Anda di halaman 1dari 12

Masalah - masalah Manajemen

Resiko Pada Kontrak Bank Syariah


Dosen Pengampu : Ida Alqurnia, S.E., M.Si

Oleh :
1. Retno Farika 402200188
2. Rian Aditya Wardana 402200192
Hal yang dibahas:

01 02 03
Konsep Dasar Karakteristik
Manajemen Resiko Manajemen Resiko Jenis-jenis Resiko
BS BS Pada BS

04 05
Studi Kasus
Permasalahan
Manajemen Resiko
Pada Kontrak BS
1. Konsep Dasar Manajemen Resiko Bank
Syariah
Manajemen resiko dapat dijelaskan sebagai suatu potensi hal yang dapat
menimbulkan kerugian. Risiko yaitu suatu kemungkinan yang dapat merugikan
apabila tidak di antisipsi serta tidak dikelola dengan semestinya. Resiko dalam
perbankan yaitu suatu kejadian yang terdapat baik yang diperkirakan
(anticipated) maupun tidak dapat diperkirakan (unanticipated) dan
mengakibatkan dampak kurang baik pada pendapatan maupun permodalan
bank. Resiko resiko tersebut tidak dapat dihindari namun bisa diantisipasi
dikelola dan dikendalikan.
2. Karakteristik Manajemen Resiko Bank Syariah
Manajemen resiko pada bank syariah mempunyai karakter yang berbeda
dengan bank konvensional, karena adanya jenis jenis resiko yang khas melekat
pada bank yang secara operasi nya mnggunakan syariat islam. Perbedaan
tersebut dapat terlihat dengan cara proses manajemen resiko operasionalnya
yang meliputi :
1. Identifikasi resiko → Identifikasi resiko dapat dilakukan di bank syariah
meliputi berbagai resiko yang ada terutama pada bank yang memiliki
prinsip prinsip syariah yaitu : proses transaksi, pembiayaan, proses
manajemen sumber daya manusia, teknologi, lingkungn eksternal, dan
kerusakan
2. Penilaian resiko → Dalam penilaian resiko keunikan perbankan syariah
terlihat pada hubungan antara probability dan impact dan juga dikenal
sebagai qualitative approach
3. 3. Antisipasi resiko → Antisipasi resiko dalam bank syariah bertujuan
untuk : Pencegahan dan Pengawasan
3. Jenis-jenis Resiko Pada Bank Syariah
Penerapan manajemen resiko bagi bank umum syariah dan UUS terdapat
beberapa resiko diantaranya resiko kredit, resiko pasar, resiko operasional,
resiko hukum, resiko imbal hasil, resiko strategis dan lain lain (peraturan Bank
Indonesia No. 13/23/PBI/2011 tentang penerapan manajemen resiko bagi bank
umum syariah dan unit usaha syariah :
1. Resiko kredit
Resiko yang disebabkan oleh adanya kegagalam dalam memenuhi
kegiatannya. Dalam bank syariah. Resiko pembiayaan juga termasuk
resiko produk.
2. Resiko operasional
Resiko yang disebabkan oleh human eror, kegagalan sistem yang
mempengaruhi operasional dan kinerja bank
3. Resiko hukum
Resiko yang disebabkan oleh kelemahan aspek yuridis seperti adanya tuntutan
hukum, ketiadaan peraturan perundang undangan yang mendukung atau
keemahan perjanjian seperti pengikatan agama yang tidak sempurna, tidak
memenuhi syarat suatu kontrak
4. Resiko imbal hasil
Resiko akibat perubahan tingkat imbal hasil yang dibayarkan di nasabah
dikarenakan terjadi perubahan yang diterima oleh pihak bank dari penyaluran
dana lau dapat mempengaruhi perilaku nasabah dana pihak ketiga bank.
5. Resiko strategis Resiko yang disebabkan pelaksanaan strategi dan penerapan
bank yang kurang tepat, pengambilan keputusan bisnis kurang tepat ataupun
bank tidak memauhi atau tidak melaksanakan perubahan perundang undangan.
4. Permasalahan Manajemen Resiko pada Kontrak Bank
Syariah
Para nasabah bank syariah berpotensi menarik simpanan mereka jika bank syariah
memberikan hasil yang lebih rendah daripada bunga bank konvesional. Lebih jauh survei
tersebut menyatakan, model pembiayaaan bagi hasil, seperti diminishing musyarakah,
musyarakah, mudharabah, dan model jual-beli, seperti salam dan istishna’, lebih berisiko
ketimbang murabahah dan ijarah.(Rahmani, 2010). Hal-hal yang dapat diperhitungkan
secara tepat biasanya menimbulkan sedikit bahaya, sedangkan keadaan yang tidak dapat
diharapkan adalah penyebab terjadinya risiko.
Mudharabah dan Musyarakah
• Musyaraka berasal dari konsep fiqhi yang dikenal dengan shirka al-amwal, atau
hubungan ekonomi. Sebelum memulai bisnis, perhitungan untung-rugi harus
ditetapkan. Setelah menentukan keuntungan riil bisnis, keuntungan dialokasikan.
• Dalam mudharabah, lembaga keuangan syariah tidak memiliki hak untuk
berpartisipasi dalam pengelolaan bisnis. Pembagian untung dan rugi harus ditentukan
terlebih dahulu. Dalam kasus kerugian, lembaga keuangan syariah kehilangan
modalnya, sedangkan mudharib merugi waktu dan tenaganya untuk mengerjakan
bisnis tersebut
Salam, Ijarah, Istisna, dan Murabahah
• Sebuah kesepakatan yang dikenal sebagai salam terjadi ketika pedagang berjanji
untuk menyediakan pembeli dengan hal-hal tertentu di lain waktu dengan imbalan
pembayaran penuh di muka (sekarang).
• Dalam perbankan tradisional, ijarah sebanding dengan leasing keuangan. Kepemilikan
aset dalam Ijarah masih dipegang oleh lembaga perbankan syariah. Pihak lawan dari
lembaga keuangan syariah menerima hasil, atau hak pakai, dari yang pertama.
• Dalam perjanjian Istisna, salah satu pihak meminta pihak lain (produsen)
menggunakan sumber daya yang akan dipasok oleh produsen untuk menciptakan
produk yang saat ini tidak tersedia di pasar.
• Suatu bentuk pembiayaan yang dikenal sebagai murabahah melibatkan bank membeli
aset atas nama pihak lawan. Aset tersebut kemudian dijual kembali oleh bank kepada
pihak lawan dengan harga tetap yang mencakup biaya awal dan margin keuntungan.
5. Studi Kasus
1. Studi Kasus Dalam Negeri
Dilansir dari laman web republika Industri Syariah khususnya perbankan harus terus
meningkatkan kualitas mengingat polemik yang muncul akibat pernyataan Yusuf Hamka.
Hamka menggunakan fasilitas pembiayaan sindikasi senilai Rp834 miliar, dengan akad
pembiayaan Al Murabahah (akad pembiayaan jual beli) dengan indikasi yield/marjin setara
11 persen, tenor 14 tahun (168 bulan), untuk proyek pembangunan jalan tol Soreang –
Pasirkoja Bandung (Soroja). Dalam kasus ini, Jusuf bercerita bahwa dia mulanya memiliki
utang di bank Rp800 milar dengan bunga 11 persen. Kemudian, dia melunasinya Rp795
Miliar. Namun, bank hanya mengembalikan Rp 690 miliar, sedangkan, sisa uang senilai Rp
Rp 105 miliar dipakai untuk pembayaran bunga dan lain-lain. Merasa janggal dengan sikap
bank tersebut, Jusuf Hamka kemudian melakukan somasi tiga kali dan akhirnya melapor ke
polisi.
Melihat dari kasus tersebut, Menurut Ronald Rulindo, seorang ahli ekonomi syariah,
persepsi negatif terhadap bank tersebut telah menguasai dan membuat populasi yang sudah
anti-Islam semakin menjadi
2. Kasus Di Luar Negeri
Malaysia merupakan negara mayoritas muslim dengan menggunakan madzab Hanafi dan
Hambali. Perbankan syariah di Malaysia memiliki beberapa produk khas yaitu:
1. Bai Al Ina. Ini adalah kontrak jual beli dimana penjual menjual kembali asetnya dan
berjanji untuk membelinya kembali dengan pihak yang sama
2. Bai bitthaman ajil. Klien dan bank syariah melakukan kegiatan kontrak dan
pembelian kembali, yang tercermin dalam perjanjian pembelian properti dan
perjanjian penjualan properti
Masalah muncul di sini, kelompok pikiran yang digunakan adalah Hanafi
dan Mazhab Hamba. Salah satunya adalah bahwa kontrak yang digunakan
adalah kontrak bersyarat. Akad kedua yang digunakan Bank Islam Malaysia
dalam praktiknya adalah bai bitthaman ajil, atau akad Bai Al Inah, yang juga
kontroversial. Bank syariah membeli aset klien untuk tujuan penjualan kembali
aset tersebut. Metode BBA ini, bagaimanapun, tidak diakui oleh belahan dunia
lain yang mempraktikkan perbankan syariah yang lebih nyaman menggunakan
metode murabahah atau cost-to-cost.
Akad Bai Al Inah dan Bai bitthaman ajil dilarang serta tidak boleh
menurut Imam Malik, Abu Hanifah,
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai