Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MENEJEMEN RISIKO SYARIAH

Makalah ini di susun guna memenuhi tugas mata kuliah pasar modal

Dosen pengampu : Nurfaedah. M.E.

Di Susun Oleh :

Indah Nurul Fitri

Muhamad Iqbal

Ridwan Alamsyah

Salsa Dila

Sukma Permana

Yana Yulio

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SILIWANGI GARUT

Jln. Raya Tutugan No. 117 Leles-Garut

2020-2021
ABSTRAK

Bank syariah akan selalu menghadapi berbagai jenis risiko dengan


konpleksitas yang beragam dan melekat dalam aktivitas bisnisnya. Dengan
demikian,penerapan menejemen risiko pada perbankkan syariah sangat mendesak
untuk dilaksanakan guna mengindentifikasi,mengukur, dan mengendalikan
berbagai risiko yang akan dihadapi. Makalah pembahasan akan membahas lebih
mendalam terkait manajemen risiko pada perbankkan syariah di Indonesia secara
teoritis dan implementasinya. Pembahasan tentang pentingnya manajemen risiko
perbankkan syariah,tentang jenis dan karakter risiko bank syariah,pengawasan
risiko bank syariah,serta oprasional dalam bank syariah.

Kata kunci : Bank Syariah, Manejemen Risiko.

ABSTRACK

Islamic banks will always face various types of risks with varying
complexity and are inherent in their business activities. Thus, the implementation
of risk management in Islamic banking is very urgent to be implemented in order
to identify, measure, and control the various risks that will be faced. The
discussion paper will discuss in more depth related to risk management in Islamic
banking in Indonesia in theory and its implementation. Discussion on the
importance of risk management in Islamic banking, the types and characteristics
of the risk of Islamic banks, supervision of risk in Islamic banks, and operations in
Islamic banks.

Keywords: Islamic Bank, Risk Management.

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bisnis adalah suatu aktivitas yang selalu berhadapan dengan risiko dan
return. Bank syariah adalah salah satu unit bisnis. Dengan demikian, bank syariah
juga akan menghadapi risiko manajemen bank itu sendiri. Bahkan kalau dicermati
secara mendalam, bank syariah merupakan bank yang sarat dengan risiko. Karena
dalam menjalankan aktivitasnya banyak berhubungan dengan produk-produk bank
yang mengandung banyak risiko seperti produk mudharabah, musyarakah, dan
sebagainya. Oleh karenanya para pejabat bank syariah harus dapat mengendalikan
risiko seminimal mungkin dalam rangka untuk memperoleh keuntungan yang
optimum.

Secara spesifik, risiko-risiko yang akan dihadapi oleh perbankan syariah


dalam kegiatannya yaitu meliputi risiko likuiditas (liquidity risk), risiko
pembiayaan/kredit (credit risk), risiko hukum (legal risk), risiko pasar (market
risk), risiko operasional (operational risk), risikop reputasi (reputation risk), dan
risiko modal (capital risk). Perbankan syariah tidak akan berhadapan dengan
risiko tingkat suku bunga secara langsung, karena bank syariah tidak
menggunakan instrumen bunga dalam operasionalnya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Jenis Dan Karakter Resiko

Risiko dalam bisnis tidak dapat ditiadakan, namun hanya bisa dikelola saja
sehingga dapat meminimalkan dampak dari risiko tersebut. Islam memandang
bahwa risiko merupakan sebuah sunnatullah dalam sebuah bisnis, konsep dalam
Islam menjelaskan bahwa setiap manusia hendaknya memperhatikan apa yang
telah diperbuat pada masa lalu untuk merencanakan hari esok dengan tujuan
meminimalkan risiko agar lebih baik dari hari kemaren. Hal ini sesuai dengan
alQur’an Surat Al-Hasyr:18

ٌ ‫ظرْ َن ْف‬
ْ ‫س مَّا َق َّد َم‬
‫ت‬ َّ ٰ ‫ٰ ٰٓيا َ ُّي َها الَّ ِذي َْن ٰا َم ُنوا ا َّتقُوا‬
ُ ‫ّللا َو ْل َت ْن‬
َّ ٰ َّ‫ّللا ۗاِن‬
‫ّللا َخ ِب ْي ٌر ِۢب َما َتعْ َملُ ْو َن‬ َّ ٰ ‫لِ َغ ٍۚد َوا َّتقُوا‬
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah
dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk
hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah maha teliti
terhadap apa yang kamu kerjakan.1

Berbeda dengan bank konvensional, hubungan antara bank syariah dengan


nasabahnya bukan hubungan antara debitur dengan kreditur, melainkan hubungan
kemitraan antaranya penyandang dana (shahibul maal) dengan pengelola dana
(mudharib). Oleh karena itu tingkat laba bank syariah buka saja berpengaruh
terhadap tingkat bagi hasil untuk para pemegang saham, tetapi juga berpengaruh
terhadap bagi-hasil yang dapat diberikan kepada nasabah penyimpan dana.
Dengan demikian kemampuan manajemen untuk melaksanakan fungsinya sebagai
penyimpan harta, pengusaha dan pengelola investasi yang baik professional

1
Departemen Agama Republik Indonesia, “Al-Qur’an dan Terjemahannya”, Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 2008), h.799.

3
investment manager) akan sangat menentukan kualitas usahanya sebagai lembaga
intermediary dan kemampuannya menghasilkan laba.

1. Jenis Risiko

Bank Indonesia sebagai bank sentral pengatur kebijakan peraturan


perbankan di Indonesia juga memikirkan pentingnya suatu pengelolaan
risiko bagi bank umum syariah dan unit usaha syariah yang beroperasi di
Indonesia. Untuk itu Bank Indonesia mengeluarkan: Peraturan Bank
Indonesia Nomor 13/29/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko
Bank Umum Syariah dan Unit Syariah. Tujuan Peraturan Bank Indonesia
ini untuk mengakomodasi karakteristik kegiatan usaha Bank Umum
Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) yang tidak sepenuhnya
sama dengan perbankan konvensional dan dalam rangka memenuhi
amanah pasal 38 UU no. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

Penerapan manajemen risiko pada Bank Umum Syariah dan Unit


Usaha Syariah disesuaikan dengan tujuan, kebijakan usaha, ukuran dan
kompleksitas usaha serta kemampuan bank umum syariah dan unit usaha
syariah.

Secara umum, resiko yang melekat pada aktivitas fungsional bank


syariah dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis resiko, yaitu risiko
pembiayaan, risiko pasar, dan risiko operasional.2

2. Karakter

Bank-bank yang beroperasi secara syariah. dengan kata lain,


perbedaan mendasar antara bank islam dengan bank konvensional bukan
terletak pada bagaimana cara mengukur, melainkan pada apa yang dinilai.
Adapun karakter manajemen risiko pada bank Islam adalah:

1. Identifikasi Risiko

2
Adiwarman A. Karim, “Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan”, Cet. 3. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2006, h. 260

4
Identifikasi risiko yang dilakukan dalam bank Islam tidak
hanya mencakup berbagai risiko yang ada pada banl-bank pada
umumnya, melainkan juga meliputi risiko yang khas hanya ada pada
bank-bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah. Dalam hal ini,
keunikan bank islam terletak pada enam hal:

a. Proses transaksi pembiayaan.


b. Proses manajemen.
c. Sumber daya manusia.
d. Teknologi.
e. Lingkunga eksternal.
f. Kerusakan.
2. Penilaian Risiko

Dalam penilaian risiko, keunikan bank islam terlihat pada


hubungan antara probability dan impact, atau yang biasa dikenal
sebagai Qualitative Approach.

3. Antisipasi Risiko
Antisipasi risiko dalam bank bertujuan untuk :
a. Preventive. Dalam hal ini, bank islam memerlukan persetujuan
DPS untuk mencegah kekeliruan proses dan transaksi dari
aspek syariah. di samping itu, bank islam juga memerlukan
opini bahkan fatwa DSN bila Bank Indonesia memandang
persetujuan DPS belum memadai atau berada di luar
kewenangannya.
b. Detective. Pengawasan dalam bank Islam meliputi dua aspek,
yaitu aspek perbankan oleh Bank Indonesia dan aspek syariah
oleh DPS.
c. Recovery. Koreksi atas suatu permasalahan dapat melibatkan
Bank Indonesia untuk aspek perbankan dan DSN untuk aspek
syariah.

5
4. Monitoring Risiko
Aktivitas dalam bank Islam tidak hanya meliputi manajemen bank
Islam, tetapi juga melibatkan Dewan Pengawas Syariah.3

B. Manajemen Pengawasan Resiko Syariah

Sebagai lembaga intermediary dan seiring dengan situasi lingkungan


eksternal dan internal perbankan yang mengalami perkembangan yang pesat,
perbankan pada umumnya dan perbakan syariah pada khususnya akan selalu
berhadapan dengan berbagai jenis risiko dengan tingkat kompleksitas yang
beragam dan melekat pada kegiatan usahanya.

Risiko-risiko tersebut tidak dapat dihindari, tetapi dapat dikelola dan


dikendalikan. Oleh karena itu perbankan, dan bank syariah khusunya memerlukan
serangkaian prosedur dan metodologi yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul
dari kegiatan usahanya (Adiwarman, 2006: 255). Dalam pelaksanaannya, proses
identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendali risiko memperhatikan
halhal sebagai berikut :

1. Pemetaan Risiko Bisnis

Bank mengembangkan pemetaan risiko usaha(business risk


mapping) untuk mengidentifikasi risiko utama yang mengancam
perusahaan. Alat ini membantu bank untuk mengetahui dan
menentukan tempat dimana risiko berada. Manajemen harus
mengkuantifikasi magnitude dari risiko dan mengukur potensi
dampaknya.

2. Alat Modeling

3
Adiwarman A. Karim, “Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan”, h. 256-259

6
Alat modeling ini akan memudahkan para manajer untuk
mengelola ketidakpastian. Analisis scenario dan model proyeksi
merupakan model yang paling sering digunakan.
3. Teknik mengidentifikasi dan menilai risiko

Kelompok teknik ini akan membantu Manajemen dalam hal


menetapkan focus/memberikan perhatian dan mengakomodasi seluruh
kegiatan pengelolaan Risiko.

4. Peran Internet/Intranet

Pemakaian Internet/Intranet semakin meningkat dalam


mengelola Risiko. Alat ini digunakan untuk mempromosikan
kewaspadaan dan pengelolaan Risiko, untuk mendapatkan informasi
mengenai Risiko untuk area tertentu, berkomunikasi dengan pegawai,
berbagai informasi mengenai Manajemen Risiko dengan Bank lain,
dan mengkomunikasikan tujuan Manajemen Risiko Bank kepada
publik.4

Untuk dapat menerapkan proses manajemen risiko, pada tahap


awal bank syariah harus secara tepat mengenal, memahami serta
mengidentifikasi seluruh risiko, baik yang sudah ada maupun yang
mungkin timbul dari suatu bisnis baru bank. Selanjutnya, secara
berturut-turut bank syariah perlu melakukan pengukuran, pemantauan
dan pengendalian risiko. Proses ini terus berkesinambugan sehingga
menjadi sebuah lifecycle.

Dalam pelaksanaannya, proses ini melalui langkah-langkah


berikut :

4
Robert Tampubolon, “Risk Management ,Manajemen Risiko:Pendekatan Kualitatif untuk Bank
Komersial”, Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2006, cet. Ke-3, h. 105-108

7
a. Identifikasi risiko, dilaksanakan dengan melakukan analisis
terhadap karakteristik risiko yang melekat pada aktivitas
fungsional, risiko terhadap produk dan kegiatan usaha.
b. Pengukuran risiko, dilaksanakan dengan melakukan evaluasi
secara berkala terhadap kesesuaian asumsi, sumber data dan
prosedur yang digunakan untuk mengukur risiko.
Penyempurnaan terhadap system pengukuran risiko dilakukan
apabila terdapat perubahan kegiatan usaha, produk, transaksi
dan factor risiko yang bersifat material.
c. Pemantau risiko, dilaksanakan dengan melakukan evaluasi
terhadap eksposure risiko. Penyempurnaan proses pelaporan
terhadap perubahan kegiatan usaha, produk, transaksi, faktor
risiko, teknologi informasi dan system informasi manajemen
yang berifat material.5

Dalam hal ini Islamic Financial Services Board (IFSB) telah merumuskan
prinsip-prinsip manajemen risiko bagi bank dan lembaga keuangan yang
berprinsip syariah. Disebutkan bahwa bahwa kerangka manajemen risiko lembaga
keuangan syariah mengacu pada Basel Accord II, (yang juga diterapkan
perbankan konvensional) dan disesuaikan dengan karakteristik lembaga keuangan
dengan prinsip syariah.

Secara umum risiko yang dihadapi perbankan syariah bisa diklasifikasikan


menjadi dua bagian besar, yakni risiko yang sama denganyang dhadapi oleh
perbankan konvensional dan risiko yang memiliki keunikan tersendiri karena
harus mengikuti prinsip-prinsip syariah. Resiko kredit, risiko pasar, risiko
oprasional, risiko likuiditas, dan risiko hukum harus dihadapi bank syariah tetapi,
karena harus mematuhi aturan, risiko-risiko yang dihadapi bank syariah pun
menjadi berbeda.

5
Siswanto. Ely, Sulhan, “Manajemen Bank Konvensional dan Syariah”, Cet. I, Malang: UIN-Malang
Press, 2008, h. 151-15

8
Bank syariah juga harus menghadapi risiko-risiko lain yang unik
(khas).Risiko unik ini muncul karena isi neraca bank syariah yang berbeda dengan
bank konvensional. Dalam hal ini pola bagi hasil (profit and loss sharing) yang
dilakukan bank syariah menambah kemungkinan munculnya risiko-risiko lain.

Seperti withdrawal risk, fiduciary risk, dan displaced commercial risk


merupakan contoh risiko unik yang harus dihadapi bank syariah.Karakteristik ini
bersama-sama dengan variasi modal pembiayaan dan kepatuhan pada
prinsipprinsip syariah. Withdrawal risk, adalah risiko penarikan dana yang
disebabkan oleh deposan bila keuntungan yang mereka terima lebih rendah dari
tingkat return. Fiduciary risk sebagai risiko yang secara hukumbertanggung jawab
atas pelanggaran kontrak investasi baik ketidaksesuaiannya dengan dengan
ketentuan syariah atau salah kelola (mismanagement) terhadap dana
investor.Displaced commercial risk adalah transfer risiko yang berhubungan
dengan simpanan kepada pemegang ekuitas.Risiko ini bisa muncul ketika bank
berada dibawah tekanan untuk mendapatkan profit, namun bank justru harus
memberikan sebagian profitnya kepada deposan akibat rendahnya tingkat return.6

Menurut hasil penelitian Bank Indonesia (2008) kerjasama dengan Ernst


dan Young yang dibahas dalam seminar akhir tahun 2008 di Bank Indonesia,
salah satu masalah utama dalam implementasi manajemen resiko di perbankan
syariah adalah peran Dewan Pengawas Syariah yang belum optimal. Peran DPS
yang belum optimal tersebut disimpulkan para peneliti sebagai kesenjangan utama
manajemen risiko yang harus diperbaiki di masa depan.

Jenis manajemen risiko yang terkait erat dengan peran DPS adalah risiko
reputasi yang selanjutnya berdampak pada displaced commercial risk, seperti
resiko likuiditas dan resiko lainnya. Jika peran DPS tidak optimal dalam
melakukan pengawasan syariah terhadap praktik syariah sehingga berakibat pada
pelanggaran syariah complience, maka citra dan kredibilitas bank syariah di mata
masyarakat menjadi negatif, sehingga dapat menurunkan kepercayaan masyarakat
6
Tariqullah, Khan, Habib Ahmed, “Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah” terjemahan
Ikhwan Abidin Basri, Jakarta: Bumi Aksara, Cet.I, 2008,. h.23

9
kepada bank syariah bersangkutan. Hal inilah yang dikatakan oleh Shanin A.
Shayan CEO and Board Member of Barakat Foundation “The biggest risk facing
the global Financial System is not a fall in its earning power but most importantly
a loss of faith and credibility on how it works” Jadi menurutnya resiko terbesar
menghadapi system keuangan global bukanlah kesalahan tentang kemampuan
menciptakan laba, tetapi yang lebih penting adalah kehilangan kepercayaan dan
kredibilitas tentang bagaimana operasional kerjanya.7

