Ketidakmampuan bayar yang disebutkan di atas menghadapkan lembaga keuangan pada
risiko likuiditas karena besar kemungkinan lembaga keuangan tidak bisa menyediakan dana
tunai yang memadai untuk diberikan kepada investasi dan aktifitas-aktifitas lainnya
PENGELOLAAN RISIKO KONTRAK
MUSYARAKAH
Terdapat beberapa langkah untuk mengelola risiko kontrak Musyarakah dan
Musyarakah surut, diantaranya :
1. Pengelolaan Risiko Operasional. Risiko operasional utamanya disebabkan oleh
risiko bisnis. Lembaga keuangan yang mempunyai hak dalam pengelolaan
usaha kemitraan semacam itu bisa berpartisipasi dan atau memonitor proses
usaha yang dijalankan untuk meminimalisir risiko-risiko terkait. Lebih jauh lagi,
polis asuransi dapat digunakan untuk meng cover kerugian-kerugian besar
yang disebabkan oleh kejadian-kejadian eksternal.
2. Pengelolaan Risiko Kredit. Lembaga keuangan dapat meminimalisir resiko
kredit pada kontrak Musyarakah permanen dengan cara terlibat langsung
dalam aktifitas bisnis dan atau memonitor kondisi neraca keuntungan dan
kerugian usaha yang dijalankan.
3. Pengelolaan resiko pasar pada kontrak Musyarakah
PENGELOLAAN RISIKO PADA KONTRAK
MUDHARABAH
Pengelolaan risiko operasional pada kontrak Mudharabah. Sama halnya dengan
Musyarakah, risiko operasional pada kontrak Mudharabah sebagian besar diawali
oleh risiko usaha.
1. Pengelolaan risiko kredit pada kontrak Mudharabah. Ancaman risiko kredit pada
kontrak Mudharabah dapat diminimalisir dengan melakukan pengawasan atas
kinerja usaha, jika memungkinkan juga pengawasan atas neraca untung rugi
usaha yang dijalankan.
2. Pengelolaan risiko pasar pada kontrak Mudharabah
3. Pengelolaan risiko likuiditas pada kontrak Mudharabah. Pada kontrak
Mudharabah, risiko likuiditas dipicu oleh risiko-risiko lainnya. Maka lembaga
keuangan mungkin harus menyediakan kecukupan modal yang mesti ditentukan
berdasarkan arahan-arahan regulator atau berdasarkan estimasi internal
TERIMA KASIH
Manajemen Risiko Bank Syariah

Anda mungkin juga menyukai