Anda di halaman 1dari 13

TUGA RESUME BUKU

“PENGANTAR PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA”

Mata Kuliah Manajemen Keuangan Bank Syariah

Dosen Pengampuh: Wahyi Busyro, S.E.I, M.E

Oleh:

Salman Hazihis (220801035)

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS STUDI ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah AWT. Karena atas
rahmat dan karunianya , saya dapat menyelesaikan tugas resume buku
Yang berjudul “Pengantar Perbankan Syarih di Indonesia” dengan baik.

Saya mengucapkan terima kasih sebsesar-besarnya kepada ibu


Wahyi Busyro, S.E.I, M.E. selaku dosen mata kuliah manajemen
operasional bank syariah. Yang sudah memberikan kepercayaan kepada
saya untuk menyelesaikan tugas ini.

Saya menyadari bahwa tulisan ini pasti banyak kekurangan dan


jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan
saran sabagai bahan evaluasi saya demi pembuatan tugas yang lebih
lanjut, mengingat bahwa kritik dan saran merupakan hal-hal yang
penting untuk membuat sesuatu yang lebih sempurna dari sebelumnya.

Mudah-mudahan tulisan yang saya buat ini dapat memberikan


manfaat bagi para pembaca sekalian. Saya mohon maaf apabila
terdapat kalimat yang kurang berkenan dalam penulisan ini.

Pekanbaru, 12 Maret 2023

Salman Hazihis
RESUME
Identitas Buku:

1.Judul : PENGANTAR PERBANKAN SYARIAH DI

INDONESIA

2.Penulis : Devid Frastiawan Amir Sup

3.Penerbit : UNIDA Gontor Press

Kampus Universitas Darussalam Gontor

4.Tahun Terbit : Maret 2022

5.Tebal : 220 halaman 16 cm x 23 cm

Identitas Resentator:

1. Nama : Salman Hazihis


2. Nim : 220801035
3. Instansi : Universitas Muhammadiyah Riau
4. Program Studi : Perbankan Syariah
5. Telp : 0857 0850 7614

BAB 1
SEJARAH PERBANKAN
SYARIAH DI INDONESIA

Pengaturan tentang perbankan di Indonesia sudah dimulai sejak


zaman penjajahan Belanda, baik dalam bentuk undang – undang (wet)
maupun surat – surat resmi dari pihak pemerintah. Regulasi secara
sistematis dimulai pada tahun 1967 dengan dikeluarkannya Undang –
undang No. 14 tahun 1967 tentang Pokok – Pokok Perbankan. Disisi lain,
perkembangan perbankan di Indonesia juga tidak terlepas dari
penerapan strategi pembangunan ekonomi Indonesia yang terdapat
Trilogi Pembangunan, meliputi stabilitas nasional yang dinamis,
pertumbuhan ekonomi tinggi, serta pemerataan pembangunan dan
hasil – hasilnya. Pencanangan Trilogi pembangunan ini dalam
pelaksanaannya memunculkan berbagai kebijakan pemerintah baik di
bidang ekonomi maupun politik, yang pada akhirnya dapat dijadikan
landasan untuk lahirnya perbankan syariah di Indonesia.

A.Kondisi Perbankan Pra Kemerdekaan Indonesia

Kemunculan institusi perbankan di Indonesia tidak terlepas dari


sejarah colonial Belanda melalui Vereenigde Oostindische Compagnie
(VOC) di Indonesia.

1
Dalam upaya mempermudah aktivitas perdagangan VOC, pada tahun
1746 didirikan De Bank van Leening, yang kemudian dilebur ke dalam De
Bankcourant pada tahun 1752 dan berubah menjadi De Bankcourant en
Bank van Leening, namun pada akhirnya ditutup karena bangkrut akibat
tidak dapat beroperasi dengan baik.

B. Kondisi Perbankan Pasca Kemerdekaan Indonesia

Dalam masa penjajahan Belanda, telah terdapat sejumlah bank yang


berasal dari negeri Belanda, dari negara – negara asing lain, dan bank –
bank lokal, Pasca menyerahnya pemerintah Hindia Belanda kepada
Jepang pada tanggal 17 Maret 1942, semua bank yang beroperasi pada
waktu itu dilikuidasi oleh tentara penduduk Jepang.

Setelah masa penduduk Jepang berakhir, secara de facto wilayah


kekuasaan di Indonesia terpecah menjadi 2. Adanya dua wilayah de
facto tersebut berpengaruh terhadap kehidupan perbankan di masing –
masing wilayah yang bersangkutan.

Sejak saat itu di Indonesia terdapat tiga kelompok bank, yaitu kelompok
bank pemerintah (didirikan oleh pemerintah dengan undang – undang),
kelompok bank swasta nasional (bank – bank yang didirikan oleh
penduduk Indonesia), serta kelompok bank asing (bank – bank yang
dimiliki oleh bukan penduduk Indonesia dan cabang bank asing).

2
C. Tujuh Paket Kebijakan Deregulasi Bank Indonesia

Menginjak awal tahun 1980-an, perekonomian Indonesia mengalami


tantangan yang sangat berat sebagai dampak dari resesi dunia dan
perkembangan harga minyak bumi yang tidak menguntungkan. Sejalan
dengan kebijakan pemerintah, untuk melakukan deregulasi dan
debirokratisasi, Bank Indonesia mengambil berbagai inisiatif untuk
menunjang kebijakan dasar tersebut. Dalam pelaksanaannya, inisiatif –
inisiatif tersebut dituangkan dalam berbagai paket kebijakan dasar
tersebut dituangkan dalam berbagai paket kebijakan yang dikeluarkan
secara bertahap.

1. Paket Kebijakan 1 Juni 1983 (Pakjun 1983)


2. Paket Kebijakan 27 Oktober 1988 (Pakto 1988)
3. Paket Kebijakan 25 Maret 1989 (Pakmar 1989)
4. Paket Kebijakan 1 Desember 1989 (Pakdes 1989)
5. Paket Kebijakan 29 Januari 1990 (Pakjan 1990)
6. Paket Kebijakan 28 Februari 1991 (Pakfeb 1991)
7. Paket Kebijakan 29 Mei 1993 (Pakmei 1993)

D. Konsep dan Aktualisasi Perbankan Syariah di


Beberapa Negara

Dalam sejarah perekonomian umat Islam, sejak masa

3
Rasulullah Saw. Hingga para khalifah, praktik-praktik kegiatan ekonomi
yang terkait dengan fungsi bank syariah dengan fungsi perbankan sudah
dilakukan, seperti:

1. Menerima deposit
2. Manyalurkan dana
3. Transfer dana
4. Cek
5. Modal kerja berbasis bagi hasil (mudharabah, muzara’ah.
Musaqah)
6. Ahli mata uang
7. Kliring

Ide pembentukan bank syariah bermula dari adanya perintah


larangan riba di dalam agama samawi. Pada akhirnya memunculkan
beberapa rintisan lembaga keuangan berbasis syariah, diantaranya:

1. Tahun 190-an, upaya pengelolaan dana jamaah haji secara non


konvensional di Pakistan dan Malaysia.
2. Tahun 1962, Pemerintah Malaysia mendirikan Pilgrim’s
Management Fund untuk membantu calon jamaah haji dalam
menabung dan memperoleh keuntungan.
3. Tahun 1963. Didirikan Mit Ghamr Bank di Mesir
4. Tahun 1970, Sidang Menteri Luar Negeri yang di selenggarakan
oleh Organisasi Konferensi Islam di Karachi, Pakistan.

4
5. Tahun 1971, Nasir Social didirikan di Mesir dan mendelekrasikan
diri sebagai bank komersial bebas bunga.
6. Tahun 1975, Sidang Menteri OKI di Jeddah menyetujui pendirian
Islamic Development Bank (IDB).
7. Sejak pertengahan 1970-an perkembangan perbankan syariah
telah meluas di beberapa negara.
8. Tahun 1979, beberapa institusi keuangan terbesar di Pakistan
telah menghapus bunga.
9. Tahun 1983, The Islamic Bank International of Denmark tercatat
sebagai bank syariah pertama di Indonesia.
10.Tahun 1983, didirikan Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB) yang
pertama merupakan bank syariah pertama di Asia Tenggara.
11.Tahun 1983, didirikan Faisal Islamic Bank of Kibris di Siprus.
12.Tahun 1984, pemerintah Turki memberikan izin kepada Daar al-
maal al-Islami (DMI).
13.Tahun 1984, didirikan Faisal Instution di Turki.
14.Tahun 1985, Pemerintah Pakistan mengkorversi seluruh system
perbankan di negaranya menjadi system perbankan syariah.
15.Tahun 1991, didirikan Badr Forte Bank di Rusia
16.Tahun 1991, didirikan Badr Muamalat Indonesia (BMI) di
Indonesia yang mulai beroperasi pada tahun 1992.
17. Untuk mempercepat penguatan infrastruktur dan system
keuangan Islam secara internasional didirikan tujuh lembaga,
yaitu:
a. Accounting and Auditing Organization for Islamic
Financial Instutions (AAOIFI).
b. Islamic Financial Services Board (IFSB).
c. International Islamic Financial Market (IIFM).
d. Liquidity Management Center (LMC).
5
e. Islamic International Rating Agency (IIRA).
f. General Council of Islamic Banks and Financial Instutions
(GCIBFI).
g. Arbtration and Reconciliation Centre for Islamic Financial
Instution (ARCIFI).

E. Cikal Perbankan Syariah di Indonesia dan


Perkembangannya

Dalam lintas sejarah Indonesia sebagai negara yang juga


mengadopsi system ekonomi kapilitas, ternyata turut merasakan imbas
dari carut-marutnya perekonomian di dunia. Tercatat terdapat masa –
masa krisis yang berulang, yaitu di tahun 1930, 1970, 1980, 1997, dan
2008, yang nyata membuktikan bahwa system ekonomi tersebut belum
mampu untuk menjawab atau menjadi solusi atas permasalahan–
permasalahan ekonomi dan juga kemanusiaan, Dalam perjalanannya,
kemudian Indonesia perlahan mulai menyadari untuk menggunakan
system ekonomi Islam yang sebenarnya sudah lebih dulu eksis di dalam
kehidupan masyarakat, upaya tersebut dimulai dalam bidang perbankan
yang berbasis syariah.

Untuk mendirikan bank syariah di Indonesia juga dibicarakan pada


seminar nasional tentang Hubungan Indonesia – Timur Tengah pada
1974 dan pada tahun 1976.

6
dalam seminar internasional yang diselenggarakan oleh Lembaga Studi
Ilmu-ilmu Kemasyarakatan (LSIK) dan Yayasan Bhineka Tunggal Ika.
Gagasan tersebut dalam realisasinya mengalami hambatan, karena
terdapat beberapa persoalan sehingga pada akhirnya belum dapat
diwujudkan.

Pendirian bank syariah di Indonesia berawal dari lokakarya “Bunga


Bank dan Perbankan” pada tanggal 18-20 Agustus 1990 di Cisarua,
Bogor, Jawa Barat. Hasil lokakarya itu dibahas lebih mendalam pada
Musyawarah Nasional IV Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang
berlangsung di Hotel Sahid Jaya Jakarta, 22-25 Agustus 1990.

Berdasarkan hasil Musyawarah Nasional IV tersebut, Majelis Ulama


Indonesia (MUI) membentuk Tim Steering Committee, yang bertugas
mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan berdirinya bank
syariah di Indonesia.

Dengan dukungan pemerintah dan masyarakat, pada tanggal 1


November 1991, PT Bank Muamalat Indonesia (BMI) didirikan dan
beroperasi pada tanggal 1 Mei 1992. Kemudian diikuti BPRS Bangun
Drajad Warga dan BPRS Margi Rizki Bahagia, Keduanya berada di
Yogyakarta. Hal ini juga semakin diperkuat dengan keluarnya Undang-
undang No. 7 Tahun 1992 yang dilanjutkan dengan Peraturan
Pemerintah No. 72 Tahun 1992.

7
Sebagai bank syariah pertama di Indonesia, tidak terdapat
perkembangan yang signifikan dari BMI sampai pada akhir tahun 1997
ketika krisis ekonomi menghantam Indonesia sebagai bagian dari krisis
Asia Tenggara. Terjadinya Krisis ini juga memberikan sebuah pelajaran
yang sangat mendasar bagi system perbankan di Indonesia.

Dalam system perbankan, peranan bank yang menyelenggarakan


usaha berdasarkan prinsip syariah ditingkatkan untuk menampung
aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Aspek penyelanggara usaha bank
berdasarkan usaha bank berdasarkan prinsip syariah lebih ditonjolkan
baik dari segi defenisi maupun pengaturan lainnya. Undang-undang No.
10 Tahun 1998 memberi kesempatan yang seluas-luasnya bagi
masyarakat untuk mendirikan bank yang mentelenggarakan kegiatan
usaha pemberian kesempatan kepada bank umum untuk membuka
kantor cabang yang khusus melakukan kegiatan berdasarkan prinsip
syariah.

Bank Umum diperbolehkan menjalankan dual Banking sytem, yaitu


beroperasi secara konvensional dan syariah sekaligus.

Selanjutnya Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank


Indonesia No. 10/32/PBI/2008 tentang Komite Perbankan Syariah.
Komite ini dibentuk dalam rangka menyusun peraturan Bank Indonesia
di Bidang Perbankan Syariah. Tujuan Pembentukannya adalah untuk
membantu Bank Indonesia dalam Mengimplementasikan fatwa MUI dan
mengembankan perbankan syariah. Sedangkan tugasnya adalah
membantu Bank Indonesia dalam menafsirkan fatwa MUI yang terkait

8
Dengan perbankan syariah, memberikan masukan dalam rangka
implementasi fatwa ke dalam peraturan Bank Indonesia, dan melakukan
pengembangan industri perbankan syariah.

Pada 1 Februari 2021 (19 jumadil Akhir 1442 H) menjadi penanda


sejarah bergabungnya Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, dan Bri Syariah
Menjadi satu entitas yaitu PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI).

Anda mungkin juga menyukai