C. Resiko Dalam Operasional Bank Syariah

Resiko operasional memang cukup kompleks sehingga sangat sulit untuk


mengukurnya. Sebagian besar teknik pengukuran resiko operasional yang ada
masih sangat sederhana dan bersifat eksperimental. Namun demikian, bank dapat
mengumpulkan informasi tentang berbagai jenis dari laporan dan rencana yang
dipublikasikan dalam lembaga (seperti laporan audit, laporan pengawasan,
laporan manajemen, rencana bisnis, rencana operasional, tingkat error, dan
lainlain). Review secara cermat dan hati-hati atas dokumen-dokumen ini dapat
menutup GAP yang merepresentasikan potensi resiko. Data dari laporan-laporan
tersebut lebih lanjut dapat dikategorikan menjadi faktor internal dan faktor
eksternal dan dikonversi ke dalam kemungkinan kerugian lembaga. Sebagian dari
resiko operasional juga dapat terlindungi. Alat untuk menilai, memonitor, dan
mengelola resiko di antaranya meliputi review secara berkala, pengujian (stress
testing), dan alokasi modal ekonomi dalam jumlah yang tepat.8

Berdasarkan PBI Nomer 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen


Resiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Terdapat sepuluh jenis
risiko yang dihadapi bank Islam, yaitu: risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas,
risiko operasional, risiko hukum, risiko reputasi, risiko strategis, risiko kepatuhan,
risiko imbal hasil, dan risiko investasi. Delapan risiko pertama merupakan risiko

7
Agustianto, “Dewan Pengawas Syariah Dan Manajemen Risiko Bank Syariah”
8
William Tanumihardja, “Manajemen Resiko Bank Syariah”

10
umum yang juga dihadapi oleh bank konvensional. Sedangkan dua risiko terakhir
merupakan risiko unik yang khusus dihadapi oleh bank Islam.9

a. Risiko Kredit

Risiko kredit muncul jika bank tidak bisa memperoleh kembali


cicilan pokok atau bunga dari pinjaman yang diberikannya atau
investasi sedang dilakukannya.

b. Risiko Pasar

Risiko pasar timbul karena pergerakan harga yang diharapkan


seperti hasil risiko tingkat pengambilan

c. Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas dapat muncul karena sulitnya mendapatkan


dana cash yang wajar, baik melalui pinjaman maupun melalui
penjualan aset. Likuiditas penting bagi bank untuk menjalankan
transaksi sehari-hari, mengatasi kebutuhan dana yang mendesak,
memuaskan permintaan nasabah terhadap pinjaman dan memberikan
fleksibilitas dalam meraih kesempatan investasi yang menarik dan
menguntungkan.

d. Risiko Operasional

Risiko operasional berkaitan dengan sistem tata kelola sebagai


akibat ketidak mampuan atau kegagalan proses internal berhubungan
dengan orang atau sistem atau dari risiko eksternal

e. Risiko Hukum

Risiko hukum adalah sebuah risiko karena adanya sebuah


perbedaan karakteristik akad atau kontrak keuangan bank syariah

9
Pasal 5 Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 Tentang Penerapan Manajemen
Risiko Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah,

11
menghadapi risiko yang berhubungan dengan proses dokumentasi dan
pelaksanaan hukum.

f. Risiko Reputasi

Risiko reputasi adalah risiko rasa percaya kepada bank Islam


dimana klien karena tindakan atau manajemen yang tidak tanggung
jawab.

g. Risiko Strategi

Risiko strategik adalah risiko ketidak tepatan dalam


pengambilan atau pelaksanaan suatu keputusan strategis serta
kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.

h. Risiko Kepatuhan

Risiko kepatuhan adalah risiko yang disebabkan bank tidak


memenuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan
dan ketentuan lain yang berlaku.

i. Resiko Imbal Hasil (rate of return risk)

Risiko imbal hasil terjadi akibat perubahan tingakat imbal hasil


yang dibayarkan bank kepada nasabah dan memengaruhi perilaku
nasabah. Risiko ini muncul sebagai akibat terjadinya perubahan tingkat
imbal hasil yang diterima bank dari penyaluran dana ke debitur. Bagi
nasabah rasional, terjadinya perubahan ekspektasi imbal hasil akan
mempengaruhi perilakunya. Perubahan ekspektasi ini dapat disebabkan
oleh faktor internal, seperti menurunnya nilai aset bank, turunnya
pendapatan bagi hasil bank dari debitur, dan gagalnya bayarnya
debitur, dan faktor eksternal, seperti naiknya imbal hasil yang
ditawarkan bank lain.

