Anda di halaman 1dari 48

ANEKA RAGAM BISNIS SYARIAH KONTEMPORER

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Manajemen Syariah

Dosen Pengampu:

Vivi Indah Bintari., S.E., M.M.

Disusun oleh :

Mochammad Fachri Faturochim (203402210)

Satria Sani (203402211)

Syifa Indah Nur Afipah (203402212)

Maudina Deva Wulandari (203402213)

Ramanda Aprishall Noer (203402215)

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SILIWANGI

2022
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat kepada
penulis, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Tak lupa kami panjatkan sholawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, kepada sahabatnya, dan kita semua
sebagai pengikutnya sampai akhir zaman.

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Manajemen Syariah, dengan judul “Aneka Ragam Bisnis Syariah Kontemporer”

Motivasi, dorongan, bimbingan, dan dukungan dari banyak orang telah


memberikan semangat dalam penyusunan makalah ini. Kami menemukan
beberapa kesulitan dalam menyelesaikan makalah ini, terutama disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan. Tetapi karena banyak bantuan dari berbagai pihak,
akhirnya makalah ini dapat selesai.

Kami berharap kritik dan saran untuk membuat makalah ini lebih baik dan
berguna untuk semua orang.

Tasikmalaya, 23 Agustus 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I

PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. Latar Belakang.................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1

C. Tujuan .................................................................................................. 1

D. Manfaat ................................................................................................ 2

BAB II

PEMBAHASAN ................................................................................................ 3

A. Perkembangan Bisnis Syariah Kontemporer................................... 3

B. Perbankan Syariah ............................................................................. 4

C. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ...................................................... 10

D. Pegadaian Syariah ............................................................................ 13

E. Asuransi Syariah ............................................................................... 21

F. Pasar Modal Syariah ........................................................................ 29

G. Obligasi Syariah ................................................................................ 32

H. Referensi Al-Quran dan Sunah ....................................................... 34

BAB III43

PENUTUP ........................................................................................................ 43

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 44

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perkembangannya, ekonomi merupakan hal yang sangat
penting dari individu kelompok ataupun negara. Di saat krisis ekonomi
dunia yang terjadi beberapa waktu lalu ekonomi Islam muncul di saat
perekonomian modern lambat dalam menghadirkan solusi atas
problematik ekonomi kontemporer bahkan oleh kalangan tertentu
menganggap bahwa perekonomian neoklasik dianggap telah mati. Dan
dalam persoalan yang terjadi pada saat ini sistem kapitalis barat telah
gagal menyelesaikan persoalan kemanusiaan, sosial ekonomi suatu negara.
Setelah itu timbul perdebatan tentang ekonomi Islam itu sendiri dan
menjadikannya sebagai ekonomi yang tanpa riba.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan bisnis syariah kontemporer?
2. Apa yang dimaksud perbankan syariah?
3. Apa yang dimaksud dengan Baitul Maal Wa Tamwil (BMT)?
4. Apa yang dimaksud dengan pegadaian syariah?
5. Apa yang dimaksud dengan asuransi syariah?
6. Apa yang dimaksud dengan pasar modal syariah?
7. Apa yang dimaksud dengan obligasi syariah?
8. Apa saja referensi Al-Quran dan Sunah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan bisnis syariah kontemporer.
2. Untuk mengetahui pengertian perbankan syariah.
3. Untuk mengetahui pengertian Baitul Maal Wa Tamwil (BMT).
4. Untuk mengetahui pengertian pegadaian syariah.
5. Untuk mengetahui pengertian asuransi syariah.
6. Untuk mengetahui pengertian pasar modal syariah.

1
7. Untuk mengetahui pengertian obligasi syariah.
8. Untuk mengetahui apa saja referensi Al-Quran dan Sunah.

D. Manfaat
1. Untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai
perkembangan bisnis syariah kontemporer.
2. Untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai perbankan
syariah.
3. Untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai Baitul
Maal Wa Tamwil (BMT).
4. Untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai pegadaian
syariah.
5. Untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai asuransi
syariah.
6. Untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai pasar
modal syariah.
7. Untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai obligasi
syariah.
8. Untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai referensi
Al-Quran dan Sunah.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Bisnis Syariah Kontemporer
Perkembangan ekonomi dan bisnis syariah kontemporer dewasa ini
semakin meningkat, terutama peningkatan di bidang pertumbuhan lembaga
keuangan syariah, baik perbankan syariah maupun lembaga keuangan mikro
syariah. Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia pada umumnya
mendukung penuh ekonomi dan bisnis syariah, sehingga sentimen pertumbuhan
ekonomi dan bisnis syariah akan selalu positif.

Perkembangan ekonomi dan bisnis syariah telah diadopsi ke dalam


kerangka besar kebijakan ekonomi di Indonesia dewasa ini. Adapun
kebijakan tersebut dipelopori oleh Bank Indonesia dengan diberlakunya
Undang-undang No. 10 tahun 1998 sebagai dengan menetapkan perbankan
syariah sebagai salah satu pilar penyangga dual-banking system. Selain itu,
Departemen keuangan melalui Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) telah mengakui keberadaan lembaga
keuangan syariah non-banking seperti asuransi dan pasar modal syariah.
Sementara, Departemen agama telah mengeluarkan akreditasi bagi
organisasi-organisasi pengelola zakat baik di tingkat pusat maupun daerah.
Hal tersebut memunculkan kedinamisan dalam perkembangan ekonomi
dan bisnis syariah di Indonesia yang menunjukkan arah positif dan
signifikan dalam pembangunan ekonomi pada umumnya.

Fungsi utama dari DSN adalah menggali, mengkaji dan


merumuskan nilai dan prinsip hukum Islam (syariah) untuk dijadikan
pedoman dalam kegiatan LKS serta mengawasi implementasinya. Dalam
praktik pengawasan inilah di masing-masing LKS ditempatkan DPS.
Dengan dikembangnya produk-produk ekonomi syariah, diharapkan bisa
mewujudkan pasar modal Indonesia menjadi suatu pasar yang bisa
menarik para investor yang ingin berinvestasi dengan memperhatikan
kesesuaian produk dan instrumen yang sejalan dengan kaidah-kaidah

3
syariah Islam. Hal ini tidak hanya terhadap investor lokal akan tetapi yang
tidak kalah pentingnya adalah hal ini diharapkan pula bisa memberikan
daya tarik tersendiri terhadap minat investor dari mancanegara.

B. Perbankan Syariah
Sejarah Perkembangan Bank Syariah Di Indonesia
Perbankan Syariah di Indonesia pertama kali dipelopori oleh Bank
Muamalat Indonesia pada tahun 1991. Bank ini pada awal berdirinya diprakarsai
oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah serta mendapat dukungan
dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha
muslim. Pada saat krisis moneter yang terjadi pada tahun 1990, bank ini
mengalami kesulitan sehingga ekuitasnya hanya tersisa sepertiga dari modal awal.
IDB kemudian memberikan suntikan dana kepada bank ini dan pada periode
1999-2002 dapat bangkit dan menghasilkan laba.
Hingga tahun 2007 terdapat 3 institusi bank syariah di Indonesia yaitu
Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah.
Sementara itu bank umum yang telah memiliki unit usaha syariah adalah 19 bank
diantaranya merupakan bank besar seperti Bank Negara Indonesia (Persero) dan
Bank Rakyat Indonesia (Persero). Sistem syariah juga telah digunakan oleh Bank
Perkreditan Rakyat, saat ini telah berkembang 104 BPR Syariah.
Prinsip kerja bank syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum
Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan
kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah.

Persamaan dan Perbedaan antara Bank Syariah dan Bank


Konvensional
Bank di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu bank syariah dan
bank konvensional. Menurut UU RI No.7 Tahun 1992 Bab I pasal 1
ayat 1, “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Perbankan
syariah atau Perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan yang

4
dikembangkan berdasarkan syariah (hukum) Islam. Usaha pembentukan
sistem perbankan syariah ini didasari oleh larangan dalam agama Islam
untuk memungut maupun meminjam dengan bunga atau yang disebut
dengan riba serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan
haram (usaha yang berkaitan dengan produksi makanan/minuman haram,
usaha media yang tidak islami, dll), di mana hal ini tidak dijamin oleh
sistem perbankan konvensional

Di Indonesia perbankan syariah dipelopori oleh Bank Muamalat


Indonesia, dan hingga tahun 2007 sudah terdapat 3 institusi bank syariah di
Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan
Bank Mega Syariah. Sementara itu bank umum yang telah memiliki unit
usaha syariah adalah 19 bank, diantaranya merupakan bank besar seperti
Bank Negara Indonesia (Persero) dan Bank Rakyat Indonesia
(Persero). Sistem syariah juga telah digunakan oleh Bank Perkreditan
Rakyat, saat ini telah berkembang 104 BPR Syariah. Keberadaan Bank
Syariah di Indonesia telah di atur dalam UU No.10 tahun 1998 tentang
Perubahan UU No.7 tahun 1992 tentang Perbankan. Sementara itu, Bank
Konvensional adalah Bank Umum yang melaksanakan kegiatan
usahanya secara konvensional.

Pertama-tama akan kita bahas tentang persamaan dari kedua bank


tersebut, yakni ada persamaan dalam hal sisi teknis penerimaan uang,
persamaan dalam hal mekanisme transfer, teknologi komputer yang
digunakan maupun dalam hal syarat-syarat umum untuk mendapat
pembiayaan seperti KTP, NPWP, proposal, laporan keuangan dan
sebagainya. Dalam hal persamaan ini semua kegiatan yang dijalankan pada
Bank Syariah itu sama persis dengan yang dijalankan pada Bank
Konvensional, dan nyaris tidak ada bedanya.

Selanjutnya, mengenai perbedaannya, antara lain meliputi aspek


akad dan legalitas, struktur organisasi, usaha yang dibiayai dan lingkungan
kerja. Yang pertama tentang akad dan legalitas, yang merupakan kunci

5
utama yang membedakan antara bank syariah dan bank konvensional.
“innamal a‟malu bin niat”, sesungguhnya setiap amalan itu bergantung
dari niatnya. Dan dalam hal ini bergantung dari akadnya. Perbedaannya
untuk akad-akad yang berlangsung pada bank syariah ini hanya akad yang
halal, seperti bagi hasil, jual beli atau sewa –menyewa. Tidak ada
unsur riba‟ dalam bank syariah ini, justru menerapkan sistem bagi hasil
dari keuntungan jasa atas transaksi riil.

Perbedaan selanjutnya yaitu dalam hal struktur organisasi bank.


Dalam bank syariah ada keharusan untuk memiliki Dewan Pengawas
Syariah (DPS) dalam struktur organisasinya. DPS ini bertugas untuk
mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan
garis-garis syariah. DPS biasanya ditempatkan pada posisi setingkat
dengan dewan komisaris. DPS ini ditetapkan pada saat Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) setiap tahunnya. Semenjak tahun 1997, seiring
dengan pesatnya perkembangan bank syariah di Indonesia, dan demi
menjaga agar para DPS di setiap bank benar-benar tetap konsisten pada
garis-garis syariah, maka MUI membentuk sebuah lembaga otonom untuk
lebih fokus pada ekonomi syariah dengan membentuk Dewan Syariah
Nasional.

Kemudian perbedaan lainnya adalah pada lingkungan kerja Bank


Syariah. Sekali-sekali cobalah kunjungi Bank Syariah, pasti ketika kita
memasuki kantor bank tersebut ada nuansa tersendiri. Nuansa yang
diciptakan untuk lebih bernuansa islami. Mulai dari cara berpakaian,
beretika dan bertingkah laku dari para karyawannya. Nuansa yang
dirasakan memang berbeda, lebih sejuk dan lebih islami.

Perbedaan utama yang paling mencolok antara Bank Syariah dan


Bank Konvensional yakni pembagian keuntungan. Bank Konvensional
sepenuhnya menerapkan sistem bunga atau riba. Hal ini karena kontrak
yang dilakukan bank sebagai mediator penabung dengan peminjam
dilakukan dengan penetapan bunga. Karena nasabah telah mempercayakan

6
dananya, maka bank harus menjamin pengembalian pokok beserta
bunganya. Selanjutnya keuntungan bank adalah selisih bunga antara bunga
tabungan dengan bunga pinjaman. Jadi para penabung mendapatkan
keuntungan dari bunga tanpa keterlibatan langsung dalam usaha.
Demikian juga pihak bank tak ikut merasakan untung rugi usaha tersebut.

Hal yang sama tak berlaku di Bank Syariah. Dana masyarakat yang
disimpan di bank disalurkan kepada para peminjam untuk mendapatkan
keuntungan Hasil keuntungan akan dibagi antara pihak penabung dan
pihak bank sesuai perjanjian yang disepakati. Namun bagi hasil yang
dimaksud adalah bukan membagi keuntungan atau kerugian atas
pemanfaatan dana tersebut. Keuntungan dan kerugian dana nasabah yang
dioperasikan sepenuhnya menjadi hak dan tanggung jawab dari bank.
Penabung tak memperoleh imbalan dan tak bertanggung jawab jika terjadi
kerugian. Bukan berarti penabung gigit jari tapi mereka mendapat bonus
sesuai kesepakatan.

Dasar Hukum

Bank Syariah secara yuridis normatif dan yuridis empiris diakui


keberadaannya negara Republik Indonesia. Pengakuan secara yuridis
normatif tercatat dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia,
diantaranya Undang – Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan
Undang – Undang No.10 tentang Perubahan atas Undang – Undang No.7
Tahun 1998 tentang Perbankan, Undang – Undang No.3 Tahun 2004
tentang Perubahan atas Undang – Undang No.23 Tahun 1999 tentang
Bank Indonesia, Undang-undang No.3 Tahun 2006 tentang perubahan atas
Undang – Undang No.7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.

Selain itu, pengakuan secara yuridis empiris dapat dilihat


perbankan syariah tumbuh dan berkembang pada umumnya di seluruh
Ibukota Provinsi dan Kabupaten di Indonesia, bahkan beberapa bank
konvensional dan lembaga keuangan lainnya membuka unit usaha syariah
(bank syariah, asuransi syariah, pegadaian syariah, dan semacamnya).

7
Prinsip – Prinsip Bank Syariah

Dalam menjalankan aktivitasnya, bank syariah tersebut menganut


prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Prinsip Keadilan
Prinsip ini tercermin dari penerapan imbalan atas dasar bagi hasil dan
pengambilan margin keuntungan yang disepakati bersama antara bank
dengan nasabah.
2. Prinsip Kesederajatan
Bank Syariah menempatkan nasabah penyimpanan dana, nasabah
pengguna dana maupun bank pada kedudukan yang sama dan sederajat.
Hal ini tercermin dalam hak, kewajiban, risiko, dan keuntungan yang
berimbang antara nasabah penyimpanan dana, nasabah pengguna dana
maupun bank.
3. Prinsip Ketenteraman
Produk – Produk bank syariah telah sesuai dengan prinsip dan kaidah
muamalah Islam, antara tidak adanya unsur riba serta penerapan zakat
harta. Artinya nasabah akan merasakan ketenteraman lahir maupun batin.
Visi dan Misi Perbankan Syariah
1. Visi Perbankan Syariah
Visi perbankan syariah berbunyi “Terwujudnya sistem perbankan syariah
yang kompetitif, efisien, dan memenuhi prinsip kehati-hatian yang mampu
mendukung sektor riil secara nyata melalui kegiatan pembiayaan berbasis
bagi hasil dan transaksi riil dalam rangka keadilan, tolong menolong
menuju kebaikan guna mencapai kemaslahatan masyarakat”.
2. Misi Perbankan Syariah
Berdasarkan Visi dimaksud, misi yang menjelaskan peran Bank Indonesia
adalah mewujudkan iklim yang kondusif untuk mengembangkan
perbankan syariah yang Istiqomah terhadap prinsip-prinsip syariah
maupun berperan dalam sektor riil.

Contoh Kasus

8
Kasus ini diambil dari masalah sengketa antara Sugiharto Widjaja (50)
yang merupakan warga Kota Bandung dengan Bank Swasta Syariah
ternama. Kasus ini terkait kredit lahan yang macet.

Di tahun 2014, Sugiharto membeli lahan dan bangunan dengan harga 20


miliar. 70% dananya atau sebesar 13 miliar bersumber dari bank syariah
dan 7 miliar adalah dana pribadi.

Sisa dananya kemudian dicicil oleh Sugiharto dengan cicilan 136 juta per
bulan. Dana yang sudah dibayarkan adalah 1,3 miliar. Namun, cicilan
tersebut mengalami kemacetan dan tidak dibayarkan hingga beberapa
waktu.

Hingga akhirnya bank syariah tersebut mengajukan gugatan kepada


Pengadilan Negeri Kota Bandung secara verstek. Gugatan tersebut
dimenangkan oleh pihak Bank Swasta Syariah dan menjual tanahnya ke
pihak lain.

Pada kasus ini, Sugiharto melalui kuasa hukumnya meminta untuk PN


Bandung agar mencabut putusan bank syariah tersebut. Namun, ditolak
karena alasan kewenangan. Padahal kuasa hukum sudah memaparkan
dasar hukumnya.

Kedua belah pihak menjalani proses media mengenai kesepakatan yang


hendak diambil sebelum akhirnya melaju ke persidangan. Meski sudah
beberapa opsi ditolak oleh pihak bank syariah.

Analisa Kasus

Berdasarkan kasus di atas ada poin yang perlu diperhatikan dan menjadi
nilai minus dalam menangani sengketa perbankan syariah. Yaitu mengenai
tumpang tindih laporan yang menyebabkan kesulitan pihak tergugat.

Adanya tumpang tindih laporan antara Pengadilan Negeri dan Pengadilan


Agama. Pihak bank menggugat melalui Pengadilan Negeri dan gugatan

9
tersebut tidak dapat dicabut karena kewenangan perekonomian syariah.
Dalam perbankan syariah memang tidak dapat terhindar dari sengketa dan
masalah lainnya.

Referensi Al-Quran dan Sunah

C. Baitul Maal wat Tamwil (BMT)


Baitul mal wa tamwil adalah lembaga keuangan mikro yang
dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuhkembangkan bisnis
usaha mikro dan kecil dalam rangka mengangkat martabat dan serta
membela kepentingan kaum fakir miskin. Secara konseptual, BMT
memiliki dua fungsi Baitul Tamwil (Bait = Rumah, At Tamwil =
Pengembangan Harta).
Jadi BMT adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya
berintikan bayt al-mal wa al-tamwil dengan kegiatan mengembangkan
usaha-usaha proktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan
ekonomi pengusaha bawah dan kecil dengan antara lain mendorong
kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan. Sejarah BMT
ada di Indonesia, dimulai tahun 1984 dikembangkan mahasiswa ITB di
Masjid Salman yang mencoba menggulirkan lembaga pembiayaan
berdasarkan syari‟ah bagi usaha kecil. Kemudian BMT lebih di
berdayakan oleh ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia) sebagai
sebuah gerakan yang secara operasional ditindaklanjuti oleh Pusat
Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK).
BMT membuka kerja sama dengan lembaga pemberi pinjaman dan
peminjam bisnis skala kecil dengan berpegang pada prinsip dasar tata
ekonomi dalam agama Islam yakni saling rela, percaya dan tanggung
jawab, serta terutama sistem bagi hasilnya. BMT terus berkembang. BMT
akan terus berproses dan berupaya mencari terobosan baru untuk
memajukan perekonomian masyarakat, karena masalah muamalat memang
berkembang dari waktu ke waktu. BMT begitu marak belakangan ini
seiring dengan upaya umat untuk kembali berekonomi sesuai syariah dan

10
berkontribusi menanggulangi krisis ekonomi yang melanda Indonesia
sejak tahun 1997. Karena prinsip penentuan suka rela yang tak
memberatkan, kehadiran BMT menjadi angin segar bagi para nasabahnya.
Itu terlihat dari operasinya yang semula hanya terbatas di lingkungannya,
kemudian menyebar ke daerah lainnya.
Pendirian BMT
BMT merupakan suatu lembaga yang memiliki tahapan dalam
pendirian suatu lembaga, yaitu :
1. Dalam membentuk BMT membutuhkan modal awal, modal awal yang
dibutuhkan antara Rp 5.000.000 – Rp 10.000.000,- atau lebih mencapai Rp
20.000.000,- yang dapat berasal dari tokoh masyarakat setempat, yayasan,
atau BAZIS setempat. Jumlah anggota awal saat pendirian BMT antara 20
– 44 orang, hal ini diperlukan agar BMT menjadi milik masyarakat
setempat.
2. Bila calon pemodal telah ada, maka dipilih pengurus (3 sampai 5 orang)
yang mewakili pendiri untuk mengarahkan kebijakan BMT.
3. Calon pengelola (manajer) yang dipilih harus memiliki aqidah yang baik,
memiliki komitmen tinggi pada pengembangan ekonomi masyarakat,
memiliki sifat amanah dan jujur dalam mengelola BMT, serta jika
memungkinkan berpendidikan D3 atau S1 dengan menghubungi Pusdiklat
PINBUK atau Kab/Kota.
4. Melaksanakan persiapan sarana perkantoran dan formulir yang diperlukan
serta dalam menjalan kegiatan operasional harus dengan sikap profesional
dan sehat pada BMT.
5. Menerima titipan zakat, infak, dan Sadakah dari Bazis.
6. Pembiayaan yang diberikan kepada para anggota relatif kecil, hal ini
tergantung kepada modal yang dimiliki lembaga BMT tersebut.
Produk – Produk BMT
BMT sebagai lembaga non perbankan memiliki berbagai macam
produk yang dapat memberikan manfaat kepada anggota atau nasabah.
Berikut ini produk – produk yang ada di Baitul Maal wa Tamwil (BMT)

11
menurut Khaerul Ummam Membentuk BMT. Produk Baitul Mal wa
Tamwil sebagai berikut:
1. Produk penghimpunan dana (funding).
Produk penghimpunan dana yang ada di Baitul Maal wa Tamwil (BMT)
pada umumnya berupa simpanan atau tabungan.
Produk simpanan terbagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu :
a) Simpanan wadiah adalah simpanan atau titipan yang sewaktu waktu
nasabah atau anggota dapat menariknya dengan mengeluarkan surat
berharga pemindahan buku/transfer dan untuk membayar lainnya.
Simpanan wadi‟ah terbagi menjadi 2 (dua) yaitu wadhi‟ah
amanah(titipan dana seperti zakat, infaq, dan shodaqoh) dan wadhi‟ah
yadhomanah ( titipan yang akan mendapat bonus dari bank apabila
bank mengalami keuntungan dari pemanfaatan pemutaran dana
nasabah).
b) Simpanan mudharabah adalah simpanan pemilik dana yang
penyetorannya atau penarikannya dapat dilakukan sesuai dengan akad
atau perjanjian yang telah disepakati sebelumnya. Jenis – jenis produk
simpanan yang menggunakan akad mudharabah antara lain: simpanan
Idul Fitri, simpanan Idul Qurban, simpanan Haji, simpanan
Pendidikan, simpanan Kesehatan, dan lain-lain.
2. Produk penyaluran dana (lending) adalah transaksi penyedia dana atau
barang kepada nasabah sesuai dengan syariat Islam dan standar akuntansi
yang memiliki fungsi untuk meningkatkan daya guna dan peredaran
uang/barang serta pemerataan pendapatan. Jenis penyaluran dana yang
disediakan oleh Baitul Maal wa Tamwil (BMT) didasarkan pada akad
yang digunakan.
Berikut macam-macam akad yang digunakan oleh BMT :
a) Akad Jual- beli, jenis-jenis produk berdasarkan akad jual-beli yaitu:
i. Murabahah adalah jual beli barang sebesar harga pokok barang
ditambah dengan margin keuntungan yang telah disepakati
bersama.

12
ii. Salam, adalah jual beli barang dengan cara pemesanan dengan
syarat-syarat tertentu dan pembayaran tunai terlebih dahulu
secara penuh.
iii. Istishna, adalah jual beli barang dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu
yang disepakati dengan pembayaran sesuai dengan
kesepakatan.
b) Akad Bagi Hasil. Dalam akad menggunakan bagi hasil pada Baitul
Maal waTamwil (BMT), dapat digunakan pada penghimpunan dana
(funding) dan penyaluran dana (lending).
c) Akad Sewa-Menyewa , pada Baitul Maal wa Tamwil (BMT) akad
sewa-menyewa diterapkan dalam produk penyaluran dana berupa
pembiayaan ijarah dan pembiayaan ijarah muntahiah bit tamlik
(IMBT).
d) Pinjam-meminjam yang Bersifat Sosial. Pada Baitul Maal wa Tamwil
(BMT) transaksi pinjam-meminjam dikenal dengan nama pembiayaan
qardh, yaitu pinjam meminjam dana tanpa imbalan dengan kewajiban
pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman sekaligus cicilan
dalam jangka waktu yang telah disepakati. Adapun qardh al-hasan
(pinjaman kebajikan), bila nasabah tidak mampu mengembalikan,
maka pihak pemberi pinjaman bisa merelakan atau ikhlas kalau
memang benar – benar nasabah tidak sanggup membayarnya.
3. Produk jasa.
4. Produk tabarru : ZISWAH (Zakat, Infaq, Shadaqah, Wakaf, dan Hibah).
Contoh Kasus
Referensi Al Quran dan Sunah

D. Pegadaian Syariah
PT Pegadaian (Persero) merupakan salah satu lembaga keuangan non bank
(LKNB) di Indonesia yang bergerak pada tiga lini bisnis yaitu gadai, pembiayaan
dan jasa lainnya. Selain melayani bisnis secara konvensional, Pegadaian juga

13
memiliki unit bisnis Syariah yang produknya sesuai dengan syariat Islam, yaitu
Pegadaian Syariah.

Konsep Dasar dalam Literatur Fikih Klasik

Definisi Gadai (Rahn) Dalam hukum Islam (baca: fikih) konsep


gadai disebut dengan istilah rahn. Kata alRahn berasal dari bahasa Arab
“‫ره نا‬- ‫ي رهن‬-‫“ رهن‬yang berarti menetapkan sesuatu. Secara bahasa
rahn adalan al-tsubût wa al-dawâm yang berarti “tetap” dan “kekal”.
Menurut Taqiy al-Din Abu Bakar al-Husaini, al-rahn adalah al-tsubût
yakni sesuatu yang tetap dan al-ihtibas yaitu menahan sesuatu.
Berdasarkan definisi yang dipaparkan oleh para ulama di atas,
dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan rahn adalah perjanjian
penyerahan barang sebagai bentuk jaminan atas utang sehingga orang yang
bersangkutan boleh mengambil utang. Dengan demikian, tampak bahwa
fungsi dari barang jaminan adalah untuk memberikan keyakinan,
ketenangan, dan keamanan atas utang yang dipinjamkannya
Prinsip – Prinsip Syariah dalam Akad Rahn pada Lembaga
Pegadaian Syariah
Secara substantif, Pegadaian Syariah memiliki 3 (tiga) prinsip yang
bersumber pada kajian ekonomi Islam. Prinsip pengembangan ekonomi tidak saja
mengacu pada proses di mana masyarakat dari suatu negara memanfaatkan
sumber daya yang tersedia untuk menghasilkan kenaikan produksi barang dan jasa
secara terus-menerus. Akan tetapi, Islam memiliki prinsip-prinsip pengembangan
yang dibingkai dengan kerangka hubungan dengan Allah dan menyeimbangkan
antar-kehidupan di dunia dan di akhirat. Di antara prinsip-prinsip tersebut adalah
sebagai berikut
1. Prinsp Tauhid (Keimanan)
Tauhid merupakan fondasi ajaran Islam. Dalam pokok ajaran ini,
menyatakan bahwa Allah adalah pencipta alam semesta dan segala isinya dan
sekaligus pemiliknya termasuk manusia dan seluruh sumber daya yang ada.

14
Karena itu Allah adalah pemilik hakiki, sedangkan manusia hanya diberi amanah
untuk “memiliki” untuk sementara waktu, sebagai ujian bagi mereka
Dalam Islam, segala sesuatu yang ada tidak diciptakan dengan sia-sia,
tetapi memiliki tujuan (Q.S Al-Mu‟minun : 115). Salah satu tujuan diciptakan
manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya (Q.S Az-Zariyat: 56). Karena itu
segala aktivitas manusia dalam hubungannya dengan sumber daya alam dan
manusia (muamalah) dibingkai dengan kerangka hubungan dengan Allah
Tauhid itu membentuk 3 (tiga) pokok filsafat ekonomi Islam, yaitu:
pertama, dunia dengan segala isinya adalah milik Allah dan berjalan menurut
kehendak-Nya (Q.S Al-Mai‟idah : 20 dan Q.S Al-Baqoroh : 6). Manusia sebagai
khalifah-Nya hanya mempunyai hak khilafat dan tidak bersifat absolut, serta harus
tunduk melaksanakan hukum-Nya, sehingga mereka yang menganggap
kepemilikan secara tidak terbatas, berarti ingkar kepada kekuasaan Allah Swt.
Implikasi dari status kepemilikan menurut Islam adalah hak manusia atas barang-
barang atau jasa-jasa itu terbatas. Hal ini jelas berbeda dengan kepemilikan
mutlak oleh individu pada sistem kapitalis dan kaum ploteral pada sistem
Maexisme
Dalam Islam, kehidupan dunia hanya dipandang sebagai ujian, yang akan
diberikan ganjaran dengan surga yang abadi. Menurut Tarek El-Diwany, ganjaran
atas usaha-usaha dunia yang terbatas dan non moneter hal inilah yang sulit untuk
dimasukkan ke dalam analisis ekonomi konvensional.37 Sedangkan tidak merata
karunia nikmat dan kekayaan yang diberikan Allah SWT kepada setiap makhluk-
Nya, merupakan kekuasaan Allah SWT semata. Tujuannya adalah agar mereka
yang diberi kelebihan sadar menegakkan persamaan masyarakat (egalitarian) dan
bersyukur kepada-Nya (Q.S Al-Ma‟un : 1-7; dan Q.S Hud : 7), persamaan dan
persaudaraan dalam kegiatan ekonomi, yakni syirkah dan qiradh atau bagi hasil
(Q.S Al-Baqoroh : 254 dan Q.S Al-Ma‟idah : 2). Doktrin egalitarianisme Islam
seperti itu, berbeda dengan sistem ekonomi materialistis, hedonis yang prolater
sosialistis dan marxisme
Ketiga, iman kepada hari kiamat akan mempengaruhi tingkah laku
ekonomi manusia menurut horizon waktu. Sedangkan muslim yang melakukan

15
aksi ekonomi tertentu, akan mempertimbangkan akibatnya pada hari kemudian.
Menurut dalil ekonomi, hal ini mengandung maksud bahwa dalam memilih
kegiatan ekonomi haruslah mempertimbangkan baik menghitung nilai sekarang
maupun hal yang akan dicapai di masa yang akan datang. Hasil kegiatan
mendatang ialah semua yang diperoleh, baik sebelum maupun sesudah mati
(extended time horizon), seperti yang dijelaskan dalam Q.S Al-Qiyamah : 1-10;
dan Q.S Az-Zalza;ah : 1-8
Prinsip tauhid dapat mengukuhkan konsep non-materialistis dan dipahami
sebagai triangle, di mana ketaatan kepada Tuhan diletakan pada posisi puncak,
sedangkan manusia dab alam diletakan pada posisi sejajar yang saling
membutuhkan. Manusia diberikan amanat untuk memanfaatkan alam (sebagai
resources) dan di dorong untuk menghasilkan output yang dapat bermanfaat bagi
semua pelaku ekonomi. Output itu sendiri tidak mutlak dimilikinya karena pada
harta yang dimilikinya ada hak orang lain yang membutuhkannya.
Studi tentang pembiayaan tidak lepas dari kegiatan yang dilakukan untuk
memanfaatkan dan mengembangkan harta. Pengembangan kekayaan dalam
ekonomi konvensional menganut prinsip yang mengacu kepada teori bunga.
Ajaran Islam memandang bahwa harta serta pengembangannya tidak bisa
diakumulasi dengan cara riba sebagai teori bunga. Pada saat yang sama, kebiasaan
untuk mendiamkan harta yang diperoleh tidak pula dianjurkan dalam Islam.
Ketika seseorang memiliki harta kemudian mendiamkannya (idle assets), maka
akan menyebabkan harta tersebut hanya dimiliki oleh segelintir orang kaya. Pada
akhirnya, jurang antara si kaya dan si miskin akan semakin menganga. Padahal,
dalam harta milik seseorang (property rights) ada hak milik orang lain. Hal ini
menunjukkan bahwa Islam menghendaki terjadinya perputaran kepemilikan harta
secara lebih mereta
Sistem pegadaian yang dianut ekonomi Islam selama ini didasarkan pada 2
(dua) sifat, yaitu: (1) konsumtif; dan (2) produktif. Pembiayaan konsumtif dapat
dilakukan dengan pendekatan: (a) sistem margin (keuntungan) melalui akad al-
murâbahah (jual beli tangguh); dan (b) sistem pinjaman tanpa bunga melalui akad
al-qard al-hasan atau yang lebih dikenal dengan pinjaman kebajikan. Adapun

16
pembiayaan produktif dapat dilakukan dengan pendekatan sistem bagi hasil
(profit and loss-sharing) melalui akad al-mudhârabah (kemitraan pasif); dan akad
al-musyârakah (kemitraan aktif).
2. Prinsip Ta’âwun (Tolong – Menolong)
Abu Yusuf (w. 182 H) dalam al-Kharaj menyebutkan bahwa prinsip yang
harus diletakan dalam transaksi gadai adalah ta‟awun (tolong-menolong), yaitu
prinsip saling membantu antar sesama dalam meningkatkan taraf hidup melalui
mekanisme kerja sama ekonomi dan bisnis. Hal ini sesuai dengan Al-Quran “Dan
tolong-menolonglah kamu dalam berbuat kebajikan dan takwa serta janganlah
bertolong-menolong dalam berbuat keji dan permusuhan.” (QS. Al-Maaidah : 2).
Realitas prinsip ta‟awun pada transaksi gadai mengindikasikan ikatan kuat antara
tradisi manusia dengan agama yang muncul akibat konsekuensi logis terhadap
berkembangnya aktivitas manusia yang bergerak secara cepat
3. Prinsip Bisnis (Tijârah)
Afzalur Rahman menyatakan bahwa bisnis (perdagangan) adalah suatu
kegiatan yang dianjurkan dalam Islam. Nabi sering kali menekankan pentingnya
bisnis dalam kehidupan manusia Namun demikian, dalam mencari laba harus
dengan cara yang dibenarkan oleh syariah. Hal ini bertujuan agar kesejahteraan
tercapai. Umar Chapra menyebutnya dengan istilah al-Falah. Muhammad Syafi‟i
Antonio berpendapat dalam kacamata Islam tidak ada dikotomi antara usaha-
usaha untuk pembangunan ekonomi maupun sektor-sektor lainnya dengan
persiapan untuk kehidupan di akhirat nanti. Karena itu, kegiatan bisnis gadai
syarikah, tanpa mengikuti aturan-aturan syariah, maka akan membawa
kehancuran
Pegadaian Syariah memberikan solusi keuangan dengan berbagai produk
andalan berbasis gadai (rahn) dan pembiayaan. Adapun akad utama yang
digunakan pada produk Pegadaian Syariah adalah akad rahn. Dalam fatwa Dewan
Syari‟ah Nasional (DSN) Nomor 25/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn dijelaskan
bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam
bentuk rahn diperbolehkan dengan beberapa ketentuan, yaitu:

17
1. Murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk
menahan Marhun (barang) sampai semua utang Rahin (yang menyerahkan
barang) dilunasi.
Apabila sudah jatuh tempo, Murtahin harus memberikan peringatan
kepada Rahin untuk segera melunasi utangnya.
2. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi
milik Rahin. Prinsipnya, Marhun tidak boleh dimanfaatkan
oleh Murtahin kecuali atas izin Rahin dengan tidak mengurangi
nilai Marhun serta pemanfaatannya hanya sekedar pengganti biaya
pemeliharaan dan perawatannya.
3. Pemeliharaan dan penyimpanan Marhun pada dasarnya menjadi
kewajiban Rahin, namun dapat dilakukan juga oleh Murtahin. Adapun
biaya dan pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban Rahin.
Apabila Rahin tetap tidak dapat melunasi utangnya, maka Marhun dijual
paksa/dieksekusi melalui lelang sesuai syariah
4. Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan Marhun tidak boleh
ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.
5. Penjualan Marhun
Hasil penjualan Marhun digunakan untuk melunasi utang, biaya
pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan.
Kelebihan hasil penjualan menjadi milik Rahin dan kekurangannya
menjadi kewajiban Rahin

Jenis Produk Pegadaian Syariah

1. Amanah

Amanah merupakan salah satu produk pegadaian syariah yang


berupa pemberian pinjaman kepada pengusaha mikro/kecil, karyawan
serta profesional untuk pembelian kendaraan bermotor.

Pegadaian Amanah memberikan pinjaman mulai dari Rp 5.000.000


hingga 450.000.000 dengan jangka waktu peminjaman 12-60 bulan.

18
2. Rahn

Produk Rahn dari Pegadaian Syariah merupakan pemberian


pinjaman dengan barang jaminan berupa emas perhiasan, emas batangan,
berlian, smartphone, laptop, barang elektronik lainnya, sepeda motor,
mobil atau barang bergerak lainnya.

Pinjaman (Marhun Bih) pada pembiayaan Rahn ini mulai dari 50


ribu sampai dengan 1 Milyar ke atas dengan jangka waktu pinjaman
selama 4 bulan dan dapat diperpanjang hingga berkali-kali. Pelunasan
pembiayaan Rahn dapat dilakukan sewaktu-waktu dengan perhitungan
Mu‟nah selama masa pinjaman.

3. Arrum BPKB

Arrum BPKB adalah salah satu produk berupa pembiayaan untuk


pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dengan
jaminan BPKB Kendaraan Bermotor.

Uang pinjaman pada Arrum BPKB mulai dari Rp. 3 juta – 400 juta
dengan pilihan jangka waktu pinjaman mulai dari 12, 18, 24 hingga 36
bulan. Pada pembiayaan ini, Pegadaian hanya menyimpan BPKB dan
kendaraan dapat digunakan nasabah

4. Arrum Emas

Arrum Emas merupakan produk Pegadaian untuk memberikan


pinjaman dana tunai dengan jaminan perhiasan (emas dan berlian).
Melalui pembiayaan ini, pinjaman dapat diangsur melalui proses yang
mudah dan sesuai syariah. Pinjaman mulai dari Rp. 1 juta – Rp. 500 juta
dengan jangka waktu 12, 18, 24, dan 36 bulan.

5. Arrum Haji

Arrum haji adalah produk berupa pembiayaan untuk mendapatkan


porsi ibadah haji secara syariah dengan proses mudah, cepat dan aman.

19
Nasabah hanya menyerahkan logam mulia senilai 3.5 gram atau 5 gram
logam mulia, langsung mendapat pinjaman Rp25.000.000,- yang
digunakan untuk memperoleh nomor porsi haji di kementerian Agama.
Adapun Emas dan Dokumen haji aman tersimpan di Pegadaian.

6. Rahn Hasan

Rahn Hasan merupakan fitur dari produk rahn dengan tarif mu‟nah
pemeliharaan sebesar 0%, berjangka waktu (tenor) 60 (enam puluh) hari.
Maksimal marhun bih pada Rahn Hasan sebesar Rp. 500.000 dengan
jangka waktu 60 hari

7. Rahn Fleksi

Rahn Fleksi merupakan fitur dari produk rahn berupa pemberian


pinjaman dengan jaminan barang bergerak sesuai syariah, plafon pinjaman
tinggi dan menggunakan biaya titip harian. Rahn Fleksi bisa di
perpanjangan, cicil atau tambah pinjaman. Uang pinjaman pada layanan
ini diterima utuh tanpa biaya administrasi dengan jangka waktu 10 hari, 30
hari, 60 hari dan minimal 5 hari.

8. Rahn Bisnis

Rahn Bisnis adalah produk Pegadaian syariah untuk memberikan


pinjaman dana tunai kepada pemilik usaha dengan jaminan emas
(batangan atau perhiasan). Pinjaman mulai dari Rp. 100.000.000 sampai
lebih dari Rp. 1 Miliar Jangka waktu 4 bulan.

9. Rahn Tasjily Tanah

Pembiayaan Rahn Tasjily Tanah merupakan pembiayaan yang


diberikan kepada masyarakat berpenghasilan tetap/rutin, pengusaha
mikro/kecil dan petani dengan jaminan Sertifikat tanah dan HGB dengan
Plafon Pembiayaan Rp. 1.000.000 – Rp. 200.000.000

20
Selain memberikan layanan pembiayaan, Pegadaian Syariah juga
menyediakan wadah untuk investasi melalui produk Mulia dan Tabungan
Emas.

1. MULIA

MULIA adalah layanan penjualan emas batangan kepada


masyarakat secara tunai atau angsuran dengan proses mudah dan jangka
waktu yang fleksibel. MULIA dapat menjadi alternatif pilihan investasi
yang aman untuk mewujudkan kebutuhan masa depan, seperti menunaikan
ibadah haji, mempersiapkan biaya pendidikan anak, memiliki rumah
idaman serta kendaraan pribadi. Tersedia pilihan emas batangan pada
investasi MULIA dengan berat mulai dari 1 gram sampai dengan 1
kilogram.

2. Tabungan Emas

Tabungan Emas Pegadaian adalah layanan penitipan saldo emas


yang memudahkan masyarakat untuk berinvestasi emas. Produk Tabungan
Emas Pegadaian memungkinkan nasabah melakukan investasi emas secara
mudah, murah, aman dan terpercaya. Biaya administrasi dan pengelolaan
pada Tabungan Emas lebih ringan. Nasabah juga dapat melakukan transfer
ke rekening Tabungan Emas mulai dari 0,1 gram, melakukan pembelian
Tabungan Emas (Top Up) mulai dari 0,01 gram serta melakukan buyback
mulai dari 1 gram.

Contoh Kasus

Referensi Al Quran dan Sunah

E. Asuransi Syariah
Kata asuransi berasal dari bahasa Inggris, yaitu insurance, yang
dalam bahasa Indonesia telah menjadi bahasa popular dan diadopsi dalam
kamus besar bahasa Indonesia dengan padanan kata „pertanggungan‟.

21
Dalam bahasa Belanda biasa disebut dengan istilah assurantie (Asuransi)
dan verzekering (Pertanggungan).
Asuransi syariah adalah pengaturan pengelolaan risiko yang
memenuhi ketentuan syariah, tolong menolong secara mutual yang
melibatkan peserta dan operator. Syariah berasal dari ketentuan-ketentuan
di dalam Al-Quran dan as-Sunah.
Dalam perspektif ekonomi Islam, asuransi dikenal dengan istilah
takaful yang berasal dari bahasa arab takafala-yatakafulu-takaful yang
berarti saling menanggung atau saling menjamin. Asuransi dapat diartikan
sebagai perjanjian yang berkaitan dengan pertanggungan atau penjaminan
atas risiko kerugian tertentu.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat kita ambil kesimpulan
bahwasanya asuransi takaful merupakan pihak yang tertanggung penjamin
atas segala risiko kerugian, kerusakan, kehilangan, atau kematian yang
dialami oleh nasabah (pihak tertanggung). Dalam hal ini, si tertanggung
mengikat perjanjian (penjaminan risiko) dengan si penanggung atas barang
atau harta, jiwa dan sebagainya berdasarkan prinsip bagi hasil yang mana
kerugian dan keuntungan disepakati oleh kedua belah pihak.
Asuransi merupakan cara atau metode untuk memelihara manusia
dalam menghindari risiko (ancaman) bahaya yang beragam yang akan
terjadi dalam hidupnya, dalam perjalanan kegiatan hidupnya atau dalam
aktivitas ekonominya.
Dalam ensiklopedi hukum Islam telah disebutkan bahwa asuransi
adalah transaksi perjanjian antara dua pihak, di mana pihak yang satu
berkewajiban membayar iuran dan pihak yang lain berkewajiban
memberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran jika terjadi
sesuatu yang menimpa pihak pertama sesuai dengan perjanjian yang
dibuat.
Abbas Salim berpendapat, bahwa asuransi adalah suatu kemauan
untuk menetapkan kerugian-kerugian kecil (sedikit) yang sudah pasti
sebagai pengganti (substitusi) kerugian-kerugian yang belum pasti.

22
Dalam pengertian asuransi di atas, menunjukkan bahwa asuransi
mempunyai unsur-unsur sebagai berikut :
1. Adanya pihak tertanggung.
2. Adanya pihak penanggung.
3. Adanya perjanjian asuransi.
4. Adanya pembayaran premi.
5. Adanya kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan (yang diderita
tertanggung).
6. Adanya suatu peristiwa yang tidak pasti terjadinya.
Jadi asuransi syariah adalah suatu pengaturan pengelolaan risiko
yang memenuhi ketentuan syariah, tolong-menolong secara mutual yang
melibatkan peserta dan perusahaan asuransi.
Prinsip – Prinsip Asuransi Syariah
Prinsip utama dalam asuransi syariah adalah ta‟awunu „ala al birr wa
al-taqwa (tolong menolonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan takwa) dan
al-ta‟min (rasa aman). Prinsip ini menjadikan para anggota atau peserta
asuransi sebagai sebuah keluarga besar yang satu dengan lainnya saling
menjamin dan menanggung risiko. Hal ini disebabkan transaksi yang dibuat
dalam asuransi syariah adalah akad takafuli (saling menanggung), bukan akad
tabaduli (saling menukar) yang selama ini digunakan oleh asuransi
konvensional, yaitu pertukaran pembayaran premi dengan uang
pertanggungan. Prinsip dasar asuransi syariah adalah:
1. Tauhid (Unity)
Prinsip tauhid (unity) adalah dasar utama dari setiap bentuk bangunan
yang ada dalam syariat Islam. Setiap Bangunan dan aktivitas kehidupan
manusia harus didasarkan pada nilai-nilai tauhid. Artinya bahwa dalam setiap
gerak langkah serta bangunan hukum harus mencerminkan nilai-nilai
ketuhanan.
2. Keadilan (justice)
Prinsip kedua dalam beransuransi adalah terpenuhinya nilai-nilai
keadilan (justice) antara pihak-pihak yang terikat dengan akad asuransi.

23
Keadilan dalam hal ini dipahami sebagai upaya dalam menempatkan hak dan
kewajiban antara nasabah dan perusahaan asuransi.
3. Tolong-menolong (ta‟awun)
Prinsip dasar yang lain dalam melaksanakan kegiatan berasuransi
harus didasari dengan semangat tolong-menolong (ta‟awun) antara anggota.
Seseorang yang masuk asuransi, sejak awal harus mempunyai niat dan
motivasi untuk membantu dan meringankan beban temannya yang pada suatu
ketika mendapatkan musibah atau kerugian.
4. Kerja sama (cooperation)
Prinsip kerja sama merupakan prinsip universal yang selalu ada dalam
literatur ekonomi Islam. Manusia sebagai makhluk yang mendapatkan
mandat dari Khaliq-nya untuk mewujudkan perdamaian dan kemakmuran di
muka bumi mempunyai dua wajah yang tidak dapat dipisahkan satu sama
lainnya, yaitu sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial.
5. Amanah (trustworthy)
Prinsip amanah dalam organisasi perusahaan dapat terwujud dalam
nilai-nilai akuntabilitas (pertanggung jawaban) perusahaan melalui penyajian
laporan keuangan tiap periode. Dalam hal ini perusahaan asuransi harus
memberi kesempatan yang besar bagi nasabah untuk mengakses laporan
keuangan perusahaan. Laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan
asuransi harus mencerminkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan dalam
bermuamalah dan melalui auditor public.
6. Kerelaan (al-ridha)
Dalam bisnis asuransi, kerelaan dapat diterapkan pada setiap anggota
(nasabah) asuransi agar mempunyai motivasi dari awal untuk merelakan
sejumlah dana (premi) yang disetorkan ke perusahaan asuransi, yang
difungsikan sebagai dana sosial. Dan dana sosial memang betul-betul
digunakan untuk tujuan membantu anggota (nasabah) asuransi yang lain jika
mengalami bencana kerugiaan.
7. Larangan riba

24
Ada beberapa bagian dalam Al-Quran yang melarang pengayaan diri
dengan cara yang tidak dibenarkan. Islam menghalalkan perniagaan dan
melarang riba.
8. Larangan maisir (judi)
Syafi‟i Antonio mengatakan bahwa unsur maisir (judi) artinya adanya
salah satu pihak yang untung namun di lain pihak justru mengalami kerugian.
Hal ini tampak jelas apabila pemegang polis dengan sebab-sebab tertentu
membatalkan kontraknya sebelum masa reversing period, biasanya tahun
ketiga maka yang bersangkutan tidak akan menerima kembali uang yang
telah dibayarkan kecuali sebagian kecil saja. Juga adanya unsur keuntungan
yang dipengaruhi oleh pengalaman underwriting, di mana untung-rugi terjadi
sebagai hasil dari ketetapan.
9. Larangan gharar (ketidakpastian)
Gharar dalam pengertian bahasa adalah penipuan, yaitu suatu tin
dakan yang di dalamnya diperkirakan tidak ada unsur kerelaan.

Rukun dan Syarat Asuransi Syariah

Menurut Mazhab Hanafi, rukun kafalah (asuransi) hanya ada satu,


yaitu ijab dan qabul. Sedangkan menurut para ulama lainnya, rukun dan
syarat kafalah (asuransi) adalah sebagai berikut:
1. Kafil (orang yang menjamin), di mana persyaratannya adalah sudah baligh,
berakal, tidak dicegah membelanjakan hartanya dan dilakukan dengan
kehendaknya sendiri.
2. Makful lah (orang yang berpiutang), syaratnya adalah bahwa yang berpiutang
diketahui oleh orang yang menjamin. Disyaratkan dikenal oleh penjamin
karena manusia tidak sama dalam hal tuntutan, hal ini dilakukan demi
kemudahan dan kedisiplinan.
3. Makful ’anhu, adalah orang yang berutang.
4. Makful bih (utang, baik barang maupun orang), disyaratkan agar dapat
diketahui dan tetap keadaannya, baik sudah tetap maupun akan tetap.

25
Adapun akad yang memenuhi semua persyaratan dan tercegah dari
semua larangan, maka akad itu adalah sah, meskipun akad itu merupakan
akad yang baru.
Di antara sejumlah persyaratan itu misalnya:
a) Baligh (dewasa).
b) Berakal, sudah barang tentu setiap transaksi yang dilakukan oleh
orang yang kehilangan akal adalah tidak sah, maka perasuransiannya
pun batal.
c) Ikhtiyar (kehendak bebas), tidak boleh ada paksaan dalam transaksi
yang tidak disukai.
d) Tidak sah transaksi atas suatu yang tidak diketahui. Syarat ini
terdapat di dalam seluruh transaksi. Tidak sah jual beli apabila
barang yang di jual tidak diketahui, dan tidak sah pembayaran harga
atas sesuatu yang tidak diketahui. Karena transaksi tersebut seperti
perjudian.
e) Tidak sah transaksi yang mengandung unsur riba. Ini adalah
persyaratan dan larangan bagi sahnya transaksi. Atas dasar ini, maka
setiap transaksi yang baru harus kita anggap sah, sesuai tuntutan
prinsip.
Jenis-Jenis Asuransi Syariah

Asuransi syariah terdiri dari dua jenis yaitu:

1. Tafakul Keluarga (asuransi jiwa) adalah bentuk asuransi syariah yang


memberikan perlindungan dalam menghadapi musibah kematian dan
kecelakaan atas diri peserta asuransi takaful. Produk asuransi takaful
keluarga meliputi :
a) Takaful berencana.
b) Takaful pembiayaan.
c) Takaful pendidikan.
d) Takaful dana haji.
e) Takaful berjangka.

26
f) Takaful kecelakaan siswa.
g) Takaful kecelakaan diri.
h) Takaful khairat keluarga.
2. Takaful Umum (asuransi Kerugian) adalah bentuk asuransi syariah yang
memberikan perlindungan finansial dalam menghadapi bencana atau
kecelakaan atas harta benda milik peserta takaful.
Produk-produk Asuransi Takaful umum adalah :

a) Takaful kebakaran.
b) Takaful kendaraan bermotor.
c) Takaful pengangkutan.
d) Takaful Risiko Pembangunan.
e) Takaful Risiko Pemasangan.
f) Takaful Penyimpanan Uang.
g) Takaful Gabungan.
h) Takaful Aneka.
i) Takaful rekayasa/Engineering

Manfaat dan Keunggulan Asuransi Syariah

1. Tolong-menolong melalui Dana Tabarru’


Prinsip tolong-menolong (takaful atau ta’awun) ini
dilakukan melalui investasi aset atau Tabarru'. Tabarru’ adalah
bentuk akad yang dilakukan dengan tujuan kebajikan dan tolong-
menolong, bukan semata-mata untuk tujuan
komersial. Tabarru’ inilah yang menjadi pembeda sekaligus sebagai
keunggulan dari produk Asuransi syariah. Dana Tabarru’ yang
disetorkan oleh peserta Asuransi syariah akan digunakan untuk
membantu peserta lain jika terjadi risiko. Selain mendapatkan manfaat
proteksi finansial dengan tolong menolong, peserta juga dapat
berinvestasi.
2. Ada Distribusi dan Alokasi Surplus Underwriting

27
Dalam Asuransi syariah, dikenal istilah Surplus
Underwriting. Surplus Underwriting adalah Selisih positif total
kontribusi Peserta ke dalam Dana Tabarru’ setelah dikurangi
pembayaran santunan/klaim, kontribusi reasuransi, dan cadangan
teknis, dalam satu periode tertentu. Hal ini tidak dikenal di produk non
Syariah.
Dalam Asuransi syariah Surplus Underwriting dapat dibagikan
ke beberapa alokasi. Yaitu ke Dana Tabarru’, pemegang polis, dan
perusahaan Asuransi. Tentu saja perhitungan sesuai persentase yang
ditetapkan di dalam polis. Jika terjadi Defisit Underwriting, maka
perusahaan Asuransi sebagai pengelola melalui Akad Qardh, akan
memberikan pinjaman tanpa bunga dari dana perusahaan untuk
disalurkan ke dalam Dana Tabarru’ sebagai sumber pembayaran
klaim nasabah.
3. Ada Pembagian Hasil sesuai Akad
Prinsip produk Asuransi syariah tidak ada pihak yang merasa
dirugikan. Mengapa? Sebab, perusahaan Asuransi syariah ini hanya
sebagai pengelola dana dari peserta. Maka jika ada keuntungan dari
pengelolaan dana tersebut, hasilnya akan kembali lagi pada peserta.
Jadi, baik peserta maupun perusahaan Asuransi syariah akan
mendapatkan pembagian hasil sesuai akad yang digunakan.
4. Bebas Riba
Asuransi syariah disebut bebas riba karena tidak ada dana
peserta yang hangus. Sebab, Asuransi syariah akan memberikan
nasabah berupa klaim, santunan, atau Surplus Underwriting. Selain
itu, dana yang masuk akan dikelola pada instrumen investasi yang
sesuai dengan prinsip syariah dengan diawasi DSN-MUI dan OJK.
Investasi yang ditawarkan di Asuransi Syariah juga menggunakan
akad yang jelas sehingga peserta lebih nyaman.

Contoh Kasus

28
Referensi Al Quran dan Sunah

Asuransi syariah memiliki dasar-dasar yang juga ada dalam hadis dan ayat
dalam Al Quran, yaitu:

Al Maidah 2: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)


kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran.”

a. An Nisaa 9: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang


seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah
yang mereka khawatir terhadap mereka.”

b. HR Muslim dari Abu Hurairah: “Barang siapa melepaskan dari


seorang muslim suatu kesulitan di dunia, Allah akan melepaskan
kesulitan darinya pada hari kiamat.”

F. Pasar Modal Syariah


Pengertian pasar dalam arti sempit adalah tempat para penjual dan pembeli
bertemu untuk melakukan transaksi. Pembeli dan penjual langsung bertemu untuk
melakukan transaksi dalam suatu tempat yang disebut dengan pasar. Dalam
pengertian yang luas, pasar merupakan tempat melakukan transaksi dan pembeli.
Dalam pengertian ini, antara penjual dan pembeli tidak harus bertemu dalam suatu
tempat secara langsung.
Hubungan antara keduanya dapat dilakukan dengan menggunakan sarana
informasi yang ada seperti internet, telepon seluler ataupun sarana-sarana yang
lain. Secara umum, pengertian pasar modal adalah suatu tempat bertemunya para
penjual dan pembeli saham untuk melakukan suatu transaksi dalam rangka
memperoleh modal. Penjual dalam pasar modal ialah suatu perusahaan yang
membutuhkan modal (emiten), dengan cara menjual efek-efek. Pembeli 4 atau
investor adalah pihak yang ingin membeli modal pada perusahaan yang
menurutnya akan mendatangkan keuntungan. Pasar modal juga dikenal dengan
nama bursa efek.

29
Menurut Undang – Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995, pasar modal
adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan
efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal merupakan pasar
untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan,
baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri. Pasar modal merupakan juga
pasar untuk-untuk surat berharga jangka panjang. Sedangkan, pasar uang
merupakan pasar surat berharga jangka pendek. Baik pasar modal maupun pasar
uang merupakan bagian dari pasar keuangan. Instrumen keuangan yang
diperjualbelikan pada pasar modal adalah saham, obligasi, waran, right, obligasi
konvertabel, dan berbagai produk turunan seperti opsi dan lain-lain. Sedangkan,
yang diperjualbelikan di antaranya adalah Surat Bank Indonesia (SBI), Surat
Berharga Pasar Uang (SBPU), Commercial Paper Notes, Call Monery,
Repurchase Agreement, Banker's Acceptence, Treasury Bill dan lain-lain.
Prinsip instrumen pasar modal syariah berbeda dengan pasar modal
konvensional. Saham yang diperdagangkan pada pasar modal syariah harus
datang dari emiten yang memenuhi kriteria-kriteria syariah. Obligasi yang
diterbitkan pun harus menggunakan prinsip syariah, seperti mudharabah,
musyarakah, ijarah, istishna‟, salam, dan murabahah. Selain saham dan obligasi
syariah, yang diperjual belikan pada pasar modal syariah adalah reksa dana
syariah yang merupakan sarana investasi campuran yang menggabungkan saham
dan obligasi syariah dalam satu produk yang dikelola oleh manajer investasi
Fungsi Pasar Modal Syariah
Menurut M. Metwally sebagaimana dikemukakan oleh Heri
Sudarsono, menyebutkan ada lima fungsi dari pasar modal syariah. Kelima
fungsi pasar modal syariah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Memungkinkan bagi masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan bisnis
dengan memperoleh bagian dari keuntungan dan risikonya.
2. Memungkinkan para pemegang saham menjual sahamnya guna
mendapatkan likuiditas.

30
3. Memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan modal dari luar untuk
membangun dan mengembangkan lini produksinya.
4. Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka pendek pada
harga saham yang merupakan ciri umum pasar modal konvensional.
5. Memungkinkan investasi pada ekonomi itu ditentukan oleh kinerja
kegiatan bisnis sebagaimana tercermin pada harga saham.
6. Dari beberapa fungsi pasar modal syariah di atas diketahui bahwa
keberadaan pasar modal syariah sangat bermanfaat dalam rangka
meningkatkan aktifitas perekonomian umat Islam dan selanjutnya dapat
meningkatkan kesejahteraan mereka.
Pelaku Pasar Modal
Dalam pasar modal, terdapat beberapa pihak yang terlibat dalam
kegiatannya. Pihak-pihak tersebut adalah emiten, investor, perusahaan
pengelola dana dan reksa dana:
1. Emiten
Emiten adalah perusahaan yang melakukan penjualan surat-surat
berharga atau melakukan emisi. Dalam melakukan emisi, emiten dapat
memilih dua macam instrumen pasar modal yang bersifat kepemilikan atau
hutang. Jika emiten memilih instrumen yang bersifat kepemilikan, maka ia
menerbitkan saham. Tetapi, jika ia memilih instrumen yang bersifat
hutang, maka ia menerbitkan obligasi.
2. Investor
Pelaku kedua di pasar modal adalah investor atau pemodal. Ia
adalah yang membeli atau menanamkan modalnya pada perusahaan yang
melakukan emisi. Sebelum membeli surat-surat berharga, investor
biasanya meneliti dan menganalisisnya terlebih dahulu. Penelitiannya
mencakup bonadifitas perusahaan prospek usaha emiten dan analis
lainnya.
3. Perusahaan Pengelola Dana (Investman Company)
Perusahaan pengelola dana merupakan perusahaan yang beroperasi
di pasar modal dengan mengelola modal yang berasal dari investor.

