Anda di halaman 1dari 8

ARGUMENTASI-ARGUMENTASI

PENDIRIAN PERBANKAN
SYARIAH
Dosen Pengampu : Rufi’ah, S.H.I., M.E.
Kelompok 3 : 1. Putri Rizqi Robbiatul Rohma (402200182)
2. Radhiatam Mardiah (402200183)
3. Ro Esta Wintari (402200198)
POIN PEMBAHASAN

Latar Belakang PAKTO & Dasar Hukum


wacana pendirian PAKDES Pendirian
perbankan syari’ah Perbankan
Syari’ah
Latar Belakang wacana pendirian perbankan
syari’ah
Pada dasarnya istilah bank syariah hanya digunakan di Indonesia, sedangkan di negara-
negara lain umumnya menggunakan istilah bank Islam (Islamic bank) bagi perbankan yang
menjalankan prinsip-prinsip syariah. Penggunaan istilah bank syariah di dalam bagian ini
bagi bankbank Islam di negara lain hanya untuk mempermudah pemahaman dan
penyamaan. Perkembangan bank-bank syariah atau Islamic bank di negara-negara lain
dimulai sejak tahun 1974. Berawal dari Islamic Development Bank, dan kemudian diikuti
dengan berdirinya bank komersial Islam pertama di Dubai pada tahun 1975. Pada tahun-
tahun berikutnya mulai bermunculan bank-bank Islam di Timur Tengah seperti The Islamic
Bank of Faisal di Mesir pada tahun 1977, The Islamic bank of Fasial di Jordania pada tahun
1978, dan Islamic Investment Company Ltd. di Emirat Arab pada tahun 1979 dan diikuti
oleh negaranegara lainnya.
PAKTO
● Paket Kebijakan 27 Oktober 1988 adalah kebijakan yang paling booming
sepanjang sejarah perbankan Indonesia dibandingkan dengan kebijakan perbankan
lainnya di Indonesia. Salah satu tujuan yang hendak dicapai dalam kebijakan tersebut
adalah mendorong peningkatan ekspor non migas yang dapat meningkatkan
perekonomian Indonesia melalui sektor perbankan. Sejak Kebijakan 27 Oktober
1988 itu dikeluarkan, sektor perbankan memperoleh kebebasan yang lebih luas
dalam pengembangan dan mengatur kegiatan usaha di bidang perbankan. Periode
Paket Oktober 1988 merupakan periode awal perkembangan perbankan Indonesia
dalam upaya peningkatan dan pemberdayaan bank yang didasarkan pertimbangan
bahwa bank memegang peranan sangat penting dalam sistem perekonomian.
Ketentuan dalam Pakto 1988 mengharapkan perbankan nasional menjadi lebih kokoh
dan mandiri serta mendorong perkembangan perbankan ke arah kompetisi
(persaingan) yang efisien dan sehat dalam mendirikan usaha bank baru.
PAKDES
Paket Kebijaksanaan 24 Desember 1987 atau lebih dikenal dengan nama
PAKDES 1987 merupakan paket keenam yang menjadi kelanjutan dari
kebijaksanaan deregulasi dan debirokrasi, khususnya mendorong ekspor non-
migas, pariwisata, PMA dan pasar modal. Apabila dibuat kualifikasi maka paket
Desember mencakup keputusan-keputusan yang memperlancar perizinan di
bidang produksi dan jasa-jasa serta investasi pada umumnya mempengaruhi
arus kelancaran ekspor dan impor serta melalui perubahan arus terjadi
perubahan pula pada iklim produksi membuka upaya mobilisasj dana pada pasar
modal. Kemudahan-kemudahan ini dapat menjadi daya dorong bagi dunia usaha
untuk meningkatkan ekspornya dan ditunjang oleh daya tarik negara-negara
tujuan ekspor Indonesia sehingga laju pertumbuhan ekspor Indonesia dapat
bertambah lagi.
Dasar Hukum Pendirian
Perbankan Syari’ah
Lembaga pembiayaan baru tumbuh dan berkembang
seiring dengan adanya Paket Deregulasi Tahun 1988,
yaitu Paket Deregulasi 27 Oktober 1988 (Pakto 88) dan
Paket Deregulasi 20 Desember 1988 (Pakdes 88).
Pakdes 88 mulai memperkenalkan usaha lembaga
pembiayaan tidak hanya sewa guna usaha (leasing) saja,
tetapi juga meliputi jenis usaha lainnya yaitu, anjak
piutang (factoring), modal ventura (venture capital),
kartu kredit (credit card), perdagangan surat berharga
(securities company) dan pembiayaan konsumen
(consumer finance).
Selanjutnya Pakdes 1988 tersebut dituangkan dalam Keppres No. 61 Tahun 1988
tentang Lembaga Pembiayaan, pada tanggal 20 Desember 1988, yang kemudian
dicabut dengan Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang Lembaga
Pembiayaan; dan Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/KMK.013/1988
tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan.

Ada dua pertimbangan dari ditetapkannya Kepres Nomor 61 Tahun 1988, yaitu:

 Dalam rangka menunjang pertumbuhan ekonomi, sarana penyediaan dana yang


dibutuhkan masyarakat perlu lebih diperluas sehingga peranannya sebagai
sumber dana pembangunan makin meningkat.

 Bahwa maksud tersebut peranan lembaga pembiayaan sebagai salah satu


sumber pembiayaan pem-bangunan perlu lebih ditingkatkan.
TERIMA KASIH
&
SEMOGA
BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai