Anda di halaman 1dari 16

PERAN PERBANKAN SYARIAH DALAM

MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI


Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Perekonomian
Indonesia

Dosen Pengampu: Dr. Drs. Djoko Susanto, MSi

DISUSUN OLEH :

1. RICKY JAYA SAMODRA B.131.16.0538


2. SINTA SETYAWATI B.131.16.0546
3. VINDY SUKO AFRILIYASARI B.131.16.0547
4. AYU NOVITASARI B.131.16.0548
5. JODHI AWAN PRATOMO B.131.16.0549
6. AGUS MAFTUGH AL MUZAQI B.131.16.0551
7. SITI NUR AISAH B.131.16.0557
8. NICOLA DESTRI PANGESTIKA B.131.16.0567

JURUSAN S1 MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEMARANG

TAHUN 2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah bank telah menjadi istilah umum yang banyak dipakai di


masyarakat dewasa ini. Palang Merah punya “bank darah”, di lingkungan
kesehatan ada “bank sperma”, lembaga-lembaga penelitian punya “bank data”,
dan orang atau lembaga yang mengalami keruntuhan keuangan disebut bankrupt.
Tentu saja yang akan kita bicarakan dalam buku ini bukan bank-bank semacam
itu, melainkan bank dalam arti sistem perokonomian kita, yaitu suatu lembaga
khusus yang menyediakan layanan financial. Kata bank dapat kita telusuri dalam
bahasa Prancis, dan dari Banco dalam bahasa Italia, yang dapat berarti peti/lemari
atau bangku. Konotasi kedua kata ini menjelaskan dua fungsi dasar yang
ditujukan oleh bank komersial. Kata peti atau lemari menyiratkan fungsi sebagai
tempat menyimpan benda-benda berharga, seperti peti emas, peti berlian, peti
uang dan sebagainya. Dewasa ini peti-bank berarti portepel aktiva yang
menghasilkan (portofolio of earning assets), yaitu portofolio yang memberi bank
“darah kehidupan” bernama laba bersih setelah pengeluaran-pengeluan pajak.

Bank merupakan salah satu usaha lembaga keuangan yang bertujuan


memberikan kredit, baik dengan alat pembayaran sendiri, dengan uang yang
diperolehnya dari orang lain, dengan jalan mengedarkan alat-alat pembayaran
baru berupa uang giral. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah terbentuknya bank syariah ?


2. Apa saja peran perbankan syariah dalam perekonomian di Indonesia?
3. Bagaimana posisi bank syariah dalam bidang investasi dan komersial?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui sejarah bank syariah


2. Untuk mengetahui peran bank syariah dalam perekonomian di Indonesia
3. Untuk mengetahui posisi bank syariah dalam bidang investasi dan
komersial
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Bank Syariah

Sejarah awal mula kegiatan bank syariah yang pertama sekali dilakukan
adalah di Pakistan dan Malaysia pada sekitar tahun 1940-an. Kemudian di Mesir
pada tahun 1963 berdiri Islami Rural Bank di desa It Ghamr Bank. Bank ini
beroperasi di pedesaan Mesir dan masih berskala kecil. Di Uni Emirat Arab, baru
tahun 1975 dengan berdiri Dubai Islamic Bank. Kemudian di Kuwait pada tahun
1977 berdiri Kuwait Finance House yang beroperasi tanpa bunga. Selanjutnya
kembali di Mesir pada tahun 1978 berdiri Bank Syariah yang diberi nama Faisal
Islamic Bank. Langkah ini kemudian diikuti oleh Islamic International Bank for
Invesment and Develoment Bank. Di Siprus tahun 1983 berdiri Faisal Islamic
Bank of Kibris. Kemudian di Malaysia Bank Syariah lahir tahun 1983 dengan
berdirinya Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB) dan pada tahun1999 lahir pula
Bank Bumi Putera Muamalah. Di Iran system perbankan syaraiah mulai berlaku
secara nasional pada tahun 1983 sejak dikeluarkannya Undang-undang Perbankan
Islam. Kemudian di Turki negara yang berideologi sekuler Bank Syariah lahir
tahun 1984 yaitu dengan hadirnya Daar alMaal al-Islami serta Faisal Finance
Institution dan mulai beroperasi tahun 1985.

Salah satu negara pelopor utama dalam melaksanakan sistem perbankan


syariah secara nasional adalah Pakistan. Pemerintah Pakistan mengkonversi
seluruh sistem perbankan di negaranya pada tahun 1985 menjadi sistem
perbankan syariah. Sebelumnya pada tahun 1979 beberapa institusi keuangan
terbesar di Pakistan telah menghapus sistem bunga dan mulai tahun itu juga
pemerintah Pakistan mensosialisasikan pinjaman tanpa bunga, terutama kepada
petani dan nelayan. Kehadiran bank syariah di Indonesia masih relatif baru, yaitu
berawal dari tahun 1990-an, meskipun masyarakat Indonesia merupakan
masyarakat Muslim terbesar di dunia. Prakarsa untuk mendirikan Bank Syariah di
Indonesia dilakukan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada 18-20 Agustus
1990.  Namun, diskusi tentang Bank Syariah sebagai basisi ekonomi Islam sudah
mulai dilakukan pada awal tahun 1980. Bank Syariah pertama di Indonesia
merupakan hasil kerja tim perbankan MUI, yaitu dengan dibentuknya PT Bank
Muamalat Indonesia (BMI) yang akte pendiriannya ditandatangani tanggal 1
November 1991. Bank ini ternyata berkembang cukup pesatn sehingga saat ini
BMI sudah memiliki puluhan cabang yang terbesar di beberapa kota besar seperti
Jakarta, Surabaya, Bandung, Makassar dan kota lainnya.

Dalam perkembangan selanjutnya kehadairan Bank Syariah di Indonesia


khususnya cukup menggembirakan. Di samping BMI, saat ini juga telah lahir
Bank Syariah milik pemerintah seperti Bank Syariah Mandiri (BSM). Kemudian
berikutnya berdiri Bank Syariah sebagai cabang dari bank konvensional yang
sudah ada, seperti Bank BNI, Bank IFI, dan Bank Jabar. Bank-bank Syariah lain
yang direncanakan akan membuka cabang adalah BRI, Bank Niaga dan Bank
Bukopin. Kehadiran Bank Syariah ternyata tidak hanya dilaksanakan oleh
masyarakat Muslim, tetapi juga bank milik non-Muslim. Saat ini Bank Islam
sudah tersebar diberbagai negara-negara Muslim dan non-Muslim, baik di Benua
Amerika, Australia dan Eropa. Bahkan banyak perusahaan keuangan dunia seperti
ANZ, Chase Chemical Bank dan Citibank telah membuka cabang yang
berdasarkan syariah.

Tonggak sejarah yang sangat penting untuk mencapai cita-cita umat


muslim dalam perekonomian Islam adalah dengan dibentuknya Bank
Pembangunan Islam /IDB (Islamic Development Bank), berdasarkan Deklarasi
yang dikeluarkan oleh Konferensi Menteri Keuangan kalangan Negara Islam,
yang tergabung dalam OKI, yang diselenggarakan di Jeddah, pada tahun 1973,
dan resmi dibuka pada tanggal 20 Oktober 1975.
Setelah berdiri, IDB juga membantu mendirikan bank-bank Islam
diberbagai negara. Untuk pengembangan system ekonomi Syariah, institute ini
membangunsebuah institute riset danpelatihan untuk pengembangan penelitian
dan pelatihan ekonomi Islam, baik dalam bidang perbankan maupun keuangan
secara umum. Lembaga ini disingkat IRTI ( Islamic Reserc Training Institute).
Di Indonesia, pendirian bank syariah, sudah lama dicita-citakan oleh umat Islam,
hal ini terungkap dalam keputusan Majelis Tarjih Muhammadiyah yang diadakan
di Sidoarjo, Jawa Timur pada tahun 1968, dalam poin no 4 diputuskan, Majelis
Tarjih menyarankan kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk
mengusahakan terwujudnya konsepsi system perekonomian, khususnya lembaga
perbankan yang sesuai dengan kaidah Islam.

Kedudukan bank syariah dalam system perbankan Nasional terbuka


setelah dikeluarnya UU No.7 tahun 1992 tentang perbankan.dalam pasal 13 (c)
Undang-undang tersebut menyatakan bahwa salah satu usaha  Bank Perkreditan
Rakyat, menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil,
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh peraturan pemerintah.

2.2 Peran Perbankan Syari'ah  

Perbankan syariah di Indonesia memiliki peran sangat dalam kegiatan


operasional yang dimulai sejak tahun 1992 melalui pendirian PT. Bank Muamalat
Indonesia Tbk. (PT. BMI) atau 4 tahun setelah deregulasi Pakto 88.
Perkembangan perbankan syari'ah berjalan lebih lambat dibandingkan dengan
bank konvensional. Hingga kini masih ada 10 bank syari'ah dan 80 BPRS. Dalam
sistem perbankan konvensional, selain berperan sebagai jembatan antara pemilik
dan dunia usaha, perbankan juga menjadi pembatas  antar keduanya dikarenakan
tidak adanya transferability risk dan return. Berbeda halnya dengan sistem
perbankan syari'ah dimana perbankan syari'ah menjadi manajer investasi atau
pemegang amanat (custadion) pemilik dana atas investasi di sektor riil. Dengan
demikian, seluruh resiko dan keberhasilan dunia usaha atau pertumbuhan ekonomi
secara langsung didistribusikan kepada pemilik dana hingga tercipta suasana yang
harmoni.

Skema produk perbankan syari'ah secara alamiah merujuk kepada dua


kategori kegiatan yakni produksi dan distribusi. Kategori pertama difasilitasi
melalui skema profit sharing (mudharabah) dan partnership (musyarakah) dan
sewa menyewa (iajarah).

  Berikut ini adalah peranan perbankan syariah dalam perekonomian di


Indonesia

 Penyedia Jasa Keuangan

Kita sudah mengetahui bahwa bank syari'ah memiliki syarat dan akad
yang berbeda dengan bank konvensional. Tetapi hal tersebut tidak tentu saja tidak
menghalangi bank syariah dalam menyediakan jasa keuangan. Justru, jasa yang
disediakan oleh bank syariah ini lebih diminati oleh masyarakat karena lebih
menguntungkan. Bank syariah juga mendorong kebersamaan antara bank dan
nasabahnya dalam menghadapi resiko usaha dan membagi kerugian atau
keuntungan secara adil.

 Tidak Terpengaruh dengan Krisis Moneter

Bank syari'ah bersifat mandiri dan tidak terpengaruh secara langsung oleh
gejolak moneter. Jadi kita tidak perlu khawatir ketika menggunakan bank syari'ah.
Hal tersebut bisa terjadi, karena kegiatan operasinal bank syariah tidak
menggunakan konsep bunag (riba).
 Pelaksana Kegiatan Sosial

Bank syari'ah menyediakan pinjaman murah bebas biaya, al-qadul hasan,


yang disimpan ada rekening umat atas nama bait al-tanwil, yayasan-yayasan,
BAZIS, masjid dan lainnya. Dimana dana tersebut dikumpulkan dari zakat, infaq,
dan sadakah sebelum disalurkan kepada yang berhak menerimanya. Selain itu,
keberadaan unsur-unsur yang dialarang oleh hukum syari'ah akan ikut
terendapkan dalam proses perbankan dan akan dikumpulkan pada periode
tertentu, lalu disumbangkan untuk kegiatan sosial.

 Pemacu Kemajuan Usaha Ekonomi

Kemudahan yang diatawarkan oleh bank syari'ah menjadi pemacu bagi


masyarakat Indonesia yang memiliki niat untuk berusaha. Bank syari'ah tidak
akan membebani nasabah dengan biaya-biaya tetap yang berada di luar
jangkaunnya, kareana menggunakan akad al- mudharabah. Nasabah hanya
diwajibkan membagi hasil usahanya sesuai dengan perjanjian yang telah
ditetapkan sebelumnya.

 Kesejahteraan dan Keadilan Ekonomi

Bank syari'ah mengedepankan keadilan, kesejahteraan dan kesetaraan


ekonomi. Berbeda dengan bank konvensional, dimana laba yang diambil
memberatkan pihak dengan ekonomi yang lemah. Investasi yang dilakukkan di
bank syariah bergantung kepada tinggi atau rendahnya tingkat bunga karena tidak
ada biaya bunga pinjamna yang harus diperhitungkan. (Peran perbankan Syariah
Dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat 2016 karangan
Ikhwanudin Harahap).
Bank sangat penting berperan untuk mendorong pertumbuhan
perekonomian suatu bangsa karena bank adalah:
a. Pengumpulan dana dari SSU dan penyalur kredit kepada DSU,
b. Tempat menabung yang efektif dan produktif bagi masyarakat,
c. Pelaksana dan memperlancar lalu lintas pembayaran dengan aman, praktis,
dan ekonomis,
d. Penjamin penyelesaian perdagangan dengan menerbitkan L/C,
e. Penjamin penyelesaian proyek dengan menerbitkan bank garansi.

Drs. Mohammad Hatta mengemukakan bahwa bank adalah sendi


kemajuan masyarakat dan sekiranya tidak ada bank maka tidak akan ada
kemajuan seperti saat ini. Negara yang tidak mempunyai banyak bank yang baik
dan benar adalah negara yang terbelakang. Perusahaan saat ini diharuskan
memanfaatkan jasa-jasa perbankan dalam kegiatan usahanya jika ingin maju.
Kegiatan operasional perbankan syariah di Indonesia dimulai pada tahun
1992 melalui pendirian PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. (PT.BMI) atau 4
tahun setelah deregulasi Pakto 88. Perkembangan perbankan syariah berjalan
lebih lambat dibandingkan dengan bank konvensional. Hingga kini, telah terdapat
10 Bank Umum Syariah dan 80 BPRS. Operasional perbankan syariah didasarkan
pada Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang Perbankan yang kemudian
diperbaharui dalam Undang-Undang No.8 tahun 1998. Pertimbangan perubhan
Undang-Undang tersebut dilakukan untuk mengantisipasi tantangan system
keuangan yang semakin maju dan kompleks dan mempersiapkan infrastruktur
memasuki era globalisasi. Jadi, adopsi perbankan syariah dalam system perbankan
nasional bukanlah semata-mata mengakomodasi kepentingan penduduk Indonesia
yang kebetulan sebagian besar muslim. Namun lebih kepada adanya faktor
keunggulan atau manfaat lebih dari perbankan syariah dalam mnjembatani
ekonomi.

Dalam sistem perbankan nasional, selain berperan sebagai jembatan antara


pemilik dana dan dunia usaha, perbankan juga masih menjadi penyekat antara
keduanya karena tidak adanya transferability risk dan return. Tidak demikian
halnya system perbankan syariah dimana perbankan syariah menjadi manajer
investasi, wakil atau pemegang amanat (custadion) dari pemilik dana atas
investasi di sektor riil. Dengan demikian, seluruh keberhasilan dan risiko dunia
usaha atau pertumbuhan ekonomi secara langsung didistribusikan kepada pemilik
dana sehingga menciptakan suasana harmoni. Dalam konteks makro,modus ini
menghindarkan terjadinya gap antara sumber dana dengan investasi (saving-
investment gap) sehingga menciptakan landasan peumbuhan yang kuat. Skema
produk perbankan syariah secara alamiah merujuk kepada dua kategori kegiatan
ekonomi yakni produksi dan distribusi. Kategori pertama difasilitasi melalui
skema profit sharing (mudharabah) dan partnership (musyarakah), sedangkan
kegiatan distribusi manfaat hasil-hasil produk dilakukan melalui skema jual-
beli (murabahah) dan sewa-menyewa (ijarah). Berdasarkan nature tersebut maka
kegiatan keuangan syariah dapat dikategorikan sebagai investment
banking dan merchant/commercial banking.

