Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu metode logis dan

sistematik dalam identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan

solusi, serta melakukan monitor dan pelaporan risiko yang berlangsung pada

setiap aktivitas atau proses. (Indroes, 2008)

Bank syariah merupakan lembaga keuangan berlandaskan syariah

yang fungsinya sendiri untuk mengumpulkan, mengelola dana dari

masyarakat yang mempercayakan keuangannya kepada bank syariah dan

menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang mengajukan pinjaman

kepada masyarakat yang mengajukan pinjaman melalui pembiayaan.

Sebagai lembaga intermediary (perantara antara penghimpun dana dan

penyalur dana) dan seiring dengan situasi lingkungan eksternal dan internal

perbankan yang perkembangannya sangat pesat, bank syariah akan selalu

berhadapan dengan berbagai jenis risiko dengan tingkat komplektasi yang

beragam dan melekat pada kegiatan usahanya.

Bank yang berbasis konvensional maupun syariah akan selalu

berhadapan dengan berbagai macam jenis bentuk risiko dengan kompleksitas

beragam dan melekat pada kegiatan usahanya. Risiko dalam konteks

perbankan merupakan suatu kejadian yang sangat potensial, baik dapat

1
2

diperkirakan (anticiped) maupun yang tidak dapat diperkirakan (unanticipad)

yang berdampak negative terhadap pendapatan dan permodalan bank (Karim,

2013).

Situasi eksternal dan internal mengalami perkembangan pesat yang

diikuti dengan semakin kompleksnya risiko kegiatan usaha perbankan

sehingga dilakukan penerapan manajemen risiko yang matang. Penerapan

manajemen risiko akan memberikan manfaat baik kepada perbankan maupun

otoritas pengawasan perbankan. Manajemen risiko diperlukan untuk

mengidentifikasi, mengukur dan mengendalikan berbagai macam risiko

(Veitzal dan Arifin, 2010).

Risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya kerugian tak

diinginkan yang kejadiannya tanpa bisa kita duga, sehingga ketidakpastian

tersebut dapat menimbulkan adanya suatu risiko atau menyebabkan

tumbuhnya risiko yang akan berdampak pada perusahaan itu sendiri. Risiko

yang terjadi dapat dikendalikan dengan menerapkan manajemen risiko.

Manajemen risiko merupakan kegiatan atau proses manajemen yang terarah

dan bersifat proaktif untuk mengakomodasi kemungkinan gagal dari sebuah

transaksi atau instrument Tampubolon(2004:34).

Untuk mencegah atau meminimalisir suatu risiko yang terjadi, pihak

bank selalu berhati-hati dan teliti dalam menyeleksi pemberiaan pembiayaan

kepada calon debitur yang mengajukan suatu pembiayaan, dengan cara

melakukan penilaian terlebih dahulu terhadap pembiayaan atau pembiayaan


3

yang akan disalurkan. Hal tersebut perlu dilakukan oleh pihak bank agar tidak

terjadi hal-hal yang menimbulkan kerugian untuk bank, seperti adanya debitur

yang tidak mampu membayar kembali kewajibannya atau biasa disebut

dengan pembiayaan macet.

Bank memperoleh pendapatannya dari menerima dan mengelola risiko

nasabah untuk memperoleh suatu laba. Risiko merupakan alasan hal yang

harus ditanggung bank dalam melakukan usaha. Struktur tata kelola dan

sistem manajemen risiko bank yang kuat menjadi dasar evaluasi

keseimbangan antara risiko dan tingkat pengembalian untuk penghasilan

pendapatan yang berkesinambungan, mengurangi fluktasi pendapatan serta

meningkatkan nilai bagi pemegang saham.

Penerapan manajemen risiko perbankan menjadi salah satu upaya bank

dalam mengendalikan risiko pembiayaan. Risiko pembiayaan merupakan

kejadian dimana kemungkinan debitur tidak membayar pembiayaan yang

telah diberikan oleh pihak bank. Sebelum pemberian pembiayaan sebaiknya

pihak bank memperhitungkan dan merencanakan pengendalian risiko

pembiayaan sehingga dapat meminimalisir terjadinya risiko pembiayaan.

Dalam rangka penerapan manajemen risiko, BNI Syariah senantiasa

melakukan penyempurnaan diberbagai bidang, antara lain peningkatan risk

awareness dan penyempurnaan metodologi serta infrastruktur manajemen

risiko. BNI Syariah memandang kedua hal tersebut merupakan hal penting
4

dalam menerapkan manajemen risiko yang mampu memberikan kontribusi

yang signifikan bagi manajemen dalam mengambil keputusan.

Pihak manajemen dalam pengambilan keputusan harus menerapkan

prinsip kehati-hatian. Hal ini dikarenakan dana yang dikelola oleh BNI

Syariah cabang Banjarmasin merupakan dana yang dihimpun dari masyarakat

yang berwujud tabungan dan deposito. Pengelolaan dana yang dilakukan bank

pada umumnya adalah dengan penghimpunan dana kemudian

menyalurkannya dalam bentuk pembiayaan berupa pembiayaan modal kerja,

investasi, serta pembiayaan konsumtif.

