Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH MANAJEMEN RISIKO SYARIAH

“ANALISIS PERBANKAN BERBASIS RISIKO”

OLEH KELOMPOK III


1. Syapriani Harahap 2040200091
2. Patima Rizki 2040200092
3. Maisaroh 2040200093
4. Erlita Sari 2040200111

Dosen Pengampu : Bapak Ahmad Afandi,. S. E., M. E

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SYEIKH ALI HASAN AHMAD ADDARY PADANGSIDIMPUAN
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................I
PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1. LATAR BELAKANG.............................................................................................1
PEMBAHASAN.................................................................................................................2
1. ANALISIS RISIKO PERBANKAN.......................................................................2
2. KEDUDUKAN ANALISIS RISIKO DALAM PERBANKAN.............................3
3. JENIS-JENIS RISIKO PERBANKAN...................................................................3
KESIMPULAN..................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................11

I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bank syariah akan selalu berhadapan dengan berbagai dengan berbagai jenis
resiko dengan kompleksitas beragam dan melekat pada kegiatan usahanya. Resiko
dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian potensial, baik dapat
diperkirakan (anticipated) maupun yang tidak dapat diperkirakan (unanticipated) yang
berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan bank.1
Situasi eksternal dan internal perbankan mengalmi perkembangan pesat yang
diikuti dengan semakin kompleksnya resiko kegiatan usaha perbankan sehingga
diperlukan penerapan manajemen resiko yang matang. Penerapan manajemen resiko
akan memberikan manfaat baik kepada perbankan maupun otoritas pengawasan
perbankan. Manajemen resiko dibutuhkan untuk mengidentifikasi, mengukur, dan
mengendalikan berbagai macam resiko.2
Krisis finansial dunia yang terjadi mulai 2008, dan berlanjut hingga saat ini,
semakin menegaskan perlunya penerapan manajemen resiko secara konsisten.
Dibandingkan dengan krisis finansial 1998, dalam menghadapi krisis tahun 2008
perbankan Indonesia sudah lebih siap (Ikatan Bankir Indonesia, 2014: 339).
Mekanisme yang terdapat pada perbankan syariah, tidak dapat terlepas pada resiko
dalam menjalankan roda usahanya.3
Oleh karena itu, bank syariah harus dapat mengidentifikasi setiap resiko yang
sedang dihadapi Romdhoni, 2012). Pembahasan paper berikut akan membahas lebih
mendalam tentang implementasi manajemen resiko perbankan syariah di Indonesia.

1
Adiwarman Karim. 2013. Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
H. 36.
2
Rivai Veitzal dan Arviyan Arifin. 2010. Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan Aplikasi,
Jakarta: Bumi Aksara. H. 36.
3
Anda Saputra. 2012. Manajemen Resiko Pembiayaan Mudhorobah. Yogyakarta: TESIS UIN Sunan
Kalijaga.

