A. LATAR BELAKANG
Perbankan syariah di Indonesia saat ini sudah berkembang pesat. Bank syariah
tidaklah sama dengan bank konvensial, bank syariah menerapkan sistem-sistem Islam
dalam operasionalnya dan tidak menggandalkan sistem bunga.
Dalam sebuah perbankan terdapat resiko-resiko yang sering timbul. Resiko
adalah sebab akibat yang dapat merugikan yang terjadi dari suatu perbuatan atau
tindakan. Dalam perbankan resiko merupakan suatu kejadian yang dapat diperkirakan
atau tidak dapat diperkirakan yang mengakibatkan dampak yang buruk terhadap
perbankan itu sendiri. Dan resiko ini dapat menghambat beroperasinya suatu perbankan
dalam mencapai tujuan tertentu.
Pada saat ini perbankan di Indonesia mengalami resiko yang semakin
kompleks yang diakibatkan oleh perkembangan perbankan itu sendiri sehingga
mewajibkan bank-bank di Indonesia agar dapat meningkatkan kebutuhan akan penerapan
manajemen resiko yang bertujuan untuk meminimalisir resiko yang akan terjadi dalam
kegiatan operasional perbankan.
Dalam perbankan syariah yang dimana operasionalnya sangat bergantung pada
kemampuan untuk menanggapi sebuah perubahan di dunia keuangan. Perubahan dalam
teknologi informasi ini menjadikan ruang lingkup perbankan syariah sebagai lembaga
keuangan yang telah melampaui perundang-undangan suatu negara.
Untuk dapat meminimalkan resiko-resiko yang terjadi pada lembaga keuangan
syariah, maka bank syariah harus menerapkan manajemen resiko, maksudnya adalah
menerapkan prosedur-prosedur yang dapat digunakan dan diterapkan agar dapat
mengidentifikasi, mengatur, memantau, dan juga agar dapat mengendalikan resiko yang
muncul dari kegiatan perbankan tersebut.
B. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui perkembangan perbankan sayriah di Indonesia.
2. Dapat mengetahui resiko-resiko apa saja yang ada dalam dunia perbankan syariah di
Indonesia.
3. Dapat mengetahui apa saja resiko yang biasa diambil dalam dunia perbankan syariah
di Indonesia.
4. Mengetahui bagaimana cara untuk dapat mengahadapi resiko-resiko di dunia
perbankan.
C. MANFAAT
Hasil dari makalah ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi lembaga keuangan perbankan.
Makalah ini diharapkan agar dapat menjadi referensi bagi perbankan di Indonesia
khususnya bagi perbankan syariah untuk dapat meningkatkan kualitas operasionalnya
bagi masyarakat.
2. Bagi pembaca.
Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang resiko-
resiko apa saja yang ada dalam dunia perbankan khususnya perbankan syariah, dan
juga dapat mengetahui bagaimana cara untuk menanggulangi resiko-resiko tersebut.
BAB II
Literature Review
Risiko merupakan potensi kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa tertentu. Risiko di dalam
bank sendiri merupakan suatu kejadian potensial baik bisa diperkirakan ataupun tidak bisa
diperkirakan yang bisa berdampak negative terhadap pendapatan atau pemodalan bank.
Risiko sendiri bersifat dinamis dengan intesitas dan dampak nya yang berubah-ubah serta
mempunyai ketergantungan yang sangat tinggi terhadap kategori risiko yang lainnya.
Kesuksesan dalam mengelola risiko dapat tercapai dengan cara menguasai risiko dan
kesiapan dalam mengelola risiko tersebut. Klasifikasi risiko dalam Bank Syariah sebagai
berikut :
1. Jenis-Jenis Risiko
A. Berdasarkan Faktor
a. Risiko Nonbisnis contoh: akibat kebakaran, bencana alam dan lain-lain.
b. Risiko Bisnis
- Risiko Keuangan seperti risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko
operasional, risiko imbal hasil, dan risiko investasi.
- Risiko Nonkeuangan yaitu seperti risiko hukum, risiko reputasi, risiko
strategi, risiko kepatuhan.
B. Berdasarkan Dampaknya
a. Risiko Unik atau yang disebut juga risiko nonsistematis
b. Risiko Pasar atau yang disebut juga risiko yang tidak dapat diversifikasi
Risiko-risiko yang biasa dihadapi oleh Bank Syariah antara lain yaitu :
Risiko reputasi pada bank Syariah lebih besar dari pada bank konvensional,karena
adanya ekspektasi masyarakat yang lebih kepada bank Syariah, seperti contoh masyarakat
mengharapkan bank Syariah memiliki pelayanan yang lebih baik, bagi hasil yang lebih,
margin yang lebih murah, biaya-biaya lebih murah, lebih adil dan sebagainya. Hal ini yang
mengharuskan bank Syariah untuk lebih berhati-hati dalam menjalankan bisnisnya agar
prinsip Syariah yang dianut tetap seimbang dengan tujuan bisnis yang akan dicapai.
