Anda di halaman 1dari 53

BAB II

LANDASAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Bank Syariah

2.1.1 Pengertian

Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya

menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana

tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.

Sedang lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang

bergerak dibidang keuangan, dimana kegiatannya baik hanya

menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana atau keduanya. 1

Menurut UU RI No.10 Tahun 1998 tentang perbankan, pengertian

bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk

kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf

hidup rakyat banyak.

Jadi dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi 3 kegiatan

utama yaitu :

1. Menghimpun dana

2. Menyalurkan dana

3. Memberikan jasa lainnya

1
Kasmir,Manajemen Perbankan,Rajawali Pers,Jakarta,2002,hal 11

15
Dalam perbankan konvensional, keuntungan diperoleh dari bunga

serta biaya-biaya administrasi dan jasa yang ditawarkan. Sedangkan pada

perbankan syariah tidak beroperasi dengan mengandalkan pada bunga.

Bank syariah sendiri adalah lembaga keuangan yang usaha

pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas

pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan

dengan prinsip syariah Islam2

Menurut Syafi’I Antonio dan Karnaen Perwataatmadja,

membedakan antara bank Islam dan bank yang beroperasi dengan prinsip

syariah Islam3 yaitu :

 Bank syariah adalah :

1. Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah

2. Bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-

ketentuan Alquran dan Hadits

 Bank yang beroperasi sesuai prinsip syariah Islam adalah bank yang

operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam. Khususnya

yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam.

2.1.2 Perkembangan Sistem Perbankan Syariah

Di dalam sejarah perekonomian kaum muslimin, pembiayaan yang

dilakukan dengan akad yang sesuai syariah telah menjadi bagian dari

tradisi umat Islam sejak zaman Rasulullah. Praktek-praktek seperti

menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan bisnis, serta


2
Muhammad,Kontruksi Mudharabah Dalam Bisnis Syariah,PSEI STIS,Yogyakarta,2001
3
Karnaen Perwataatmadja dan Syafi’I Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam,PT Dana
Bhakti Wakaf,Yogyakarta,1997,hal 1

16
melakukan pengiriman uang telah lazim dilakukan ketika itu. Rasulullah

sendiri pernah dititipi harta oleh orang-orang Qurays pada waktu itu.

Sehingga diberi gelar Al Amin karena terpercaya memegang amanah.

Sedang dalam perkembangannya di zaman Bani Abbasiyah, orang

yang mempunyai keahlian untuk menyimpan, menyalurkan dan

mentransfer uang disebut Jihbiz.

Berikut ini adalah bagan evolusi kegiatan perbankan dalam

masyarakat Islam :

Gambar 2.1 Evolusi Perbankan Islam

1. Individu
(Nabi/Shahabat) melakukan satu fungsi

2. Jihbiz
seorang individu melakukan ketiga fungsi

3. Bank
Sebuah institusi melakukan ketiga fungsi
perbankan(diadopsi oleh masyarakat eropa abad
pertengahan, namun kegiatannya mulai dilakukan
dengan basis bunga)

4. Bank Syariah Modern


Institusi yang melakukan ketiga fungsi perbankan,
dengan berlandaskan syariah Islam

Sumber : Buku Apa dan Bagaimana Bank Islam karangan Syafi’I Antonio (1997)

Perbankan syariah mulai dikenal pada dekade 1960-an dengan

nama Mit Ghamr Bank. Bank tersebut beroperasi sebagai rural-social

bank (semacam lembaga keuangan unit desa di Indonesia) di sepanjang

delta sungai Nil. Lembaga ini dibina oleh Prof. Dr. Ahmad Najjar dan

17
masih berskala kecil di Mesir. Namun institusi tersebut menjadi perintis

perkembangan sistem finansial dan ekonomi Islam 4.

Saat sidang Menteri Luar Negeri Negara - Negara Organisasi

Konferensi Islam di Karachi, Pakistan, Desember 1970. Mesir mengajukan

sebuah proposal untuk mendirikan bank syariah. Proposal yang disebut

studi tentang pendirian Bank Islam Internasional untuk Perdagangan

dan Pembangunan (International Islamic Bank for Trade and

Development) dan proposal pendirian Federasi Bank Islam (Federation

of Islamic Banks) dikaji para ahli dari 18 negara Islam5.

Pada intinya sidang tersebut mengusulkan bahwa sistem keuangan

berdasarkan bunga harus digantikan dengan sistem kerjasama dengan

skema bagi hasil keuntungan maupun kerugiannya. Setelah

melaksanakan sidang beberapa kali akhirnya pada sidang Menteri

Keuangan OKI di Jeddah 1975 menyetujui berdirinya Islamic

Development Bank (IDB). Dan semua anggota OKI menjadi anggota

IDB6.

Berdirinya IDB mengilhami pendirian bank-bank syariah di negara -

negara Islam. Bank-bank yang termasuk kategori awal dalam

pendiriannya adalah7 :

1. Faisal Islamic Bank (di Mesir dan Sudan)

4
Antonio Syafi’I, Bank Syariah, Bank Indonesia, Jakarta,1999,hal 271
5
ibid, hal 272
6
ibid
7
ibid, hal 274

18
2. Kuwait Finance House

3. Dubai Islamic Bank

4. Jordan Islamic Bank for Finance and Investment

5. Bahrain Islamic Bank

6. Islamic InternationalBank for Investment and Development (Mesir)

2.1.3 Perkembangan Bank Syariah di Indonesia

Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syariah

sebagai pilar ekonomi Islam mulai dilakukan. Namun lebih spesifik kajian

tersebut dilakukan pada tahun 1990. Pada lokakarya MUI 18-20 Agustus

1990 dengan tema Bunga Bank dan Perbankan di Cisarua, Bogor.

ditindak lanjuti dengan membentuk Tim Perbankan MUI pada amanat

Munas IV MUI. Akhirnya pada 1 November 1991 ditandatangani Akta

Pendirian PT Bank Muamalat Indonesia8.

Namun di awal perjalannya, bank syariah ini kurang mendapatkan

respon. Hal tersebut dapat dilihat pada UU No 7 Tahun 1992 tentang

perbankan. Hanya dicantumkan di pasal 6 (m) yang menyatakan bahwa :

”menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil

sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.”

Peraturan Pemerintah tersebut tertuang dalam PP No 72 tentang

Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Secara rinci mengatur perizinan,


8
ibid, hal 278

19
kepengurusan, kepemilikan, kegiatan operasional lainnya, baik bagi bank

umum maupun bagi BPR.

Baru pada Undang - Undang No. 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan, keberadaan Bank Syariah mendapatkan porsi yang cukup

besar. Dalam undang-undang ini dikatakan bahwa bank yang beroperasi

dengan prinsip bagi hasil sesuai syariah Islam dengan resmi disebut bank

syariah. Sejak saat itu semua bank baik itu bank umum maupun BPR

diwajibkan mencantumkan kata “syariah” pada nama banknya.

Sampai Maret 2005 telah ada 3 bank umum yang beroperasi

berdasarkan syariah yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah

Mandiri dan Bank Syariah Mega Indonesia. Ditambah dengan 16 bank

umum konvensional yang membuka unit usaha syariah seperti Bank IFI,

Bank Danamon, BRI, dan lain-lain. Serta 89 BPR Syariah juga ratusan

BMT.

2.1.4 Prinsip-prinsip umum bank syariah.

Dalam menjalankan usahanya, bank syariah harus tetap

berpedoman pada nilai-nilai syariah. Prinsip itu berpedoman pada Alquran

dan Hadits. Prinsip yang diterapkan bank syariah meliputi 9 :

1. Prinsip pengharaman riba

9
Didin Hafidhuddin,makalah Implementasi Ekonomi Islam Dibidang Perbankan
Syariah,2003

20
Prinsip ini tercermin dari praktek pengelolaan dana nasabah.

Dana yang berasal dari nasabah penyimpan harus jelas asal

usulnya. Sedangkan penyalurannya harus dalam usaha-usaha

yang tidak bertentangan dengan syari.

2. Prinsip keadilan

Prinsip ini tercermin dari penerapan sistem bagi hasil dan

pengambilan keuntungan berdasarkan hasil kesepakatan dua

belah pihak.

3. Prinsip Kesamaan

Prinsip ini tercermin dengan menempatkan posisi nasabah serta

bank pada posisi yang sederajat. Kesamaan ini terwujud dalam

hak, kewajiban, risiko dan keuntungan yang berimbang di antara

nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana maupun

bank.

2.1.5 Karakteristik Bank Syariah

Beberapa hal yang menjadi ciri sekaligus yang membedakannya

dengan bank konvensional adalah10 :

a. Prinsip syariah Islam dalam pengelolaan harta menekankan pada

keseimbangan antara kepentingan individu dan masyarakat. Harta

harus dimanfaatkan untuk hal-hal produktif terutama kegiatan

investasi yang merupakan landasan aktifitas ekonomi dalam

masyarakat. Tidak setiap orang mampu secara langsung

IAI,Kerangka Dasar Penyusunandan Penyajian Laporan Keuangan Bank


10

Syariah,Jakarta,2002

21
menginvestasikan hartanya untuk menghasilkan keuntungan. Oleh

karena itu, diperlukan suatu lembaga perantara yang

menghubungkan masyarakat pemilik dana dan pengusaha yang

memerlukan dana (pengelola dana). Salah satu bentuk lembaga

perantara tersebut adalah bank yang kegiatan usahanya

berdasarkan prinsip syariah.

b. Bank syariah adalah bank yang berasaskan antara lain pada asas

kemitraan, keadilan, transparansi dan universal serta melakukan

kegiatan usaha perbankan berdasarkan prinsip syariah. Kegiatan

bank syariah merupakan implementasi dari prinsip ekonomi Islam

dengan karakteristik antara lain sebagai berikut :

1) Pelarangan riba dalam berbagai bentuknya

2) Tidak mengenal konsep nilai waktu dari uang (time value of

money)

3) Konsep uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas

4) Tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang bersifat

spekulatif

5) Tidak diperkenankan menggunakan dua harga untuk satu

barang

6) Tidak diperkenankan dua transaksi dalam satu akad

c. Bank syariah beroperasi atas dasar konsep bagi hasil. Bank syariah

tidak menggunakan bunga sebagai alat untuk memperoleh

22
pendapatan maupun membebankan bunga atas penggunaan dana

dan pinjaman karena bunga merupakan riba yang diharamkan.

d. Tidak secara tegas membedakan sektor moneter dan sektor riil

sehingga dalam usahanya dapat melakukan transaksi-transaksi

sektor riil, seperti jual beli dan sewa menyewa.

e. Dapat memperoleh imbalan untuk jasa tertentu yang tidak

bertentangan dengan prinsip syariah.

f. Melakukan kegiatan sesuai syariah. Suatu transaksi sesuai dengan

prinsip syariah apabila telah memenuhi seluruh syarat berikut ini :

1. Transaksi tidak mengandung unsur kedzaliman

2. Bukan riba

3. Tidak membahayakan pihak sendiri atau pihak lain

4. Tidak ada penipuan (gharar)

5. Tidak mengandung materi-materi yang diharamkan

6. Tidak mengandung unsur judi (maisyir)

g. Kegiatan bank syariah antara lain sebagai :

1) Manajer investasi yang mengelola investasi atas dana nasabah

dengan menggunakan akad mudharabah atau sebagai agen

investasi.

2) Investor yang menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun

dana nasabah yang dipercayakan kepadanya dengan

menggunakan alat investasi yang sesuai dengan prinsip syariah

23
dan membagi hasil yang diperoleh sesuai nisbah yang disepakati

antara bank dan pemilik dana.

3) Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran seperti bank

non syariah sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip

syariah.

4) Pengemban fungsi sosial berupa pengelola dana zakat, infaq,

shadaqah serta pinjaman kebajikan (qardhul hasan) sesuai

ketentuan yang berlaku.

h. Dalam penghimpunan dana, bank syariah menggunakan prinsip

wadiah, mudharabah dan prinsip lain yang sesuai dengan syariah.

Sedangkan penyaluran dana menggunakan :

1) Prinsip musyarakah dan atau mudharabah untuk investasi

pembiayaan.

2) Prinsip murabahah, salam, dan atau istishna untuk jual beli.

3) Prinsip ijarah dan atau ijarah muntahiyah bittamlik untuk sewa-

menyewa.

4) Prinsip lain yang sesuai syariah.

f. Laporan keuangan terdiri dari :

 Laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan bank syariah

sebagai investor beserta hak dan kewajibannya. Laporan ini

meliputi :

1. Laporan Laba Rugi

24
2. Neraca

3. Laporan Arus Kas

4. Laporan Perubahan Ekuitas

 Laporan keuangan yang mencerminkan perubahan dalam

investasi terikat yang dikelola oleh bank syariah untuk

kemanfaatan pihak-pihak lain berdasarkan akad mudharabah

atau agen investasi yang dilaporkan dalam laporan perubahan

dana investasi terikat.

 Laporan keuangan yang mencerminkan peran bank syariah

sebagai pemegang amanah dana kegiatan sosial yang dikelola

secara terpisah yang dilaporkan dalam :

1) Laporan Sumber dan Penggunaan Dana ZIS

2) Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qardh

 Catatan atas laporan keuangan yang merupakan penjelasan dari

data -data yang tersaji di laporan keuangan tersebut.

2.1.6 Potensi Bank Syariah

Potensi itu dapat dilihat dari dua sisi. Yaitu untuk kepentingan

mobilisasi dana / simpanan dan untuk kepentingan penyaluran/

pembiayaan. Kekuatan bank syariah sebenarnya terletak pada :

1. Dukungan umat Islam yang merupakan mayoritas penduduk

Hal itu terlihat dari beberapa elemen masyarakat. Seperti yang

telah dilakukan MUI dengan mencanangkan Gerakan Ekonomi

25
Syariah Nasional. Jumlah umat Islam Indonesia merupakan potensi

yang sangat besar bagi perbankan syariah.

2. Dukungan dari lembaga keuangan Islam di seluruh dunia

Adanya bank syariah yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah

Islam sangat penting untuk memelihara umat Islam terjerumus

kapada yang haram. Beberapa bank syariah berskala internasional

datang ke Indonesia untuk menjajagi kemungkinan membuka bank

syariah patungan dengan bank nasional. Hal ini menunjukkan

besarnya harapan dan dukungan lembaga keuangan internasional

terhadap adanya bank syariah di Indonesia.

3. Komitmen dan dukungan dari otoritas perbankan yaitu Bank

Indonesia.

Hal itu dapat dilihat dari regulasi yang dilahirkan. Di mulai dari UU

No.7 Tahun 1992 serta UU No.10 Tahun 1998. Dalam beberapa

hal, konsep regulasi bank syariah memiliki persamaan dengan

regulasi bank konvensional. Rasionalisasi bagi implementasi

regulasi dalam bidang perbankan antara lain :

1. Melindungi konsumen dari kemungkinan eksploitasi monopoli.

2. Melindungi konsumen yang tidak memiliki akses terhadap

informasi.

3. Menjaga kestabilan sistem.

26
Tabel 2.1 Perbandingan rasionalisasi regulasi

Rasionalisasi Regulasi Perbankan Perbankan Syariah

konvensional

Material welfare Optimalisasi proses Optimalisasi proses

saving-investment saving-investment

serta pemberian serta pemberian

jaminan sistem jaminan sistem

transaksi yang efisien transakasi yang efisien

dan aman bagi dan aman bagi

masyarakat. masyarakat.

Spiritual welfare Tidak didefinisikan Memberikan

dengan jelas. pemuasan kebutuhan

bagi masyarakat

muslim bahwa konsep

transaksi yang

disediakan sesuai

syariah.

Khan dan Capra (1999) memberikan tiga alasan utama

mengenai perlunya perbankan syariah untuk memiliki kerangka

pengaturan yang sehat. Pertama, peraturan yang disusun harus

dapat memberikan sumbangan bagi stabilitas dalam sistem

perbankan yang akan memberikan kontribusi positif bagi

perekonomian secara keseluruhan. Kedua, adanya kebutuhan bagi

27
kepatuhan terhadap syariah. Mengingat tujuan utama sistem

perbankan syariah adalah untuk memberikan kesejahteraan dalam

segala bidang (material dan spiritual). Ketiga, dalam suatu sistem

keuangan yang telah bersifat global, standar operasi perbankan

syariah harus memiliki dasar-dasar pertimbangan finansial yang

dapat diterima secara internasional. Namun harus tetap dapat

menunjukkan perbedaan karakteristik dalam konsep

operasionalnya.

4. Konsep yang melekat pada bank syariah sangat sesuai dengan

kebutuhan pembangunan. Baik masa kini maupun di masa yang

akan datang.

2.1.7 Produk dan Jasa Perbankan Syariah

Produk perbankan terdiri dari produk penyaluran dana (financing),

penghimpunan dana (funding) dan jasa (service). Ketiga produk tersebut

juga dilakukan bank syariah.

Produk Penyaluran Dana

Produk peyaluran dana pada nasabah secara garis besar dibagi

menjadi empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan

penggunaannya yaitu :

1. Pembiayaan dengan prinsip jual beli

2. Pembiayaan dengan prinsip sewa

3. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (investasi)

4. Pembiayaan dengan prinsip akad pelengkap

28
1. Prinsip Jual Beli

Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya

perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer of property). Tingkat

keuntungan bank ditentukan didepan dan menjadi bagian harga atas

barang yang dijual. Produk yang ditawarkan adalah :

a. Murabahah

Sering juga disebut al Bai bitsaman ajil. Yaitu akad jual beli barang

dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan yang disepakati

oleh penjual dan pembeli11. Murabahah dapat dilakukan berdasarkan

pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan bank melakukan

pembelian barang setelah ada pesanan dari nasabah. Dalam perbankan,

murabahah selalu dilakukan dengan cara pembayaran cicilan.

b. Salam

Salam adalah akad jual beli muslam fiih (barang pesanan) dengan

penangguhan pengiriman oleh muslam ilaihi (penjual) dan pelunasannya

dilakukan segera oleh pembeli sebelum barang pesanan tersebut diterima

sesuai dengan syarat-syarat tertentu12. Dalam transaksi ini kualitas,

kuantitas harga dan waktu penyerahan barang ditentukan secara pasti

sehingga tidak seperti jual ijon.

11
IAI,PSAK 59
12
ibid

29
c. Istishna’

Istishna’ adalah akad jual beli antara al mustashni (pembeli) dan as

shani (produsen yang juga bertindak sebagai penjual) 13. Berdasarkan

akad tersebut, pembeli menugasi produsen untuk menyediakan al mashnu

(barang pesanan) sesuai spesifikasi yang disyaratkan pembeli dan

menjualnya dengan harga yang disepakati. Cara pembayaran dapat

berupa pembayaran dimuka, cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka

waktu tertentu.

2. Prinsip sewa (ijarah)

Transaksi ini dilandasi adanya perpindahan manfaat. Ijarah adalah

akad sewa - menyewa antara pemilik ma’jur (objek sewa) dan musta’jir

(penyewa) untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang

disewakannya14.

3. Prinsip bagi hasil (syirkah)

Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil

adalah sebagai berikut :

a. Musyarakah

Musyarakah adalah akad kerjasama diantara para pemilik modal

yang mencampurkan modal mereka untuk tujuan mencari keuntungan 15.

Dalam musyarakah, mitra dan bank sama-sama menyediakan

modal untuk membiayai suatu usaha tertentu, baik yang sudah berjalan

maupun yang baru. Selanjutnya mitra dapat mengembalikan modal


13
ibid
14
ibid
15
ibid

30
tersebut berikut bagi hasil yang telah disepakati secara bertahap atau

sekaligus kepada bank. Pembiayaan dapat diberikan dalam bentuk kas,

setara kas atau aktiva non kas termasuk aktiva tidak berwujud.

b. Mudharabah

Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara shahibul maal

(pemilik dana) dan mudharib (pengelola dana) dengan nisbah bagi hasil

menurut kesepakatan dimuka16. Jika usaha mengalami kerugian, maka

seluruh kerugian ditanggung oleh pemilik dana, kecuali jika ditemukan

adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana seperti penyelewengan,

kecurangan dan penyalah gunaan dana.

Mudharabah terdiri dari dua bentuk yaitu Mudharabah Mutlaqah

(investasi tidak terikat ) dan Mudharabah Muqayyadah (investasi terikat).

4. Akad Pelengkap

Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan biasanya

diperlukan juga akad pelengkap. Produk ini tidak ditujukan untuk mencari

keuntungan, tetapi untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan.

a. Hiwalah (Alih hutang piutang)

Bertujuan untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai agar

dapat melanjutkan produksinya. Bank akan mendapati ganti atas jasa

pemindahan piutang.

b. Rahn (gadai)
16
ibid

31
Tujuan akad rahn adalah untuk memberikan jaminan pembayaran

kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan.

c. Qardh

Qardh adalah pinjaman uang kepada nasabah yang digunakan

untuk keperluannya dengan hanya mengembalikan biaya pokok.

d. Wakalah

Wakalah adalah nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk

mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu.

e. Kafalah

Kafalah dapat diberikan dengan tujuan untuk menjamin

pembayaran suatu kewajiban pembayaran.

Produk Penghimpunan Dana

Penghimpunan dana di bank syariah dapat berbentuk giro,

tabungan dan deposito. Prinsip yang digunakan adalah wadiah dan

mudharabah. Prinsip wadiah yang diterapkan adalah wadiah yad

dhamanah yang diterapkan pada produk rekening giro. Pada prinsipnya

wadiah yad dhamanah adalah titipan yang boleh dimanfaatkan oleh pihak

yang dititipi. Sedang pada wadiah yad amanah, barang titipan tidak boleh

dimanfaatkan. Wadiah sendiri adalah titipan nasabah yang harus dijaga

dan dikembalikan setiap saat apabila nasabah yang bersangkutan

menghendaki. Bank bertanggung jawab atas pengembalian titipan.

Jasa Perbankan

32
Selain menjalankan fungsinya sebagai intermediator antara deficit

unit dengan surplus unit, bank syariah juga melakukan pelayanan jasa

perbankan dengan memperoleh imbalan seperti sharf dan ijarah.

Sharf adalah akad jual beli suatu valuta lainnya. Transaksi valuta

asing pada bank syariah (diluar jual bank notes) hanya dapat dilakukan

untuk tujuan lindung nilai (hedging) dan tidak dibenarkan untuk tujuan

spekulatif.

2.2 Akuntansi Islam

2.2.1 Pengertian dan Sejarah

Ada beberapa definisi akuntansi yang dikemukakan oleh beberapa

tokoh akuntansi. Beberapa diantaranya adalah :

“Akuntansi adalah seni dalam menganalisa, mencatat,

menggolongkan / mengklasifikasikan, mengikhtisarkan, menafsirkan

dan mengkomunikasikan dengan cara tertentu dan dalam ukuran

moneter, transaksi, dan kejadian-kejadian ekonomi dari suatu entitas

hukum sosial.”

“Akuntansi merupakan proses mengidentifikasikan, mengukur, dan

menyampaikan informasi ekonomi sebagai bahan informasi dalam

hal mempertimbangkan berbagai alternatif dalam mengambil

kesimpulan bagi pemakainya.”

“Akuntasi adalah bahasa bisnis yang memberikan informasi tentang

kondisi ekonomi suatu perusahaan / organisasi dan hasil usaha /

33
aktifitasnya pada suatu waktu atau periode tertentu, sebagai

pertanggung jawaban manajemen serta pengambilan keputusan.”

Sedang menurut literatur Islam akuntansi (muhasabah)

didefinisikan “suatu aktifitas yang teratur berkaitan dengan pencatatan

transaksi-transaksi, tindakan-tindakan, keputusan-keputusan yang sesuai

dengan syariat, dan jumlah-jumlahnya, di dalam catatan-catatan yang

representatif, serta berkaitan dengan pengukuran hasil-hasil keuangan

yang berimplikasi pada transaksi-transaksi, tindakan-tindakan, dan

keputusan-keputusan tersebut membantu pengambilan keputusan yang

tepat.17

Melalui definisi ini maka dapat dibatasi bahwa karakteristik

muhasabah adalah :

1. Aktivitas yang teratur.

2. Pencatatan :

a. Transaksi-transaksi, tindakan-tindakan, dan keputusan-

keputusan yang sesuai dengan hukum.

b. Jumlah-jumlahnya.

c. Di dalam catatan-catatan yang representatif.

3. Pengukuran hasil-hasil keuangan.

4. Membantu dalam pengambilan keputusan.

Mayoritas ahli sejarah akuntansi, mengira bahwa akuntansi tumbuh

karena tumbuhnya serikat dagang. Pada hakekatnya tumbuhnya serikat

dagang itu sebagai salah satu fenomena luasnya perdagangan tidaklah


17
Abdullah Zaid, Umar,Akuntansi syariah,LPFE Trisakti, Jakarta,2004, hal 57

34
menjadi asas dalam perkembangan akuntansi. Sebab tumbuhnya serikat

itu termasuk yang paling baru apabila dibandingkan dengan tumbuhnya

negara itu sendiri. Sepanjang sejarah, barbagai negara seperti negeri

Babil, Fir’aun dan Cina telah menciptakan, menggunakan dan

mengembangkan salah satu bentuk pencatatan transaksi keuangan.

Penggunaan tersebut menyerupai apa yang sekarang disebut “Maskud

Dafatir” (Bookkeeping), dan bertujuan mencatat pendapatan dan

pengeluaran negara.18

Sejarah Islam menunjukkan bahwa negara Islam telah mendahului

Republik Itali sekitar 800 tahun dalam menggunakan sistem pembukuan.

Selanjutnya salah satu sistem pembukuan modern yang dikenal dengan

nama al Qaidul Muzdawaj yang sesuai dengan kebutuhan negara dari

satu sisi, dan sesuai dengan kebutuhan para pedagang muslim disisi lain.

Di antara karya-karya tulis yang menegaskan penggunaan

akuntansi dan pengembangannya di negara Islam, sebelum munculnya

buku Lucas Pacioli, adalah adanya manuskrip yang ditulis pada tahun 765

H/ 1363 M. Manuskrip ini adalah karya seorang penulis muslim, yaitu

Abdullah bin Muhammad bin Kayah al Mazindarani dan berjudul

Risalah Falakiyah Kitab as Siyaqat. Tulisan ini disimpan di perpustakaan

Sultan Sulaiman al Qanuni di Istambul Tuki. Tercatat di bagian manuskrip

dengan nomor 2756, dan memuat tentang akuntansi dan sistem akuntansi

di negara Islam. Huruf yang digunakan dalam tulisan ini adalah huruf

arab. Tetapi bahasa yang digunakan campuran antara bahasa arab,


18
ibid, hal 3

35
Persia, dan Turki yang populer di Daulah Utsmaniah. Jadi buku ini ditulis

lebih awal dari buku Pacioli Summa de Arithmetica, Geometria,

Proportioni et Proportionalita, selama 131 tahun. Meskipun buku Pacioli

yang pertama kali dicetak.19

Dalam buku yang masih berbentuk manuskrip itu, al Mazindarani

menjelaskan hal-hal berikut20 :

1. Sistem akuntasi yang populer saat itu, dan pelaksanaan

pembukuan yang khusus bagi setiap sistem akuntansi.

2. Macam-macam buku akuntansi yang wajib digunakan untuk

mencatat transaksi keuangan.

3. Cara menangani kekurangan dan kelebihan, yakni penyetaraan.

Menurutnya, sistem-sistem akuntansi yang populer saat itu (765 H/

1363 M ) antara lain :

a. Akuntansi Bangunan

b. Akuntansi Pertanian

c. Akuntansi Pergudangan

d. Akuntansi Pembuatan Uang

e. Akuntansi Pemeliharaan Binatang

Sesungguhnya pengertian akuntansi di negara Islam hingga

pengklasifikasiannya pada tahun 1924 berbeda dengan dengan apa yang

ada di masyarakat lain di luar Islam. Karena pengertian akuntansi Islam

19
ibid, hal 11
20
ibid, hal 25

36
atau muhasabah tidak sekedar pencatatan data-data keuangan, tetapi

lebih sempurna.

Salah seorang penulis muslim menemukan bahwa pelaksanaan

pembukuan yang pernah digunakan negara Islam diantaranya adalah

sebagai berikut21 :

1. Dimulai dengan ungkapan “ Bismillah”

2. Apabila di dalam buku masih ada yang kosong, karena sebab

apapun, maka harus diberi garis pembatas. Sehingga tempat yang

kosong itu tidak dapat digunakan. Penggarisan ini dikenal dengan

nama Tarqin.

3. Harus mengeluarkan saldo secara teratur. Saldo dikenal dengan

nama Hashil.

4. Harus mencatat transaksi secara berurutan sesuai dengan

terjadinya.

5. Pencatatan transaksi harus menggunakan ungkapan yang benar

dan hati-hati dalam menggunakan kata-kata.

6. Tidak boleh mengoreksi transaksi yang telah tercatat dengan

coretan atau menghapusnya. Apabila seorang akuntan kelebihan

mencatat jumlah suatu transaksi, maka dia harus membayar selisih

tersebut dari kantongnya pribadi kepada kantor. Demikian pula jika

seorang akuntan lupa mencatat transaksi pengeluaran, maka dia

harus membayar jumlah kekurangan di kas, sampai dia dapat

melacak terjadinya transaksi tersebut. Pada negara Islam, pernah


21
ibid hal 26

37
terjadi seorang akuntan lupa mencatat transaksi sebesar 1300

dinar. Sehingga dia terpaksa harus membayar jumlah tersebut.

Pada akhir tahun buku, kekurangan tersebut dapat diketahui, yaitu

ketika membandingkan antara saldo buku dengan saldo buku

bandingan yang lain, dan saldo bandingannya yang ada di kantor.

7. Pada akhir periode tahun buku, seorang akuntan harus

mengirimkan laporan secara rinci tentang jumlah (uang) yang

berada di dalam tanggung jawabnya, dan cara pengaturannya

terhadap jumlah uang tersebut.

8. Harus mengoreksi laporan tahunan yang dikirim oleh akuntan, dan

membandingkannya dengan laporan tahun sebelumnya dari satu

sisi, dan dari sisi lain dengan jumlah yang tercatat di kantor.

9. Harus mengelompokkan transaksi keuangan dan mencatatnya

sesuai dengan karakternya dalam kelompok sejenis. Seperti

mengelompokkan dan mencatat pajak yang memiliki satu karakter

sejenis dalam satu kelompok.

10. Harus mencatat pemasukan di halaman sebelah kanan dengan

mencatat sumber pemasukan tersebut.

11. Harus mencatat pengeluaran di halaman sebelah kiri dan

menjelaskan pengeluaran tersebut.

12. Ketika menutup saldo harus meletakkan suatu tanda khusus

padanya.

38
13. Setelah mencatat seluruh transaksi keuangan, maka harus

memindahkan transaksi sejenis ke dalam buku khusus yang

disediakan untuk transaksi yang sejenis itu saja (posting ke buku

besar).

14. Harus memindahkan transaksi yang sejenis itu oleh orang lain yang

independen, tidak terikat dengan orang yang melakukan

pencatatan di buku harian dan buku yang lain.

15. Setelah mencatat dan memindahkan transaksi keuangan di dalam

buku-buku, maka harus menyiapkan laporan berkala, bulanan atau

tahunan sesuai dengan kebutuhan. Pembuatan laporan keuangan

itu harus rinci, menjelaskan pemasukan dan sumber-sumbernya

serta pengalokasiannya. (Muhammad Al Marisi Lasyin, 1973:163-

165).

2.2.2 Prinsip – Prinsip Akuntansi Islam

Prinsip-prinsip akuntansi yaitu sekumpulan petunjuk-petunjuk

pelaksanaan yang bersifat umum, yamg wajib diambil dan dipergunakan

sabagai petunjuk dalam mengetahui dasar-dasar umum bagi akuntansi.

Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah22 :

1. Prinsip Legitimasi Muamalat yaitu sasaran–sasaran, transaksi-

transaksi, tindakan-tindakan dan keputusan-keputusan itu sah

menurut syariat.

22
Omar Abdullah Zaid, Akuntansi Syariah,LPFE Usakti,Jakarta,2004, hal 167

39
2. Prinsip Entitas Spiritual adalah adanya pemisahan kegiatan

investasi dari pribadi yang melakukan pendanaan terhadap kegiatan

investasi tersebut.

3. Prinsip Kontinuitas yaitu prinsip yang keberadaanya dapat

memberikan pandangan bahwa perusahaan itu akan terus

menjalankan kegiatannya sampai waktu yang tidak diketahui, dan

dilikuidasinya merupakan masalah pengecualian, kecuali jika terdapat

indikasi yang mengarah kepada kebalikannya. Dari prinsip ini dapat

disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

a. Umur perusahaan tidak tergantung pada umur pemiliknya.

b. Mendorong manusia agar salalu beramal dan bekerja keras,

padahal ia mengetahui bahwa dia akan tiada suatu saat

nanti.

c. Prinsip kontinuitas (going concern) merupakan kaidah

umum dalam investasi.

d. Prinsip ini menjadi dasar dalam pengambilan keputusan

agar perusahan terus beroperasi.

4. Prinsip Matching yaitu suatu cermin yang memantulkan hubungan

sebab akibat antara dua sisi, dari satu segi, dan mencerminkan juga

hasil atau dari hubungan tersebut dari segi lainnya.

2.2.3 Kaidah-Kaidah Akuntansi Islam

40
Kaidah adalah sejumlah hukum-hukum pelaksanaan yang bersifat

rinci dan saling terkait, yang berkaitan dengan cara penerapan petunjuk-

petunjuk pelaksanaan yang bersifat umum. Kaidah itu adalah 23 :

1. Kaidah obyektivitas

2. Kaidah accrual yaitu suatu kaidah yang menangani tentang

penjadwalan perimbangan pemasukan dan pengeluaran, baik yang

diterima atau dibayarkan maupun yang belum diterima atau

dibayarkan.

3. Kaidah pengukuran

4. Kaidah konsistensi adalah kaidah yang harus dipegang untuk

menetapkan bahwa data akuntansi dapat dibandingkan. Kaidah ini

terkait komitmen untuk mengikuti prosedurnya sendiri.

5. Kaidah periodisitas yaitu prinsip yang keberadaannya dapat

memberikan pandangan bahwa perusahaan itu melakukan pelaporan

dalam tenggat waktu tertentu secara berkesinambungan dan terus -

menerus.

6. Kaidah pencatatan sistematis ialah pencatatan dalam buku dengan

angka atau kalimat untuk transaksi – transaksi, tindakan-tindakan, dan

keputusan-keputusan yang telah berlangsung pada saat kejadiannya,

secara sistematis dan sesuai dengan karakter perusahaan serta

kebutuhan manajemennya.

7. Kaidah transparansi yaitu penggambaran data-data akuntansi secara

amanah, tanpa menyembunyikan satu bagian pun darinya serta tidak


23
ibid, hal 212

41
menampakkannya dalam bentuk yang tidak sesungguhnya, atau yang

menimbulkan kesan yang melebihi makna data-data akuntansi

tersebut.

Gambar 2.2 Perbandingan Struktur dan Sumber Konsep Akuntansi

Masyarakat pasca Idiologi Islam (tauhid)


kapitalis

Idiologi Neo kapitalis Sistem sosial Islam

Ekonomi neo kapitalis


Sistem ekonomi Islam

Teori akuntansi Neo


kapitalis Konsep & sistem
akuntansi Islam
Praktek akuntansi Neo
kapitalis

Akuntansi Konvensional Akuntansi Syariah

Sumber : Sofyan Safri Harahap dalam buku Menuju Perumusan Teori Akuntansi Islam

Menurut Muhammad Akram Khan sifat akuntansi Islam adalah :

1. Penentuan laba rugi yang tepat

Walaupun penentuan laba rugi bersifat subyektif dan bergantung nilai,

kehati-hatian harus dilaksanakan agar tercapai hasil yang bijaksana

(sesuai syariah) dan konsisten, sehingga dapat menjamin bahwa

kepentingan semua pihak pemakai laporan dilindungi.

2. Mempromosikan dan menilai efisiensi kepemimpinan

42
Sistem akuntansi harus mampu memberikan standar berdasarkan

hukum sejarah untuk menjamin bahwa manajemen mengikuti

kebijaksanaan-kebijaksanaan yang baik yang mempromosikan amal

baik, serta dapat menilai efisiensi manajemen.

3. Ketaatan pada hukum syariah

Setiap aktifitas yang dilakukan oleh unit ekonomi harus dikenali halal

haramnya. Faktor ekonomi tidak harus menjadi alasan tunggal untuk

menentukan berlanjut tidaknya suatu organisasi, tetapi harus tetap

tunduk terhadap syariat Islam.

4. Keterikatan pada keadilan

Karena tujuan utama dalam syariah adalah penerapan keadilan dalam

masyarakat seluruhnya, informasi akuntan harus mampu melaporkan

setiap kegiatan atau keputusan yang dibuat untuk menambah

ketidakadilan di masyarakat.

5. Melaporkan dengan baik

Informasi akuntansi harus berada dalam posisi yang terbaik untuk

melaporkan.

6. Perubahan dalam praktek akuntansi

Akuntansi harus mampu bekerjasama untuk menyusun saran-saran

yang tepat untuk mengikuti perubahan.

2.3 Sistem Akuntansi

43
Sistem didefinisikan sebagai sekelompok unsur yang erat

berhubungan satu dengan lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk

mencapai tujuan tertentu24. Dari definisi ini dapat dirinci lebih lanjut

pengertian umum mengenai sistem sebagai berikut :

1. Setiap sistem terdiri dari unsur-unsur.

2. Unsur-unsur tersebut merupakan bagian terpadu sistem yang

bersangkutan.

3. Unsur sistem tersebut bekerja sama untuk mencapai tujuan

sistem.

4. Suatu sistem merupakan bagian dari sistem lain yang lebih

besar.

Setiap sistem dibuat untuk menangani sesuatu yang berulangkali

atau secara rutin terjadi. Sedangkan akuntansi adalah serangkaian kerja

yang dimulai dari transakasi sampai membuat laporan keuangan yang

berguna untuk pemakai laporan keuangan tersebut.

Jadi dapat dikatakan bahwa sistem akuntansi adalah organisasi

formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasikan sedemikian rupa untuk

menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna

memudahkan pengelolaan perusahaan.

Dalam rangkaian sistem juga dikenal istilah prosedur. Prosedur

adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa

orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin
24
Mulyadi,Sistem Akuntansi,Salemba Empat,Jakarta,2001,hal 2

44
penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-

ulang. Sedangkan sistem merupakan jaringan prosedur yang dibuat

menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok

perusahaan.

Dapat diambil kesimpulan bahwa suatu sistem terdiri dari jaringan

prosedur, sedangkan prosedur merupakan urutan kegiatan klerikal.

Sistem akuntansi sebagai suatu bangunan sistem informasi

memiliki 6 blok bangunan : masukan, model, keluaran, teknologi, basis

data, dan pengendalian. Diantara enam blok bangunan sistem tersebut,

blok keluaran merupakan faktor penentu perancangan blok bangunan

sistem informasi lain.

Sistem akuntansi merupakan subsistem sistem informasi

manajemen yang mengolah data keuangan menjadi informasi keuangan

untuk memenuhi kebutuhan pemakai intern maupun pemakai ekstern.

Gambar 2.3 Simbol untuk pembuatan bagan alir dokumen

Dokumen. Simbol ini digunakan untuk

menggambarkan semua jenis dokumen, yang

merupakan formulir yang digunakan untuk

merekam terjadinya transaksi. Nama dokumen

dicantumkan ditengah simbol.

Catatan. Simbol ini digunakan untuk

menggambarkan catatan akuntansi yang

digunakan untuk mencatat data yang direkam

45
sebelumnya di dalam dokumen atau formulir.

Penghubung pada halaman yang sama (on page

connector).

Penghubung pada halaman yang berbeda (off

page connector).

Kegiatan manual. Simbol ini digunakan untuk

menggambarkan kegiatan manual. Uaraian

singkat kegiatan manual dicantumkan di dalam

simbol.

Arsip sementara. Simbol ini digunakan untuk

menunjukkan tempat penyimpanan dokumen.

Arsip sementara adalah tempat penyimpanan

dokumen yang dokumennya akan diambil kembali

dari arsip tersebut di masa yang akan datang

untuk pengolahan lebih lanjut terhadap dokumen

tersebut. Digunakan simbol :

A = menurut abjad

N = menurut nomor urut

T = menurut kronologis, menurut tanggal

Arsip permanen. Simbol ini digunakan untuk

menggambarkan arsip permanen yang merupakan

tempat penyimpanan dokumen yang tidak akan

46
diproses lagi dalam sistem akuntansi yang

bersangkutan.

On line computer process. Simbol ini

menggambarrkan pengolahan data dengan

komputer secara on-line.

Mulai/berakhir (terminal). Simbol ini digunakan

untuk menggambarkan awal dan akhir sebuah

sistem akuntansi.

Masuk / keluar dari satu sistem ke sistem lain.

2.4 Akuntansi Murabahah Dalam Perbankan Syariah

2.4.1 Tujuan Akuntansi Keuangan

Tujuan akuntansi keuangan bank syariah adalah 25 :

1. Menentukan hak dan kewajiban pihak terkait, termasuk hak dan

kewajiban yang berasal dari transaksi yang belum selesai dan atau

kegiatan ekonomi lain. Sesuai dengan prinsip syariah yang

berlandaskan kejujuran, keadilan, kebajikan dan kepatuhan terhadap

nilai-nilai bisnis Islami.

2. Menyediakan informasi keuangan yang bermanfaat bagi pemakai

laporan untuk pengambilan keputusan.

IAI, Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Bank


25

Syariah,Jakarta, 2002, paragraf 12

47
3. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua

transaksi dan kegiatan usaha.

2.4.2 Pemakai dan Kebutuhan Informasi

Pemakai laporan keuangan bank syariah seperti dinyatakan dalam

kerangka dasar akuntansi umum dengan tambahan antara lain sebagai

berikut26 :

1. Pemilik dana investasi yang berkepentingan akan informasi

keuangan yang memungkinkan mereka untuk mengambil

keputusan investasi dengan tingkat keuntungan yang bersaing dan

aman.

2. Pembayar zakat, infaq, dan shadaqah yang berkepentingan akan

informasi mengenai sumber dan penyaluran dana tersebut.

3. Dewan Pengawas Syariah yang berkepentingan dengan informasi

tentang kepatuhan pengelola bank akan prinsip syariah.

2.4.3 Asumsi Dasar

Asumsi dasar konsep akuntansi bank syariah sama dengan asumsi

dasar konsep akuntansi keuangan secara umum yaitu konsep

kelangsungan usaha dan dasar akrual. Pendapatan untuk tujuan

penghitungan bagi hasil menggunakan dasar kas.


26
ibid, paragraf 11

48
Dasar Akrual

Untuk mencapai tujuannya, laporan keuangan disusun atas dasar

akrual. Dengan dasar ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui

pada saat kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima

atau dibayar) dan diungkapkan dalam catatan akuntansi serta dilaporkan

dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Laporan

keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada

pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan

dan pembayaran kas, tetapi juga kewajiban pembayaran kas di masa

depan serta sumber daya yang mempresentasikan kas yang akan

diterima di masa depan. Oleh karena itu, laporan keuangan menyediakan

jenis informasi transaksi masa lalu dan peristiwa lainnya yang paling

berguna bagi pemakai dalam pengambilan keputusan.

Penghitungan pendapatan untuk tujuan bagi hasil menggunakan

dasar kas.

2.4.4 Akuntansi Murabahah

2.4.4.1 Karakteristik

Murabahah atau Tauliyah adalah jual beli dengan harga yang

setimpal dengan harga pertama dengan ditambah keuntungan. (Wahbah

Zuhaili,Fiqh Muamalah Perbankan Syariah,PT BMI,1999).

49
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga

perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan

pembeli.(PSAK 59:Akuntansi Perbankan Syariah,paragraf 52).

Syarat-syarat dalam murabahah :

1. Mengetahui harga pertama (harga pembelian ). Mengetahui harga

pertama adalah syarat sahnya transaksi murabahah.

2. Mengetahui keuntungan. Keuntungan adalah bagian dari harga

(tsaman), sedangkan mengetahui harga adalah syarat sahnya jual

beli.

3. Modal hendaklah dari komoditi yang memiliki kesamaan dan

sejenis.

4. Sistem murabahah dalam harta riba hendaknya tidak dinisbatkan

riba tersebut terhadap harga pertama.

5. Transaksi pertama haruslah sah.

Beberapa hal yang berkaitan dengan jual beli murabahah :

1. Menurut sebagian besar ulama Hanafiyah,jika cacat yang ada di

atas kehendak manusia, maka ia diperbolehkan menjualnya

dengan harga utuh tanpa menjelaskan bagian yang cacat.

2. Zufar dan sebagian besar ulama mengatakan bahwa barang yang

cacat tidak dijual secara murabahah sehingga menjelaskan cacat

tersebut untuk mencegah adanya unsur khianat.

50
3. Jika cacat tersebut hasil perbuatan si pembeli atau orang lain,

maka tidak boleh dijual secara murabahah sehingga cacat tersebut

dijelaskan. Ini adalah kesepakatan para ulama.

4. Apabila membeli sesuatu secara angsur (nasi’ah), maka tidak

boleh menjualnya secara murabahah sehingga menjelaskannya.

Hukum-hukum yang timbul jika terjadi penyelewengan

Jika terdapat penyelewengan pada sifat harga, seperti membeli

sesuatu secara kredit lalu menjualnya secara murabahah dengan harga

pertama tanpa menjelaskan bahwa ia membeli secara kredit, kemudian

pembeli mengetahui, menurut ulama Hanafiyah, ia boleh memilih

menerima atau manolak. Pendapat ini didasarkan pada amanah.

Jika penyelewengan terdapat pada jumlah harga, menurut Abu

Hanifah pihak pembeli boleh memilih menerima atau menolak.

Berikut ini adalah fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 04/DSN-

MUI/IV/2000 tertanggal 1 April 2000 (Himpunan Fatwa, edisi kedua, hal

25-29) :

Pertama : Ketentuan umum murabahah dalam bank syariah

1. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas

riba.

2. Barang yang diperjual belikan tidak diharamkan oleh syariah Islam.

3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang

yang telah disepakati kualifikasinya.

51
4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank

sendiri, pembelian ini harus sah dan bebas riba.

5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan

pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara berhutang.

6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah

(pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus

keuntungannya. Dalam kaitan ini harus memberitahu secara jujur

harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang

diperlukan.

7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut

pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati.

8. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad

tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan

nasabah.

9. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli

barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan

setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank.