2.3 Posisi Bank Syariah Dalam Bidang Investasi dan Komersial

Beberapa kegiatan investasi yang dapat dikembangkan dari perbankan syariah


adalah, dengan :

1.      Menumbuhkan kegiatan produksi masal berskala kecil dan menengah


khususnya di sektor agro industry melalui skema pembiayaan lunak seperti
kemitraan (mudharabah dan musyarakah).
 Mendukung strategi pengembangan ekonomi regional,
 Memfasilitasi segmen pasar yang belum terjangkau atau tidak berminat
dengan bankkonvensional,
 Memfasilitasi distribusi utilitas barang-barang modal untuk kegiatan
produksi melalui skema sewa menyewa.
2.      Sedangkan dalam kegiatan komersial, perbankan syariah dapat mengambil
posisi dalam kegiatan seperti :
 Mendukung pengadaan faktor-faktor produksi,
 Mendukung perdagangan antar daerah dan ekspor,
 Mendukung penjualan hasil-hasil produk kepada masyarakat

Peranan perbankan syariah dalam perekonomian relatif masih sangat kecil


dengan pelaku tunggal. Beberapa kendala pengembangan perbankan syariah
selama ini adalah :
a. Peraturan perbankan yang berlaku belum sepenuhnya mengakomodir
operasional bank syariah,
b. Pemahaman masyarakat yang belum tepat terhadap kegiatan operasional
bank syariah. Hal ini disebabkan oleh pandangan yang belum tegas
mengenai bunga dari para ulama, dan kurangnya perhatian ulama atas
kegiatan ekonomi,
c. Frekuensi sosialisasi belum dilakukan secara optimal,
d. Jaringan kantor bank syariah yang masih terbatas,
e. Sumber daya manusia yang memiliki keahlian mengenai bank syariah
masih terbatas,
f. Persaingan produk perbankan konvensional yang ketat dan jor-joran
mempersulit bank syariah segmen pasar.
g. Strategi pengembangan perbankan syariah diarahkan untuk meningkatkan
kompetensi usaha yang sejajar dengan system perbankan konvesional dan
dilakukan secara komprehensif dengan mengacu pada analisis kekuatan
dan kelemahan perbankan syariah. Upaya pemerintah untuk
merealisasikan hal tersebut ditempuh melalui 4 langkah utama :
a. Penyempurnaan ketentuan,
b. Pengembangan jaringan bank syariah,
c. Pengembangan piranti moneter,
d. Pelaksanaan kegiatan sosialisasi perbankan syariah.
Adapun fungsi utama bank syariah yaitu menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk titipan dan investasi, menyalurkan dana kepada
masyarakat yang membutuhkan dana dari bank, dan juga memberikan pelayanan
dalam bentuk jasa perbankan syariah.

1)      Penghimpunan Dana Masyarakat


Fungsi bank syariah yang pertama yaitu menghimpun dana dari masyaraka
yang kelebihan dana. Bank syariah menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk titipan dengan menggunakan akad al-Wadiah dan dalam bentuk investasi
dengan menggunakan akad al-Mudharabah.

2)      Penyaluran Dana Kepada Masyarakat


Fungsi bank syariah yang kedua yaitu menyalurkan dana kepada
masyarakat yang membutuhkan (user of fund). Masyarakat dapat memperoleh
pembiayaan dari bank syariah asalkan dapat memenuhi semua kebutuhan dan
persyaratan yang berlaku. Menyalurkan dana merupakan aktivitas yang sangat
penting bagi bank syariah. Bank syariah akan memperoleh return atas dana yang
disalurkan. Return atau pendapatan yang diperoleh bank atas penyaluran dana ini
tergantung pada akadnya.

3)      Pelayanan Jasa Bank


Bank syariah, di samping menghimpun dana dan menyalurkan dana
kepada masyarakat, juga memberikan pelayanan jasa perbankan. Pelayanan jasa
bank syariah ini diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam
menjalankan aktifitasnya pelayanan jasa kepada nasabah merupakan fungsi bank
syariah yang ketiga. Berbagai jenis produk pelayanan jasa yang dapat diberikan
oleh bank syariah antara lain jasa pengiriman uang (transfer), pemindahbukuan,
penagihan surat berharga, kliring, letter of credit, inkaso, garansi bank, dan
pelayanan jasa bank lainnya.
Secara khusus peranan bank syari’ah secara nyata dapat terwujud dalam aspek-
aspek berikut :
a)      Menjadi perekat nasionalisme baru, artinya bank syariah dapat
menjadi fasilitator aktif bagi terbentuknya jaringan usaha ekonomi
kerakyatan. Di samping itu, bank syariah perlu mencontoh keberhasilan
Sarekat Dagang Islam, kemudian ditarik keberhasilannya untuk masa kini
(nasionalis, demokratis, religious, ekonomis).
b)      Memberdayakan ekonomi umat dan beroperasi secara transparan.
Artinya, pengelolaan bank syariah harus didasarkan pada visi ekonomi
kerakyatan, dan upaya ini terwujud jika ada mekanisme operasi yang
transparan.
c)      Memberikan return yang lebih baik. Artinya investasi di bank
syariah tidak memberikan janji yang pasti mengenai return (keuntungan)
yang diberikan kepada investor. Oleh karena itu, bank syariah harus
mampu memberikan return yang lebih baik dibandingkan dengan bank
konvensional. Di samping itu, nasabah pembiayaan akan memberikan bagi
hasil sesuai dengan keuntungan yang diperolehnya. Oleh karena itu,
pengusaha harus bersedia memberikan keuntungan yang tinggi kepada
bank syariah.
d)     Mendorong penurunan spekulasi di pasar keuangan. Artinya bank
syariah mendorong terjadinya transaksi produktif dari dana masyarakat.
Dengan demikian, spekulasi dapat ditekan.
e)      Mendorong pemerataan pendapatan. Artinya, bank syariah bukan
hanya mengumpulkan dana pihak ketiga, namun dapat mengumpulkan
dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah(ZIS). Dana ZIS dapat disalurkan melalui
pembiayaan Qardul Hasan, sehingga dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi. Pada akhirnya terjadi pemerataan ekonomi.
f)       Peningkatan efisiensi mobilisasi dana. Artinya, adanya produk al-
mudharabah al-muqayyadah, berarti terjadi kebebasan bank untuk
melakukan investasi atas dana yang diserahkan oleh investor, maka bank
syariah sebagai financial arranger, bank memperoleh komisi atau bagi
hasil, bukan karena spread bunga.
g)      Uswah hasanah implementasi moral dalam penyelenggaraan usaha
bank. Salah satu sebab terjadinya krisis adalah adanya Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (KKN). Bank syariah karena sifatnya sebagai bank berdasarkan
prinsip syariah wajib memosisikan diri sebagai uswatun hasanah dalam
implementasi moral dan etika bisnis yang benar atau melaksanakan etika
dan moral agama dalam aktivitas ekonomi.
BAB III
PENUTUP

Dari pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perbankan


syariah yaitu suatu perbankan yang beroperasi dengan menggunakan peraturan
Qur’an dan Hadis yaitu menghindari riba dalam operasinya. Sedangkan masalah
ekonomi diperlukan perencanaan yang komprehensif dan integral atas system
produksi dan distribusi terhadap pemenuhan kebutuhan primer seperti persoalan
sandang, pangan, dan papan.
Hingga saat ini Indonesia belum mampu mengatasi persoalan mendasar
tersebut.realitas menunjukkan bahwa lebih 50% produksi beras domestic
dihasilkan di pulau Jawa, pada tahun 1980-an. Sementara ketersediaan lahan di
pulau Jawa mengalami penciutan terus-menerus karena himpitan industrialisasi
dan pembangunan pemukiman. Di sisi lain, tanah di luar Jawa cocok untuk
persawahan sehingga memerlukan biaya produksi yang lebih tinggi lagi.
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Muhamad. 2003. Bank Syari'ah analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan


ancaman. Yogyakarta: Ekonisia.

Arifin, Zainul. 2000. Memahami Bank Syari'ah. Jakarta Selatan: AlvaBet.

Syafi'i, Muhammad. 2001. Bank Syari'ah dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema
Insani Press

Kamir. 2014. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: PT. RajaGafindo Persada.

https://eksyar2stainwtp.blogspot.com/2017/01/peranan-perbankan-syariah-
dan.html

Anda mungkin juga menyukai