1
PEMBAHASAN

A. Analisis Risiko Perbankan

Perbankan mempunyai peranan penting dalam perekonomian negara dan


lembaga yang rentan terhadap risiko, khususnya risiko yang berkaitan dengan
uang. Perbankan berfungsi sebagai lembaga mediasi yang menghubungkan pihak
dengan dana surplus dan deficit financial sehingga membuat perbankan harus
selalu menjaga hubungan baik antara kedua pihak tersebut dengan membuat
keputusan yang bersifat moderat yaitu mempertimbangkan keinginan kedua pihak
tersebut. Sesuai dengan fungsinya tersebut maka bank harus mampu menyediakan
kemudahan seperti keamanan simpanan, kemudahan penarikan dana, transfer,
kredit dan tabungan dengan suku bunga yang menarik dan produkproduk
pendukung lainnya. Hal ini akan menjadi faktor daya tarik bagi konsumen untuk
mempercayakan penyimpanan dananya kepada bank tersebut.
Perbankan mempunyai banyak risiko yang mungkin akan terjadi. Risiko
perbankan adalah risiko yang dialami sebagai bentuk dari berbagai keputusan
yang dilakukan dalam berbagai bidang, seperti keputusan penyaluran kredit,
penerimaan sejumlah dana, valuta asing, inkaso, dan berbagai bentuk keputusan
financial lainnya yang menimbulkan kerugian bagi perbankan tersebut. Disisi lain
bank ingin menghimpun dana sebanyak mungkin sehingga dapat menyalurkan ke
dalam bentuk kredit yang menguntungkan tapi apabila semakin besar dana yang
diterima dan disalurkan maka semakin besar juga risiko yang akan diterimanya.
Semakin berkembangnya bisnis lembaga keuangan membuat lembaga
pengawas perbankan kesulitan untuk mendeteksi secara langsung dan cepat
permasalahan yang dihadapi. Kondisi ini harus diikuti dengan meningkatkan
transparansi informasi tentang praktik manajemen risiko, bentuk risiko dan kinerja
manajemen risiko sehingga dengan laporan yang transparan dapat menciptakan
adanya disiplin pasar.
Transparansi juga bermanfaat bagi investor karena ketika investor memiliki
akses informasi dan mengetahui kondisi perusahaan, investor lebih tertarik untuk
berinvestasi pada perusahaan tersebut daripada perusahaan lain yang tidak
memberikan akses informasi. Transparansi informasi yang terus di update dan
akurat akan bermanfaaat bagi pengawas dan konsumen untuk melakukan
penilaian yang lebih baik tentang bagaimana perbankan untuk menjaga tingkat
kesehatannya dan mempertajam mekanisme peringatan dini (early warning
system) sehingga dampak negatif dari keterlambatan lembaga pengawas
melakukan pengawasan dapat dibantu dengan efektifnya pengawasan oleh pasar.4

4
Shadrina Hazmi dan Vembrianto Indrawan, Risiko Bank Dan Disiplin Pasar dalam Jurnal UMKM
Dewantara Vol. 2, No. 1. Hal. 48

2
B. Kedudukan Manajemen Risiko Dalam Perbankan
Perbankan mempunyai peranan penting dalam perekonomian negara dan
lembaga yang rentan terhadap risiko, khususnya risiko yang berkaitan dengan
uang. Perbankan berfungsi sebagai lembaga mediasi yang menghubungkan pihak
dengan dana surplus dan deficit financial sehingga membuat perbankan harus
selalu menjaga hubungan baik antara kedua pihak tersebut dengan membuat
keputusan yang bersifat moderat yaitu mempertimbangkan keinginan kedua pihak
tersebut. Sesuai dengan fungsinya tersebut maka bank harus mampu menyediakan
kemudahan seperti keamanan simpanan, kemudahan penarikan dana, transfer,
kredit dan tabungan dengan suku bunga yang menarik dan produkproduk
pendukung lainnya. Hal ini akan menjadi faktor daya tarik bagi konsumen untuk
mempercayakan penyimpanan dananya kepada bank tersebut.
Ada beberapa alasan mengapa manajemen resiko harus diterapkan di
Perbankan Syariah, dan mengapa begitu penting. Alasan tersebut menurut
Zulfikar di antaranya meliputi
a. Bank adalah perusahaan jasa yang pendapatannya diperoleh dari interaksi
dengan nasabah sehingga resiko tidak mungkin tidak ada,
b. Dengan mengetahui resiko maka kita dapat mengantisipasi dan mengambil
tindakan yang diperlukan dalam menghadapi nasabah bermasalah,
c. Dapat lebih menumbuhkan pemahaman pengawasan yang merupakan fungsi
sangat penting dalam aktivitas operasional, dan
d. Faktor sejarah krisis Perbankan Nasional.5
Sebagai lembaga intermediasi keuangan berbasis kepercayaan sudah
seharusnya bank dan bank syariah khususnya menerapkan sistem manajemen
resiko. Hal tersebut sesuai dengan peraturan Bank Indonesia No.5/8/PBI/2003
tentang penerapan manajemen resiko bagi bank umum, yang mengatur agar
masing-masing bank menerapkan manajemen resiko sebagai upaya meningkatkan
efektivitas Prudential Banking.
C. Jenis-jenis Resiko Perbankan
Penerapan Manajemen Resiko Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah, terdapat 10 (sepuluh) resiko yang harus dikelola bank. Kesepuluh jenis
resiko tersebut adalah resiko kredit, resiko pasar, resiko operasional, resiko
likuiditas, resiko kepatuhan, resiko hukum, resiko reputasi, resiko strategis, resiko
imbal hasil, dan resiko investasi (Peraturan Bank Indonesia No. 13/23/PBI/2011
tentang Penerapan Manajemen Resiko Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah).
1. Manajemen Resiko Pembiayaan (kredit)
Penyebab utama terjadinya resiko kredit adalah terlalu mudahnya bank
memberikan pinjaman atau melakukan investasi karena terlalu dituntut untuk
memanfaatkan kelebihan likuiditas, sehingga penilaian kredit kurang cermat
5
Erlina Agustini dkk. 2011, Manajemen Resiko Bank syariah. Kharisma Putra Utama Offset.

3
dalam mengantisipasi berbagai kemungkinan resiko usaha yang dibiayai. 6
Contoh: Nasabah A mengambil KPR dari Bank B dengan skema Murabahah
berjangka waktu 25 (dua puluh lima) tahun. Pada tahun pertama sampai tahun
keempat, Nasabah tersebut masih lancar dalam mebayar angsuran. Pada tahun
keenam, Nasabah di PHK dari perusahaannya. Atas kejadian itu, Bank B
berpotensi menghadapi resiko kredit karena Nasabah tidak memiliki pendapatan
lagi untuk membayar angsuran rumah yang sudah dinikmatinya.
2. Manajemen Resiko Pasar
Resiko kerugian yang terjadi pada portofolio yang dimiliki oleh bank
akibat adanya pergerakan variabel pasar (Adverse movement) berupa nilai
tukar dan suku bunga. Sebagai contoh:
a. Bank membeli sukuk negara dengan kupon tetap, di mana harga pasar
obligasi akan turun apabila imbal hasil pasar meningkat;
b. Bank membeli USD dengan nilai dalam valuta rupiah akan menurun
apabila nilai tukar USD melemah;
c. Bank melakukan aktivitas trading atau jual beli surat berharga

Resiko nilai tukar valuta asing dapat ditekan dengan cara membatasi atau
memperkecil posisi, atau bahkan dapat dihindari sama sekali bila bank selalu
mengambil posisi squaire. Sedangkan resiko suku bunga dalam perbankan
syariah tidak akan berpengaruh, karena perbankan syariah tidak berurusan
dengan suku bunga.
Bank syariah harus membentuk proses manajemen resiko pasar dan sistem
informasi yang sehat dan komprehensif yang berisikan antara lain sebagai
berikut:
a. Kerangka konseptual untuk mendorong identifikasi resiko ssspasar yang
mendasarinya;
b. Pedoman untuk pengelolaan aktivitas pengambilan resiko pada portofolio
yang berbeda pada investasi terbatas dan limit resiko pasarnya;
c. Kerangka penentuan harga tepat, penilaian dan pengakuan pendapatan;
d. Sistem informasi manajemen (SIM) yang kuat untuk pengendalian,
pemantauan, dan pelaporan eksposur resiko pasar dan kinerja manajemen
senior.
3. Manajemen Resiko Operasional
Risiko operasional adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh
ketidakcukupan atau tidak berfungsinya proses internal, human
error,kegagalan sistem atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi
operasional bank.12 Risiko ini melekat pada setiap aktivitas fungsional
bank, seperti kegiatan perkreditan, investasi, operasional dan jasa,
pembiayaan perdagangan, pendanaan dan instrumen utang, teknologi sistem
informasi dan sistem informasi manajemen dan pengelolaan sumber daya
manusia.13 Seperti:

6
Zainul. Arifin, 2009. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Azkia Publisher.Hlm. 41

4
1. Pemalsuan bilyet deposito oleh karyawan bank yang kemudian dijadikan
agunan pembiayaan,
2. Kesalahan postingan uang masuk karena pegawai yang ditunjuk kurang
berpengalaman.
3. Terjadi bencana alam berupa banjir besar sehingga bank tidak dapat
beroperasi secara normal.7
4. Manajemen Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko ketidak mampuan sebuah bank dalam
memenuhi atau membayar keuangannya tepat waktu seperti membayar
tabungan pada saat ditarik oleh nasabahnya atau membayar deposito pada
jatuh tempo dan kewajiban lainnya.8Penyebab risiko likuiditas adalah bank
mengalami ketidak mampuan untuk memenuhi dana dengan segera, dan
pembiayaan yang tidak sesuai, baik untuk memenuhi kebutuhan dana yang
mendesak.8
Beberapa faktor yang menyebabkan bank syariah juga menghadapi
resiko likuiditas, antara lain;
a. Turunnya kepercayaan nasabah terhadap sistem perbankan, khususnya
perbankan syariah;
b. Kebergantungan pada sekelompok deposan
c. Keterbatasan instrumen keuangan untuk solusi likuiditas;
d. Mismatching antara dana jangka pendek dengan pembiayaan jangka
panjang;
e. Bagi hasil antar bank kurang menarik karena financial settlementnya
harus menunggu selesai perhitungan cash basis pendapatan bank yang
biasanya baru terlaksana pada akhir bulan.
f. Di dalam kontrak mudhorobah, memungkinkan nasabah untuk menarik
dananya kapan saja tanpa pemberitahuan lebih dahulu. 9
5. Manajemen Risiko Kepatuhan
Risiko kepatuhan adalah risiko yang disebabkan oleh tidak di
patuhinya ketentuan-ketentuan yang ada, baik ketentuan internal maupun
eksternal. Seperti berikut:
1. ketentuan Giro wajib minimum, net open position, non performing
financeing dan batas maksimum pemberian pembiayaan,
2. ketentuan dalam penyediaan produk,
3. ketentuan dalam pemberian pelayanan,

4. ketentuan dalam pelaporan baik pelaporan internal, laporan kepada bank


Indoneisa maupun laporan kepada pihak ketiga lainnya,
7
Muhammad Iqbal Fasa, “Manajemen Resiko Perbankan Syariah Di Indonesia,” Li Falah: Jurnal Studi
Ekonomi dan Bisnis Islam 1, no. 2 (2017): hlm. 43.
8
Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah (Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemn YKPN,
2011), hlm. 359.
9
Rustam Bambang Rianto. Manajemen Resiko Perbankan Syariah di Indonesia. (Jakarta: Salemba
Empat, 2013). Hlm. 248.

5
5. Ketentuan perpajakan.10 Wajib pajak perlu memahami sanksi-sanksi
perpajakan sehingga mengetahui konsekuensi hukum dari apa yang
dilakukan ataupun tidak.
6. ketentuan dalam akad dan kontrak,
7. Fatwa Dewan Syariah Nasional. Resiko kepatuhan seperti petugas
sebuah bank terlambat dalam menyampaikan laporan Sistem Informasi
Debitur (SID) kepada Bank Indonesia, sehingga akan dikenakan denda
oleh Bank Indonesia.
6. Manajemen Risiko Hukum
Risiko hukum adalah risiko yang timbul akibat kelemahan aspek
yuridis seperti tuntutan hukum terhadap bank, ketiadaan peraturan
perundangan yang mendukung, atau kelemahan perikatan (perjanjian)11.
Berkaitan dengan risiko bank, hal-hal yang diperhatiakn adalah memiliki
kebijakan dan prosedur secara tertulis; melaksanakan prosedur analisis
aspek hukum terhadap produk dan aktifitas baru; memiliki satuan kerja yang
berfungsi sebagai legal watch; menilai dampak perubahan
ketentuan/peraturan terhadap risiko hokum; menerapakan sanksi secara
konsisten; dan melakukan kajian secara berkala terhadap akad, kontrak dan
perjanjian-perjanjian bank dengan pihak lain dalam hal efektivitas dan
enforceability.12
7. Manajemen Risiko Strategis
Resiko yang antara lain disebabkan oleh adanya penerapan dan
pelaksanaan strategi bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis
yang tidak tepat atau bank tidak mematuhi/ tidak melaksanakan perubahan
perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku. Pengelolaan resiko
kepatuhan dilakukan melalui penerapan sistem pengendalian internal secara
konsisten. Indikasi dalam resiko strategi ini dapat dilihat dari kegagalan
dalam mencapai target bisnis yang telah ditetapkan, baik target keuangan
maupun non- keuangan.
Contoh: Pada Rencana Bisnis Bank A tercantum rencana launching
layanan internet banking dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada
nasabahnya. Namun, layanan tersebut tidak diikuti peningkatan kapasitas
core banking system sehingga sering terjadi kegagalan transaksi pada
internet bankingnya. Atas ketidaksiapan infrastruktur Bank A,maka Bank A
rentan terhadap resiko strategis (Ikatan Bankir Indonesia),
Kegagalan manajemen resiko strategis dapat menimbulkan penarikan
besar-besaran dana pihak ketiga, menimbulkan masalah likuiditas,
ditutupnya bank oleh otoritas, dan bahkan bisa mengalami kebangkrutan.
Oleh karena itu, tujuan utama manajemen resiko strategis adalah untuk
memastikan bahwa proses manajemen resiko dapat meminimalkan

10
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, hlm. 275-276.
11
Rizki Ramadiyah, “Model Sistem Manajemen Resiko Perbankan Syariah Atas Transaksi Usaha
Masyarakat,” No. 2, Vol 13 (2014): hlm. 230.
12
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, hlm. 277.

6
kemungkinan dampak negatif dari ketidaktepatan pengambilan keputusan
strategis dan kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
8. Manajemen Resiko Reputasi
Resiko reputasi disebabkan oleh adanya publikasi negatif yang terkait
dengan kegiatan bank atau adanya persepsi negatif terhadap bank. Contoh:
Mesin ATM Bank A sering mengalami “off- line” sehingga membuat
kecewa nasabahnya setiap kali melakukan transaksi pada mesin ATM Bank
A. Nasabah melampiaskan rasa kekecewaannya melalui kontak pembaca di
Harian Nasional. Atas pemberitaan itu maka nasabah tersebut telah
mengakibatkan Bank A berpotensi menghadapi resiko reputasi (Ikatan
Bankir Indonesia). Hal-hal yang sangat berpengaruh terhadap reputasi
adalah:
1. Manajemen
2. Pemegang saham
3. Pelayanan yang disediakan;
4. Penerapan prinsip- prinsip syariah
Kegagalan manajemen resiko reputasi dapat menimbulkan penarikan
besar-besaran dana pihak ketiga, menimbulkan masalah likuiditas,
ditutupnya bank oleh otoritas, dan bahkan bisa mengalami kebangkrutan.
Oleh karena itu, tujuan utama manajemen resiko reputasi adalah untuk
mengantisipasi dan meminimalkan dampak kerugian dari resiko reputasi
bank syariah. Resiko reputasi dalam bisnis dapat bersumber dari berbagai
aktivitas bisnis bank syariah.
9. Manajemen Resiko Imbal Hasil
Resiko akibat perubahan tingkat imbal hasil yang dibayarkan kepada
nasabah karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil yang diterima bank
dari penyaluran dana, yang dapat memengaruhi perilaku nasabah dana pihak
ketiga bank yang disebabkan oleh perubahan ekspektasi tingkat imbal hasil
yang diterima dari bank syariah.Perubahan ekspektasi bisa disebabkan oleh
faktor internal seperti menurunnya nilai aset bank atau faktor eksternal
seperti naiknya return yang ditawarkan bank lain. Sebagai Contoh:
a. Bank memberikan imbal hasil dana yang lebih kecil dibandingkan
dengan bulan lalu akibat beberapa debiturnya mengalami penurunan
kualitas pembiayaan;
b. Bank mengambil kebijakan untuk meningkatkan tingakt imbal hasil dana
guna mempertahankan nasabah deposan besar yang berpotensi kepada
bank lain Ikatan Bankir Indonesia
c. Bank Syariah mengharapkan hasil 7% dari asetnya yang nantinya akan
dibagikan kepada investor, pada saat yang sama BI rate naik menjadi
8%.
Dalam manajemen resiko imbal hasil, bank syariah harus memiliki
sistem yang tepat untuk identifikasi dan pengukuran factor yang bisa
meningkatkan resiko imbal hasil tersebut. Bank syariah harus menggunakan

7
teknik neraca untuk menimilisir eksposur menggunakan beberapa strategi
berikut:
a. Menentukan rasio laba pada masa depan dibandingkan dengan
ekspektasi kondisi pasar;
b. Mengembangkan instrumen baru yang sesuai syariah;
c. Menerbitkan sekuritisasi tranches yang sesuai dengan aset yang
diizinkan dalam ketentuan syariah.

10. Resiko Investasi


Resiko Investasi adalah resiko akibat bank ikut menanggung kerugian
usaha nasabah yang dibiayai dalam pembiayaan berbasis bagi hasil. Resiko
ini timbul apabila bank memberikan pembiayaan berbasis bagi hasil kepada
nasabah di mana bank ikut menanggung resiko atas kerugian nasabah yang
dibiayai (profit and loss sharing). Resiko investasi memiliki beberapa fitur
berbeda:
a. Sifat investasi ekuitas memerlukan pengawasan mendalam untuk
mengurangi asimetri informasi;
b. Mudhorobah dan musyarakah adalah perjanjian pembagian keuntungan
dan kerugian serta menghadapi resiko hilangnya modal walau dengan
pengawasan yang memadai. Tingkat resiko lebih tinggi dibandingkan
investasi lain.
c. Investasi ekuitas selain investasi pasar saham tidak memiliki pasar
sekunder yang mengakibatkannbesarnya biaya untuk keluar lebih awal.
Tidak likuidnya investasi tersebut dapat menyebabkan kerugian pada
bank.
Sebagai Contoh:
a. Bank menderita kerugian atas fasilitas pembiayaan Mudhorobah yang
disalurkan kepada suatu nasabah yang bergerak di bidang usaha tekstil;
b. Bank menderita kerugian akibat nasabah yang bergerak di bidang usaha
pertambangan batu bara mengalami penurunan omset penjualan dalam
beberapa bulan terakhir.

Dengan demikian, bank syariah harus memiliki strategi, manajemen


resiko dan proses laporan yang memadai sehubungan dengan karakteristik
resiko investasi termasuk investasi mudhorobah dan musyarakah. Bank
syariah harus memastikan metodologi valuasi yang tepat dan konsisten
menilai potensi dampak dari metode perhitungan dan alokasi laba. Bank
syariah harus menetapkan strategi keluar dalam kegiatan investasi modal
mereka dengan persetujuan DPS.