12
j. Risiko Investasi (Equity Investment Risk)

Risiko investasi muncul akibat bank ikut menanggung kerugian


usaha debitur yang dibiayai dalam pembiayaan berbasis bagi hasil.
Berdasarkan fatwa DSN MUI, perhitungan bagi hasil tidak hanya
didasarkan atas jumlah pendapatan atau penjualan yang diperoleh
debitur, namun telah dikurangi dengan biaya pokoknya. Risiko
investasi ini makin besar jika basis bagi hasilnya berdasarkan atas
operasi atau laba neto usaha debitur. jika sampai usaha debitur
bangkrut, bank dapat kehilangan pokok pembiayaan yang diberikan
kepada debitur10

Apabila dipetakan terhadap produk-produk perbankan syariah maka risiko-


risiko yang mungkin timbul adalah sebagai berikut:

1. Tabungan: Risiko Likuiditas dan Risiko Operasional


2. Deposito: Risiko Likuiditas dan Risiko Operasional
3. Giro: Risiko Likuiditas dan Risiko Operasional
4. Pembiayaan Murabahah: Risiko Pembiayaan dan Risiko Hukum
5. Salam: Risiko Pembiayaan dan Risiko Operasional
6. Rahn: Risiko Operasional dan Risiko Pasar
7. Ishtisna: Risiko Pembiayaan dan Risiko Operasional
8. Pembiayaan Mudharabah: Risiko Pembiayaan dan Risiko Hukum
9. Pembiayaan Musyarakah: Risiko Pembiayaan dan Risiko Hukum

Menurut PBI (Peraturan Bank Indonesia) Nomor 11/25/PBI/2009 tentang


perubahan atas PBI No. 5/8/2003 tentang penerapan manajemen risiko bagi bank
umum “Manajemen Risiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur yang
digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan
risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha bank.

10
Ismail Nawawi, “Perbankan Syariah Issu-issu Manajemen Fiqh Mu’amalah pengkayaan Teori
Menuju Praktik”, Jakarta: CV. Dwiputra Pustaka Jaya, 2012, h. 627

13
Dalam pelaksanaannya, proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan
pengendalian risiko memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Identifikasi risiko dilaksanakan dengan melakukan analisis terhadap :


 Karakteristik risiko yang melekat pada aktifitas fungsional
 Risiko dari produk dan kegiatan usaha
b. Pengukuran risiko dilaksanakan dengan melakukan :
 Evaluasi secara berkala terhadap kesesuaian asumsi, sumber
data, dan prosedur yang digunakan untuk mengukur risiko.
 Penyempurnaan terhadap sistem pengukuran risiko apabila
terdapat perubahan kegiatan usaha, produk, transaksi, dan
faktor resiko yang bersifat material.
c. Pemantauan risiko dilaksanakan dengan melakukan:
 Evaluasi terhadap eksposure risiko
 Penyempurnaan proses pelaporan apabila terdapat perubahan
kegiatan usaha, produk transaksi, faktor risiko, teknologi
informasi dan sistem informasi manajemen risiko yang bersifat
material.
d. Pelaksanaan pengendalian risiko, digunakan untuk mengelola risiko-
risiko tertentu yang dapat membahayakan kelangsungan usaha bank.

