Anda di halaman 1dari 12

MANAJEMEN RISIKO BANK

Dosen Pengampu: Chairul Aly Ramli,SE.MM


Nama Kelompok 6: Dendy Aryandika
Hasnah
Fajar Putra panbayu

AKADEMI ILMU PELAYARAN NUSA TENGGARA


TAHUN AKADEMIK
2021/2022

KATA PENGANTAR

Puji Sukur marilah kita hadirkan kehadirat allah swt yang senantiasa memberi kita
Rahmat beserta karunianya yang begitu banyak dan tak terhingga sehingga pada akhirnya,
Alhamdulillah, atas rahmat dan hidayah Allah SWT akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas
ini mengenai” MANAJEMEN RISIKO BANK SYARIAH “Akan tetapi kami menyadari bahwa
penulisan makalah ini tentu terdapat berbagai macam kekurangan, maka dengan segala
kerendahan hati kami meminta kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk membuka wawasan dan pengetahuan kita sampai
sejauh manakah kualitas ilmu mempelajari tentang manajemen risiko di bank yang akan di
bahas dalam makalah.
Kepada semua teman-teman yang terlibat dalam pembuatan tugas ini, kami mengucapkan
Ribuan terima kasih. Semoga tugas ini bermanfaat bagi kita semua, terutama dari yang pembuat
makalah ini, Amin Ya Rabbal’alamin
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan

BAB II
Perbankan Syariah Dan Risiko
Perbankan Syariah dan Regulasi
Risiko Dan Kecukupan Modal
. Dampak risiko terhadap bank syariah
Kebutuhan Perbankan Syariah Terhadap Regulasi Dan Manajemen Risiko
Type chapter title (level 3)
BAB III
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belakangan ini eksistensi dari perbankan syariah bisa dibilang sedang berada diatas daun,
dimana dari produk-produk yang diberikan oleh perbankan syariah kepada masyarakat mendapat
antusias positif. Banyak masyarakat yang berbondong-bondong ke perbankan syariah untuk
menginvestasikan atau menyimpan modalnya, selain itu ada pula yang melaksanakan
pembiayaan guna memenuhi kebutuhan mereka.
Tingkat risiko bisnis dari pengelolaan risiko akan menjadi faktor penting mengenai
perkembangan perbankan syariah itu sendiri dalam menghadapi persaingan secara global. Ada
beberapa alasan mengapa manajemen risiko harus diterapkan di perbankan syariah dan menjadi
bagian penting manajemen bank syariah. Pertama, sebagai tindak lanjut dari penerapan Bassed
Accord II yang merupakan penyempurnaan dari Bassel Acord I, dimana bank syariah tidak
terlepas dari risiko global yang terjadi pada dunia perbankan. Kedua, terdapat kondisi yang tidak
menentu dalam transaksi perbankan syariah lebih dari perbankan konvensional yang
menyebabkan perbankan mau tidak mau harus menerapkan manajemen risiko.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Perbankan Syariah dan Risiko?
2. Apa itu Perbankan Syariah dan Regulasi?
3. Apa itu Risiko dan Kecukupan Modal?
4. Bagaimana Dampak Risiko terhadap Bank syariah?
5. Apa Kebutuhan Perbankan Syariah terhadap Regulasi dan Manajemen Risiko?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Perbankan Syariah dan Risiko.
2. Untuk Mengetahui Perbankan Syariah dan Regulasi.
3. Untuk Mengetahui Risiko dan Kecukupan Modal.
4. Untuk Mengetahui Dampak risiko terhadap Bank Syariah.
5. Untuk Mengetahui Kebutuhan Perbankan Syariah terhadap Regulasi dan Manajemen
Risiko.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Perbankan Syariah dan Risiko
1. Pengertian Manajemen Risiko
Risiko merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hal ini disebabkan
banyaknya ketidak pastian yang muncul secara alamiah.
Perbankan syariah sebagai sebuah lembaga keuangan tidak bisa dipisahkan dari risiko yang
muncul dari usaha tersebut. Timbulnya risiko dalam lembaga keuangan sering kali diidentikkan
dengan adanya return (hasil). Hal ini karena sebuah risiko cenderung mempunyai hubungan
positif dengan return. Artinya semakin besar risiko dari usaha atau bisnis, maka semakin besar
pula kemungkinan return yang diharapkan.
Manajemen risiko diartikan sebagai rangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan
usaha bank. Manajemen risiko organisasi adalah suatu sistem pengelolaan risiko yang dihadapi
oleh organisasi secara komperhensif untuk tujuan meningkatkan nilai perusahaan. (sumar'in,
2012, hal. 109-110).
Produk-produk bank yang mengandung banyak risiko seperti produk mudharabah. Demikian
pula risiko yang diakibatkan karena ketidakjujuran atau kecurangan nasabah dalam melakukan
transaksi. Oleh karena itu, para pejabat bank syariah harus dapat mengendalikan risiko
seminimal mungkin dalam rangka untuk memperoleh keuntungan yang optimum. (muhammad,
2004, hal. 142)
2. Karakteristik Manajemen Risiko Dalam Perbankan Syariah
Manajemen risiko dalam perbankan syariah mempunyai karakter yang berbeda dengan bank
konvensional, terutama karena adanya jenis-jenis risiko yang khas melekat hanya pada bank-
bank yang beroperasi secara syariah. Dengan kata lain, perbedaan mendasar antara bank syariah
dan bank konvensional bukan terletak pada bagaimana cara mengukur (how to measure),
melainkan pada apa yang dinilai (what to measure). Perbedaan tersebut akan tampak terlihat
dalam proses manajemen risiko operasional bank syariah yang meliputi:
a. Identifikasi Risiko
b. Penilaian Risiko
c. Antisipasi Risiko
d. Monitoring Risiko

3. Jenis-jenis Risiko
a. Risiko Pembiayaan
Risiko pembiayaan adalah risiko yang disebabkan oleh adanya kegagalan counterparty dalam
memenuhi kewajibannya. Dalam bank syariah reisiko pembiayaan mencakup risiko terkait
produk dan risiko terkait pembiayaan korporasi.
b. Risiko Pasar (Market Risk)
Risiko pasar adalah risiko kerugian yang terjadi portofolio yang dimiliki oleh bank akibat adanya
pergerakan variabel pasar (Adverse Movement) berupa suku bunga dan nilai tukar.
c. Risiko Operasional (Operasional Risk)
Risiko operasional adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh ketidakcukupan atau tidak
berfungsinya proses internal, human error, kegagalan sistem atau adanya problem eksternal yang
mempengaruhi operasional bank. (karim, 2010, hal. 256-275).

Beberapa alasan mengapa manajemen risiko begitu penting bagi perbankan syariah di antaranya:
1) Bank adalah perusahaan jasa yang pendapatannya diperoleh dari interaksi dengan nasabah
sehingga risiko tidak mungkin tidak ada.
2) Dengan mengetahui risiko mana kita dapat mengantisipasi dan mengambil tindakan yang
diperlukan dalam menghadapi nasabah atau permasalahan.
3) Dapat lebih menumbuhkan pemahaman pengawasan melekat, yang merupakan fungsi
sangat penting dalam aktivitas operasional. (sulhan, 2008, hal. 149-150).

B. Perbankan Syariah dan Regulasi


Sejak krisis sub-prima melanda Amerika Serikat pada pertengahan 2007, bank Islam semakin
bertambah diminati. Bank Islam muncul “bak gadis cantik jelita” yang menjadi rebutan semua
pihak sama ada Muslim maupun non-Muslim. Ditengah gelombang dan badai krisis ekonomi
global, bank Islam dan institusi keuangan Islam lainnya masih mampu meraup keuntungan dan
bahkan merektrut karyawan baru, seperti yang dilakukan oleh bank Islam terbesar pertama dan
kedua di dunia yaitu Bank Al-Rajhi, Saudia Arabia dan juga Islamic Kuwait Finance House.
Agar perkembangan perbankan syariah semakin mendunia dan kompetitif, maka ia harus
didukung oleh tujuh faktor berikut:
1. Adanya pendukung kuat (strong support) dan “political will” pemerintah di beberapa
negara-negara Muslim, seperti Malaysia, Singapura, Arab Saudi, Bahrain dan beberapa negara
Muslim lainnya.
2. Inovasi produk perbankan syariah yang semakin variatif dan kompetitif dengan produk-
produk yang ditawarkan perbankan konvensional.
3. Adanya regulasi yang jelas, sistematik dan komprehensif yang mengatur operasional
perbankan Syari’ah.
4. Dukungan Dewan Penasihat Syari’ah (DPS).
5. Tersedianya sumber daya manusia perbankan Syari’ah yang semakin banyak dilahirkan
oleh lembaga pendidikan tinggi yang menawarkan program studi ekonomi dan perbankan
Syari’ah.
6. Timbulnya kesadaran masyarakat (public awareness).
7. Terjadinya kerjasama dan hubungan internasional (internasional networks).
Dari ketujuh faktor diatas, ternyata faktor ketersediaan regulasi yang memadai yang mengatur
operasional perbankan syariah telah memainkan peran penting dalam mendongkrak pertumbuhan
perbankan syariah yang lebih pesat di Malaysia. Sebaliknya, perkembangan perbankan syariah di
Indonesia relatif lamban akibat belum didukungnya oleh keberadaan regulasi perbankan syariah
yang memadai. Malaysia dan Indonesia telah mengadopsi pendekatan yang berbeda dalam
menumbuh- kembangkan perbankan syariah. Malaysia yang menganut Islam sebagai agama
resmi negara, sedangkan Indonesia yang menempatkan Islam sebagai agama yang memiliki
posisi sama dengan agama-agama lainnya tertentu dari hukum Islam dalam industri perbankan
syariah dikedua negara tersebut. Regulasi perbankan syariah yang diatur dalam hukum Islam,
sedangkan Islam bukan agama resmi di Indonesia, ternyata telah menjadi penghambat lahirnya
regulasi perbankan syariah yang memadai. (abd, 2014)

C. Risiko dan Kecukupan Modal


Pertumbuhan setiap bank sangat dipengaruhi oleh perkembangan kemampuannya menghimpun
dana masyarakat. Baik berskala kecil maupun besar dengan masa pengendapan yang memadai.
Sebagai lembaga keuangan, masalah bank yang paling utama adalah dana. Tanpa dana yang
cukup, bank tidak dapat berbuat apa-apa, atau dengan kata lain bank menjadi tidak berfungsi
sama sekali.
Dana adalah uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank dalam bentuk tunai, atau aktiva
lain yang dapat segera diubah menjadi uang tunai.
Dalam pandangan syariah uang bukanlah merupakan suatu komoditi melainkan hanya
merupakan alat untuk mencapai pertambahan nilai ekonomis (economic added value).
Dengan demikian sumber dana bank syariah terdiri dari 3 bagian yaitu sebagai berikut:

1. Modal Inti
Modal inti adalah dana modal sendiri, yaitu yang berasal dari para pemegang saham bank, yakni
pemilik bank. Pada umumnya dana modal inti terdiri dari: modal yang disetor oleh pemegang
saham, cadangan, dan laba ditahan.
2. Kuasi Ekuitas (Mudharabah Account)
Yaitu akad kerja sama antara pemilik dana (shahibul maal) dengan pengusaha (mudharib) untuk
melakukan suatu usaha bersama, dan pemilik dana tidak boleh mencampuri pengelolaan bisnis
sehari-hari.
3. Dana Titipan (wadi’ah atau Non Remunerated Deposit)
Dana titipan adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada bank, yang umumnya berupa giro
atau tabungan. Pada umumnya motivasi utama orang menitipkan dana pada bank adalah untuk
keamanan dana mereka dan memperoleh keleluasaan untuk menarik kembali dananya sewaktu-
waktu.
Bank harus mempersiapkan strategi penggunaan dana-dana yang dihimpunnya sesuai dengan
rencana alokasi ini mempunyai beberapa tujuan yaitu:
a. Mencapai tingkat profitabilitas yang cukup dan tingkat risiko yang rendah.
b. Mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga agar posisi likuiditas tetap
aman.
Untuk mencapai kedua keinginan tersebut maka alokasi dana-dana bank harus diarahkan
sedemikian rupa agar pada saat diperlukan semua kepentingan nasabah dapat terpenuhi. (arifin,
2002, hal. 52-59)

D. Dampak risiko terhadap bank syariah


Dampak yang dihadapi oleh perbankan syariah terdapat ke dalam 4 bagian yaitu sebagai berikut:
1. Dampak terhadap pemegang saham
Pengaruh risk loss terhadap pemegang saham antara lain yaitu sebagai berikut:
a. Penurunan nilai investasi yang akan berpengaruh terhadap penurunan harga atau
penurunan keuntungan.
b. Hilangnya peluang dalam memperoleh dividen yang seharusnya diterima sebagai akibat
dari turunnya keuntungan perusahaan.
c. Kegagalan investasi yang telah dilakukan, hingga yang paling parah adalah kebangkrutan
perusahaan yang melenyapkan nilai semua modal disektor.