BNI Syariah cabang Banjarmasin menyalurkan fasilitas pembiayaan

produktif yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan usaha-

usaha produktif (modal kerja dan investasi) yang tidak bertentangan dengan

syariah dan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. berlandaskan

akad mudharabah, musyarakah dan murabahah pada pembiayaan produktif

yang diberikan untuk pertumbuhan usaha produktif yang feasible.

Pembiayaan produktif di BNI Syariah terbagi menjadi 5 (lima), antara

lain pembiayaan tunas, wirausaha, unit usaha kecil, unit usaha besar dan

linkage program. Pembiayaan tunas plafon yang diberikan sampai dengan Rp.

50.000.000 (lima puluh juta rupiah), untuk wirausaha plafon yang diberikan

sampai dengan Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah), unit usaha kecil

plafon yang diberikan sampai dengan Rp. 35.000.000.000 (tiga puluh lima
5

miliar rupiah), unit usaha besar plafon yang diberikan diatas Rp.

35.000.000.000 (tiga puluh lima miliar rupiah).

Pembiayaan produktif di BNI Syariah yang menggunakan akad

mudharabah, musyarakah dan murabahah memiliki risiko, risiko yang

dimaksud pada setiap akad bermacam-macam diantaranya adalah risiko

pembiayaan. Pada tahun 2015 tingkat NPF pembiayaan produktif 21,50%,

ditahun 2016 turun menjadi 11,02% dan tahun 2017 pembiayaan yang

disalurkan BNI Syariah cabang Banjarmasin pada pembiayaan produktif

adalah Rp. 148.168.876.414 (seratus empat puluh delapan miliar seratus

enam puluh delapan juta delapan ratus tujuh puluh enam ribu empat ratus

empat belas rupiah) dengan tingkat NPF yang dimiliki turun menjadi sebesar

6,33% dengan jumlah uang Rp. 9.375.996.900 (Sembilan miliar tiga ratus

tujuh puluh lima juta sembilan ratus sembilan puluh enam ribu Sembilan ratus

rupiah).

Berdasarkan peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor.

15/POJK.03/2017 tentang adanya penetapan status dan tindak lanjut

pengawasan bank umum, tingkat NPF bank yang dikatakan baik apabila

berada kurang dari 5%. Dikarenakan tingkat NPF pembiayaan produktif pada

BNI Syariah cukup tinggi yaitu 6,33%. Oleh karena itu, agar NPF pembiayaan

produktif di BNI Syariah Cabang Banjarmasin berkurang, maka pentingnya

manajemen risiko itu menggunakan Peraturan Otorisasi Jasa Keuangan

Nomor 65/POJK.03/2016.
6

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merasa perlu

melakukan penelitian mengenai analisis manajemen risiko dalam pembiayaan

produktif pada BNI Syariah cabang Banjarmasin. Oleh karena itu penelitian

ini menjadi penting untuk melihat bagaimana kelemahan yang dimiliki dengan

peraturan OJK, Maka dari itu penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan

tersebut. Penelitian dengan judul “ANALISIS MANAJEMEN RISIKO

PEMBIAYAAN PRODUKTIF BNI SYARIAH CABANG BANJARMASIN”

B. Permasalahan

1. Dari tiga akad yang dimiliki oleh pembiayaan produktif, akad mana yang

akan memiliki risiko tinggi untuk pembiayaan macet di BNI Syariah

Cabang Banjarmasin?

2. Bagaimana manajemen risiko pembiayaan berdasarkan Peraturan

Otorisasi Jasa Keuangan Nomor 65/POJK.03/2016 serta penyelesaian

yang dilakukan BNI Syariah Cabang Banjarmasin pada pembiayaan

produktif ?

C. Batasan Masalah

Agar pembahasan dalam skripsi ini lebih terarah, maka penulis

membatasi masalah hanya pada akad mana yang akan memiliki risiko tinggi

untuk pembiayaan macet dari pembiayaan produktif tahun 2015, 2016 dan

2017 pada BNI Syariah Cabang Banjarmasin. Adapun dasar penelitian ini

adalah Peraturan Otorisasi Jasa Keuanga Nomor 65/POJK.03/2016.


7

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah :

1. Untuk mengetahui dari tiga akad yang dimiliki oleh pembiayaan

produktif, akad mana yang akan memiliki risiko tinggi untuk

pembiayaan macet di BNI Syariah Cabang Banjarmasin.

2. Untuk mengetahui kesesuaian manajemen risiko pembiayaan

berdasarkan Peraturan Otorisasi Jasa Keuangan Nomor

65/POJK.03/2016 serta penyelesaian yang dilakukan pada pembiayaan

produktif di BNI Syariah Cabang Banjarmasin.

E. Kegunaan Penelitian

Dari hasil penulisan ini diharapkan bermanfaat untuk :

1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai manajemen

risiko pembiayaan dalam pembiayaan produktif pada BNI Syariah

Cabang Banjarmasin.

2. Bahan referensi bagi peneliti berikutnya secara kritis dan mendalam lagi

tentang hal-hal yang sama dari sudut pandang yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai