Makalah
Dibuat dan Dipersentasikan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pengantar Ekonomi Islam, Prodi Ekonomi Syariah 3 Semester 2
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Oleh :
Muh. Rifai Abraham
NIM 602022022085
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas seluruh rahmat- Nya
sehingga makalah ini bisa tersusun sampai dengan tuntas. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap dorongan dari pihak yang sudah
berkontribusi dengan membagikan sumbangan baik pikiran ataupun materinya
Kami sangat berharap semoga makalah ini bisa menaikkan pengetahuan
serta pengalaman untuk pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini pembaca bisa di praktekkan dalam kehidupan tiap hari.
Untuk kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penataan makalah ini sebab keterbatasan pengetahuan serta pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A.Latar Belakang............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................3
PEMBAHASAN....................................................................................................................3
A.Perkembangan lembaga keuangan syariah di Indonesia............................................3
B. Bank Syariah...............................................................................................................4
C. Baitul Mal Wa Tamwil................................................................................................6
D. Pegadaian Syariah......................................................................................................7
E. Asuransi Takaful........................................................................................................9
F . Pasar Modal Syariah................................................................................................12
BAB III...............................................................................................................................15
PENUTUP..........................................................................................................................15
A.Kesimpulan...............................................................................................................15
B.Saran.........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16
iii
iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Islam merupakan agama yang tidak hanya bersifat syumuliyah( sempurna)
juga harakiyah( dinamis), disebut sempurna sebab islam ialah agama
penyempurna dari agama- agama sebelumnya serta syari’ atnya mengendalikan
segala aspek kehidupan, baik yang bersifat aqidah ataupun muamalah. Dalam
kaidah muamalah, islam mengatur seluruh bentuk sikap manusia dalam
berhubungan dengan sesamanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di dunia,
tercantum di dalam kaidah islam yang mengatur tentang pasar serta
mekanismenya
Ekonomi dalam kehidupan saat ini, dimana terjadi pemisahan antara
kehidupan duniawi dan ilmu agama, namun hal tersebut tidak berlaku pada sistem
ekonomi islam, sebab islam tidak mengenal perbedaan antara ilmu agama dengan
ilmu duniawi. Sistem ekonomi modern merujuk pada dua sistem besar yaitu
sistem kapitalis dan sosialis. Pada perkembangan selanjutnya muncul istilah
sistem ekonomi konvensional dan sistem ekonomi islam
Dalam catatan sejarah memaparkan bagaimana Rasulullah SAW
menghargai mekanisme pasar sebagai sebuah sunatullah yang harus dihormati.
Pandangan tentang pasar akan dijabarkan dari beberapa pemikir besar muslim
seperti Abu Yusuf, Al-Ghazali, Ibn Khaldun, Ibn Taimiyah. Pemikiran mereka
tentang pasar ternyata merupakan kekayaan khasanah intelektual yang sangat
berguna pada masa kini dan masa depan
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Perkembangan lembaga keuangan syariah di Indonesia ?
2. Apa itu Bank Syariah ?
3. Apa itu Baitul wa Tamwil ?
4. Apa itu Pegadaian Syariah ?
5. Apa itu Asuransi Takaful ?
6. Apa itu Pasar Modal Syariah ?
C. Tujuan
1. Mengetahui tentang apa itu Perkembangan lembaga keuangan syariah
di Indonesia
2. Mengetahui tentang apa itu Bank Syariah
3. Mengetahui tentang apa itu Baitul wa Tamwil
4. Mengetahui tentang apa itu Pegadaian Syariah
5. Mengetahui tentang apa itu Asuransi Digital
6. Mengetahui tentang apa itu Modal Syariah
3
BAB II
PEMBAHASAN
B. Bank Syariah
ًش ْر َعة ٌّ فَاح ُكم فِي نَ ُهم بِ َما َأن َز َل هَّللا ُ َواَل تَتَّبِع َأ ِه َوآ َءهُم َع َّما َجا َءكَ ِمنَ آ ِل َح
ِ ق لِ ُك ِّل َج َعل نَا ِمن ُكم
ِ َاجا َولَو شَا َء هَّللا ُ لَ َج َعلَ ُكم ُأ َّمةً و ِح َدةً َول ِكن ليب لُ َو ُكم ِفي َما َءاتَنَ ُكم فََأستَبِقُوا آل َخي ُر
ت ِإلَى ً َو ِمن ه
٨٤ َهَّللا ِ َم َر ِج ُع ُكم َج ِمي ًعا فَيُنَبُِّئ ُكم ما ُكنتُم فِي ِه ت َْح تَلِفُون
۸۱ َش ِري َع ٍة ِّمنَ آل أم ِر َفاتَّبِع هَا َواَل َتتَّبِع َأن َوآ َء الَّ ِذينَ اَل َيع لَ ُمون
َ ثُ َّم َج َعل نَّ َك َعلَى
Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari
urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti
hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.
D. Pegadaian Syariah
1. Pengertian Pegadaian Syariah
Gadai dalam bahasa Arab disebut Rahn. Rahn menurut bahasa adalah
jaminan hutang, gadaian, seperti juga dinamai Al-Habsu, artinya penahanan.'
Sedangkan menurut syara' artinya akad yang objeknya menahan harga terhadap
sesuatu hak yang mungkin diperoleh bayaran yang sempurna darinya. Dalam
definisinya rahn adalah barang yang digadaikan, rahin adalah orang mengadaikan,
sedangkan murtahin adalah orang yang memberikan pinjaman.
Adapun pengertian rahn menurut Imam Abu Zakaria Al-Anshary, dalam
kitabnya Fathul Wahab, mendefinisikan rahn adalah menjadikan benda sebagai
kepercayaan dari suatu yang dapat dibayarkan dari harta itu bila utang tidak
dibayar. Sedangkan menurut Ahmad Azhar Basyir Rahn adalah menahan sesuatu
barang sebagai tanggungan utang, atau menjadikan sesuatu benda bernilai
menurut pandangan syara' sebagai tanggungan marhun bih, sehingga dengan
adanya tanggungan utang itu seluruh atausebagian utang dapat diterima."
Pegadaian menurut kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1150 yang
berbunyi:
"Gadai adalah hak yang diperoleh seorang yang mempunyai piutang atas
suatu barang bergerak. Barang tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang
oleh seseorang yang mempunyai utang atau oleh orang lain atas nama orang yang
mempunyai utang. Seseorang yang berutang tersebut memberikan kekuasaan
kepada orang yang memberi utang untuk menggunakan barang bergerak yang
telah diserahkan untuk melunasi utang apabila pihak yang berutang tidak dapat
memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo".
Jadi, kesimpulanya bahwa rahn adalah menahan barang jaminan pemilik,
baik yang bersifat materi atau manfaat tertentu, sebagai jaminan atas pinjaman
yang diterimanya. Barang yang diterima memperoleh jaminan untuk mengambil
kembali seluruh atau sebagian hutangnya dari barang gadai tersebut apabila pihak
yang mengadaikan tidak dapat membayar hutang tepat pada waktunya.
a. Al-Qur'an
Firman Allah di dalam Al-Quran QS Al-Baqarah (2): 283 yang berbunyi:
ش َها َدةٌ َو َمنْ يَ ْكتُ ْم َها فَِإنَّهُ َأيَّ ٌم قَ ْلبُهُ ۖ َوهَّللا ُ بِ َما تَ ْع َملُ ْونَ َعلِ ْي ٌم ِ اْؤ تُ ِمنَ َأ َمانَتَهُ َو ْليَت
َّ َّق هَّللا َ َربَّهُ ۖ َواَل تَ ْكتُ ُموا ال
Artinya "Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai)
sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang
tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu
mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu
menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya; dan janganlah kamu. (para saksi) Menyembunyikan persaksian. dan
Barangsiapa yangmenyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang
yang berdosa hatinya: dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
B. Hadist
س قَا َل َذ َك ْرنَا ِع ْن َد ِإ ْب َرا ِهي َمُ اح ِد َح َّدثَنَا اَأْل ْع َم َ َح َّدثَنَا ُم َعلَّى بْنُ َأ
ِ س ٍد َح َّدثَنَا َع ْب ُد ا ْل َو
َ ض َي هَّللا ُ َع ْن َها َأنَّ النَّبِ َّي
صلَّى ِ س َو ُد عَنْ عَاِئشَة َر ْ س ْل ِم فَقَا َل َح َّدثَنِي اَأْل َّ ال َّرهْنَ فِي ال
شتَ َرى طَ َعا ًما ِمنْ يَ ُهو ِدي ِإلى َأ َج ٍل َو َر َهنَهُ ِد ْرعًا ِمنْ َح ِدي ٍد ْ سلَّ َم ا
َ هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو
Artinya “:Telah menceritakan kepada kami [Mu'alla bin Asad] telah menceritakan
kepada kami ['Abdul Wahid] telah menceritakan kepada kami [Al A'masy]
berkata; Kami membicarakan tentang gadai dalam jual beli kredit (Salam) di
hadapan [Ibrahim] maka dia berkata, telah menceritakan kepada saya [Al Aswad]
dari ['Aisyah radliallahu 'anha]
bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah membeli makanan dari orang
Yahuid yang akan dibayar Beliau pada waktu tertentu di kemudian hari dan
Beliau menjaminkannya (gadai) dengan baju besi"?
C. Ijma Ulama
Jumhur ulama menyepakati kebolehan status hukum gadai. Hal ini dimaksud,
berdasarkan pada kisah Nabi Muhammad saw, yang menggadaiakan baju besinya
untuk mendapatkan makanan dari seorang Yahudi. Para ulamajuga mengambil
indikasi dari contoh Nabi Muhammad saw tersebut, ketika beliau beralih dari
yang biasanya bertransaksi kepada para sahabat yang kaya kepada seorang
Yahudi, bahwa hal itu tidak lebih dari sikap Nabi Muhammad saw yang tidak mau
memberatkan para sahabat yang biasanya enggan mengambil gantu ataupun harga
yang diberikan oleh Nabi Muhammad saw kepada mereka."
3. Syarat Gadai
b) Marhun Bih (utang) dengan syarat harus merupakan hak yang wajib
diberikanatau diserahkan kepada pemiliknya, memungkinkan pemanfaatannya
bila sesuatu yangmenjadi utang itu tidak bisa dimanfaatkan maka tidak sah, harus
dikuantifikasi ataudapat dihitung jumlahnya bila tidak dapat diukur atau tidak
dikuantifikasi, rahin itutidak sah.
c) Marhum (barang) dengan syarat harus bisa diperjualbelikan, harus berupa harta
yang bernilai, marhun harus bisa dimanfaatkan secara syariah, harus diketahui
keadaan fisiknya, harus dimiliki oleh rahin setidaknya harus seizin pemiliknya.
d) Sighat (ijab dan Qabul) dengan syarat sighat tidak boleh diselingi dengan
ucapan yang lain selain ijab dan qabul dan diam terlalu lama pada waktu
transaksi, sertatidak boleh terikat oleh waktu.
Secara umum barang gadai harus memenuhi beberapa syarat, antara lain:
a. Harus diperjual belikan
b. Harus berupa harta yang bernilai
c. Marhun harus bias dimanfaatkan secara syariah
d. Harus diketahui keadaan fisiknya, maka piutang tidak sah untuk
digadaikan harus berupa barang yang diterima secara langsung
e. Harus dimiliki oleh Rahim (pinjaman atau pegadai) setidaknya harus
seizing pemiliknya
E. Asuransi Takaful
Konsep asuransi syariah, asuransi disebut dengan takaful, ta'min, dan Islamic
insurance. Takaful memiliki arti saling menanggung antara umat manusia sebagai
makhluk sosial. Ta'min berasal dari kata "amanah" yang berarti memberikan
perlindungan, ketenangan, rasa aman, serta bebas dari rasa takut. Adapun Islamic
insurance mengandung makna "pertanggungan" atau "saling menanggung". Istilah
takaful pertama kali di gunakan oleh Daarul al-Mal al-Islam, sebuah perusahaan
asuransi Islam yang berpusat di Genewa tahun 1983. (Abdul Mannan, 2014: 237)¹
Sedangkan menurut ketentuan Pasal 1 angka (1) Undang- Undang No. 2
tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian yang dimaksud dengan asuransi atau
pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan menerima
premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena
kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung
jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang
timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
10
Asuransi disebut pula takaful, ta'min, atau tadhamun, yaitu suatu usaha
saling melindungi dan saling tolong menolong di antam sejumlah orang melalui
investasi dalam bentuk aset atau tabbaru' melalui akad sesuai dengan syariah.
Pendapat lain dikemukakan oleh Fachrudin, dia mengatakan bahwa yang di
maksud dengan asuransi adalah suatu perjanjian keberuntungan. Menurut pasal
246 Weetboek van Koophandel (Kitab Undang-Undang Perniagaan) bahwa yang
dimaksud dengan asuransi adalah suatu persetujuan yang menyetujui bahwa pihak
yang meminjam berjanji pada pihak yang dijamin untuk menerima sejumlah uang
premi sebagai pengganti kerugian, yang mungkin akan diderita oleh yang dijamin
karena akibat dari suatu peristiwa yang belum jelas akan terjadi.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa asuransi syariah
dilaksanakan oleh seseorang atau beberapa orang untuk memperkuat ikatan
solidaritas dan tanggung jawab sosial untuk saling melindungi anggota yang satu
dengan anggota yang lainnya, lalu kepada setiap kewajiban yang harus dilakukan
bagi kaum muslimin yang ada di setiap negara melalui mekanisme saling tolong-
menolong dan bergotong royong menuju kesejahteraan masyarakat untuk
menciptakan kerukunan, keharmonisan, dan stabilitas dalam kehidupan sosial
masyarakat. Mekanisme itu dibenarkan bahkan dianjurkan oleh para ahli hukum
Islam berdasarkan toeri maslahah mursalah-nya yang sangat besar bagi
kesejahteraan umat manusia.
