Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dinamika kesadaran umat Islam untuk mengamalkan ajaran dan menerapkan sistem
Islam secara menyeluruh (kaffah) tampaknya sudah mulai menunjukkan adanya
peningkatan, secara menyeluruh (kaffah) tampaknya sudah mulai menunjukkan adanya
peningkatan, khususnya dalam bidang ekonomi. Ekonomi dan keuangan Islam sudah
mulai memperlihatkan khususnya dalam bidang ekonomi. Ekonomi dan keuangan Islam
sudah mulai memperlihatkan sosoknya sebagai suatu alternatif baru yang sosoknya
sebagai suatu alternatif baru yang diambil dari ajaran Islam.
Pada dasawarsa 1970 dan 1980-an di Timur Tengah serta negara-negara muslim
lainnya telah dimulai kajian-kajian ilmiah tentang ekonomi dan keuangan Islam yang
berbuah terbentuknya sebuah lembaga keuangan Islam internasional yakni Islamic
Development Bank (IDB) – sejenis bank pembangunan seperti Bank Dunia dan Bank
Pembangunan Asia – pada tahun 1975 yang berkedudukan di Jeddah, yang kemudian
diikuti oleh pendirian bank-bank Islam lainnya di Timur Tengah.
Di Indonesia sendiri, Bank syariah yang pertama baru didirikan sekitar tahun 1991
dan baru beroperasi pada pertengahan tahun 1992 yang tidak lepas dari dukungan rezim
yang berkuasa saat itu.
Dengan melihat perkembangan bank syariah di atas, agaknya keinginan umat untuk
menjalankan kehidupan bisnis dan transaksinya dalam skala yang lebih luas yang sesuai
dengan prinsip-prinsip ajaran Islam agaknya sudah memiliki sarana yang tepat. Namun,
diakui atau pun tidak, pengetahuan umat tentang bank syariah masih terbatas dan tidak
merata. Masih banyak yang tidak mengenal apa itu bank syariah atau bahkan masih adanya
anggapan yang keliru bahwa bank syariah adalah bank konvensional yang berbaju syariah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Bank Syariah?
2. Bagaimana Sejarah Bank Syariah?
3. Apa Fungsi Bank Syariah?
4. Apa Prinsip Bank Syariah?
5. Apa Tujuan Bank Syariah?
6. Apa Saja Ciri-Ciri Bank Syariah?

1
7. Apa Saja Jenis-jenis Bank Syariah?
8. Apa Saja Produk Bank Syariah?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui apa itu Bank Syariah.
2. Untuk Mengetahui Sejarah Bank Syariah.
3. Untuk Mengetahui Fungsi Bank Syariah.
4. Untuk Mengetahui Prinsip Bank Syariah.
5. Untuk Mengetahui Tujuan Bank Syariah.
6. Untuk Mengetahui Ciri-Ciri Bank Syariah.
7. Untuk Mengetahui Jenis-jenis Bank Syariah.
8. Untuk Mengetahui Produk Bank Syariah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bank Syariah


Bank Syariah yaitu Bank yang operasionalnya berpedoman pada usaha yang
dilakukan seperti di zaman Rasullullah SAW. Bentuk-bentuk usaha yang sudah ada
sebelumnya tetapi tidak dilarang oleh Rasul atau bentuk-bentuk usaha baru sebagai hasil
ijtihad para tokoh agama yang tidak menyimpang dari Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Berikut adalah definisi dari Bank Syariah menurut para ahli.
1. Drs. H. Karnaen Perwata Atmadja
Pengertian Bank Islam menurut Drs. H. Karnaen Perwata Atmadja adalah Bank yang
beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam yang tata cara
operasionalnya mengacu pada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Al-Hadist.
2. Ensiklopedia Islam
Pengertian bank Islam menurut Ensiklopedia Islam adalah lembaga keuangan yang
usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta
peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah
Islam.
3. UU No. 10 Tahun 1998
Pengertian Bank Islam menurut UU No. 10 Tahun 1998 adalah Bank yang
menjalankan kegiatan berdasar prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank
umum syariah dan Bank pembiayaan rakyat syariah.
4. M. Syafe’i Antonio dan Perwata Atmadja
Pengertian Bank Syariah menurut M. Syafe’i Antonio dan Perwata Atmadja adalah
bank yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam dan tata caranya
mengacu kepada ketentuan Al-Qur’an dan Hadits.
5. UU No.21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
Pengertian Bank Syariah menurut UU No.21 Tahun 2008 adalah bank yang
menjalankan kegaiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya
terdiri dari Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
6. Muhammad
Pengertian Bank Islam menurut Muhammad adalah lembaga keuangan yang usaha
pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran
serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.

3
B. Sejarah Bank Syariah
Perkembangan Bank Syariah modern tercatat di Pakistan dan Malaysia sekitar tahun
1940, yang pada waktu itu adalah usaha pengelolaan dana jamaah haji secara non
konvensional. Pada tahun 1940 di Mesir didirikan Mit Ghamr Lokal Saving Bank oleh
Ahmad El-Najar yang dibantu oleh Raja Faisal dari Arab Saudi. Dalam jangka waktu
empat tahun Mit Ghamr berkembang dengan membuka sembilan cabang dengan nasabah
mencapai satu juta orang.
Di Indonesia sendiri sudah muncul gagasan mengenai bank syariah pada
pertengahan 1970 yang dibicarakan pada seminar Indonesia-Timur Tengah pada tahun
1974 dan Seminar Internasional pada tahun 1976. Bank syariah pertama di Indonesia
adalah bank Muamalat yang merupakan hasil kerja tim perbankan MUI yang
ditandatangani pada tanggal 1 November 1991. Perkembangan yang pesat pada bank
syariah di Indonesia ini dianggap karena selama ini bank syariah mampu membidik pasar
syariah loyalis, yaitu konsumen yang meyakini bahwa bunga bank itu haram. Para
depositor sendiri sangat memperhatikan return atau keuntungan yang mereka peroleh
ketika menginvestasikan uangnya di Bank.
Selain itu, pesatnya perkembangan syariah di Indonesia juga disebabkan karena
tujuan ekonomi Islam yang tidak hanya terfokus pada tujuan komersil yang tergambar
pada pencapaian keuntungan maksimal semata, tetapi juga mempertimbangkan perannya
dalam memberikan kesejahteraan secara luas bagi masyarakat, yang merupakan
implementasi peran bank syariah selaku pelaksana fungsi sosial.
Namun dibandingkan dengan pertumbuhan perbankan syariah di negara-negara
Islam, pertumbuhan perbankan syariah Indonesia masih relatif tertinggal dan
pertumbuhannya kurang stabil. Ketertinggalan ini terlihat dari pangsa Perbankan Syariah
Indonesia terhadap Perbankan Nasional yang relatif rendah dibandingkan pangsa pasar
Perbankan Syariah di negara- negara tetangga yang juga menggunakan dual banking
sistem, terutama Malaysia. Pada 2016, market share perbankan syariah di Malaysia
mencapai 40-50%, sementara di Indonesia baru mencapai 5%.

C. Fungsi Bank Syariah


Berikut ini adalah fungsi dari adanya bank syariah:
1. Penghimpun Dana
Mirip dengan bank konvensional, pada bank syariah mempunyai fungsi untuk
menghimpun dana dari masyarakat, perbedaan keduanya adalah jika bank
4
konvensional penabung akan mendapatkan balas jasa dalam bentuk bunga, sedangkan
jika di Bank Syariah penabung akan mendapatkan balas jasa dalam bentuk bagi hasil.
2. Penyalur Dana
Dana yang telah dihimpun atau dikumpulkan oleh bank syariah dari nasabah,
selanjutnya akan disalurkan kembali kenasabah lain dengan sistem bagi hasil.
3. Memberikan Pelayanan Jasa Bank
Dalam kapasitas ini, bank syariah mempunyai fungsi yaitu memberikan layanan
seperti jasa transfer, pemindahan buku, jasatarik tunai dan juga jasa perbankan lainnya.

D. Prinsip Bank Syariah


1. Shiddiq, memastikan bahwa pengelolaan Bank Syariah dilakukan dengan moralitas
yang menjunjung tinggi nilai kejujuran. Dengan nilai ini pengelolaan diperkenankan
(halal) serta menjauhi cara-cara yang meragukan (subhat) terlebih lagi yang bersifat
dilarang (haram).
2. Tabligh, secara berkesi nambungan melakukan sosialisasi dan mengedukasi
masyarakat mengenai prinsip-prinsip, produk dan jasa perbankan syariah. Dalam
melakukan sosialisasi sebaiknya tidak hanya mengedepankan pemenuhan prinsip
syariah semata, tetapi juga harus mampu mengedukasi masyarakat mengenai manfaat
bagi pengguna jasa perbankan syariah.
3. Amanah, menjaga dengan ketat prinsip kehati-hatian dan kejujuran dalam mengelola
dana yang diperoleh dari pemilik dana (shahibulmaal) sehingga timbul rasa saling
percaya antara pemilik dana dan pihak pengelola dana investasi (mudharib).
4. Fathanah, memastikan bahwa pegelolaan bank dilakukan secara profesional dan
kompetitif sehingga menghasilkan keuntungan maksimum dalam tingkat resiko yang
ditetapkan oleh Bank. Termasuk di dalamnya adalah pelayanan yang penuh dengan
kecermatan dan kesantunan (ri’ayah) serta penuh rasa tanggung jawab (mas’uliyah).

E. Tujuan Bank Syariah


Berdasarkan Handbook of Islamic Banking, tujuan perbankan Islam (Bank Syariah)
yaitu sebagai penyedia fasilitas keuangan dengan cara mengusahakan instrumen-
instrumen keuangan yang sepadan dengan ketentuan dan norma syariah. Sangat berbeda
jika dengan bank konvensional, pada bank syariah tidak mempunyai tujuan untuk
memaksimalkan keuntungannya seperti halnya pada sistem perbankan yang berdasarkan

5
bunga, tetapi tujuan bank syariah adalah untuk memberikan keuntungan sosial ekonomi
untuk orang-orang muslim.

F. Ciri-Ciri Bank Syariah


Berikut ini adalah beberapa ciri dari bank syariah, yaitu:
1. Beban biaya yang telah disepakati ketika akad perjanjian dikeluarkan dalam bentuk
jumlah nominal yang besarnya flesibel dan bisa ditawar dalam batas yang wajar.
2. Menggunakan presentase dalam hal kewajiban untuk melaksanakan pembayaran selalu
dihindarkan.
3. Didalam kontrak pembiayaan proyek, bank tidak memberikan perhitungan menurut
keuntungan pasti yang dihadapkanmuka.
4. Arahan dana yang berasal dari masyarakat berbentuk deposito atau tabungan oleh
penyimpan dianggap sebagai titipan, sedangkan bagi bank dianggap sebagai titipan
yang diamanahkan sebagai pernyataan dan di proyek yang dibiayai bank sesuai dengan
prinsip syariah sehingga penyimpan dana tidak dijanjikan imbalan yang nyata.
5. Terdapat dewan syariah yang mempunyai tugas melakukan pengawasan bank dalam
sudut pandang syariah.
6. Bank syariah sering memakai istilah bahasa arab yang mana istilah itu sudah tercantum
dalam fiqih Islam.
7. Terdapat produk khusus yakni pembiayaan tanpa beban murni yang sifatnya sosial
yang mana nasabah tidak wajib mengembalikan pembiayaan (al-qordulhasal).
8. Terdapat larangan aktivitas usaha tertentu dari bank syariah.
9. Aktivitas usaha bank syariah banyak jenisnya jika dibandingkan dengan bank
konvensional.
10. Didalam bank syariah keterkaitan antara bank dan nasabah adalah hubungan akad
(kontrak) antara investor pemilik dana (shohibulmaal) dengan investor pengelolah
dana (mudharib) yang sama-sama bekerja yang produktif dan keuntungan dibagi
secara adil.

G. Jenis-Jenis Bank Syariah


Menurut prinsip kerjanya, bank syariah dibagi menjadi tiga jenis, yaitu Bank Umum
Syariah (BUS), Unit Usaha Syaraiah (UUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) yang penjelasannya dibawah ini.

