Anda di halaman 1dari 8

SEJARAH PERBANKAN SYARIAH DI DUNIA DAN INDONESIA

Kelompok 1
1.Dita Amaliyah 33020190010
2.Wahyu Khoirurrohman 33020190012
3.Annisa Febriani 33020190017
4.Alfi Kiki Fatmala 33020190028
5.Zakiyatuz Zahro A 33020190039
6.Rahma Fajaryani 33020190041
7.Wahyu Bunga Lestari 33020190042

A. SEJARAH BERDIRINYA BANK SYARIAH


Gagasan mengenai bank yang menggunakan sistem bagi hasil telah muncul
sejak lama, ditandai dengan banyaknya pemikir-pemikir muslim yang menulis tentang
keberadaan bank syariah, misalnya Anwar Qureshi (1946), Naiem Siddiqi (1948), dan
Mahmud Ahmad (1952). Kemudian uraian yang lebih terperinci tentang gagasan itu
ditulis oleh Mawdudi (1961). Demikian juga dengan tulisan-tulisan Muhammad
Hamidullah yang ditulis pada 1944, 1955, 1957, dan 1962, bisa dikategorikan sebagai
gagasan pendahulu mengenai perbankan Islam (Heri Sudarsono, 2007: 28). Perbankan
yang mulanya hanya ada di daratan Eropa kemudian menyebar ke Asia Barat. Sejalan
dengan perkembangan daerah jajahan, maka perbankan pun ikut dibawa ke negara
jajahan mereka. Di Indonesia juga tidak terlepas dari penjajahan Belanda yang
mendirikan beberapa bank seperti De Javasche Bank, De Post Paar Bank dan lainnya
serta bank-bank milik pribumi, Cina, Jepang, dan Eropa seperti Bank Nasional
Indonesia, Batavia Bank, dan Iainnya. Di zaman kemerdekaan perbankan Indonesia
sudah semakin maju, mulai dari bank pemerintah maupun bank swasta (Andri Soemitra,
2009: 62). Sejarah perkembangan bank syariah modern tercatat di Pakistan dan
Malaysia sekitar tahun 1940, yaitu upaya pengelolaan dana jamaah haji secara non-
konvensional. Rintisan bank syariah lainnya adalah dengan berdirinya Mit Ghamr
Lokal Saving Bank pada tahun 1963 di Mesir oleh Dr. Ahmad el-Najar. Secara kolektif
gagasan berdirinya bank syariah di tingkat internasional, muncul dalam konferensi
negara-negara Islam sedunia, di Kuala Lumpur, Malaysia pada tanggal 21-27 April
1969, yang diikuti oleh 19 negara peserta. Konferensi tersebut memutuskan beberapa
hal, yaitu: (Heri Sudarsono, 2007: 28 )
1. Tiap keuntungan haruslah tunduk kepada hukum untung dan rugi, jika tidak
ia termasuk riba dan riba itu sedikit atau banyak hukumnya haram.
2. Diusulkan supaya dibentuk suatu bank syariah yang bersih dari sistem riba
dalam waktu secepat mungkin.
3. Sementara menunggu berdirinya bank syariah, bank-bank yang menerapkan
bunga diperbolehkan beroperasi. Namun jika benar-benar dalam keadaan darurat.
Pembentukan bank syariah semula memang banyak diragukan, sebab:
1. Banyak yang beranggapan bahwa sistem perbankan bebas bunga (interest
free) adalah suatu yang tak mungkin dan tidak lazim.
2. Adanya pertanyaan tentang bagaimana bank akan membiayai operasinya.
Tetapi di lain pihak, bank Islam adalah satu alternatif sistem ekonomi Islam. Untuk
lebih mempermudah berkembangnya bank syariah di negara-negara muslim perlu ada
usaha bersama di antara negara muslim. Maka pada bulan Desember 1970, pada Sidang
Menteri Luar Negeri negara-negara Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Karachi,
Pakistan, delegasi Mesir mengajukan sebuah proposal untuk mendirikan bank syariah.
Proposal tentang Pendirian Bank Islam Internasional untuk Perdagangan dan
Pembangunan (International Islamic Bank for Trade and Development) dan proposal
pendirian Federasi Bank Islam (Federation of Islamic Bank) dikaji para ahli dari
delapan belas negara Islam.
B. Sejarah Perbankan Syariah di Dunia
Sejarah perbankan syariah di dunia, dilatarbelakangi oleh adanya praktek
perbankan di Eropa yang transaksinya menggunakan instrumen bunga yang dalam
pandangan fikih adalah riba, dan oleh karenanya haram. Maka mulai timbul usaha-
usaha di sejumlah negara muslim untuk mendirikan lembaga alternatif terhadap bank
yang ribawi ini. Hal ini terjadi terutama setelah bangsa-bangsa muslim mendapatkan
kemerdekaannya dari penjajahan bangsa-bangsa Eropa. Usaha modern pertama untuk
mendirikan bank tanpa bunga pertama kali dilakukan di Malaysia pada pertengahan
tahun 1940-an, namun usaha ini tidak sukses. Selanjutnya, eksperimen lainnya
dilakukan di Pakistan pada akhir tahun 1950-an, di mana suatu lembaga perkreditan
tanpa bunga didirikan di pedesaan negara itu. 1 Namun demikian, eksperimen pendirian
bank syariah yang paling sukses dan inovatif di masa modern ini dilakukan di Mesir

1
Sudin Haron, “Islamic Banking: Rules and Regulations”, Pelantuk Publications, Petaling Jaya,1997, hlm.3.
pada tahun 1963, dengan berdirinya Mit Ghamr Local Saving Bank. Bank ini mendapat
sambutan yang cukup hangat di Mesir, terutama dari kalangan petani dan masyarakat
pedesaan. Jumlah deposan bank ini meningkat luar biasa dari 17,560 di tahun pertama
(1963/1964) menjadi 251,152 pada 1966/1967. Jumlah tabungan pun meningkat drastis
dari LE40,944 di akhir tahun pertama (1963/1964) menjadi LE1,828,375 di akhir
periode 1966/1967. Namun, karena terjadi kekacauan politik di Mesir maka Mit Ghamr
mulai mengalami kemunduran/backward bending, sehingga operasionalnya diambil
alih oleh National Bank of Egypt dan bank sentral Mesir pada 1967. Pengambilalihan
ini menyebabkan prinsip non bunga pada Mit Ghamr mulai ditinggalkan, sehingga bank
ini kembali beroperasi berdasarkan bunga. Pada 1971 akhirnya konsep non bunga
kembali dibangkitkan pada masa rezim Presiden Anwar Sadat melalui pendirian Nasser
Social Bank. Tujuan bank ini adalah untuk menjalankan kembali bisnis yang
berdasarkan konsep yang telah dipraktekkan oleh Mit Ghamr. 2 Kesuksesan Mit Ghamr
ini memberi inspirasi bagi umat muslim di seluruh dunia, sehingga timbullah kesadaran
bahwa prinsip-prinsip Islam ternyata masih dapat diaplikasikan dalam bisnis modern.
Kemudian Bank Islam pertama yang bersifat swasta adalah Dubai Islamic Bank, yang
didirikan pada tahun 1975 oleh sekelompok usahawan muslim dari berbagai negara.
Pada tahun 1977 berdiri dua bank Islam dengan nama Faysal Islamic Bank di Mesir
dan Sudan, serta pada tahun yang sama di Kuwait didirikan Kuwait Finance House. 3
Perkembangan perbankan syariah secara internasional dimulai dengan adanya
Sidang Menteri Luar Negeri yang diselenggarakan oleh Organisasi Konferensi Islam
(OKI) di Karachi,Pakistan pada Desember 1970. Mesir mengajukan sebuah proposal
pendirian bank syariah internasional untuk perdagangan dan pengembangan
(International Islamic Bank fot Trade and Development), serta proposal pendirian
Federasi Bank Islam (Federation of Islamic Banks). Isi dari proposaltersebut intinya
adalah mengusulkan bahwa sistem keuangan berdasarkan bunga harus digantikan
dengan suatu sistem kerja sama dengan skema bagi hasil atas keuntungan maupun
kerugian. Setelah mendapatkan pembahasan dari delapan belas negara islam, akhirnya
proposal tersebut diterima. Sidang menyetujui rencana mendirikan Bank Islam
Internasional dan Federasi Bnak Islam. Baru pada tahun 1975 Sidang Menteri

2
Abdul Muhith, “Sejarah Perbankan Syariah”, Attanwir, Jurnal Kajian Keislaman dan Pendidikan, Vol 01:02,
September 2012, hlm.75.
3
Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,2019),
hlm.25
Keuangan OKI di Jeddah, menyetujui pendirian Islamic Development Bank (IDB)
dengan modal awal 2 miliar dinar islam atau ekuivalen 2 miliar SDR (Special Drawing
Right), semua anggota OKI menjadi anggota IDB. 4
Pada tahun-tahun awal beroperasinya, IDB mengalami banyak hambatan karena
masalah politik. Meskipun demikian, jumlah anggotanya semakin meningkat, dari 22
menjadi43 negara. IDB juga terbukti mampu memeinkan peran yang sangat penting
dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan negara islam untuk pembangunan. Bank ini
juga memberikan pinjaman bebas bunga untuk proyek infrastruktur dan pembiayaan
kepada negara anggaota berdasarkan partisipasi modal negara tersebut. Dana yang
tidak dibutuhkan segera digunakan bagi perdagangan luar negeri jangka panjang
dengan menggunakan sistem murabahah dan ijarah. 5 Untuk membantu mendirikan
bank-bank islam di berbagai negara, maka IDB mendirikan sebuah riset dan pelatihan
untuk pengenbangan penelitian dan pelatihan ekonomi islam, baik dalam perbankan
maupun keuangan secara umum. Lembaga ini dikenal dengan Islamic Research and
Training Institute (IRTI).6
Pada perkembangan selanjutnya di era 1970-an, usaha-usaha untuk mendirikan
bank Islam mulai menyebar ke banyak negara. Beberapa negara seperti Pakistan, Iran
dan Sudan, bahkan mengubah seluruh sistem keuangan di negara itu menjadi sistem
non bunga, sehingga semua lembaga keuangan di negara tersebut beroperasi tanpa
menggunakan bunga. Secara garis besar lembaga-lembaga perbankan islam yang
bermunculan itu dapat dikategorikan kedalam dua jenis yaitu sebagai Bank Islam
Komersial dan lembaga investasi dengan bentuk international holding companies. Di
negara Islam lainnya seperti Malaysia dan Indonesia, bank non bunga beroperasi
berdampingan dengan bank-bank konvensional. Sekarang ini, perbankan syariah telah
mengalami perkembangan yang cukup pesat dan menyebar ke banyak negara, bahkan
ke negara-negara Barat. The Islamic Bank International of Denmark tercatat sebagai
bank syariah pertama yang beroperasi di Eropa, yakni pada tahun 1983 di Denmark 7.
Kini, bank-bank besar dari negara-negara Barat seperti Citibank, ANZ Bank, Chase

4
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press,2001),hlm.19
5
Ibid, hlm.21.
6
Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,2019),
hlm.26.
7
Abdul Muhith, “Sejarah Perbankan Syariah”, Attanwir, Jurnal Kajian Keislaman dan Pendidikan, Vol 01:02,
September 2012, hlm.75
Manhattan Bank dan Jardine Fleming telah pula membuka Islamic window agar dapat
memberikan jasa-jasa perbankan yang sesuai dengan syariat Islam. 8

C. Sejarah Perbankan Syariah di Indonesia


Perkembangan perbankan syariah di Indonesia tidak terlepas pengaruhnya dari
perkembangan perbankan syariah di berbagai negara. Pada awalnya, model bank
syariah ini diterapkan di Pakistan pada akhir tahun 1950-an yang tidak membebankan
bunga kepada peminjamnya. Di India, Jamaat e Islami Hindi memulai sistem pinjaman
bebas bunga pada tahun 1868. Di Mesir, pada awalnya didirikan Bank Syariah secara
sederhana pada tahun 1963 di kota Mit Ghamr, yang kemudian dikembangkan pada
tahun 1971 dengan nama Nasser Social Bank. Di Malaysia pada tahun 1983 didirikan
Bank Islam Malaysia Berhad yang dioperasikan berdasarkan syariah Islam. Dan di Iran
perbankan syariah mulai diterapkan pada tahun 1979, kerika dinasionalisasikan-nya
bank-bank konvensional. Negara-negara lain yang sudah mengembangkan sistem
perbankan syariah adalah Siprus, Kuwait, Bahrain, Uni emirat Arab, dan Turki
Malaysia pada tahun 1983 didirikan Bank Islam Malaysia Berhad yang dioperasikan
berdasarkan syariah Islam. Dan di Iran perbankan syariah mulai diterapkan pada tahun
1979, kerika dinasionalisasikan-nya bank-bank konvensional. Negara-negara lain yang
sudah mengembangkan sistem perbankan syariah adalah Siprus, Kuwait, Bahrain, Uni
emirat Arab, dan Turki.9
Upaya intensif pendirian Bank Islam (disebut oleh peraturan perundang-
undangan Indonesia sebagai “Bank Syariah” ) di Indonesia dapat ditelusuri sejak tahun
1988, yaitu pada saat pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober (Pakto) yang
mengatur deregulasi industri perbankan di Indonesia. Para ulama waktu itu telah
berusaha mendirikan bank bebas bunga, tapi tidak ada satu pun perangkat hukum yang
dapat dirujuk kecuali penafsiran dari peraturan perundang-undangan yang ada bahwa
perbankan dapat saja menetapkan bunga sebesar nol persen.10
Prakarsa khusus mendirikan Bank Islam di Indonesia dilakukan pada tahun
1990, ditandai dengan acara lokakarya bunga bank dan Perbankan di Cisarua Bogor
yang diselenggarakan oleh MUI. Berdasarkan amanat Munas IV MUI hasil dari
lokakarya yang dibahas pada Munas IV MUI di hotel Sahid Jaya Jakarta 22-25 Agustus

8
Edi Wibowo dkk, Mengapa Memilih Bank Syariah, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hlm.10
9 Muh. Ghafur Wibowo, Potret Perbankan Syariah Terkini, 2.
10 Zaiunul Arifin, Dasar-Dasar Managemen Bank Syariah, (Jakarta: Tazkia Institute, 2002), hlm. 7.
1990, dibentuklah kelompok kerja untuk mendirikan bank Islam di Indonesia. Tugas
yang diemban Tim Perbankan MUI adalah melakukan pendekatan dan konsultasi
dengan semua pihak terkait.11
Bank Muamalat Indonesia lahir sebagai hasil kerja tim perbankan MUI tersebut.
Akta pendirian PT. Bank Muamalat Indonesia ditandatangani pada tanggal 1 November
1991. Pada saat itu terkumpul komitmen pembelian saham sebanhyak Rp 84 miliar.
Pada tanggal 3 November 1991, pada acara silaturahmi dengan presiden di istana Bogor,
dapat dipenuhi total komitmen modal disetor awal sebesar Rp 106.126.382. Dana
tersebut berasal dari presiden dan wakil presiden, sepuluh menteri kabinet
pembangunan V, yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila, yayasan Dakab, Supersemar,
Dharmais, Purna Bhakti Pertiwi, PT PAL, dan PINDAD. Dengan terkumpulnya modal
awal tersebut, pada tanggal 1 Mei 1992 Bank Muamalat Indonesia (BMI) mulai
beroperasi. Pendirian Bank Muamalat Indonesia diikuti oleh perkembangan bank-bank
perkreditan rakyat syariah (BPRS), namun kedua jenis bank tersebut belum sanggup
menjangkau masyarakat islam lapisan bawah. Oleh karena itu, dibangunlah lembaga-
lembaga simpan-pinjam yang disebut Baitul Mal Wa Tamwil (BMT).
Dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Malaysia yang telah
melakukan pengembangan bank syariah sejak 1983 atau bahkan Bahrain yang telah
melakukannya sejak 1979, pengembangan bank syariah di Indonesia yang dimulai
tahun 1992 relatif terlambat. Hal tersebut disebabkan antara lain oleh:12
1. Belum sependapatnya ulama Indonesia mengenai keberadaan bunga bank;
2. Kurang kondusifnya kondisi sosial politik di Indonesia yang mengakibatkan
belum adanya political will pemerintah pada masa itu;
3. Tanggung jawab moral yang harus dipikul karena mencantumkan label
“syariah”.
4. Adanya kendala dasar hukum sehingga belum memungkinkan pengembangan
bank syariah karena bank syariah belum dikenal dalam UU No. 14 tahun 1967
tentang Perbankan maupun UU No. 13 tahun 1968 tentang Bank Sentral.
Perkembangan perbankan syariah sebenarnya mulai terasa sejak tahun 1992
yaitu diberlakukannya Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang bank bagi hasil.
Namun demikian, undang-undang tersebut belum memberikan landasan hukum yang

11 M. Syafi’i Antonio, Bank Islam, (Jakarta:Gema Insani, 2001), hlm. 18


12 Mulya Siregar, “Agenda Pengembangan Perbankan Syariah, 46-66.
cukup kuat terhadap pengembangan bank syariah, karena belum secara tegas
mencantumkan kata-kata “prinsip syariah” dalam kegiatan usahanya. Perkembangan
perbankan syariah sebenarnya mulai terasa sejak tahun 1992 yaitu diberlakukannya
Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang bank bagi hasil. Namun demikian, undang-
undang tersebut belum memberikan landasan hukum yang cukup kuat terhadap
pengembangan bank syariah, karena belum secara tegas mencantumkan kata-kata
“prinsip syariah” dalam kegiatan usahanya. 13 Kemudian, pada tahun 1998 diperkuat
oleh Undang-undang No 10 tahun 1998 tentang perbankan. Dalam UU ini terdapat
beberapa hal yang memberikan peluang lebih besar bagi pengembangan perbankan
syariah di Indoensia. Dalam UU tersebut, perbankan syariah dikembangkan dengan
tujuan:
1. Memenuhi jasa perbankan bagi masyarakat yang tidak menerima konsep bunga.
Dengan diterapkannnya sistem perbankan syariah yang berdampingan dengan
sistem perbankan konvensional,maka mobilitas dana masyarakat dapat
dilakukan secara lebih luas, terutama dari segmen yang selama ini belum dapat
tersentuh oleh perbankan konvensional yang menerapkan sistem bunga
2. Membuka peluang pembiayaan bagi pengembangan usaha berdasarkan prinsip
kemitraan. Dalam prinsip ini konsep yang diterapkan adalah hubungan
invenstor yang harmonis. Hal tersebut berbeda dengan konsep yang diterapkan
di bank konvensional, yaitu hubungan antaa debitur dan kreditur.
3. Memenuhi kebutuhan akan produk dan jasa perbankan yang memiliki
keunggulan komparatif berupa peniadaan beban bunga yang berkesinambungan,
membatasi kegiatan spekulasi yang tidak produktif, pembiayaan yang ditujukan
kepada usaha-usaha yang lebih memperhatikan unsur moral.
Perbankan syariah di Indonesia melangkah perlahan, namun melaju dengan
pasti. Namun perjalanannya masih belum diharapkan. Sekian lama berjuang sendirian,
perbankan syariah baru mendapat perhatian pemerintah saat UU Perbankan Syariah
mulai digodok di DPR. Pada 2008 UU Perbankan Syariah pun lahir setelah melalui
diskusi panjang antar anggota dewan, praktisi, pemerintah dan pemangku
kepentingan.Namun, kendati parlemen dan pemerintah telah mengesahkan UU

13 Muh. Ghafur Wibowo, loc. cit.


Perbankan Syariah, industri ini dinilai masih belum berlari seperti yang diharapkan. 14
Padahal sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar, sudah selayaknya Indonesia
menjadi kiblat pengembangan keuangan syariah di dunia. Hal ini sangat dimungkinkan
melihat pengembangan keuangan syariah di Indonesia dewasa ini yang lebih bersifat
market driven dan dorongan bottom up dalam memenuhi kebutuhan masyarakat
sehingga lebih bertumpu pada sektor riil juga menjadi keunggulan tersendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Haron,Sudin. 1997. Islamic rules and resultation. Petaling jaya: Pelantik public
relations
Muhith, Abdul. 2012. Sejarah Perbankan Syariah attanwir. Jurnal kajian keislaman
dan Pendidikan
Anshori,Abdul Ghofur. 2019. Perbankan Syariah di Indonesi. ( Yogyakarta: Gajah
Mada University Press)
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah dan Teori Praktik ( Jakarta: Gema
Insani Press)
Wibowo, Edi. 2005. Mengapa Memilih Bank Syariah ( Bogor : Ghalia Indonesia)
Arifin, Zaiunul. 2002. Dasar-dasar management Bank Syariah ( Jakarta: Tazkia
Institue)
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Islam ( Jakarta: Gema Insani)

14Majalah Sharing: Inspirator Ekonomi & Bisnis Syariah, Sudah saatnya Pemerintah Mendukung Penuh
Perbankan Syariah, , Edisi 55 Tahun V Juli 2011.

Anda mungkin juga menyukai