a.)Asas Keimanan
Asas ini terimplementasikan dalam bentuk keimanan kepada Allah serta
qadha' dan qadar-Nya. Dengan keimananyang kokoh dan kuat akan membuat
seorang mukmin merasakan ketengan dimanapun ia berada dan bahkan apapun
yang ia rasakan termasuk saat ia merasakan ketakutan yang begitu besar, karena ia
terus membekali dirinya dengan terus bertakwa dan memperbanyak berdzikir
kepada Allah SWT, sebab inilah jalan solutif untuk membuang ketakutan dan
kekhawatiran di dalam diri seseorang.
Al-Quran sebagai pedoman hidup pertama, telah menegaskan tentang
keimanan yaitu dalam QS. Ar-Rad (13) ayat 28 yang berbunyi:
ِ الَّ ِذينَ َءا َمنُوا َوتَ ْط َميِنُ قُلُوبُ ُهم ِب ِذ ْك ِر هَّللا ِ َأاَل بِ ِذ ْك ِر هَّللا
ُ ُتَ ْط َمينُ ا ْلقُل
وب
2. Pembayaran santunan
Apabila mereka mendapatkan musibah dalam perjalanan mereka dan musibah
itu terjadi selama di angkutan umum berlangsung atau di tempat kerjanya dan
telah mengakibatkan korban jiwa, maka mereka atau ahli warisnya akan
memperoleh pembayaran santunan dari penanggung,yang jumlahnya telah
ditetapkan undang-undang. Jadi tujuan mengadakan asuransi sosial menurut
pembentuk undang- undang adalah untuk melindungi kepentingan masyarakat,
dan mereka yang terkena musibah diberi santunan sejumlah uang. Dalam hal ini,
contoh lainnya adalah BPJS ketenagakerjaan yang di selenggarakan oleh
pemerintah.
3. Kesejahteraan anggota
Setiap penyetoran yang uang iuran yang di bayarkan oleh semua anggota
(semacam premi oleh tertanggung) merupakan pengumpulan dana untuk
kesejahteraan setiap anggotanya, misalnya biaya upacara untuk anggota yang
mengadakan selametan, bantuan penguburan untuk biaya anggota yang telah
meninggal dunia, dan biaya perawatan bagi anggota yang mengalami kecelakaan
12
ataupun sakit. Semua itu bertujuan untuk kesejahteraan bagian setiap anggota
yang ikut serta dalam asuransi. Agar peserta asuransi merasa diuntungkan dengan
mereka ikut menjadi nasabah asuransi."
4. Meringankan risiko nasabah
Dengan ikut sertanya menjadi nasabah asuransi syariah, setiap nasabah yang
ikut serta dapat meringankan risiko yang sedang dihadapi oleh para nasabah atau
para tertanggun dengan mengambil alih risiko yang di hadapi saat itu.
5. Menciptakan rasa tentram
Menciptakan rasa tentran disini, setiap nasabah yang ikut serta menjadi anggota
asuransi dapat merasakan rasa tentram dan aman dalam hidupnya. Mereka tak
perlu khawatir akan risiko-risiko yang datang secara tiba-tiba, sehingga setiap
nasabah yang ikut asuransi lebih berani mengikatkan usaha yang lebih besar lagi
untuk menafkahi hidupnya.
memperoleh bagi hasil dari kegiatan usaha tersebut, maka pembiayaan dan
investasi harus pada mata uang yang sama dengan pembukuan kegiatan.
c. Akad yang terjadi antara pemilik harta dengan emiten harus jelas.
d. Baik pemilik harta maupun emiten tidak boleh mengambil resiko yang
melebihi kemampuannya dan dapat menimbulkan kerugian.
e. Adanya penekanan pada mekanisme yang wajar dan prinsip kehati-hatian
baik pada
investor maupun emiten.
15
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
B.Saran
13
16
DAFTAR PUSTAKA
Mardani. Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia. Cet. 1; Jakarta:
PT Kharisma Putra Utama, 2015.
Irkhami, Nafis. Asuransi Takaful Di Indonesia Menelisik Aspek Syariah
Compliance. Cet. 1; Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2020.