Kelompok 1
1.Dita Amaliyah 33020190010
2.Wahyu Khoirurrohman 33020190012
3.Annisa Febriani 33020190017
4.Alfi Kiki Fatmala 33020190028
5.Zakiyatuz Zahro A 33020190039
6.Rahma Fajaryani 33020190041
7.Wahyu Bunga Lestari 33020190042
1
Sudin Haron, “Islamic Banking: Rules and Regulations”, Pelantuk Publications, Petaling Jaya,1997, hlm.3.
pada tahun 1963, dengan berdirinya Mit Ghamr Local Saving Bank. Bank ini mendapat
sambutan yang cukup hangat di Mesir, terutama dari kalangan petani dan masyarakat
pedesaan. Jumlah deposan bank ini meningkat luar biasa dari 17,560 di tahun pertama
(1963/1964) menjadi 251,152 pada 1966/1967. Jumlah tabungan pun meningkat drastis
dari LE40,944 di akhir tahun pertama (1963/1964) menjadi LE1,828,375 di akhir
periode 1966/1967. Namun, karena terjadi kekacauan politik di Mesir maka Mit Ghamr
mulai mengalami kemunduran/backward bending, sehingga operasionalnya diambil
alih oleh National Bank of Egypt dan bank sentral Mesir pada 1967. Pengambilalihan
ini menyebabkan prinsip non bunga pada Mit Ghamr mulai ditinggalkan, sehingga bank
ini kembali beroperasi berdasarkan bunga. Pada 1971 akhirnya konsep non bunga
kembali dibangkitkan pada masa rezim Presiden Anwar Sadat melalui pendirian Nasser
Social Bank. Tujuan bank ini adalah untuk menjalankan kembali bisnis yang
berdasarkan konsep yang telah dipraktekkan oleh Mit Ghamr. 2 Kesuksesan Mit Ghamr
ini memberi inspirasi bagi umat muslim di seluruh dunia, sehingga timbullah kesadaran
bahwa prinsip-prinsip Islam ternyata masih dapat diaplikasikan dalam bisnis modern.
Kemudian Bank Islam pertama yang bersifat swasta adalah Dubai Islamic Bank, yang
didirikan pada tahun 1975 oleh sekelompok usahawan muslim dari berbagai negara.
Pada tahun 1977 berdiri dua bank Islam dengan nama Faysal Islamic Bank di Mesir
dan Sudan, serta pada tahun yang sama di Kuwait didirikan Kuwait Finance House. 3
Perkembangan perbankan syariah secara internasional dimulai dengan adanya
Sidang Menteri Luar Negeri yang diselenggarakan oleh Organisasi Konferensi Islam
(OKI) di Karachi,Pakistan pada Desember 1970. Mesir mengajukan sebuah proposal
pendirian bank syariah internasional untuk perdagangan dan pengembangan
(International Islamic Bank fot Trade and Development), serta proposal pendirian
Federasi Bank Islam (Federation of Islamic Banks). Isi dari proposaltersebut intinya
adalah mengusulkan bahwa sistem keuangan berdasarkan bunga harus digantikan
dengan suatu sistem kerja sama dengan skema bagi hasil atas keuntungan maupun
kerugian. Setelah mendapatkan pembahasan dari delapan belas negara islam, akhirnya
proposal tersebut diterima. Sidang menyetujui rencana mendirikan Bank Islam
Internasional dan Federasi Bnak Islam. Baru pada tahun 1975 Sidang Menteri
2
Abdul Muhith, “Sejarah Perbankan Syariah”, Attanwir, Jurnal Kajian Keislaman dan Pendidikan, Vol 01:02,
September 2012, hlm.75.
3
Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,2019),
hlm.25
Keuangan OKI di Jeddah, menyetujui pendirian Islamic Development Bank (IDB)
dengan modal awal 2 miliar dinar islam atau ekuivalen 2 miliar SDR (Special Drawing
Right), semua anggota OKI menjadi anggota IDB. 4
Pada tahun-tahun awal beroperasinya, IDB mengalami banyak hambatan karena
masalah politik. Meskipun demikian, jumlah anggotanya semakin meningkat, dari 22
menjadi43 negara. IDB juga terbukti mampu memeinkan peran yang sangat penting
dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan negara islam untuk pembangunan. Bank ini
juga memberikan pinjaman bebas bunga untuk proyek infrastruktur dan pembiayaan
kepada negara anggaota berdasarkan partisipasi modal negara tersebut. Dana yang
tidak dibutuhkan segera digunakan bagi perdagangan luar negeri jangka panjang
dengan menggunakan sistem murabahah dan ijarah. 5 Untuk membantu mendirikan
bank-bank islam di berbagai negara, maka IDB mendirikan sebuah riset dan pelatihan
untuk pengenbangan penelitian dan pelatihan ekonomi islam, baik dalam perbankan
maupun keuangan secara umum. Lembaga ini dikenal dengan Islamic Research and
Training Institute (IRTI).6
Pada perkembangan selanjutnya di era 1970-an, usaha-usaha untuk mendirikan
bank Islam mulai menyebar ke banyak negara. Beberapa negara seperti Pakistan, Iran
dan Sudan, bahkan mengubah seluruh sistem keuangan di negara itu menjadi sistem
non bunga, sehingga semua lembaga keuangan di negara tersebut beroperasi tanpa
menggunakan bunga. Secara garis besar lembaga-lembaga perbankan islam yang
bermunculan itu dapat dikategorikan kedalam dua jenis yaitu sebagai Bank Islam
Komersial dan lembaga investasi dengan bentuk international holding companies. Di
negara Islam lainnya seperti Malaysia dan Indonesia, bank non bunga beroperasi
berdampingan dengan bank-bank konvensional. Sekarang ini, perbankan syariah telah
mengalami perkembangan yang cukup pesat dan menyebar ke banyak negara, bahkan
ke negara-negara Barat. The Islamic Bank International of Denmark tercatat sebagai
bank syariah pertama yang beroperasi di Eropa, yakni pada tahun 1983 di Denmark 7.
Kini, bank-bank besar dari negara-negara Barat seperti Citibank, ANZ Bank, Chase
4
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press,2001),hlm.19
5
Ibid, hlm.21.
6
Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,2019),
hlm.26.
7
Abdul Muhith, “Sejarah Perbankan Syariah”, Attanwir, Jurnal Kajian Keislaman dan Pendidikan, Vol 01:02,
September 2012, hlm.75
Manhattan Bank dan Jardine Fleming telah pula membuka Islamic window agar dapat
memberikan jasa-jasa perbankan yang sesuai dengan syariat Islam. 8
8
Edi Wibowo dkk, Mengapa Memilih Bank Syariah, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hlm.10
9 Muh. Ghafur Wibowo, Potret Perbankan Syariah Terkini, 2.
10 Zaiunul Arifin, Dasar-Dasar Managemen Bank Syariah, (Jakarta: Tazkia Institute, 2002), hlm. 7.
1990, dibentuklah kelompok kerja untuk mendirikan bank Islam di Indonesia. Tugas
yang diemban Tim Perbankan MUI adalah melakukan pendekatan dan konsultasi
dengan semua pihak terkait.11
Bank Muamalat Indonesia lahir sebagai hasil kerja tim perbankan MUI tersebut.
Akta pendirian PT. Bank Muamalat Indonesia ditandatangani pada tanggal 1 November
1991. Pada saat itu terkumpul komitmen pembelian saham sebanhyak Rp 84 miliar.
Pada tanggal 3 November 1991, pada acara silaturahmi dengan presiden di istana Bogor,
dapat dipenuhi total komitmen modal disetor awal sebesar Rp 106.126.382. Dana
tersebut berasal dari presiden dan wakil presiden, sepuluh menteri kabinet
pembangunan V, yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila, yayasan Dakab, Supersemar,
Dharmais, Purna Bhakti Pertiwi, PT PAL, dan PINDAD. Dengan terkumpulnya modal
awal tersebut, pada tanggal 1 Mei 1992 Bank Muamalat Indonesia (BMI) mulai
beroperasi. Pendirian Bank Muamalat Indonesia diikuti oleh perkembangan bank-bank
perkreditan rakyat syariah (BPRS), namun kedua jenis bank tersebut belum sanggup
menjangkau masyarakat islam lapisan bawah. Oleh karena itu, dibangunlah lembaga-
lembaga simpan-pinjam yang disebut Baitul Mal Wa Tamwil (BMT).
Dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Malaysia yang telah
melakukan pengembangan bank syariah sejak 1983 atau bahkan Bahrain yang telah
melakukannya sejak 1979, pengembangan bank syariah di Indonesia yang dimulai
tahun 1992 relatif terlambat. Hal tersebut disebabkan antara lain oleh:12
1. Belum sependapatnya ulama Indonesia mengenai keberadaan bunga bank;
2. Kurang kondusifnya kondisi sosial politik di Indonesia yang mengakibatkan
belum adanya political will pemerintah pada masa itu;
3. Tanggung jawab moral yang harus dipikul karena mencantumkan label
“syariah”.
4. Adanya kendala dasar hukum sehingga belum memungkinkan pengembangan
bank syariah karena bank syariah belum dikenal dalam UU No. 14 tahun 1967
tentang Perbankan maupun UU No. 13 tahun 1968 tentang Bank Sentral.
Perkembangan perbankan syariah sebenarnya mulai terasa sejak tahun 1992
yaitu diberlakukannya Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang bank bagi hasil.
Namun demikian, undang-undang tersebut belum memberikan landasan hukum yang
DAFTAR PUSTAKA
Haron,Sudin. 1997. Islamic rules and resultation. Petaling jaya: Pelantik public
relations
Muhith, Abdul. 2012. Sejarah Perbankan Syariah attanwir. Jurnal kajian keislaman
dan Pendidikan
Anshori,Abdul Ghofur. 2019. Perbankan Syariah di Indonesi. ( Yogyakarta: Gajah
Mada University Press)
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah dan Teori Praktik ( Jakarta: Gema
Insani Press)
Wibowo, Edi. 2005. Mengapa Memilih Bank Syariah ( Bogor : Ghalia Indonesia)
Arifin, Zaiunul. 2002. Dasar-dasar management Bank Syariah ( Jakarta: Tazkia
Institue)
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Islam ( Jakarta: Gema Insani)
14Majalah Sharing: Inspirator Ekonomi & Bisnis Syariah, Sudah saatnya Pemerintah Mendukung Penuh
Perbankan Syariah, , Edisi 55 Tahun V Juli 2011.