Sebagai lembaga intermediary dan seiring dengan situasi


lingkungan eksternal dan internal perbankan yang mengalami
perkembangan pesat, perbankan pada umumnya dan perbankan syariah
pada khususnya akan selalu berhadapan dengan berbagai jenis risiko
dengan tingkat kompleksitas yang beragam dan melekat pada kegiatan
usahanya. Risiko-risiko tersebut tidak dapat dihindari, tetapi dapat
dikelola dan dikendalikan. Oleh karena itu perbankan, dan bank
syariah khusus dapat membentuk satuan tim yang mampu mengelola
dan merupakan cakupan dari manajemen risiko itu sendiri, yaitu :

 Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi

14
 Kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit
 Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan
pengendalian risiko serta sistem informasi manajemen risiko
 Sistem pengendalian intern yang menyeluruh

Risiko dapat diklasifikasikan melalui berbagai cara, diantaranya risiko


dibedakan menjadi risiko bisnis dan risiko finansial. Risiko bisnis muncul secara
alami dari aktivitas bisnis yang dijalankan yang berhubungan dengan faktor-faktor
yang mempengaruhi pasaran produk. Sedangkan risiko finansial muncul dari
kemungkinan kerugian dalam pasar keuangan, biasanya perubahan pada
variabelvariabel keuangan, biasanya berhubungan dengan leverage dan risiko
dimana kewajiban dan liabilitas tidak bisa dipertemukan dengan aset lancer.

Berdasarkan PBI Nomer 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen


Resiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, manajemen Risiko
adalah serangkaian metodologi dan prosedur yang digunakan untuk
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko yang timbul
dari seluruh kegiatan usaha Bank.11

11
Tariqullah Khan dan Habib Ahmed. “Manajemen Risiko : Lembaga Keuangan Syariah”,
terjemahan Ikhwan Abidin Basri, Jakarta: Bumi Aksara, Cet.I, 2008, h.13.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Resiko yang melekat pada aktivitas fungsional bank syariah
dapatdiklasifikasikan ke dalam tiga jenis resiko, yaitu risiko pembiayaan, risiko
pasar, dan risiko operasional. karakter manajemen risiko pada bank Islam,
2)Identifikasi Risiko, 2) Antisipasi Risiko, 3) Penilaian Risiko, 4)
MonitoringRisiko, 5) Identifikasi Risiko.
Islamic Financial Services Board (IFSB) telah merumuskan prinsip-prinsip
manajemen risiko bagi bank dan lembaga keuangan yang berprinsip syariah.
Dalam pelaksanaannya, proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan
pengendali risiko memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Pemetaan
RisikoBisnis, 2. Alat Modeling, 3. Teknik mengidentifikasi dan menilai risiko,
4.Peran Internet/Intranet. Jenis manajemen risiko yang terkait erat dengan peran
DPS adalah risiko reputasi yang selanjutnya berdampak pada
displacedcommercial risk, seperti resiko likuiditas dan resiko lainnya.
PBI Nomer 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen Resiko bagi
BankUmum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Terdapat sepuluh jenis risiko yang
dihadapi bank Islam, yaitu: risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas,
risikooperasional, risiko hukum, risiko reputasi, risiko strategis, risiko
kepatuhan,risiko imbal hasil, dan risiko investasi. Delapan risiko pertama
merupakanrisiko umum yang juga dihadapi oleh bank konvensional. Sedangkan
duarisiko terakhir merupakan risiko unik yang khusus dihadapi oleh bank Islam.

16
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama Republik Indonesia, “Al-Qur’an dan


Terjemahannya”,Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an,
2008), h.799.
Karim, Adiwarman A. “Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan” ,Cet.
3.Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada, 2006, h. 260.
Tampubolon, Rober.t “Risk Management ,Manajemen
Risiko:PendekatanKualitatif untuk Bank Komersial”, Jakarta: PT Elex
Media Komputindo,2006.
Siswanto. Ely, Sulhan,“Manajemen Bank Konvensional dan Syariah”,
Cet. I,Malang : UIN-Malang Press, 2008, h. 151-15.
Khan, Tariqullah dan Habib Ahmed. “Manajemen Risiko’’ : Lembaga
Keuangan Syariah”, terjemahan Ikhwan Abidin Basri, Jakarta: Bumi
Aksara, Cet.I,2008.
Agustianto, “Dewan Pengawas Syariah Dan Manajemen Risiko Bank
Syariah.
William Tanumihardja, “Manajemen Resiko Bank Syariah”
Pasal 5 Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 Tentang
Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah,
Nawawi, Ismail “Perbankan Syariah Issu-issu Manajemen Fiqh
Mu’amalah pengkayaan Teori Menuju Praktik”, Jakarta: CV. Dwiputra
Pustaka Jaya,2012.

17

Anda mungkin juga menyukai