Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembiayaan adalah salah satu fungsi lembaga keuangan, khususnya

untuk bank syariah. Konsep pembiayaan adalah menyalurkan dana dengan

tujuan untuk memenuhi kebutuhan pihak yang kekurangan dana dari pihak

yang kelebihan dana (Indrianawati, 2015). Dengan konsep diatas berbagai

macam produk pembiayaan pun diciptakan oleh perbankan syariah salah

satunya adalah produk pembiayaan dengan akad mudharabah.

Didalam prinsip bagi hasil terdapat produk dengan akad pembiayaan

mudharabah. Konsep mudharabah adalah akad kerjasama antara dua pihak

dimana pihak pertama atau shahibul maal menyediakan seluruh modal, dan

pihak lainnya hanya menjadi pengelola atau mudharib. Keuntungan usaha

dibagi bersama menurut kesepakatan diawal yang disebut dengan nisbah bagi

hasil. Sedangkan bila mendapat kerugian, maka shahibul maal lah yang

menanggungnya, selama kerugian tersebut bukan kelalaian dari mudharib,

apabila kerugian disebabkan oleh mudharib maka mudharib ikut

menanggungnya (Muhammad Syafi'i, 2001).

Bentuk ini menegaskan kerjasa sama dalam paduan kontribusi 100%

modal kas dari shahib al – mal dan keahlian dari mudharib. Transaksi dengan

1
2

akad mudharabah ini tidak mensyaratkan adanya wakil shahib al – mal dalam

manajemen proyek. Sebagai orang kepercayaan mudharib harus bertindak hati

– hati dan bertanggung jawab untuk setiap kerugian yang terjadi akibat

kelalaian. Sedangkan wakil shahib al – mal dia diharapkan untuk mengelola

modal dengan cara tertentu untuk menciptakan laba optimal

(https://www.ojk.go.id, 2017).

Risiko menurut konteks bisnis dan lembaga keuangan, tidak selalu

mewakili sesuatu yang buruk. Kenyataannya risiko bisa mengandung suatu

peluang yang besar didalamnya bagi mereka yang mampu mengelolanya

dengan baik. Risiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian

potensial baik yang dapat diperkirakan maupun yang tidak diperkirakan yang

berdampak negative terhadap pendapatan dan permodalan bank (Yulianti R.

T., 2009)

Tujuan memahami risiko adalah untuk mengelola risiko. Manajemen

risiko membantu proses pengambilan keputusan dengan memperhatikan hal –

hal diluar dugaan yang dapat mempengaruhi pencapaian sasaran organisasi.

Manajemen risiko juga memberikan pertimbangan mengenai tindakan yang

harus diambil guna menangani berbagai risiko tersebut (Yulianti M. , 2010).

Menurut penelitian terdahulu milik (Indrianawati, 2015), pembiayaan

mudharabah memiliki tingkat risiko yang tinggi yang ditanggung oleh


3

perbankan syariah, jenis risiko yang biasanya muncul dalam pembiyaan

mudharabah adalah tingginya pembiayaan macet yang disebabkan adanya

side streaming atau penyimpangan penggunaan dana oleh nasabah yang tidak

sesuai dengan kesepakatan di awal akad, terjadinya perubahan manajemen

kepengurusan nasabah, dan adanya ketidak jujuran nasabah saat melaporkan

kondisi keuangan nasabah, sehingga pembiayaan yang disalurkan pada

nasabah tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki nasabah, apabila

terjadi risiko ini perbankan syariah akan melakukan langkah restrukturisasi,

yaitu reconditioning, rescheduling, restructuring. Dan apabila nasabah dilihat

tidak memiliki kemampuan untuk membayar lagi maka secara langsung

perbankan langsung menggadaikan jaminan nasabah. Bank wajib memiliki

standar prosedur untuk menetapkan tindakan dalam rangka rescheduling

kewajiban yang belum terselesaikan (Indrianawati, 2015).

Bank BNI Syariah sebagai salah satu bank syariah di indonesia tetap

bisa mencatatkan kenaikan pembiayaan mudharabah meraka pada tahun 2011

sampai dengan 2015 ini diketahui dari laporan keuangan BNI Syariah tahun

2011 sampai dengan 2015. Untuk tingkat NPF ( Non Performing Finance )

atau tingkat pembiayaan macet yang merupakan salah satu dari risiko

pembiayaan, BNI Syariah pada tahun 2016 pembiayaan macet produk

mudharabah yang berada di 0,78%, tingkat pembiayaan macet ini tergolong

tinggi dibandingkan tingkat pembiayaan macet yang dimiliki oleh BRI


4

Syariah yang tingkat pembiayaan macet produk mudharabah nya hanya

0,06% di tahun 2016 ini dapat dilihat dari laporan tahunan BRI Syariah tahun

2016. Sementara diketahui tingkat risiko dalam pembiayaan ini termasuk

tinggi. Dari kondisi ini, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana

pengelolaan manajemen risiko yang diterapkan oleh BNI Syariah.

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana

kebijakan dan strategi yang dilakukan pihak BNI Syariah dalam

meminimalisir potensi risiko pembiayaan mudharabah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, adapun masalahnya dapat

dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana cara BNI Syariah mengidentifikasi risiko kredit yang

terdapat pada produk pembiayaan akad mudharabah ?

2. Bagaimana kesesuaian kebijakan dan strategi BNI syariah dengan

peraturan OJK No.65/POJK.03/2016 ?

3. Bagaimana Mitigasi Risiko BNI Syariah Kc Banjarmasin dalam

mengelola serta meminimalisir risiko kredit yang terdapat pada produk

pembiayaan akad mudharabah ?


5

C. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu cara identifikasi risiko dan

bagaimana kebijakan dan strategi bank dalam meminimalisir risiko kredit.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penilitian ini adalah :

1. Mengetahui cara identifikasi risiko kredit yang ada pada produk

pembiayaan akad mudharabah pada BNI Syariah Kc Banjarmasin.

2. Mengetahui kesesuaian kebijakan manajemen risiko BNI Syariah

dengan peraturan OJK No.65/POJK.03/2016

3. Mengetahui mitigasi risiko yang dilakukan BNI Syariah dalam

mengelola dan meminimalisir potensi risiko produk pembiayaan akad

mudharabah.

.E. Kegunaan Penelitian

Penulis mengharapkan penelitian ini bisa dijadikan acuan untuk

penelitian penelitian berikutnya terutama tentang implementasi manajemen

risiko dan perbankan syariah indonesia.

Anda mungkin juga menyukai