Kedua : ketentuan murabahah kepada nasabah

52
1. Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu

barang atau aset kepada bank.

2. Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli

terlebih dahulu aset yang dipesannya secara sah dengan

pedagang.

3. Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah harus

menerima (membeli) nya sesuai dengan perjanjian yang telah

disepakatinya, karrena secara hukum perjanjian tersebut mengikat,

kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli.

4. Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk

membayar uang muka saat menandatangi kesepakatan awal

pemesanan.

5. Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut biaya riil

bank harus dibayar dari uang muka tersebut.

6. Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung

oleh bank, bank dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada

nasabah.

7. Jika uang muka memakai kontrak urbun sebagai alternatif dari

uang muka, maka :

a. Jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut ia

tinggal membayar sisa harga.

b. Jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank

maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat

53
pembatalan tersebut, dan jika uang muka tidak mencukupi,

nasabah wajib melunasi kekurangannya.

Ketiga : jaminan dalam murabahah

1. Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius

dengan pesanannya.

2. Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang

dapat dipegang.

Keempat : Hutang dalam murabahah

1. Secara prinsip, penyelesaian hutang nasabah dalam transaksi

murabahah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang

dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas barang tersebut. Jika

nasabah menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan atau

kerugian, ia tetap berkewajiban untuk menyelesaikan hutangnya

kepada bank.

2. Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran

berakhir, ia tidak wajib segera melunasi seluruhnya.

3. Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah

tetap harus menyelesaikan hutangnya sesuai kesepakatan awal. Ia

tidak boleh memperlambat pembayaran angsuran atau meminta

kerugian itu diperhitungkan.

Kelima : Penundaan pembayaran dalam murabahah

54
1. Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda

penyelesaian hutangnya.

2. Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau

jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya, maka

penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah

setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

Keenam :Bangkrut dalam murabahah

Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan

hutangnya, bank harus menunda tagihan hutang sampai ia sanggup

kembali, atau berdasarkan kesepakatan.

Berkenaan dengan uang muka, Dewan Syariah Nasional

mengeluarkan fatwa nomor 13/DSN-MUI/IX/2000 tentang uang muka

dalam murabahah tertanggal 16 September 2000 (Himpunan Fatwa, Edisi

kedua, hal 86) sebagai berikut :

1. Dalam akad pembiayaan murabahah, lembaga keuangan syariah

dibolehkan untuk meminta uang muka apabila kedua belah pihak

sepakat.

2. Besar jumlah uang muka ditentukan berdasarkan kesepakatan.

3. Jika nasabah membatalkan akad murabahah, nasabah harus

memberikan ganti rugi kepada lembaga keuangan syariah dari

uang muka tersebut.

4. Jika jumlah uang muka lebih kecil dari kerugian, lembaga keuangan

syariah dapat meminta tambahan kepada nasabah.

55
5. Jika jumlah uang muka lebih besar dari kerugian, lembaga

keuangan syariah harus mengembalikan kelebihannya kepada

nasabah.

Sedangkan dalam himpunan fatwa yang sama terdapat aturan

mengenai diskon dalam murabahah yaitu fatwa nomor

16/DSN-MUI/IX/2000 hal 100-101 sebagai berikut :

1. Harga (tsaman) dalam jual beli adalah suatu jumlah yang

disepakati oleh kedua belah pihak, baik sama dengan nilai (qimah)

benda yang menjadi obyek jual beli, lebih tinggi maupun lebih

rendah.

2. Harga dalam jual beli murabahah adalah harga beli dan biaya yang

diperlukan ditambah keuntungan sesuai dengan kesepakatan.

3. Jika dalam jual beli murabahah lembaga keuangan syariah

mendapat diskon dari supplier, harga sebenarnya adalah harga

setelah diskon, karena itu diskon dalah hak nasabah.

4. Jika pemberian diskon terjadi setelah akad, pembagian diskon

tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian (persetujuan) yang

dimuat dalam akad.

5. Dalam akad, pembagian diskon setelah akad hendaklah

diperjanjikan dan ditanda tangani.

DSN juga menetapkan sanksi atas nasabah mampu yang

menunda-nunda pembayaran sebagaimana tercantum dalam fatwa nomor

17/DSN-MUI/IX/2000 hal 105-106 yaitu :

56
1. Sanksi yang disebut dalam fatwa ini adalah sanksi yang dikenakan

lembaga keuangan syariah kepada nasabah yang mampu

membayar, tetapi menunda-nunda pembayaran dengan sengaja.

2. Nasabah yang tidak/belum mampu membayar disebabkan force

majeur tidak boleh dikenakan sanksi.

3. Nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran dan/ atau

tidak mempunyai kemauan dan itikad baik untuk membayar

hutangnya boleh dikenakan sanksi.

4. Sanksi didasarkan pada prinsip ta’zir, yaitu bertujuan agar nasabah

lebih disiplin dalam melaksanakan kewajibannya.

5. Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarnya

ditentukan atas dasar kesepakatan dan dibuat saat akad

ditandatangani.

6. Dana yang berasal dari denda diperuntukkan sebagai dana sosial.

Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa

pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan, bank melakukan

pembelian setelah ada pemesanan dari nasabah.

Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau

tidak mengikat nasabah untuk membeli barang yang dipesannya. Dalam

murabahah pesanan mengikat pembeli tidak dapat membatalkan

pesanannya. Apabila aktiva murabahah yang telah dibeli bank (sebagai

penjual) dalam murabahah pesanan mengikat mengalami penurunan nilai

sebelum diserahkan kepada pembeli maka penurunan nilai tersebut

57
menjadi beban penjual (bank) dan penjual (bank) akan mengurangi nilai

akad.

Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan.

Selain itu, dalam murabahah juga diperkenankan adanya perbedaan

dalam harga barang untuk cara pembayaran berbeda.

Bank dapat memberikan potongan apabila nasabah :

a Mempercepat pembayaran cicilan; atau

b Melunasi piutang murabah sebelum jatuh tempo

Harga yang disepakati dalam murabahah adalah harga jual

sedangkan harga beli harus diberitahukan. Jika bank mendapatkan

potongan dari pemasok, maka potongan itu merupakan hak nasabah.

Apabila potongan tersebut terjadi setelah akad maka pembagian potongan

harus dilakukan berdasarkan perjanjian yang dimuat dalam akad.

Bank dapat meminta nasabah menyediakan agunan atas piutang

murabahah, antara lain dalam bentuk barang yang telah dibeli dari bank.

Bank dapat meminta kepada nasabah urbun sebagai uang muka

pembelian pada saat akad apabila apabila kedua belah pihak bersepakat.

Urbun menjadi bagian pelunasan piutang murabahah apabila murabahah

jadi dilaksanakan. Tetapi apabila murabahah batal, urbun dikembalikan

kepada nasabah setelah dikurangi kerugian sesuai dengan kesepakatan.

Jika uang muka lebih kecil dari kerugian bank maka bank dapat meminta

tambahan dari nasabah.

58
Apabila nasabah tidak dapat memenuhi piutang murabahah sesuai

dengan yang diperjanjikan, bank berhak mengenakan denda kecuali jika

dibuktikan bahwa nasabah tidak mampu melunasi. Denda diterapkan bagi

nasabah mampu yang menunda pembayaran. Denda tersebut

berdasarkan pada pendekata ta’zir yaitu untuk membuat nasabah lebih

disiplin terhadap kewajibannya. Besarnya denda sesuai dengan yang

diperjanjikan dalam akad dan dana yang berasal dari denda

diperuntukkan sebagai dana sosial (qardhul hasan).

2.4.4.2 Pengakuan dan Pengukuran

Pada saat perolehan, aktiva yang diperoleh dengan tujuan untuk

dijual kembali dalam murabahah diakui sebagai aktiva murabahah

sebesar biaya perolehan.