Resiko kredit
8 Resiko Pasar
Resiko Operasional
Resiko Likuditas
Resiko Kepatuhan
Inherent Risk

Peringkat:
Low
Low to Moderate
Moderate
Moderate to High
High

RISK ROFIL

Komponen:
Tatakelola resiko
Kerangka manajemen resiko
Proses manajemen resiko
Kecukupan Sumber Daya Manusia
Kecukupan Sistem Informasi Manajemen
Kecukupan Sistem Pengendalian Resiko
Kualitas
Penerapan Manajemen
Resiko
Peringkat:
Strong
Satisfactory
Fair
Marganil
Unsatisfactory

KESIMPULAN

9
Bank adalah lembaga keuangan yang bertindak sebagai perantara antara surplus dan
defisit. Hal ini menjadikan Bank menghadapi risiko dalam kegiatan operasional Bank yang
dilakukan. Sebuah bank mengumpulkan uang dari masyarakat dalam jangka pendek melalui
berbagai produk tabungan dan kemudian menyalurkannya sebagai pembiayaan (mayoritas
jangka panjang). Hal ini tentu akan menimbulkan ketidak cocokan jangka waktu yang
menyebabkan risiko pada operasional perbankan.
Manajemen risiko dapat dengan mudah diartikan sebagai pengelolaan dan
pengendalian risiko sehingga dapat diukur, dievaluasi dan dikelola untuk mengurangi akibat
negatif dari risiko sehingga tugasnya adalah mendukung kegiatan usaha bank. Oleh karena
itu, tujuan manajemen risiko adalah secara realistis menjaga stabilitas bank sesuai dengan
peraturan yang berlaku dan profitabilitas bank sesuai dengan rencana bisnis bank.
Keberadaannya sebagai manajemen risiko bank dan sistem administrasi terdiri dari organisasi
dan proses manajemen terkait dengan peraturan dan prosedur operasional dan seperangkat
alat dan teknik.
Dalam perbankan, penerapan manajemen risiko diatur dan ditetapkan dalam POJK
Manajemen Risiko Bank, sebagai langkah minimal yang harus diterapkan bank, meskipun
terdapat variasi risiko diantara Bank-Bank yang ada, karena prinsipnya dampak yang terjadi
akibat kegagalan pengelolaan risiko itu pada setiap Bank sama, yaitu selain kerugian
keuangan secara langsung, berakibat juga pada stakeholder, pemegang saham, karyawan dan
nasabah.
Adapun jenis-jenis risiko yang ada dalam perbankan yaitu:
1. Risiko Kredit
2. Risiko Pasar
3. Risiko Liquiditas
4. Risiko Operasinal
5. Risiko Kepatuhan
6. Risiko Hukum
7. Risiko Reputasi
8. Risiko Strategik
9. Risiko Imbal Hasil
10. Risiko Investasi

DAFTAR PUSTAKA

10
Agustini. Erlina, dkk. 2011, Manajemen Resiko Bank syariah. Kharisma Putra Utama Offset.

Fasa, Muhammad Iqbal. “Manajemen Resiko Perbankan Syariah Di Indonesia,” Li Falah:


Jurnal Studi Ekonomi dan Bisnis Islam 1, no. 2 (2017).

Hazmi. Shadrina dan Vembrianto Indrawan, Risiko Bank Dan Disiplin Pasar dalam Jurnal
UMKM Dewantara Vol. 2, No. 1.

Karim. Adiwarman. 2013. Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah (Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemn


YKPN, 2011).

Ramadiyah, Rizki. “Model Sistem Manajemen Resiko Perbankan Syariah Atas Transaksi
Usaha Masyarakat,” No. 2, Vol 13 (2014).

Rianto. Rustam Bambang. Manajemen Resiko Perbankan Syariah di Indonesia. (Jakarta:


Salemba Empat, 2013).

Saputra. Anda. 2012. Manajemen Resiko Pembiayaan Mudhorobah. Yogyakarta: TESIS UIN
Sunan Kalijaga.

Veitzal. Rivai dan Arviyan Arifin. 2010. Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan
Aplikasi, Jakarta: Bumi Aksara.

Zainul. Arifin, 2009. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Azkia Publisher.

11

Anda mungkin juga menyukai