Anda di halaman 1dari 7

Nama : Farhan Prayoga

Nim : 195231341
Kelas : Perbankan Syariah 3H

CRITICAL REVIEW MATERI MANAJEMEN BANK SYARIAH

PERKEMBANGAN BANK SYARIAH di INDONESIA


Pergerakan lembaga keuangan modern yang berlandaskan islam dan dimulai
dengan didirikannya sebuah Local Saving yang ada di Mesir, tepatnya di desa Mit
Ghamir, di tepi sungai Nil, Mesir pada tahun 1969 oleh Dr. Abdul Hamid An-Naggar
(Ahmad An-Naggar, 1985). Setelah beroperasi beberapa tahun badan usaha ini
kemudian tutup karena masalah manajemen. Konferensi ekonomi islam pertama di
Makkah pada tahun 1975, dua tahun kemudian pada tahun 1977, lahirlah Islamic
Development Bank (IDB) dan kemudian diikuti oleh lembaga yang mendirikan
lembaga keuangan islam diberbagai negara. Ada beberapa negara yang bukan
organisasi kerjasama islam seperti, Filipina, Inggris, Australia, Amerika Serikat dan
Rusia.
Pada tahun 1988 pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober
(PAKTO), yang mengatur tentang deregulasi industri perbankan di Indonesia. Para
ulama berusaha mendirikan bank bebas bunga, dari sinilah para ulama sepakat untuk
mendirikan bank bebas bunga, pada tahun 1990 Lokakarya Ulama tentang bunga bank
dan perbankan di Bogor pada tanggal 19-22 Agustus. Kemudian diundangkannya UU
No.7 tahun 1992 tentang perbankan, dimana perbankan bagi hasil diakomodasikan,
bank Muamalat Indonesia didirikan sebagai Bank Umum Islam pertama yang
beroperasi di Indonesia, kemudian diikuti oleh pendirian Bank-bank Pembiayaan
Bank Syariah (BPRS). Namun belum mencukupi dan munculah Lembaga Simpan
Pinjam yang disebut Baitul Maal wat Tamwil (BMT). Bank Muamalat beroperasi 2
tahun dan mensponsori pendirian Asuransi Islam pertama di Indonesia, yaitu syarikat
Takaful Indonesia dan menjadi salah satu pemegang sahamnya, kemudian pada tahun
1997 Bank Muamalat mensponsori Lokakarya Ulama tentang Reksa Dana Syariah
yang diikuti oleh beroperasinya lembaga reksa dana syariah oleh PT Danareksa. Pada
tahun yang sama sebuah lembaga berbagai pembiayaan syariah berdiri, yaitu BNI
Faisal Islamic Company.
Pada tahun 1998 diterbitkannya UU No.10 tahun 1998 tentang perubahan UU
No.7 tahun 1992 tentang perbankan, sistem perbankan syariah secara tegas
ditempatkan sebagai sistem perbankan Nasional. UU tersebut telah diikuti dengan
ketentuan pelaksanaan dalam beberapa surat keputusan Direksi Bank Indonesia pada
tanggal 12 Mei 1999, yaitu tentang Bank Umum.

A. Isu Perkembangan Bank Syariah di Indonesia OJK Akui Perlambatan Aset


Perbankan Syariah
JAKARTA-Perlambatan pertumbuhan Aset industri perbankan syariag diakui
oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Menurut lembaga ini, ada sejumlah sebab
mengapa pertumbuhan asset industri perbankan syariah melambat signifikan 2 tahun
terakhir. Direktur pengaturan dan perizinan Perbankan Syariah OJK Deden Firman
Hendarsyah mengatakan sebenarnya pertumbuhan Aset perbankan syariah beberapa
tahun lalu terjadi lantaran kecilnya nilai asset pelaku industri ini. “Mengenai
pertumbuhan perbankan syariah, terjadi perlambatan pertumbuhan. Pada awal
pertumbuhan sangat pesat karena dari total asset yang kecil sehingga jika tumbuh
akan jadi besar persentasenya,” ujar Deden.
Selain karena faktor besar kecilnya asset, perlambatan disebut Deden terjadi lantaran
sulitnya pelaku industri keuangan syariah mencari nasabah pembiayaan. Kesulitan ini
ia kemukakan berdasarkan data per semester I/2019. Rasio pembiayaan terhadap
pendanaan Bank Syariah tercatat ada di angka 80%. Adapun jumlah pembiayaan yang
disalurkan bank umum syariah (BUS) dan unit usaha syariah (UUS) per akhir Agustus
2019 tumbuh 10,83% secara tahunan menjadi Rp.337,6 Triliun. Pertumbuhan ini lebih
lambat disbanding periode tahun lalu, saat pembiayaan BUS dan UUS tumbuh
13,48% year-on-year (yoy) dari Rp.268,4 triliun menjadi Rp.304,6 triliun.
Deden mengatakan meski market share perbankan syariah lambat pertumbuhannya
namun ada konsistensi pertambahan nasabah pendanaan. Menurut analisa OJK, setiap
6 bulan tingkat pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang dikelola BUS dan UUS
selalu tumbuh hingga 1 juta rekening. “Market share kita masih berada di bawah 6%.
Tetapi yang menarik, kalau dilihat dari DPK, share kita sudah lebih dari 7%, “
ujarnya. OJK menganggap ada sejumlah hal yang bisa dilakukan untuk mendorong
industri perbankan syariah agar lebih pesat pertumbuhannya.
Pertama, otoritas menekankan pentingnya sinergi antara BUS dan UUS terutama
dengan kehadiran sejumlah bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS) di daerah.
Kedua, peta jalan baru untuk memperjelas dan memperdalam maksud moto Beyond
Banking untuk mempertegas keunikan bank syariah disbanding konvensional. Ketiga,
OJK tengah menyelesaikan rancangan peraturan (RPOJK) tentang sinergi perbankan
dalam satu kepemilikan untuk pengembangan perbankan syariah. Berdasarkan data
OJK, hanya ada 5 UUS yang asetnya bernilai lebih dari Rp.3 triliun, sementara jumlah
UUS di Indonesia mencapai 20 unit, dan ada 14 bank berstatus BUS. Nilai asset
industri perbankan syariah hingga juli 2019 mencapai Rp.494,04 triliun. Adapun
market share perbankan syariah hanya sebesar 5,87% dari total perbankan di
Indonesia.
https://m.bisnis.com/amp/read/20191028/90/1163810/ojk-akui-
perlambatanpertumbuhan-aset-perbankan-syariah

B. Kritik
 Kelebihan
Menurut saya video yang dijelaskan di dalam youtube sudah cukup
jelas, dan mudah dipahami, kita bisa mengerti tentang sejarah bagaimana
perkembangan Bank Syariah di dunia khususnya Indonesia. Di dalam isu
tersebut menjelaskan bahwa adanya perlambatan asset perbankan syariah.
Pembuatan videonya sangat menarik dan mudah di mengerti, video yang di
buat pun mudah di download sehingga kita bisa mempelajarinya secara offline. 
Kekurangan
Seharusnya dicantumkannya referensi agar mudah melihat Informasi lainnya.
C. Kesimpulan

Didirikannya Local Saving yang ada di Mesir, tepatnya di desa Mit Ghamir, di
tepi sungai Nil, Mesir pada tahun 1969 oleh Dr. Abdul Hamid An-Naggar (Ahmad
AnNaggar, 1985). Konferensi ekonomi islam pertama di Makkah pada tahun 1975,
dua tahun kemudian pada tahun 1977, lahirlah Islamic Development Bank (IDB) dan
kemudian diikuti oleh lembaga yang mendirikan lembaga keuangan islam diberbagai
negara. Pada tahun 1988 pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober
(PAKTO), yang mengatur tentang deregulasi industri perbankan di Indonesia.
1. Pada tahun 1990 Lokakarya Ulama tentang bunga bank dan perbankan di Bogor
pada tanggal 19-22 Agustus. Kemudian diundangkannya UU No.7 tahun 1992
tentang perbankan, dimana perbankan bagi hasil diakomodasikan, bank Muamalat
Indonesia didirikan sebagai Bank Umum Islam pertama yang beroperasi di
Indonesia, kemudian diikuti oleh pendirian Bank-bank Pembiayaan Bank Syariah
(BPRS). Pada tahun 1998 diterbitkannya UU No.10 tahun 1998 tentang perubahan
UU No.7 tahun 1992 tentang perbankan, sistem perbankan syariah secara tegas
ditempatkan sebagai sistem perbankan

Ringkasan ISU MERGER BUMN SYARIAH

Merger adalah proses penyatuan dua perusahaan atau lebih. salah satu
perusahaan tetap berdiri dengan nama yang dimilikinya, perusahaan yang satu lagi
kehilangan nama beserta kekayaannya.
Jenis-jenis Merger
• Merger Horizontal
Penggabungan dua perusahaan atau lebih dalam bidang bisnis yang sejenis.
Masing-masing memiliki kesamaan produk atau jasa dan bahkan pengelolaan
manajemen.
• Merger Vertikal
Penggabungan beberapa perusahaan dengan pembagian tugas yang berbeda.
Salah satu perusahaan sebagai pemasok, sementara perusahaan lainnya
bertanggung jawab untuk proses produksi atau yang lainnya.
• Merger Kon-generik
Kombinasi dari kedua merger diatas, terdapat persamaan dan perbedaan,
kesamaan terletak pada sifat produksi, sedangkan perbedaannya terletak pada
penggunaan merek atau nama yang digunakan untuk produk akhir. Keduanya
bukan hubungan pemasok produsen.
• Merger Konglomerat
Penggabungan perusahaan antara beberapa usaha,yang tidak ada kaitan
langsung, merger akan membuat satu perusahaan besar dengan beragam bidang
usaha.
Tujuan melakukan Merger Perusahaan
1. Keragaman Usaha.
2. Meningkatkan Dana.
3. Sinergi Usaha.
4. Alasan Pajak.

A. Isu Merger BUMN Syariah Merger Bank Syariah BUMN Pakai Nama Bank
Syariah Indonesia
Jakarta, CNN Indonesia-. Hasil penggabungan atau merger bank syariah
BUMN akan bersama PT Bank Syariah Indonesia Tbk. Nantinya, nama baru tersebut
akan digunakan oleh PT Bank BRI Syariah Tbk selaku pihak yang menerima
penggabungan. Ketua project Management Office Integrasi dan peningkatan Nilai
Bank Syariah BUMN Hery Gunardi mengatakan Bank hasil merger tetap berstatus
perusahaan terbuka dan tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan kode saham BRIS.
“kehadiran Bank Syariah Indonesia akan menjadi tonggak kebangkitan ekonomi dan
keuanagan syariah di Indonesia,” katanya dikutip dari Antara, Kamis (11/12).
Diketahui, tiga bank BUMN Syariah yang melakukan merger meliputi PT Bank BRI
Syariah Tbk, PT Bank Syariah Mandiri (BSM), dan PT Bank BNI Syariah. Hery
mengatakan rencana perubahan dan penyesuaian operasional telah sesua dengan
tujuan dan kegiatan operasional bank hasil merger, Bank hasil merger memiliki visi
menjadi top 10 Bank Syariah terbesar di dunia dalam 5 tahun ke depan, sekaligus
sebagai top 10 bank terbesar di Indonesia. “Entitas baru ini tentu memerlukan
identitas yang kuat dan direksi yang berpengalaman untuk menjalankan
operasionalnya,” jelasnya. Direktur utama BRI Syariah Ngatari menambahkan
terdapat sejumlah tahapan yang harus dilalui hingga merger tiga bank tuntas.
Termasuk, memperoleh persetujuan dari regulator-regulator terkait.
“Identitas baru ini semakin memicu semangat kami untuk menuntaskan merger
dan integrase sebaik mungkin dan mulai beroperasi memenuhi segala kebutuhan
nasabah dan masyarakat,” katanya. Selama proses merger, lanjutnya, BRI Syariah
masih menjalankan operasional dan layanan secara normal. Pihaknya menjamin
semua proses merger dilakukan dengan mengedepankan para karyawan, nasabah dan
mitra usaha. “perlu dicatat bahwa saat ini merger belum efektif. Kami masih
menjalankan sejumlah proses agar dapat memperoleh semua persetujuan dari
regulator,” katanya.
Nantinya Bank hasil merger memiliki asset mencapai Rp.214,6 triliun, dengan
modal inti lebih dari Rp.20,4 triliun. Selain itu, bank hasil merger akan membiayai
UMKM hingga proyek-proyek infrastruktur yang berskala besar. Sementara itu,
komposisi pemegang saham pada entitas baru nanti mayoritas di genggam oleh PT
Bank Mandiri (Persero) Tbk sebesar 51,2%. Kemudian, PT Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk sebanyak 25%, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 17,4%, DPLK
BRI - Saham Syariah 2% dan publik 4,4%.
https://m.cnnindonesia.com/ekonomi/20201211120053-78-580879/merger-
banksyariah-bumn-pakai-nama-bank-syariah-indonesia
B. Kritik
a) Kelebihan
 Peluang untuk pelaku usaha bisnis yang terlibat untuk memperluas bidang
usahanya.
 Perusahaan dapat membagi tugas secara merata diantara para SDM di
dalamnya.
 Terjangkau dan lebih mudah dari pada perusahaan lain mengambil alih
perusahaan.
 Solusi untuk jenis usaha tertentu.
 potensi untuk menjadi perusahaan besar yang memiliki bisnis berskala besar,
dan dapat membuka berbagai peluang lainnya.
b) Kekurangan
 Pembagian tugas dan tanggung jawab yang tidak mudah.
 Penanganan para investor dan pemegang saham dari kedua belah pihak.
 Terutama bila salah satu perusahaan memiliki keadaan keuangan yang buruk.

C. Kesimpulan
Melakukan merger bisa menjadi solusi untuk pengembangan bisnis dengan
lebih cepat dan lebih baik. Jika ingin melakukan merger seharusnya memperhatikan
tentang keuangan bisnis atau bisnis yang direncanakan untuk merger. Harus
memperhatikan kelebihan dan kekurangan merger dan menyeimbangkan tentang
kelebihan dan kekurangan tersebut agar lebih mengerti.

RISIKO dan FRAUD BANK SYARIAH di MASA PANDEMI COVID-19


Fraud adalah tindakan penyimpangan atau pembiaran yang sengaja dilakukan
untuk mengetahui, menipu, atau memanipulasi bank, nasabah bahkan pihak lain yang
yang terjadi dilingkungan bank atau menggunakan sarana bank sehingga
mengakibatkan bank, nasabah atau pihak lain menderita kerugian dan pelaku fraud
memperoleh keuntungan baik secara langsung ataupun tidak langsung.
• Contoh perbuatan Fraud seperti, kecurangan, penipuan, tindak pidana
perbankan (TiPibank), dll.
• Ancaman fraud seperti, meruntuhkan reputasi perusahaan termasuk perbankan
syariah, berdasarkan hasil survey dari association of certified fraud examiner
(ACFE) bahwa terjadi kerugian sebesar 5-7% setiap tahun akibat fraud.
• Penanganan risiko strategi anti fraud yaitu, surat edaran bank Indonesia No
13/28/DPNP tanggal 9 Desember 2011 tentang penerapan strategi anti fraud
bagi bank umum.
• Klasifikasi dan penyebab fraud :
a) Penyalahgunaan Aset Bank.
b) Penipuan laporan keuangan.
c) Pengeluaran yang tidak seharusnya, penipuan, komisi atau hadiah.
d) Praktek dalam bank, korupsi, insider trading, TiPibank.
• Penyebab
a) Adanya tekanan .
b) Kesempatan atau peluang.
c) Pembenaran.
• Penerapan Manajemen Risiko Anti Fraud
a) Pengawasan aktif manajemen.
b) Struktur organisasi dan pertanggung jawaban.
c) Pengendalian dan pemantauan.
• Implementasi Strategi Anti Fraud, ada 4 pilar strategi pengendalian :
a) Pencegahan.
b) Deteksi.
c) Investigasi, pelaporan dan sanksi.
d) Pemantauan, evaluasi dan tindak lanjut.

A. Isu Risiko dan Fraud Bank Syariah di Masa Pandemi COVID-19 Ini 3 Risiko
Perbankan Akibat Pandemi Covid-19
JAKARTA – Ketua Dewan Komisioner Lembaga PenjaminSimpanan (LPS)
Halim Alamsyah menyebutkan ada tiga risiko yang dihadapi perbankan akibat
penyebaran pandemic Covid-19. “Kondisi ini mmebuat perbankan menghadapi 3
risiko besar yakni kredit macet, risiko pasar, dan risiko likuiditas,” kata Halim dalam
acara live webinar perbankan bersama LPS dan Bank Central Asia (BCA)yang digelar
bisnis, Rabu (10/6/2020). Dia menjelaskan, Covid-19 mengakibatkan gangguan misi
permintaan dan supply. Maraknya jumlah PHK, turunnya pendapatan membuat
konsumsi jadi menurun. Begitu juga disisi pasokan, penghentian aktivitas bisnis,
gangguan pada supply chain dan kerugian karena penurunan penjualan membuat
perusahaan mau tak mau melakukan efisiensi.
Di sisi lain, sentiment investor juga terpengaruh baik di pasar ekuitas, pasar
obligasi dan pasar valuta. Kepercayaan deposan pun jadi ikut terganggu, kepanikan
yang terjadi di banyak negara pada masa awal pandemic membuat banyak pemilik
dana yang menarik dananya dan menyimpan di asset yang lebih aman. Alhasil
perbankan menghadapi risiko kredit macet, risiko pasar juga membuat perbankan
perlu melakukan pencadangan yang akan memberatkan neracanya, membuat
profitabilitas lebih rendah, serta terganggunya permodalan. Selain itu masih ada risiko
likuiditas akibat naiknya biaya dana. Halim mengatakan pemerintah bersama OJK dan
LPS mengambil bauran kebijakan untuk memitigasi potensi gangguan Covid-19 ke
sektor keuangan. “OJK mengambil langkah bagaimana mengurangi risiko kredit,
bagaiamana agar beban tidak terlalu berat. BI juga banyak melakukan langkah
menanggulangi risiko likuiditas.”
Dia menyinggung beberapa langkah kebijakan yang diambil Bank Indonesia,
baik moneter maupun makroprudensial, mulai dari penurunan suku bunga acuan
dalam beberapa tahap menjadi saat ini 4,25%, stbilisasi nilai tukar rupiah, pasar uang
dan valas, pelonggaran likuiditas lewat relaksasi GMW, serta kebijakan di sistem
pembayaran. BI melakukan kebijakan Quantative Easing (QE) melalui pembelian
surat berharga negara dari pasar sekunder, term repo perbankan, serta melalui
penurunan GMW rupiah. “BI menambah lagi quantitative easing dengan injeksi
likuiditas ke perbankan dalam jumlah besar sehingga secara total mencapai sekitar
Rp.503,8 triliun.” Adapun untuk otoritas jasa keuangan (OJK) melakukan peraturan
dan pengawasan perbankan, pasar keuangan dan IKNB. OJK juga menjaga
fundamental usaha sektor riil dan menjaga stabilitas pasar keuangan antara lain lewat
pelarangan short selling, asymmetric auto rejection, peniadaan perdagangan di sesi
pre-opening, buyback saham tanpa melalui RUPS. Sementara itu, LPS juga membuat
sejumlah kebijakan antara lain dengan menurunkan tingkat bunga penjaminan (TBP)
selama 3 kali dengan total kumulatif 75 bps untuk rupiah serta 25 bps untuk valas.
Saat ini TBP untuk bank umum rupiah dan valas sebesar 5,5% dan 1,5% serta TBP
untuk BPR 8%.
B. Kritik
 Kelebihan
a) Mendukung pimpinan untuk emmbangun proses dan program anti
fraud yang dapat dipantau dan dimonitor.
b) Memfasilitasi penilaian risiko fraud pada instansi, unit pelaksana, dan
tingkatan operasional.
c) Mengevaluasi dan menguji desain dan efektivitas operasi program
pengendalian dan anti fraud.
d) Melaporkan kepada pimpinan instansi mengenai efektifitas dalam
mencegah, mendeteksi, menginvestigasi dan memperbaiki dampak
fraud yang terjadi.

 Kekurangan
Instansi yang tidak menjalankan penilaian atas risiko fraud dan risiko reputasi.
contoh lain, Didalam pandemic Covid-19 banyak Bank-bank yang
menghadapi risiko kredit macet, risiko pasar dan risiko likuiditas akibatnya
turunya pendapatan yang membuat konsumsi jadi menurun.
C. Kesimpulan
Fraud adalah tindakan penyimpangan atau pembiaran yang sengaja dilakukan
untuk mengetahui, menipu, atau memanipulasi bank, nasabah bahkan pihak lain yang
yang terjadi dilingkungan bank atau menggunakan sarana bank sehingga
mengakibatkan bank, nasabah atau pihak lain menderita kerugian dan pelaku fraud
memperoleh keuntungan baik secara langsung ataupun tidak langsung. Contoh
perbuatan Fraud seperti, kecurangan, penipuan, tindak pidana perbankan (TiPibank),
dll. Klasifikasi dan penyebab fraud :
 Penyalahgunaan Aset Bank.
 Penipuan laporan keuangan.
 Pengeluaran yang tidak seharusnya, penipuan, komisi atau hadiah.  Praktek
dalam bank, korupsi, insider trading, TiPibank.
Implementasi Strategi Anti Fraud, ada 4 :
• Pencegahan.
• Deteksi.
• Investigasi, pelaporan dan sanksi.
• Pemantauan, evaluasi dan tindak lanjut.

Anda mungkin juga menyukai