2. Dampak terhadap karyawan


Karyawan suatu bank dapat terpengaruh oleh peristiwa risiko (risk event) yang menimbulkan
risk loss terkait dengan keterlibatan mereka. Pengaruh tersebut dapat berupa dikenakan sanksi
indisipliner, karena kelalaian yang menimbulkan kerugian, pengurangan pendapatan seperti
pengurangan bonus atau pemotongan gaji, atau pemutusan hubungan kerja.
3. Dampak terhadap Nasabah
Kegagalan dalam pengelolaan risiko dapat berpengaruh terhadap nasabah. Dampak yang terjadi
dapat secara langsung maupun tidak langsung dan tidak seketika dapat diidentifikasikan.
4. Dampak terhadap perekonomian
Risk loss yang terjadi pada suatu bank akan menimbulkan dampak tidak hanya terhadap nasabah
dan perekonomian secara keseluruhan. Risiko sistematik secara spesifik adalah risiko kegagalan
bank yang dapat merusak perekonomian secara keseluruhan dan secara langsung berdampak
kepada karyawan, nasabah, dan pemegang saham. (usman, 2014, hal. 302-303).

E. Kebutuhan Perbankan Syariah Terhadap Regulasi Dan Manajemen Risiko


Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 tahun 2003 tentang penerapan manajemen risiko
untuk bank umum, merupakan wujud keseriusan Bank Indonesia dalam masalah manajemen
risiko perbankan. Keseriusan tersebut lebih dipertegas lagi dengan dikeluarkanya PBI Nomor
7/25/PBI/2005 pada Agustus 2005 tentang sertifikasi manajemen risiko bagi pengurus dan
pejabat bank umum, yang mewajibkan seluruh pejabat bank dari tingkat terendah hingga
tertinggi untuk memiliki sertifikasi manajemen risiko yang sesuai dengan tingkat jabatannya.
(PBI No. 13/23/PBI/2011).
Kemudian seiring berkembangnya bank syariah serta semakin kompleksnya kebutuhan akan
manajemen risiko bank syariah yang relative berbeda dengan bank konvensional.
Hal tersebut merupakan keseriusan Bank Indonesia dalam memberikan regulasi kepada bank
syariah, sehingga dirasa penting untuk mengeluarkan peraturan terpisah mengenai penerapan
manajemen risiko bagi bank syariah.
Dalam PBI No. 13/23/PBI/2011 peraturan yang berlaku bagi bank umum ditetapkan sebagai
berikut:
1. Perbankan dibangu dengan suatu pembatasan liabilitas/kewajiban.
2. Perbankan dibangun di bawah wewenang hukum perusahaan.
3. Perbankan dibangun dibawah hukum yang berkenaan dengan korporasi.
4. Cabang-cabang dari bank asing. (peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 tentang
penerapan manajemen risiko bagi bank umum syariah dan unit usaha syariah)

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen risiko diartikan sebagai rangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan
usaha bank.
Perbedaan tersebut akan tampak terlihat dalam proses manajemen risiko operasional bank
syariah yang meliputi:
1. Identifikasi Risiko
2. Penilaian Risiko
3. Antisipasi Risiko
4. Monitoring Risiko
Pertumbuhan setiap bank sangat dipengaruhi oleh perkembangan kemampuannya menghimpun
dana masyarakat. Baik berskala kecil maupun besar dengan masa pengendapan yang memadai.
Sebagai lembaga keuangan, masalah bank yang paling utama adalah dana. Tanpa dana yang
cukup, bank tidak dapat berbuat apa-apa, atau dengan kata lain bank menjadi tidak berfungsi
sama sekali.

B. Saran
Semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat, dan dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan, baik bagi para pembaca dan penulis sendiri, serta dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Abd, s. 2014. Studi Komparatif Antara Malaysia Dan Indonesia. Regulasi Perbankan Syariah.
Arifin, Z. 2002. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Alvabet.
Https://hukum.unsrat.ac.id. diunduh pada Minggu, 01 September 2019 pukul 19.00 WIB
Karim, A, A. 2010. Bank Islam: Analisis Fiqih Dan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo.
Muhammad. 2004. Manajemen Dana Bank Syariah. Yogyakarta: Ekonisia.
Sulhan, M. 2008. Manajemen Bank Konvensional Dan Syariah. Malang: Uin Malang Press
(anggota IKAPI).
Sumar'in. 2012. Konsep Kelembagaan Bank Syariah. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Usman, R. 2014. Aspek Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.

Anda mungkin juga menyukai