2
Sri Indah Nikensari, Perbankan Syariah Prinsip, Sejarah Dan Aplikasinya (Semarang: Pustaka Rizky Putra), hlm
195
BAB III
A. Sejarah Singkat Berdirinya Bank BNI Syariah
Bank Negara Indonesia (BNI) merupakan bank yang pertama kali didirikan dan
dimiliki oleh pemerintah Indonesia. Pada tanggal 30 Oktober 1946, Bank BNI mulai
mengeluarkan alat pembayaran di Indonesia yaitu ORI atau Oeng Republik Indonesia.
Berdirinya Bank BNI yaitu pada tanggal 15 Juli yang ditetapkan sebagai Hari Bank
Nasioal. Ada tiga pilar dalam prinsip syariah yaitu Adil, Transparan, dan mampu melani
masyarakat terhadap layanan perbankan yang amanah dan jujur.
Pada tanggal 21 Mei 2020 yaitu mengenai hal pemberian izin kepada PT Bank
Syariah yang berdasarkan atas keputusan Gubernur Bank Indonesia nomor
12/41/KEP.GBI/2010 yang dimana ditetapkan bahwa UUS BNI tahun 2003 ditetapkan
bahwa status uus bersifat temporer dan akan dilakukan Spin off tahun 2009.
Diterbitkannya UU No.19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
dan UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Seiring berjalannya waktu dan
perkembangan perbankan syariah semakin pesat dan akan kesadaran keunggulan produk
banyak diminati oleh para nasabah juga semakin meningkat. Dan saat pada tanggal 01
Februari 2021 Bank syariah Indonesia merupakan hasil penggabungan dari Bank Syariah
Mandiri dan BNI syariah.
B. Analisis Resiko yang ada pada Bank BNI Syariah
Pada perkembangan dunia perbankan syariah dapat ditentukan bahwa dengan
kemampuan manajemen perbankan syariah dalam menghadapi perubahan pesat
perekonomian seperti pesatnya informasi juga teknologi globalisasi.3 Pada keadaan yang
saat ini mulai pesatnya IPTEK berpotensi pada perbankan syariah yaitu pada
meningkatnya resiko operasional, oleh karena itu risiko operasional pada bank syariah
harus diperhatikan juga. 4
Resiko operasional adalah resiko yang dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu pada faktor manusia, system, prosedur, proses dan adanya kejadian
eksternal. Resiko operasional tidak hanya dipengaruhi oleh actor orang saja akan tetapi
resiko operasional juga dipengaruhi oleh bagus atau rendanya kualitas pengelolaan
manajemen oleh pemimpin perusahaan atau disebut juga sebagai manajer.5
3
Imam Wahyudi et al, Manajemen Risiko bank Islam ( Jakarta: Salemba Empat,2013)
4
Wienanda rizka sukma Jelita dan Atina Shofawati Manajemen resiko Operasional pada PT bank Pembiayaan
Rakyat syariah (BPRS) jurnal ekonomi Syariah 4, no.1 (2019), hlm 69-82
5
Sri hayati, Manajemen Resiko Untuk Bank Pekreditan rakyat Dan Lembaga Keuangan Mikro,ed. Putri
Christian, 1 st ed ( Yogyakarta: Penerbit Andi, 2017), hlm 27-28
Pada perbankan syariah, resiko operasional juga dapat dipengaruhi oleh bank
syariah yang terdapat ruang lingkup perjanjian khusus atau lingkungan yang umum, bank
syariah dapat meningkatkan resiko operasional diantaranya adanya pembatalan salah satu
kontak akad, ketidakmampuan memenuhi pada pengendalian internal, dan juga
pemeliharaan terhadap persediaan komoditas dalam pasar karena tidak liquid.
Dalam bisnis maupun perusahan ataupun sektor perbankan pasti didalamnya ada
berbagai masalah resiko dalam dunia perbankan maupun bisnis lainnya. Dari berbagai
resiko-resiko yang ada pada perbankan syariah dan salah satunya adalah resiko
operasional yang akan dibahas pada bank BNI Syariah. Mereview pada Jurnal Ekonomi
dan Perbankan Syariah yang dibuat oleh Hetika nur fauziah, Aini Nur akhriyah, dan
Abdurrohman yang memfokuskan penelitian pada bank BNI Syariah KC Mataram yang
terjadi pada masa pamndemi Covid-19. Didalam jurnal tersebut menjelaskan bahwa pada
BNI Syariah kantor cabang Mataram khusunya, terdapat beberapa identiikasi masalah
resiko yang sudah terjadi ataupun yang belum terjadi pada BNI Syariah cabang lain.
Pada hasil penelitian tersebut dapat diidentifikasikan bahwa dapat ditanyakan dari
penulis kepada salah satu karyawan BNI Syariah KC Mataram sebagai berikut:
Secara umum di perbankan rata-rata mengalami kasus yang sama diantaranya
yaitu; (1) penutupan kantor layanan, sehingga dilakukanlah pelayanan KCP di kantor
KC, (2) Beban operasional meningkat, karena harus menyediakan Masker,
Handsanitizer, Multivitamin, desinfektan dan lain-lain, (3) penurunan laba cabang
dikarenakan SDM yang terbatas dan daerah prospek dibatasi sehingga marketing tidak
bisa kerja optimal kembali.
Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan resiko operasional yang terjadi pada
resiko ke nasabah dan resiko ke bank antara lain sebagai berikut;
Resiko ke Nasabah:
Penutupan atau pembatasan kantor layanan, sehingga dilakukanlah pelayanan KCP
disentralkan di kantor KC
Resiko ke Bank :
Beban operasional meningkat, karena harus menyediakan handsanitizer, masker,
multivitamin, desinektan yang disediakan dalam jumlah banyak untuk menjaga
kesehatan lingkungan kantor terutama bagi kita karyawan
Penurunan laba cabang6
Karyawan yang terkadang tidak mematuhi Nasabah yang tidak mematuhi protocol
protocol kesehatan akan menyebabkan kesehatan, ada juga yang menginfokan
dampak tidak baik dan juga hal itu bahwa ia terkonfirmasi virus, dank arena
disebabkan terlalu lama work from home adanya pandemic covid-19 para nasabah
dengan santai yang menjadikannya berasa tidak mampu membayar relaksasi yang
liburan sehingga menyebabkan tidak focus semula setorannya 3 juta ketika pandemic
dan menjadikan target cabang tidak tercapai. hanya menyetorkan senilai 500 ribu tupiah
saja yang pastinya menggerus laba bank.
6
Hetika nur fauziah, Aini Nur akhriyah, dan Abdurrohman, Analisis Risiko Operasinal pada BNI Syariah KC
Mataram,( Jurnal ekonomi dan Perbankan Syariah) hal 41-42
7
Fatin Fadhilah hasib dan fachri akbar, “ Proses manajemen Risiko Operasional di BNI Syariah KC Mikro
Rungkut Surabaya,” Nisbah : Jurnal Perbankan Syariah 3, no 1 (2017), hlm 326-336
BAB IV
Kesimpulan
Risiko merupakan potensi kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa tertentu. Risiko
di dalam bank sendiri merupakan suatu kejadian potensial baik bisa diperkirakan ataupun
tidak bisa diperkirakan yang bisa berdampak negative terhadap pendapatan atau pemodalan
bank. Risiko pembiayaan adalah risiko yang diakibatkan karena adanya kegagalan nasabah
atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank sesuai dengan perjanjian yang telah
disepakati.
Saran
Bagi pembaca kami berharap dengan adanya penulisan ini pembaca sedikitnya bisa
menambah pengetahuan tentang risiko yang terjadi dalam Perbankan Syariah, sehingga
mungkin dapat dijadikan acuan buat siapa saja yang ingin berada di ruang lingkup
Perbannkan Syariah.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan yang harus
diperbaiki. Oleh karena itu, penulis berharap mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar kelak jika kami ingin menulis lagi, kami bisa berubah lebih baik lagi dalam
menulis atau menyusun makalah, karena kami ingin terus belajar dan berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
Nikensari, Sri Indah. Perbankan Syariah Prinsip, Sejarah Dan Aplikasinya. Semarang:
Pustaka Rizky Putra.
Wahyudi, Imam. 2013. Manajemen Risiko bank Islam. Jakarta: Salemba Empat.
Rizka Sukma Jelita, Wienanda,. dan Atina Shofawati. 2019. ”Manajemen Resiko
Operasional pada PT bank Pembiayaan Rakyat syariah (BPRS)” dalam Jurnal Ekonomi
Syariah 4, no.1, (hlm. 69-82).
Hayati, Sri. 2017. Manajemen Resiko Untuk Bank Pekreditan rakyat Dan Lembaga
Keuangan Mikro. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Fauziah, Hetika Nur., Aini Nur akhriyah., dan Abdurrohman. “Analisis Risiko Operasinal
pada BNI Syariah KC Mataram” dalam Jurnal ekonomi dan Perbankan Syariah, (hal. 41-
42).
Fadhilah, Fatin Hasib., dan Fachri Akbar. 2017. “Proses manajemen Risiko Operasional di
BNI Syariah KC Mikro Rungkut Surabaya” dalam Nisbah : Jurnal Perbankan Syariah 3,
no 1, (hlm. 326-336).