6
1. Bank Umum Syariah
Bank umum syariah yaitu bank syariah yang dalam aktivitas usahanya menyediakan
jasa lalu lintas pembayaran. Seperti PT. Bank Muamalat Indonesia, PT. Bank BRI
Syariah, PT. Bank Syariah Mandiri, PT. Bank BNI Syariah dan lain-lain.
2. Unit Usaha Syariah
Unit usaha syariah ialah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensinal yang
mempunyai fungsi untuk kantor induk, dan unit kantor cabang yang melakukan
aktivitas usaha menurut prinsip syariah. Seperti. PT. Bank Tabungan Negara (BTN),
PT. Bank Danamon Indonesia, PT. Bank CIMB Niaga, dan lain-lain.
3. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Bank pembiayaan rakyat syariah ialah bank yang dalam aktivitasnya tidak
menghimpun dana masyarakat berbentuk giro, sehingga tidak bisa menerbitkan cek
dan bilyet giro. Seperti PT. BPRS Amanah Rabbaniah, PT. BPRS Buana Mitra
Perwira, dan lain-lain.
Sampai saat ini ada sekitar 11 Bank Umum Syariah, 23 Unit Usaha Syariah, dan juga 163
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

H. Produk Bank Syariah


Berikut ini adalah produk dari bank syariah yang dibedakan menjadi tigap roduk:
1. Produk Penyaluran Dana
a. Prinsip Jual Beli (Ba’i)
Akad jual beli dilaksanakan karena terdapat pemindahan kepemilikan barang.
Keuntungan bank dijabarkan di depan, dan juga harga yang dijual. Terdapat tiga
jenis jual beli dalam pembiayaan modal kerja dan investasi bank syariah, antara
lain:
1) Ba’i Al Murabahah adalah jual beli dengan harga dasar ditambahkan
keuntungan yang disetujui diantara pihak bank dengan nasabah, dalam cara ini
pihak bank menjelaskan harga barang kepada nasabah yang kelak bank
memberikan bagi hasil dalam jumlah tertentu sesuai yang menjadi kesepakatan.
2) Ba’i Assalam adalah dalam jual beli nasabah sebagai pembeli dan pemesan
memberikan uangnya di tempat akad berdasarkan dengan harga barang yang
dipesan dan sifat barang yang sudah dijelaskan sebelumnya. Uang yang
diserahkan menjadi tanggungan bank sebagai penerima pesanan dan
pembayaran dilaksanakan dengan cepat atau segera.

7
3) Ba’i Al Istishna adalah bagian dari Ba’i Assalam tetapi ba’i al
ishtishna sering kali dipakai dalam bidang manufaktur. Semua
ketentuan Ba’iIshtishna ikut dalam ketentuan Ba’i Assalam tetapi pembayaran
dapat dilaksanakan beberapa kali.
b. Prinsip Sewa (Ijarah)
Ijarah ialah kesepakatan pemindahan hak guna atas barang atau jasa dengan cara
sewa tanpa diikuti pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa. Didalamnya
bank menyewakan peralatan kepada nasabah dengan carabiaya yang sudah
disetujui secara nyata sebelumnya atau telah disepakati sebelumnya.
c. Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)
Ada dua jenis produk di dalam prinsip bagi hasil atau syirkah, yakni:
1) Musyarakah
Adalah salah satu produk syariah yang mana ada dua pihak atau lebih yang
bekerja sama untuk meningkatkan aset yang dimiliki bersama. Dimana semua
pihak memadukan sumber daya yang telah dimiliki baik yang dalam bentuk
wujud nyata atau fisik atau tidak berwujud. Diantara hal ini semua pihak yang
bekerja sama berkontribusi yang dimiliki baik dalam bentuk dana, barang,
kemampuan, ataupun aset lain. Ketentuan didalam musyarakah adalah pemilik
modal mempunyai hak dalam menentukan kebijakan usaha yang digerakkan
pelaksana proyek.
2) Mudharabah
Adalah kerjasama antara 2 orang atau lebih yang mana pemilik modal percaya
terhadap modal kepada pengelola dengan perjanjian pembagian keuntungan.
Perbedaan yang menjadi dasar diantara musyarakah dan mudharabah adalah
kontribusi terhadap manajemen dan keuangan pada masyarakah diberikan dan
dipunyai dua orang atau lebih, sedangkan pada mudharabah modal dimiliki
hanya satu pihak saja.
2. Produk Penghimpun Dana
Produk penghimpun dana didalam bank syariah antara lain giro, tabungan dan
deposito. Prinsip yang diterapkan didalam bank syariah yaitu:
a. Prinsip Wadiah
Diterapkannya prinsip wadiah yang dilaksanakan adalah wadiah yaddhamanah
yang diterapkan pada rekening produk giro. Berbeda dengan wadiah amanah, yang
mana pihak yang dititipi bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga
8
ia boleh memanfaatkan harta titipan tersebut. Dan pada wadiah amanah harta
titipan tidak dapat dimanfaatkan oleh yang dititipi.
b. Prinsip Mudharabah
Di prinsip mudharabah, deposan atau penyimpan dana bertindak sebagai pemilik
modal sedangkan bank bertindak sebagai pengelola. Dana yang disimpan oleh
bank dimanfaatkan untuk melaksanakan pembiayaan, dalam hal ini apabila bank
memanfaatkannya untuk pembiayaan mudharabah, maka bank mempunyai
tanggung jawab atas kerugian yang bisa saja terjadi. Berdasarkan kewenganan
yang diperoleh pihak penyimpan, maka prinsip mudharabah dibedakan menjadi
tiga bagian, yakni:
1) Mudharabah Mutlaqah
Adalah prinsip yang bisa berupa tabungan dan deposito, sehingga terdapat
dua jenis yaitu tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. Tidak
terdapat pembatasan dari bank untuk memanfaatkan dana yang sudah
dihimpun.
2) Mudharabah Muqayyadah On Balance Sheet
Adalah jenis simpanan khusus dan pemilik dapat membuat syarat-syarat
khusus yang wajib dipatuhi oleh bank. Seperti contohnya disyaratkan untuk
bisnis tertentu, atau untuk akad tertentu.
3) MudaharabahMuqayyadah Off Balance Sheet
Adalah penyaluran dana langsung kepada pelaksanaan usaha dan bank sebagai
perantara pemilik dana dengan pelaksana usaha. Pelaksana usaha juga dapat
mengajukan syarat-syarat tertentu yang wajib dipatuhi bank dalam menentukan
jenis usaha dan pelaksanaan usahanya.
3. Produk Jasa Perbankan
Selain dapat melaksanakan aktivitas pemhimpunan dana dan menyalurkan dana, bank
juga dapat memberikan jasa kepada nasabah dengan mendapatkan imbalan berupa
sewa atau keuntungan, jasa tersebut yaitu:
a. Sharft (Jual Beli Valuta Asing)
Adalah aktivitas jual beli mata uang asing yang tidak sama tetapi harus
dilaksanakan di waktu yang sama (spot). Bank memperoleh keuntungan untuk jasa
jual beli ini.

9
b. Ijarah (Sewa)
Adalah aktivitas menyewakan simpanan (safe deposit box) dan jasa tata laksana
adminstrasi dokumen (custodian), dalam aktivitas ini bank memperoleh
keuntungan sewa dari jasa tersebut.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bank Syariah merupakan Lembaga Keuangan Bank. Bank syariah dapat berbentuk
Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) maupun Bank Perkreditan Rakyat
Syariah (BPRS). Menurut Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan
syariah Indonesia, dijelaskan bahwa bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan
usahanya berdasarkan prinsip syariah. Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank syariah
yang kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank syariah berfungsi
sebagai penghimpun dana,penyalur dana, dan memberikan pelayan jasa bank yang
memiliki tujuan untuk memberikan keuntungan sosial ekonomi untuk orang-orang
muslim.
Produk Bank Syariah di kelompokan menjadi tiga yaitu, produk penyaluran dana,
produk penghimpunan dana, dan produk jasa perbankan. Bank Syariah memiliki prinsip
shiddiq,tabligh, Amanah, dan fathanah.

B. Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan
segera melakukan perbaikan susunan makalah ini dengan menggunakan pedoman dari
beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://www.Makalahegi.blogspot.com

http://www.eramoeslem.com”ekonomisyariah

https://www.scribd.com/document/432924663/Makalah-perbankan-syariah

Machmud Amir & Rukmana 2010. Bank Syariah. Jakarta : Erlangga

12

Anda mungkin juga menyukai