Anda di halaman 1dari 22

EKSISTENSI KONSEP EKONOMI ISLAM TERHADAP

MEMAJUKAN PEREKONOMIAN EKONOMI


MASYARAKAT

Guna memenuhi persyaratan mengikuti Intermediate Training


HMI Cabang Pekanbaru 2021

Disusun Oleh :

ALI RAHMAT

Himpunan Mahasiswa Islam


Cabang Padangsidimpuan
Komisariat Ekonomi Islam
2021
1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................ 3


B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 6
C. Tujuan .................................................................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 7

A. Pengertian Ekonomi Islam ..................................................................................... 7


B. Konsep Ekonomi Islam.......................................................................................... 10
C. Kondisi Perekonomian Masyarakat ....................................................................... 12
D. Islam dalam mengatur sistem Ekonomi .................................................................14
E. Peran Ekonomi Islam Terhadap Kemajuan Ekonomi Masyarakat ........................ 18
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 21

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 21
B. Saran ..................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 22

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perbankan memiliki peran penting dalam pembangunan dan menunjang ekonomi
negara, terutama setelah diundangkannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
Tentang Perbankan. Ekonomi Islam di Indonesia saat ini sudah mulai dikenal dan
disetujui oleh masyarakat, mengingat menjamurnya bank-bank berbasis Islam menjadikan
masyarakat mengerti sistem-sistem dalamekonomi Islam. Berdirinya Islamic
Development Bank (IDB) pada tahun 1975 memicu berdirinya bank Islam diseluruh
dunia termasuk Indonesia. Lahirnya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang
Perbankan Syariah adalah jaminan bagi eksistensi dan perlindungan hukum bagi
perbankan syariah setelah satu dekade terakhir keberadaannya yang hanya mengatur salah
satu prinsip bagi hasil yang tidak secara definitif dan komprehensif mengatur aktifitas
bank berdasarkan prinsip syariah. Berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan Juni
2015, jumlah kantor perbankan syariah mencapai puncaknya pada tahun 2013 yaitu
sebanyak 2.990 dan mengalami trend penurunan pada tahun 2015 menjadi 2.881.
Oleh karena itu, upaya untuk mengenalkan ekonomi Islam dan peran ekonomi
Islam di Indonesia perlu terus ditingkatkan demi menunjang perkembangan ekonomi
Islam dalam kehidupan masyarakat. Prediktabilitas Hukum harus mempunyai
kemampuan untuk memberikan gambaran pasti di masa depan mengenai eksistensi
perbankan syariah atau hubungan-hubungan yang dilakukan pada masa sekarang untuk
mengembangkan eksistensi ekonomi syariah.Secara konseptual, industri keuangan syariah
memang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman serta sudah menjadi kewajiban
sejarahnya untuk lahir dan tumbuh menjadi sistem keuangan yang alternatif-solutif.
Untuk merealisasikan hal ini bukanlah hal yang mudah, banyak tantangan dan rintangan
yang harus di hadapi oleh industri keuangan syariah ke depan nanti. Industri keuangan
syariah baik bank maupun non-bank saat ini masih dalam tahap awal evolusinya.
Walaupun tingkat pertumbuhannya begitu cepat, sejauh ini baru menempati ceruk kecil

3
(small niche) di sektor finansial di negeri-negeri muslim, apalagi disektor keuangan
internasional. Meskipun terdapat sejumlah kesulitan, gerakan Islamisasi perbankan
berjalan dengan baik. Kemajuan yang dicapai selama seperempat abad terakhir ini
menunjukan hasil yang menggembirakan. 1Bank Syariah sampai pada Tahun 2015 telah
mengalami perkembangan yang pesat. Secara kuantitatif, perkembangan bank syariah
tersebut dapat dilihat dari jumlah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarakan
prinsip syariah dan dari sisi volume usaha. Sampai dengan Tahun 2015 terdapat 12 (dua
belas) Bank Umum Syariah (BUS), 22 Unit Usaha Syariah (UUS) dan 161 Bank.
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Secara keseluruhan jaringan kantor Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah berjumlah 2.881 Kantor. (Otoritas Jasa Keungan,
Juni 2015) Indonesia sebagai negara kepulauan dengan populasi 237 juta orang mencapai
pertumbuhan rata-rata ekonomi 5,9% selama tahun 2008-2014. 2Pada Bulan September
Tahun 2015, pemerintah Indonesia telah membuat 12 paket kebijakan ekonomi.
Rangkaian paket kebijakan ekonomi tersebut bertujuan untuk menggairahkan kembali
perekonomian di Indonesia. Beberapa paket kebijakan dibuat antara lain untuk
menyederhanakan birokrasi, menghapus peraturan yang menghambat, menurunkan tarif,
menyesuaikan dengan praktik internasional, serta memberikan insentif kepada UMKM.
Sehingga diharapkan pertumbuhan ekonomi tahun 2017 diperkirakan mencapai 5,3
persen, mengingat Indonesia adalah salah satu pengguna internet terbesar di dunia,
mencapai 93,4 juta orang dan pengguna telepon pintar (smartphone) mencapai 71 juta
orang. 3
Peranan agama di Indonesia memiliki andil yang sangat penting dalam kehidupan
bermasyarakat. Hal ini dinyatakan secara jelas dalam Pancasila sebagai ideologi bangsa
Indonesia sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Peranan agama sehubungan dengan
perkembangan kehidupan manusia, Djatmoko tidak ragu-ragu menyatakan agama

1
Nurhisam Luqman, 2016,”Kepatuhan Syariah (Sharia Compliance) Dalam Industri Keuangan Syariah”,
Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM, Vol. 23 No.1, hlm. 78.
2
Kementerian koordinator bidang perekonomian, 2013, “Pertemuan World Economic Leaders” (online),
https:// www.ekon.go.id/berita/print/pertemuan-world-economic.1366.html, diakses pada tanggal 20
November 2016)
3
Kementerian koordinator bidang perekonomian, 2013, “Paket Kebijakan Ekonomi XIV” (online),
(http://www. ekon.go.id/ekliping/view/paket-kebijakan-ekonomi-xiv.2862.html, diakses pada tanggal 20
November 2016)

4
merupakan faktor utama yang berperan dalam mewujudkan pola-pola persepsi dunia bagi
manusia persepsi-persepsi itu ikut mempengaruhi perkembangan dunia dan jalannya
sejarah. Sebaliknya sejarah juga melaksanakan perubahan dan penyesuaian terus-menerus
terhadap pola-pola persepsi tadi, utamanya di lingkungan masyarakat yang sedang
berubah dengan pesat. Tentunya, persepsi itu ada relevansinya dengan aktivitas keduniaan
4
yang dimotivasi oleh sistem keyakinan agama. Perkembangan perbankan syariah di
Indonesia diawali dengan pengharapan masyarakat muslim Indonesia di tahun 1970-an
untuk dapat melakukan transaksi yang berbasis syariah, sejak di beberapa negara lain
yang mayoritas penduduknya beragama Islam telah mendirikan perbankan yang berbasis
syariah.
Majlis Tarjih Muhammadiyah telah mengambil keputusan mengenai hukum
perbankan (1968 & 1972) yang pada pokoknya menentukan bahwa 5riba pada hukumnya
adalah haram dengan nash sharih al-Quran dan asSunnah, serta menyarankan kepada PP
Muhammadiyah untuk terwujudnya konsepsi sistem perekonomian, khusunya lembaga
perbankan, yang sesuai dengan kaidah Islam.6Para ulama melaksanakan kesepakatan
bersama dalam mewujudkan 7bank yang berbasis non ribawi di Indonesia, yakni dengan
diselenggarakannya Lokakarya Bunga Bank dan Perbankan oleh Majelis Ulama Indonesia
pada tanggal 18 - 20 Agustus 1990 di Bogor. Hasil Lokakarya tersebut ditindaklanjuti
dalam Musyawarah Nasional IV Majelis Ulama Indonesia yang berlangsung di Jakarta
pada tanggal 22 - 25 Agustus 1990. Berdasarkan amanat Musyawarah Nasional IV
Majelis Ulama Indonesia, telah dibentuk kelompok kerja untuk mendirikan bank berbasis
non ribawi di Indonesia. Berdasarkan rekomendasi baik dari Lokakarya Majelis Ulama
Indonesia tentang Bunga Bank dan Perbankan maupun hasil Musyawarah Nasional IV
Majelis Ulama Indonesia sekaligus dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1992 tentang perbankan sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 14 tahun 1967

4
Asifudin Ahmad Janan, Etos Kerja Islami (Surakarta : Muhammadiyah Press,2004), hlm.4
5
Rasjid Sulaiman, Fiqih Islam (Bandung :Sinar Baru Algesindo,2013), hlm. 290
6
Jundian, Pengaturan Hukum Perbankan Syari’ah di Indonesia (Malang ; UIN-Malang Press,2009), hlm.
20
7
. Opcit, hlm. 294.

5
tentang Pokok-Pokok Perbankan yang memuat ketentuan dalam pasal 1 angka 12 yaitu
diperbolehkannya kegiatan operasional perbankan yang berbasiskan bagi hasil.
Kehadiran Bank Syariah yang pertama yaitu PT Bank Muamalat Indonesia pada
tahun 1992 merupakan awal sejarah perkembangan bank syariah di Indonesia dimana
dalam menjalankan kegiatan operasionalnya berkewajiban untuk memadukan nilai-nilai
dan penormaan dalam syariat Islam ke dalam transaksi kegiatan ekonomi yang menuju
kesejahteraan bagi masyarakat banyak.8 Perbankan syariah dalam melakukan kegiatan
operasional perbankan tidak hanya untuk tujuan bisnis semata, yang berupa keuntungan
materiil, tetapi juga mengejar kebahagiaan di akhirat. Untuk tujuan itu, Bank Syariah
dalam melakukan kegiatan operasional perbankan tidak hanya mendasarkan pada
ketentuan perbankan pada umumnya tetapi juga mendasarkan kepada ketentuan syariah.
Bank syariah harus patuh pada prinsip-prinsip syariah yang terimplementasikan mulai
dari pendirian sampai dengan operasionalnya.

B. B.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pendahuluan di muka, tulisan ini bermaksud ingin mengungkapkan
bagaimana eksistensi ekonomi Islam terhadap kemajuan ekonomi di masyarakat?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
Tujuan penulisan ini dimaksudkan untuk menegaskan eksistensi ekonomi Islam
melalui perkembangan perbankan syariah di Indonesia, mengingat Indonesia merupakan
penganut agama Islam terbesar di dunia berdasarkan hasil sensus Badan Pusat Statistik
Tahun 2010, 87,18% dari 237.641.326 penduduk Indonesia adalah pemeluk Islam, 6,96%
Protestan, 2,9% Katolik, 1,69% Hindu, 0,72% Buddha, 0,05% Konghucu, 0,13% Agama
lainnya, dan 0,38% tidak terjawab atau tidak ditanyakan.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN EKONOMI ISLAM


Ekonomi Islam adalah sebuah sistem ilmu pengetahuan yang menyoroti masalah
perekonomian. Sama seperti konsep ekonomi konvensional lainnya. Hanya dalam sistem
ekonomi ini, nilai-nilai Islam menjadi landasan dan dasar dalam setiap aktifitasnya.
Beberapa ahli mendefinisikan ekonomi islam sebagai suatu ilmu yang mempelajari
perilaku manusia dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan dengan alat pemenuhan
kebutuhan yang terbatas dalam kerangka syariah. Namun, definisi tersebut mengandung
kelemahan karena menghasilkan konsep yang tidak kompatibel dan tidak universal.
Karena dari definisi tersebut mendorong seseorang terperangkap dalam keputusan yang
8
apriori (apriory judgement) benar atau salah tetap harus diterima. Definisi yang lebih
lengkap harus mengakomodasikan sejumlah prasyarat yaitu karakteristik dari pandangan
hidup islam. Syarat utama adalah memasukkan nilai-nilai syariah dalam ilmu ekonomi.
Ilmu ekonomi islam adalah ilmu sosial yang tentu saja tidak bebas dari nilainilai
moral. Nilai-nilai moral merupakan aspek normatif yang harusdimasukkan dalam analisis
fenomena ekonomi serta dalam pengambilan keputusan yang dibingkai syariah.

1. Muhammad Abdul Manan Islamic economics is a sosial science which studies the
economics problems of a people imbued with the values of Islam. 9 Jadi, menurut
Abdul Manan ilmu ekonomi islam adalah ilmu pengetahuan sosial yang
mempelajari masalah-masalah ekonomi masyarakat yang diilhami oleh nilai-nilai
Islam.
2. M. Umer Chapra Islami economics was defined as that branch which helps
realize human well-being through and allocation and distribution of scarce

8
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2011), hlm.14.
9
Muhammad Abdul Manan, Islamic Economics Theory and Practice (India: Idarah Adabiyah, 1980), hlm. 3

7
resources that is inconfinnity with Islamic teaching without unduly curbing
Individual fredom or creating continued macroeconomic and ecological
imbalances. Jadi, menurut Chapra ekonomi Islam adalah sebuah pengetahuan
yang membantu upaya relisasi kebahagiaan manusia melalui alokasi dan
distribusi sumber daya yang terbatas yang berada dalam koridor yang mengacu
pada pengajaran Islam tanpa memeberikan kebebasan individu atau tanpa
perilaku makro ekonomi yang berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan
lingkungan.10
3. Menurut Syed Nawab Haider Naqvi, ilmu ekonomi Islam, singkatnya merupakan
kajian tentang perilaku ekonomi orang Islam representatif dalam masyarakat
muslim moderen.11Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ekonomi
Islam adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang berupaya untuk memandang,
menganalisis, dan akhirnya menyelesaikan permasalahan-permasalahan ekonomi
dengan cara-cara yang Islami. Menurut Abdul Mannan, ilmu ekonomi Islam tidak
hanya mempelajari individu sosial melainkan juga manusia dengan bakat religius
manusia itu sendiri. 12
Ilmu Ekonomi Syari‟ah adalah ilmu yang mempelajari
aktivitas atau perilaku manusia secara aktual dan empirikal, baik dalam produksi,
distribusi, maupun konsumsi berdasarkan Syari‟at Islam yang bersumber Al-
Qur‟an dan As-Sunnah serta Ijma‟ para ulama dengan tujuan untuk mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat.13
Dasar Hukum Ekonomi Islam
Sebuah ilmu tentu memiliki landasan hukum agar bisa dinyatakan sebagai sebuah
bagian dari konsep pengetahuan. Demikian pula dengan penerapan syariah di bidang
ekonomi bertujuan sebagai transformasi masyarakat yang berbudaya Islami.
Aktifitas ekonomi sering melakukan berbagai bentuk perjanjian. Perjanjian merupakan
pengikat antara individu yang melahirkan hak dan kewajiban. Untuk mengatur hubungan

10
Mustafa Edwin Nasution dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 16
11
M. Saiful Anam dan Muhammad Ufuqul Mubin, Menggagas Ilmu Ekonomi Islam (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009), hlm. 28
12
Muhammad Abdul Mannan, Teori Dan Praktik Ekonomi Islam (Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Wakaf,
1997), hlm. 20-22
13
Ibid, hlm. 29.

8
antara individu yang mengandunng unsur pemenuhan hak dan kewajiban dalam jangka
waktu lama, dalam prinsip syariah diwajibkan untuk dibuat secara tertulis yanng disebut
akad. ekonomi dalam Islam. Ada beberapa hukum yang menjadi landasan pemikiran dan
penentuan konsep ekonomi dalam Islam. Beberapa dasar hukum Islam tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Al-Qur‟an
Al-Qur‟an memberikan ketentuan-ketentuan hukum muamalat yang sebagian
besar berbentuk kaidah-kaidah umum; kecuali itu jumlahnya pun sedikit. Misalnya, dalam
Q.S. Al-Baqarah ayat 188 terdapat larangan makan harta dengan cara yang tidak sah,
antara lain melalui suap sbb ;
Artinya : “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara
kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada
hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada 26 harta benda orang lain itu
dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui”.14
Dalam Q.S. An-Nisa ayat 29 terdapat ketentuan bahwa perdagangan atas dasar suka rela
merupakan salah satu bentuk Muamalat yang halal sbb ;
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan
suka samasuka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.15
2. Hadits
Hadist memberikan ketentuan-ketentuan hukum muamalat yang lebih terperinci
dari pada Al-Qur‟an, hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Ad-
Daruquthni, dan lain – lain dari Sa‟id Al-khudri ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda :

‫ض َر َ ار َض َر َر َ وا َل ا َل‬
Artinya : “Janganlah merugikan diri sendiri dan janganlah merugikan orang lain”.16

14
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Teremahnya, (Jakarta : CV. Toha Putra, 1971), hlm. 46
15
Ibid., h. 122.
16
Ibnu Majah , Sunan Ibnu Majah, Juz 2, CD. Maktabah Kutubil Mutun, Seri 4, hlm. 743

9
Karakteristik Ekonomi Islam
Tidak banyak yang dikemukakan dalam alquran dan banyak prinsip-prinsip yang
mendasar saja, karena dasar-dasar yag sangat tepat, alquran dan sunah banyak sekali
membahas tentang bagaimana seharusnya kaum muslimin berprilaku sebagai konsumen
produsen dan pemilik modal, tetapi hanya sedikit system ekonomi. Ekonomi syariah
menekankan kepada 4 sifat, antara lain:
a. Kesatuan (unity)
b. Keseimbangan (equilibrium)
c. Kebebasan (free will)
d. Tanggung Jawab (responsibility)
Al-Qur‟an mendorong umat Islam untuk mengusai dan memanfaatkan sektor-
sektor dan kegiatan ekonomi dalam skala yang lebih luas dan komprehensif, seperti
perdagangan, industri, pertanian, keuangan jasa, dan sebagainya, yang ditujukan untuk
kemaslahatan dan kepentingan bersama.
B. KONSEP EKONOMI ISLAM
Islam sebagai agama merupakan konsep yang mengatur kehidupan manusia secara
komprehensif dan universal baik dalam hubungan dengan Sang Pencipta
(HabluminAllah) maupun dalam hubungan sesama manusia (Hablumminannas). Ada tiga
pilar pokok dalam ajaran Islam yaitu :

Aqidah : komponen ajaran Islam yang mengatur tentang keyakinan atas keberadaan dan
kekuasaan Allah sehingga harus menjadi keimanan seorang muslim manakala melakukan
berbagai aktivitas dimuka bumi semata-mata untuk mendapatkan keridlaan Allah sebagai
khalifah yang mendapat amanah dari Allah.
Syariah : komponen ajaran Islam yang mengatur tentang kehidupan seorang muslim baik
dalam bidang ibadah (habluminAllah) maupun dalam bidang muamalah
(hablumminannas) yang merupakan aktualisasi dari akidah yang menjadi keyakinannya.
Sedangkan muamalah sendiri meliputi berbagai bidang kehidupan antara lain yang
menyangkut ekonomi atau harta dan perniagaan disebut muamalah maliyah.
Akhlaq : landasan perilaku dan kepribadian yang akan mencirikan dirinya sebagai
seorang muslim yang taat berdasarkan syariah dan aqidah yang menjadi pedoman

10
hidupnya sehingga disebut memiliki akhlaqul karimah sebagaimana hadis nabi yang
menyatakan “Tdaklah sekiranya Aku diutus kecuali untuk menjadikan akhlaqul karimah”
Cukup banyak tuntunan Islam yang mengatur tentang kehidupan ekonomi umat
yang antara lain secara garis besar adalah sebagai berikut :

• Islam menempatkan fungsi uang semata-mata sebagai alat tukar dan bukan sebagai
komoditi, sehingga tidak layak untuk diperdagangkan apalagi mengandung unsur
ketidakpastian atau spekulasi (gharar) sehingga yang ada adalah bukan harga uang apalagi
dikaitkan dengan berlalunya waktu tetapi nilai uang untuk menukar dengan barang.

• Riba dalam segala bentuknya dilarang bahkan dalam ayat Alquran tentang pelarangan
riba yang terakhir yaitu surat Al Baqarah ayat 278-279 secara tegas
dinyatakan sebagai berikut: Hai orang-orang yang beriman takutlah kepada Allah dan
tinggalkanlah sisa-sisa riba itu jika kamu orang beriman. Kalau kamu tiada
memperbuatnya ketahuilah ada peperangan dari Allah dan RasulNya terhadapmu dan
jika kamu bertobat maka untukmu polcok-pokok hartamu kamu tidak menganiaya dan
tidak pula teraniaya.
• Larangan riba juga terdapat dalam ajaran kristen baik perjanjian lama maupun perjanjian
baru yang pada intinya menghendaki pemberian pinjaman pada orang lain tanpa meminta
bunga sebagai imbalan.

• Meskipun masih ada sementara pendapat khususnya di Indonesia yang masih meragukan
apakah bunga bank termasuk riba atau bukan, maka sesungguhnya telah menjadi
kesepakatan ulama, ahli fikih dan Islamic banker dikalangan dunia Islam yang
menyatakan bahwa bunga bank adalah riba dan riba diharamkan.

• Tidak memperkenankan berbagai bentuk kegiatan yang mengandung unsur spekulasi dan
perjudian termasuk didalamnya aktivitas ekonomi yang diyakini akan mendatangkan
kerugian bagi masyarakat.

• Harta harus berputar (diniagakan) sehingga tidak boleh hanya berpusat pada segelintir
orang dan Allah sangat tidak menyukai orang yang menimbun harta sehingga tidak
produktif dan oleh karenanya bagi mereka yang mempunyai hartayang tidak produktif
akan dikenakan zakat yang lebih besar dibanding jika diproduktifkan. Hal ini juga

11
dilandasi ajaran yang menyatakan bahwa kedudukan manusia dibumi sebagai khalifah
yang menerima amanah dari Allah sebagai pemilik mutlak segala yang terkandung
didalam bumi dan tugas manusia untuk menjadikannya sebesar-besar kemakmuran dan
kesejahteraan manusia.

• Bekerja dan atau mencari nafkah adalah ibadah dan waJib dlakukan sehingga tidak
seorangpun tanpa bekerja – yang berarti siap menghadapi resiko – dapat memperoleh
keuntungan atau manfaat(bandingkan dengan perolehan bunga bank dari deposito yang
bersifat tetap dan hampir tanpa resiko).

• Dalam berbagai bidang kehidupan termasuk dalam kegiatan ekonomi harus dilakukan
secara transparan dan adil atas dasar suka sama suka tanpa paksaan dari pihak manapun.

• Adanya kewajiban untuk melakukan pencatatan atas setiap transaksi khususnya yang
tidak bersifat tunai dan adanya saksi yang bisa dipercaya (simetri dengan profesi
akuntansi dan notaris).

• Zakat sebagai instrumen untuk pemenuhan kewajiban penyisihan harta yang merupakan
hak orang lain yang memenuhi syarat untuk menerima, demikian juga anjuran yang kuat
untuk mengeluarkan infaq dan shodaqah sebagai manifestasi dari pentingnya pemerataan
kekayaan dan memerangi kemiskinan.

C. KONDISI PEREKONOMIAN MASYARAKAT

Kondisi perekonomian masyarakat indonesia saat ini sedang tidak stabil dikala
pemerintah sedang berupaya untuk mengoptimalkan kondisi perekonomian di Indonesia,
pandemi datang dengan segala dampak negatifnya. Seperti yang kita ketahui sekarang
bahwa dampak dari pandemi ini sangat berpengaruh terhadap segala aspek terutama pada
kondisi kesehatan dan masyarakat. Dengan adanya pandemi Covid-19 tidak dapat
dipungkiri bahwa perekonomian masyarakat Indonesia saat ini sedang berada dalam
kondisi yang bisa dibilang (tidak stabil).

Pada masa pandemi banyak sekali dampak negatif yang kita rasakan, banyak para
pekerja yang di PHK oleh perusahaannya, banyak juga pekerjaan formal dan informal
yang merasakan dampak dari pandemi ini seperti: guru, dokter, karyawan RS, para

12
pedagang, buruh, petani, dan yang lainnya, mereka semua merasakan dampak negatif dari
pandemi ini yang menjadikan banyaknya pengangguran, kurangnya pemasukan,
bangkrutnya para pengusaha, dan yang lebih prihatinnya ada yang sampai menutup
perusahaannya.Beda halnya bila aktivitas normal mulai diadakan, perusahaan perlu waktu
mencari lagi pegawai baru untuk memulai usahanya kembali, banyak perusahaan atau
pedagang yang akan tidak kuat bertahan selama pandemi ini masih ada.

Kementrian mengungkapkan proyeksi angka pertumbuhan ekonomi di kisaaran


2,9 persen sampai minus 1 persen pada kuartal ke III-2020. Angka tersebut masih berada
di teritori negatif meskipun ada perbaikan dari kuartal sebelumnya.Kuartal III memang
diyakini masih negatif dan diperkirakan juga kuartal IV membaik tapi negatif. Hal itu
sebenarnya disebabkan oleh wabah pandemi, selama pandemi ini masih ada jika kita
berusaha untuk dapat mengoptimalkan kembali perekonomianakan terasa sulit.

Lalu dengan adanya peristiwa pandemi ini terjadi beberapa perubahan dalam
perekonomian masyarakat, diantaranya :

1. Harga barang atau bahan pokok semakin tinggi tetapi tingkat permintaan
konsumen semakin rendah.Kenaikan harga suatu produk atau barang biasanya
dikarenakan upah pekerja naik, biaya bahan baku untuk produksi mahal, kondisi
ekonomi negara, dll.
2. Modal yang dikelurarkan untuk memproduksi barang kadang tidak sesuai dengan
permintaan para konsumen.
3. Banyaknya toko online yang bergerak aktif saat pandemi ini, sehingga para
pedagang di pasar sangat merasakan kerugian dalam usahanya. Hal tersebut
dikarenakan adanya sosial distancing atau penerapan protokol kesehatan untuk
memutus rantai penyebaran virus covid-19.
4. Saat pandemi ini para konsumen lebih memilih menghemat uangnya daripada
membelanjakan uangnya untuk hal-hal yang tidak penting.

13
Pengusaha atau pedagang pada masa pandemi harus melakukan loyalty konsumen,
yaitu metode berbelanja dimana para konsumen akan mendapatkan keuntungan tertentu
ketika telah membeli jumlah item yang ditentukan dalam periode tertentu. Loyalty
konsumen perlahan-lahan dapat membangkitkan brand awareness kepada para
konsumen.Tentunya dengan peristiwa yang terjadi pemerintah tidak tinggal diam.
Pemerintah memberi bantuan kepada masyarakat menengah bawah yang berpenghasilan
tidak tetap dan bekerja di sektor informal. Bantuan yang diberikan berupa logistik dalam
bentuk sembako dan juga bantuan berupa uang yang diberikan oleh pemerintah kepada
masyarakat, agar kesejahteraan masyarakat terjamin. Tujuan dari bantuan ini menjadi
penyanggah daya beli masyarakat di tengah penurunan ekonomi akibat pandemi di negri
ini.

D. ISLAM DALAM MENGATUR SISTEM EKONOMI


Ada beberapa nilai dasar yang dapat diturunkan dari keyakinan dan pandangan
filosofis di atas. Pertama, nilai dasar kepemilikan. Konsep kepemilikan dalam Islam tidak
sama dengan konsep kepemilikan dalam faham liberalisme seperti yang dikemukakan
John Lock. Bagi John Lock, setiap manusia adalah tuan serta penguasa penuh atas
kepribadiannya, atas tubuhnya, dan atas tenaga kerja yang berasal dari tubuhnya.17 Ini
berarti kepemilikan yang ada pada seseorang adalah bersifat absolut. Oleh karena itu,
untuk apa dan bagaimana dia menggunakan hartanya sepenuhnya adalah tergantung
kepada dirinya. Ini tidak disetujui oleh Karl Marx. Pandangan tersebut, menurut dia,
sangat berbahaya karena akan membawa kepada kehidupan yang eksploitatif dan penuh
konflik. Untuk itu, agar tercipta suatu kehidupan yang baik (tidak ada konflik antar kelas)
kata Marx, kepemilikan individual terutama kepemilikan terhadap alat-alat produksi harus
dihapus karena inilah yang menjadi biang dan membuat kaum proletar atau buruh
menderita selama ini.18 Berbeda dengan dua pandangan di atas, Islam mengakui
kepemilikan individual.

17
K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2000), hlm. 111-122.

14
Bahkan di samping itu, Islam juga mengakui akan adanya kepemilikan oleh
masyarakat dan oleh negara. Tetapi kepemilikan tersebut sifatnya tidaklah absolut, tetapi
relatif. Apa artinya? Kepemilikan yang ada pada seseorang atau masyarakat atau negara
tersebut bukanlah sepenuhnya milik dan hasil usaha mereka, tetapi itu adalah amanat dan
kepercayaan dari Tuhan kepada mereka (Q.s. al-Ra’d [13]: 28, al-Fajr [89]: 16) yang
harus dijaga, dipelihara, dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya (Q.s. al-Mâ’idah [5]:
7). Oleh karena itu, seseorang tidak boleh menghambur-hamburkan hartanya (Q.s. al-Isrâ’
[17]: 26-27) dan atau mendiamkan hartanya (Q.s. Muhammad [47]: 38). Karena hal itu
akan kehilangan fungsi sosialnya dan akan kehilangan multiplier effect dan maslahat dari
kehadiran hartanya tersebut.

Kedua, nilai dasar kebebasan. Dalam ekonomi kapitalisme, individu diberi


kebebasan yang seluas-luasnya untuk memanfaatkan atau tidak memanfaalkan harta yang
dimilikinya. Juga untuk masuk atau tidak masuk ke dalam pasar baik sebagai produsen,
distributor atau konsumen. Dalam bahasa yang lebih ekstrem tidak ada yang bisa
membatasi kebebasan seorang individu kecuali dirinya sendiri. Hal ini tidak dapat
diterima oleh faham sosialisme-komunisme. Mereka melihat kebebasan yang seperti itu
akan membawa kepada anarkisme. Oleh karena itu, kebebasan tersebut harus ditundukkan
untuk kepentingan bersama. Di dalam Islam kebebasan manusia sangat dihormati.
Namun, kebebasan tersebut bukanlah tidak ada batasnya. Hal-hal tersebut direstriksi oleh
ahkâm alSyarî‘ah atau hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan agama.19Jika hal itu
dilanggar maka menjadi kewajiban bagi negara untuk ikut campur.

Ketiga, nilai dasar keadilan.Keadilan yaitu memberikan setiap hak kepada para
pemiliknya masing-masing tanpa melebihkan dan mengurangi.20 Persoalannya sekarang,
siapakah yang berkompeten untuk menentukan hal tersebut? Dalam sistem sosialisme dan
komunisme, hal itu menjadi otoritas negara, dalam sistem kapitalisme menjadi otoritas
individu. Sedangkan dalam sistem ekonomi Islam, hal itu menjadi otoritas dan

19
Adnân Khâlid al-Turkmânî, al-Madzhab al-Iqtishâdî al-Islâmî (Riyâdh: Maktabah al-Sawadi, Jâmi‘ah al-
Imâm Muhammad ibn Su‘ûd al-Islâmiyyah, 2006), hlm.144
20
Yusut Qardhawi, Peran dan Nilai Moral dalam Perekonomian (Jakarta: Robbani Press, 1995), hlm. 390.

15
kewenangan Tuhan (Qs. 42; 17). Konsekuensi konsep ini dalam kehidupan tentu akan
menimbulkan perbedaan. Misalnya dalam sistem sosialisme-komunisme yang menjadikan
kebersamaan dan kesamarataan sebagai nilai utama, maka kebutuhan dijadikan dasar
untuk menentukan sesuatu itu adil atau tidak. mereka berpendapat bahwa suatu
masyarakat akan dikatakan adil jika kebutuhan semua warganya terpenuhi, seperti
kebutuhan akan sandang, pangan, (dan) papan.21 Jika hal itu tidak terjadi maka berarti
telah terjadi praktik kezaliman. Dalam kapitalisme liberal, konsep keadilan tidaklah
didasarkan kepada kebutuhan tetapi kepada kebebasan itu sendiri. Menurut konsep ini,
adilnya suatu perolehan itu haruslah dibagi menurut usaha-usaha bebas dari
individuindividu bersangkutan. Yang tidak berusaha tidak mempunyai hak pula untuk
memperoleh sesuatu.

Hal itu didorong oleh pandangan dan pola hidupnya yang individualistis dan
berorientasi kepada profit motive. Sementara sistem sosialis lebih mementingkan
masyarakat dari individu. Roh sistem ini sangat berprasangka buruk terhadap individu.
Oleh karena itu, pemasungan terhadap naluri ingin memiliki dan menjadi kaya harus
dilakukan. Akibat dari kedua sistem ini terjadilah ketegangan, disharmoni, dan
ketidakseimbangan antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat. Dalam
Islam, masalah keseimbangan ini sangat mendapat tekanan dan perhatian. Tidak hanya
keseimbangan antara kepentingan orang perorang dengan kepentingan bersama, antara
kepentingan dunia dan akhirat, jasmani dan rohani, akal dan rohani, idealisme dan fakta,
tetapi juga keseimbangan dalam modal dan aktivitas, produksi dan konsumsi serta
sirkulasi kekayaan.

Oleh karena itu, Islam melarang dan mencegah terjadinya akumulasi dan sirkulasi
kekayaan hanya pada segelintir orang, seperti terkandung dalam makna surah al-Hasyr
[59]: 7) yang artinya supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orangorang kaya saja
di antara kamu. Bila terjadi kesenjangan kepemilikan yang tajam antar individu kaitannya
dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhannya, maka berarti telah terjadi praktik

21
K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2000), hlm. 99.

16
kezaliman. Untuk itu, negara harus turun melakukan intervensi agar keseimbangan
ekenomi di tengah-tengah masyarakat dapat terwujud kembali. Begitu juga dalam hal
pembelanjaan dan pengeluaran, Islam mendorong umat kepada berperilaku moderat, yaitu
tidak isyrâf (boros) tetapi juga tidak bakhîl (pelit), dalam orientasi pembangunan,
kebijakan yang diambil tidak boleh hanya menekankan kepada pertumbuhan (growth)
tetapi juga kepada pemerataan (equity) agar tercipta keamanan dan ketentraman di
tengah-tengah masyarakat (stability). Kelima, nilai dasar persaudaraan dan kebersamaan.
Dalam paham sosialisme-komunisme, persaudaraan dan kebersamaan merupakan nilai
yang utama dan pertama.

Untuk itu, agar nilai-nilai tersebut tidak rusak dan tidak terganggu maka
kepemilikan individual yang menjadi penyebab terjadinya perselisihan dan persengketaan
harus dihapuskan dan digantikan oleh negara. Negara yang mengatur produksi, distribusi,
dan konsumsi masyarakat sehingga dengan demikian secara teoretis tidak akan ada
kesenjangan sosial ekonomi dan permusuhan. Di dalam paham kapitalisme liberalisme
hal ini tidak terlalu menjadi perhatian. Bagi mereka persaudaraan akan dapat terjadi
seolah-olah secara otomatis di luar maksud para pelaku ekonomi itu sendiri, karena
perekat dari persaudaraan itu bagi mereka adalah kepentingan.

Untuk itu, Islam melarang adanya praktik kezaliman dan ketidakadilan terhadap
sesama dan adanya praktik-praktik eksploitasi sumber daya alam tertentu oleh seseorang
atau kelompok tertentu. Hal tersebut akan merusak nilainilai persaudaraan dan
kebersamaan yang digariskan Islam. Namun, kebersamaan yang dimaksud di sini juga
harus dibingkai dengan kebersamaan etis yaitu suatu kebersamaan dalam kebaikan dan
ketaqwaan, tidak dalam melanggarketentuan-ketentuan agama (Qs. al-Mâ’idah [5]: 3).
Hal ini secara ekonomis tentu mempunyai makna dan pengaruh yang positif terutama di
dalam membangun hubungan kepercayaan (trust) dan kesetiaan (loyality) dalam
bermuamalah dan akan menghindarkan rasa iri atau persaingan tidak sehat serta
permusuhan antara sesama yang akhirnya akan merugikan semua pihak.

17
E. PERAN EKONOMI ISLAM TERHADAP KEMAJUAN EKONOMI
MASYARAKAT
Islam merupakan agama yang menyeluruh, dimana yang mengatur segala prilaku
kehidupan manusia. Bukan hanya menyangkut urusan peribadahan saja, tetapi urusan
sosial dan ekonomi juga diatur dalam islam. Oleh karena itu setiap orang muslim, islam
merupakan sistem hidup yang harus diimplementasikan secara komprehensif dalam
seluruh aspek kehidupan tanpa terkecuali.Sudah cukup lama umat manusia mencari
sistem untuk meningkatkan kesejahteraan khususnya dalam bidang ekonomi. Selama ini
memang sudah ada beberapa sistem, diantaranya ada dua aliran besar dalam sistem
perekonomian yang dikenal di dunia, yaitu sistem ekonomi Kapitalisme ( Adam Smith )
dan Sosialisme ( Karl Mark ). Tetapi dalam kedua sistem ini tidak ada yang berhasil
dalam menawarkan solusi yang optimal.

Konsekuensinya orang-orang mulai berpikir mencari alternatif. Alternatif yang


diyakini dan menjanjikan oleh banyak kalangan adalah sistem ekonomi islam, karena
sistem ini berpijak pada asas keadilan dan kemanusiaan. Oleh karena itu, sistem ekonomi
islam ini bersifat Universal, artinya dapat digunakan oleh siapapun tidak terbatas pada
umat Islam saja, dalam bidang apapun serta tidak dibatasi oleh waktu ataupun zaman,
sehingga cocok untuk diterapkan dalam kondisi apapun asalkan tetap berpegang pada
kerangka kerja atau acuan norma-norma islami, tanpa melihat batas-batas etnis, ras,
geografis, bahkan agama.

Di dunia ini sistem ekonomi yang ada dapat dibagi atas sistem ekonomi
kapitalisme yang berorientasi pada kebebasan dan penumpukkan modal, sosialisme yang
fokus pada pemerataan dan kesejahteraan bersama. Dan di Indonesia merupakan negara
yang termasuk menganut sistem ekonomi campuran Dimana sistem ekonomi yang
memadukan sistem ekonomi kapitalisme dan sosialisme, maksudnya rakyat diberi
kebebasan dalam melakukan kegiatan ekonomi namun tetap ada pemerintah yang
mengatur kegiatan tersebut atau pemerintah ikut berperan dalam kegiatan perekonomian.

18
Sedangkan sistem ekonomi Islam merupakan salah satu sistem ekonomi yang ada di
Indonesia.

Sistem ekonomi Islam merupakan sistem ekonomi Indonesia yang pada dasarnya
bersumber pada ajaran syariat islam yaitu pada Al-Qur'an dan As-Sunnah. Sistem
ekonomi Islam merupakan sistem ekonomi yang sangat baik. Sistem ekonomi ini tidak
hanya di perbankan, namun mencakup semua sistem keuangan. Perkembangan ekonomi
Islam di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini berkembang sangat pesat, baik pada
tataran teoritis dan konseptual ( akademik ) maupun pada tataran praktis (khusus di
lembaga keuangan bank dan non bank ).
Perkembangan ini tentu saja sangat menggembirakan, karena ini merupakan suatu
cerminan dari semakin meningkatnya kesadaran umat islam dalam menjalankan syariat
islam. Hal ini refleksi dari pemahaman bahwa ekonomi islam bukan hanya sekedar
konsepsi. Ekonomi Islam merupakan hasil suatu proses transformasi nilai-nilai Islam
yang membentuk kerangka serta perangkat kelembagaan dan pranata ekonomi yang hidup
dan berproses dalam kehidupan masyarakat.
Di Indonesia saat ini sistem ekonomi Islam sudah tumbuh dan berkembang dalam
bentuk lembaga keuangan syariah sejak tahun 1992. Adapun peran sistem ekonomi Islam
yang dapat dijadikan potensi agar Indonesia dapat menjadi negara yang lebih baik dalam
perekonomian, yaitu dari instrumen zakat, infaq, shodaqoh, yang dapat mensejahterakan
rakyat Indonesia, penerapan konsep jujur, adil dan bertanggungjawab merupakan syarat
yang harus dipenuhi dalam kegiatan ekonomi dan juga pelarangan riba dengan
menjadikan sistem bagi hasil dengan instrumen mudharabah dan musyarakah.

Peran ekonomi Islam dalam perekonomian di Indonesia memiliki pengaruh yang


cukup besar. Ekonomi Islam perlu diterapkan dan ditingkatkan eksistensinya karena
manfaatnya yang luar biasa dalam mengatasi perekonomian di Indonesia. Implementasi
eksistensi ekonomi Islam di Indonesia salah satunya tercermin dari semakin banyaknya
lembaga keuangan bank dan non bank. Semua elemen dalam sistem ekonomi Islam ini
tetap membutuhkan pengawalan dalam pelaksanannya. Hal ini bertujuan untuk

19
menghindari melencengnya prinsip-prinsip Islam dalam kegiatan operasionalnya.
Semakin maju dan berkembangnya sistem ekonomi Islam di Indonesia ini diharapkan
dapat meningkatkan serta memberi warna baru dalam perekonomian. Maka, dengan
penerapan sistem ekonomi Islam, negara akan jauh lebih stabil dan tentunya juga lebih
adil.

20
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN
Peranan agama di Indonesia memiliki andil yang sangat penting dalam kehidupan
bermasyarakat. Hal ini dinyatakan secara jelas dalam pancasila sebagai ideologi bangsa
Indonesia sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Salah satunya adalah peran
ekonomi islam yang memiliki tujuan pembangunan nasional Indonesia untuk mencapai
terciptanya masyarakat adil dan makmur berdasarkan demokrasi ekonomi yang
berlandaskan nilai keadilan, kebersamaan, dan kemanfaatan yang sesuai dengan prinsip
syariah. Kondisi ekonomi islam di Indonesia mengalami tren untuk pergeseran preferensi
investasi dari konvensional ke saham Syariah sejak krisis keuangan. Mulai dari krisis
keuangan Asia tahun 1997-1998 dan krisis keuangan global 2006-2009. Kehadiran
Perbankan syariah menjadi pelengkap sistem perbankan konvensional yang telah ada
sebelumnya. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia sampai pada Tahun 2015 telah
mengalami tren penurunan dikarenakan komitmen pemerintah masih dilihat kurang,
minimnya sosialisasi tentang perbankan syariah serta tingkat literasi dan inklusi masih
kurang. Untuk menghadapi hal tersebut perlu kiranya dilakukan upaya yang dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi Islam dan Perbankan Syariah pada khususnya
melalui regulasi yang tidak membatasi peran serta masyarakat, masifikasi gerakan
pengenalan Perbankan Syariah dan membangun kepercayaan terhadap masyarakat dengan
mengedepankan ketaatan terhadap Syariah.

B.SARAN
Perlu adanya metode penelitian lebih lanjut akan upaya peningkatan diskusi
terhadap ekonomi islam sebagai salah satucara memaksimalkan potensi kekuatan makalah
agar dapat dikembangkan secara baik.

21
DAFTAR PUSTAKA

Adnân Khâlid al-Turkmânî. al-Madzhab al-Iqtishâdî al-Islâmî. Riyâdh: Maktabah al-


Sawadi, Jâmi‘ah al-Imâm Muhammad ibn Su‘ûd al-Islâmiyyah, 2006.
Asifudin Ahmad Janan. Etos Kerja Islami. Surakarta : Muhammadiyah Press, 2004.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Teremahnya. Jakarta : CV. Toha Putra, 1971.
Ibnu Majah , Sunan Ibnu Majah, Juz 2, CD. Maktabah Kutubil Mutun, Seri 4, hlm. 743
Jundian. Pengaturan Hukum Perbankan Syari’ah di Indonesia. Malang ; UIN-Malang
Press,2009.
K. Bertens. Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2000.
M. Saiful Anam dan Muhammad Ufuqul Mubin, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009),
hlm. 28
Muhammad Abdul Manan, Islamic Economics. Theory and Practice. India: Idarah
Adabiyah, 1980.
. Teori Dan Praktik Ekonomi Islam. Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Wakaf,
1997.
Mustafa Edwin Nasution dkk. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana,
2006.
Nurhisam Luqman. 2016,”Kepatuhan Syariah (Sharia Compliance) Dalam Industri
Keuangan Syariah”, Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM, Vol. 23 No.1.
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI). Ekonomi Islam. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2011.
Rasjid Sulaiman. Fiqih Islam. Bandung :Sinar Baru Algesindo,2013.
Yusut Qardhawi. Peran dan Nilai Moral dalam Perekonomian. Jakarta: Robbani Press,
1995.

22

Anda mungkin juga menyukai