Pengukuran aktiva murabahah setelah perolehan adalah sebagai

berikut27 :

a. Aktiva tersedia untuk dijual dalam murabahah pesanan mengikat :

i. Dinilai sebesar biaya perolehan

ii. Jika terjadi penurunan nilai aktiva karena usang, rusak, atau

kondisi lainnya, penurunan nilai tersebut diakui sebagai

beban dan mengurangi nilai aktiva

b. Apabila dalam murabahah tanpa pesanan atau murabahah pesanan

tidak mengikat terdapat indikasi kuat pembeli batal melakukan

transaksi, maka aktiva murabahah :

27
IAI,PSAK No 59, Jakarta,2002, paragraf 62

59
i. Dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih yang

dapat direalisasi, mana yang lebih rendah

ii. Jika nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah maka

selisihnya diakui sebagai kerugian.

Potongan pembelian dari pemasok diakui sebagai pengurang biaya

perolehan aktiva murabahah.

Pada saat akad, piutang murabahah diakui sebesar biaya

perolehan aktiva murabahah ditambah keuntungan yang disepakati. Pada

akhir periode laporan keuangan, piutang murabahah dinilai sebesar nilai

bersih yang dapat direalisasi, yaitu saldo piutang dikurangi penyisihan

kerugian piutang.

Keuntungan murabahah diakui28 :

a. Pada periode terjadinya, apabila akad berakhir pada periode laporan

keuangan yang sama.

b. Selama periode akad secara proporsional, apabila akad melampaui

satu periode laporan keuangan.

Potongan pelunasan dini diakui dengan menggunakan salah satu

metode berikut29 :

a Jika potongan pelunasan diberikan pada saat penyelesaian, bank

mengurangi piutang murabahah dan keuntungan murabahah

b Jika potongan pelunasan diberikan setelah penyelesaian, bank

terlebih dulu menerima pelunasan piutang murabahah dari nasabah,

28
ibid, paragraf 65
29
ibid, paragraf 66

60
kemudian bank membayar potongan pelunasan kepada nasabah

dengan mengurangi keuntungan murabahah.

Denda dikenakan apabila nasabah lalai dalam melakukan

kewajibannya sesuai akad. Pada saat diterima, denda diakui sebagai

dana sosial.

Pengakuan dan pengukuaran urbun (uang muka) adalah sebagai

berikut30 :

a. Urbun diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang

diterima bank pada saat diterima.

b. Pada saat barang jadi dibeli oleh nasabah, maka urbun diakui

sebagai pembayaran piutang.

c. Jika barang batal dibeli oleh nasabah, maka urbun dikembalikan

kepada nasabah setelah diperhitungkan dengan biaya-biaya yang

telah dikeluarkan bank.

2.4.4.3 Penyajian

Piutang murabahah disajikan pada akhir periode akuntansi 31

30
ibid, paragraf 68
31
BI,PAPSI,2003, hal 34

61
a. Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat

direalisasikan, yaitu saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan

kerugian piutang.

b. Margin murabahah ditangguhkan disajikan sebagai pos lawan

piutang murabahah.

2.4.4.4 Jurnal32

a. Pada saat perolehan aktiva murabahah

Dr. Persediaan/aktiva murabahah

Kr. Kas/rekening pemasok/kliring

b. Pada saat penjualan aktiva murabahah kepada nasabah :

Pembayaran secara angsuran

Dr. Piutang Murabahah

Kr. Margin murabahah ditangguhkan

Kr. Persediaan/Aktiva murabahah

c. Penurunan nilai barang sebelum diserahkan kepada nasabah

Dr. Kerugian penurunan nilai aktiva murabahah

Kr. Persediaan aktiva murabahah

Bila terjadi pembatalan akad oleh nasabah dan nilai bersih yang

dapat direalisasi lebih kecil dari nilai perolehan

Dr. Beban selisih penilaian aktiva murabahah


32
ibid,hal 35

62
Kr. Penyisihan kerugian aktiva murabahah

d. Urbun

1. Penerimaan uang muka dari nasabah

Dr. Kas/Rekening

Kr. Kewajiban lain-uang muka murabahah (urbun)

2. Pembatalan pesanan, pengembalian urbun kepada nasabah

Dr. Kewajiban lain-uang muka murabahah (urbun)

Kr. Pendapatan operasional

Kr. Kas/rekening

3. Terjadi kerugian bank karena pembatalan pesanan

Dr. Kas

Dr. Kerugian Pemesanan Murabahah

Kr. Piutang Uang Muka (uang muka kepada pemasok)

4. Penggantian kerugian bank

Dr. Hutang uang muka (titipan uang muka)

Kr. Kerugian Pemesanan Murabahah

Kr. Rekening pembeli/nasabah

5. Kerugian bank lebih besar dari uang muka

Dr. Hutang uang muka (titipan uang muka)

Dr. Piutang nasabah

63
Kr. Kerugian pemesanan murabahah

Kr. Beban survey murabahah

6. Apabila murabahah jadi dilaksanakan

Dr. Kewajiban lain-uang muka murabahah (urbun)

Kr. Piutang murabahah

e. Pada saat penerimaan angsuran dari nasabah (pokok dan margin)

Dr. Kas/rekening

Kr. Piutang murabahah

Dr. margin murabahah ditangguhkan

Kr. Pendapatan margin murabahah

f. Pengakuan pendapatan murabahah yang performing dengan

kategori kolektibilitas lancar dan DPK (Dalam Perhatian Khusus)

1. Pada saat pengakuan pendapatan

Dr. Piutang murabahah jatuh tempo

Kr. Piutang murabahah

Dr. Margin murabahah ditangguhkan

Kr. Pendapatan margin murabahah

2. Pada saat penerimaan angsuran tunggakan (pokok dan margin)

Dr. Kas/rekening

Kr. Piutang murabahah jatuh tempo

64
g. Perubahan status dari performing ke non performing

Dr. Piutang murabahah jatuh tempo

Dr. Margin murabahah ditangguhkan

Kr. Piutang murabahah

Kr. Margin murabahah ditangguhkan jatuh tempo

Untuk pembatalan pendapatan yang telah diakui sebagai berikut :

Dr. Pendapatan margin murabahah

Kr. Margin murabahah ditangguhkan jatuh tempo

h. Pembayaran angsuran tertunggak-non performing

Dr. Kas

Kr. Piutang murabahah jatuh tempo

Dr. Margin murabahah ditangguhkan jatuh tempo

Kr. Pendapatan margin murabahah

i. Pemberian potongan pelunasan dini dapat dilakukan dengan

menggunakan dua metode berikut ini :

1. Jika pada saat penyelesaian, bank mengurangi piutang

murabahah dan keuntungan murabahah

65
Dr. Kas/rekening

Dr. Margin murabahah ditangguhkan

Kr. Piutang murabahah

Kr. Pendapatan margin murabahah

2. Jika setelah penyelesaian, bank terlebih dulu menerima

pelunasan piutang murabahah dari nasabah, kemudian bank

membayar potongan pelunasan dini murabahah kepada nasabah

dengan mengurangi keuntungan murabahah.

Dr. Kas/rekening

Kr. Piutang murabahah

Dr. Margin murabahah ditangguhkan

Kr. Pendapatan margin murabahah

Dr. Beban operasional-Potongan pelunasan dini murabahah

Kr. Kas/rekening

j. Penerimaan denda dari nasabah

Dr. Kas/rekening

Kr. Rekening simpanan wadiah-dana kebajikan

2.4.4.5 Pengungkapan

Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain 33 :

33
ibid, hal 36

66
1) Rincian piutang murabahah berdasarkan jumlah, jangka waktu,

jenis valuta dan kualitas piutang dan penyisihan penghapusan

piutang murabahah.

2) Jumlah piutang murabahah yang diberikan kepada pihak yang

mempunyai hubungan istimewa (pihak terkait)

3) Kebijakan dan metode akuntansi untuk penyisihan, penghapusan

dan penanganan piutang murabahah yang bermasalah.

4) Besarnya piutang murabahah baik yang dibiayai sendiri oleh bank

maupun secara bersama-sama dengan pihak lain sebesar bagian

pembiayaan bank.

67

Anda mungkin juga menyukai