31
Perusahaan ini mempunyai dua unit, yaitu pengelolaan dana (fund
management)dan penyimpanan dana (qustodian). Bagian pengelolaan dana
adalah divisi yang memutuskan efek mana yang harus dijual dan harus
dibeli. Sedangkan, qustodian adalah bagian yang melakukan penjualan
atau pembelian efek. Selain itu, kustodian juga melakukan menerima
bunga (pada pasar modal konvensional) dan deviden kepada emiten.
4. Reksa Dana
Reksa dana merupakan salah satu alternatif investasi bagi
masyarakat pemodal. Khususnya, pemodal kecil dan pemodal yang tidak
memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas
investasi mereka. Reksa dana dirancang dalam rangka menghimpun dana
dari masyarakat yang memiliki modal dan mempunyai keinginan untuk
melakukan investasi. Akan tetapi, mereka hanya mempunyai waktu dan
pengetahuan yang terbatas. Reksa dana juga diharapkan dapat
meningkatkan peran pemodal lokal untuk berinvestasi di pasar modal
dalam
G. Obligasi Syariah
Sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 32/DSN-
MUI/IX/2002, "Obligasi Syariah adalah suatu surat berharga jangka
panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan Emiten kepada
pemegang Obligasi Syariah yang mewajibkan Emiten untuk membayar
pendapatan kepada pemegang Obligasi Syariah berupa bagi
hasil/margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh
tempo".

Tidak semua emiten dapat menerbitkan obligasi syariah. Untuk


menerbitkan Obligasi Syariah, beberapa persyaratan berikut harus
dipenuhi:

1. Aktivitas utama (core business) yang halal, tidak bertentangan dengan


substansi Fatwa No: 20/DSN-MUI/IV/2001.
2. Peringkat investment grade.

32
3. Keuntungan tambahan jika termasuk dalam komponen JII.
Obligasi Syariah Ijarah merupakan obligasi syariah yang
menggunakan akad sewa sedemikian sehingga kupon (fee ijarah) bersifat
tetap, dan bisa diketahui/diperhitungkan sejak awal obligasi diterbitkan.
Manfaat Obligasi Syariah
1. Menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap Bank Non Islam
(konvensional) yang menyebabkan berada di bawah kekuasaan bank,
sehingga umat Islam tidak bisa melaksanakan ajaran agamanya secara
penuh, terutama di bidang kegiatan bisnis dan perekonomiannya.
2. Menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi dengan jalan
meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi.
3. Dapat beramar ma‟ruf di bidang bisnis antara semua pihak yang ada
dalam investasi obligasi syariah.
4. Obligasi Syariah sebagai bentuk pendanaan dan sekaligus investasi
yang memungkinkan bentuk struktur dapat ditawarkan untuk tetap
menghindarkan dari riba.

Obligasi Syariah Menurut Fatwa Dsn-Mui

Berdasarkan fatwa DSN No.32/DSN-MUI/IX2002 menetapkan obligasi itu


boleh dengan ketentuan :

Ketentuan Umum

1. Obligasi yang tidak dibenarkan menurut syariat yaitu obligasi yang


bersifat hutang dengan kewajiban membayar berdasarkan bunga.

2. Obligasi yang dibenarkan menurut syariah yaitu obligasi yang


berdasarkan prinsip-prinsip syariah.

3. Obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang


berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada
pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar

33
pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil,
margin, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.

Ketentuan Khusus

1. Akad yang dapat digunakan dalam penerbitan obligasi syariah antara


lain:

a). Mudharabah muqaradhan/qiradh.

b) Musyarakah.

c) Murabahah.

d) Salam.

e) Istina.

f) Ijarah.

2. Jenis usaha yang dilakukan emiten (mudharib) tidak boleh bertentangan


dengan syariah dengan memperhatikan substansi fatwa DSN-MUI
nomor2O/DSN-MLMV72O01 tentang pedoman investasi untuk reksa
dana syariah.
3. Pendapatan (hasil) investasi yang dibagikan emiten (mudharib) kepada
pemegang obligasi syariah Mudharabah (shahibul maal) harus bersih dari
unsur non halal.

H. Referensi Al-Quran dan Sunah


1. Bisnis Syariah
Bisnis syariah memiliki dasar-dasar yang juga ada dalam Al-Quran
dan sunah, yaitu:
1) Berdasarkan Al-Quran surat Al-Baqarah [2] ayat 168-169 yang
kaitannya tentang mencari rezeki yang halal.

34
ٌُّّ ‫ش٘ ْٰط ِۗ ِي اًََِّٗ لَ ُك ْن َعذ‬
َّ ‫خ ال‬
ِ ْٰ ‫ط‬ َ ‫ض َح ٰل اًل‬
ُ ‫طِّ٘ثاا َّّۖ َْل ذَرَّثِعُ ْْا ُخ‬ ِ ‫اس ُكلُ ْْا ِه َّوا فِٔ ْاْلَ ْس‬ ُ ٌَّ‫ٰ ٰٓٗاَُّٗ َِا ال‬
)ٔ٦١( َ‫ّٰللاِ َها َْل ذَ ْعلَ ُو ْْى‬ ‫ٔ) اًَِّ َوا َٗأ ْ ُه ُش ُك ْن تِالض ْۤ ُّْْ ِء َّ ْالفَحْ ش َْۤا ِء َّاَ ْى ذَقُ ْْلُ ْْا َعلَٔ ه‬٦١( ‫ُّهثِْ٘ي‬

Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik


dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti
langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan adalah musuh
yang nyata bagimu. Sesungguhnya setan itu hanya menyuruh
kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan kepada Allah apa
yang tidak kamu ketahui.” (Q.S Al-Baqarah [2]:168-169).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Islam mempunyai paduan
bagi seluruh manusia, baik muslim maupun non-muslim dalam
mencari rezeki yang halal. Allah SWT memberikan karunia-Nya
berupa perintah agar manusia memakan dari seluruh yang ada di
muka bumi berupa biji-bijian, buah-buahan, dan hewan-hewan
selama keadaannya halal. Tidak dilakukan dengan cara
merampok, mencuri, atau dengan cara transaksi yang haram atau
cara haram yang lainnya yang merupakan tipu daya setan.
2) Berdasarkan Hadits dari Abu Hurairah ia berkata bahwa
Rasulullah SAW bersabda.
Artinya: “Bersegeralah melakukan amal Shaleh karena akan
datang fitnah yang diumpamakan bagaikan potongan-potongan
dari malam yang gelap gulita. Saat itu seorang laki-laki berada
dalam keadaan beriman di waktu pagi, namun kafir di waktu sore,
dan beriman di waktu sore, lalu kafir di waktu pagi, dia menjual
agamanya dengan harta dunia”. (H.R Muslim)
2. Perbankan Syariah
Perbankan syariah ini merupakan segala kegiatan perbankan
berdasarkan Al-Quran dan Sunah. Kegiatan perbankan berdasarkan
syariat Islam dapat dilakukan dengan benar apabila mempunyai
akidah yang benar.

35
Perbankan syariah memiliki dasar-dasar yang juga ada dalam Al-
Quran dan sunah, yaitu:
1) Berdasarkan Al-Quran surat Al-Baqarah [2] ayat 278-280 tentang
larangan segala praktik riba.
‫ٕ﴾فَا ِ ْى لَ ْن‬٧١ ﴿ َ‫الش َتا ِئ ْى ُك ٌْر ُ ْن ُهإْ ِهٌِ٘ي‬ ّ ِ َ‫ٖ ِهي‬ َ ‫ّٰللاَ َّرَ ُسّا َها َت ِق‬َّ ‫َٗا أَُّٗ َِا ا َّلزِٗيَ آ َهٌُْا اذَّقُْا‬
‫ّس أ َ ْه َْا ِل ُك ْن َْل ذ َْظ ِل ُوْىَ َّ َْل‬
ُ ‫صْ ِل َِ ۖ َّ ِئ ْى ذ ُ ْثر ُ ْن فَلَ ُك ْن ُس ُء‬ َّ َ‫ب ِهي‬
ُ ‫ّٰللاِ َّ َس‬ ٍ ‫ذ َ ْف َعلُْا فَأْرًَُْا ِت َح ْش‬
َ َ ‫ض َشجٍ ۚ َّأ َ ْى ذ‬
‫صذَّقُْا َخ٘ ٌْش لَ ُك ْن ۖ ئِ ْى ُك ٌْر ُ ْن‬ ُ ُّ‫﴾ّئِ ْى َكاىَ ر‬
َ ْ٘ ‫عض َْشجٍ فٌَ َِظ َشج ٌ ئِلَ ٰٔ َه‬ ْ ُ‫ذ‬
َ ٕ٧١ ﴿ َ‫ظلَ ُوْى‬
﴾ٕ١ٓ ﴿ َ‫ذَ ْعلَ ُوْى‬

Artinya: “Wahai orang-orang beriman, tinggalkanlah apa yang


tersisa dari riba, jika kalian adalah orang-orang yang beriman.
Maka jika kalian tidak meninggalkan, maka umumkanlah perang
kepada Allah dan Rasul-Nya. Maka jika kalian bertobat, maka
bagi kalian adalah pokok harta kalian. Tidak berbuat zalim lagi
ter zalimi. Dan jika terdapat orang yang kesulitan, maka tundalah
sampai datang kemudahan. Dan bila kalian bersedekah, maka itu
baik bagi kalian, bila kalian mengetahui.” (Q.S Al-Baqarah [2]:
278-280)

2) Berdasarkan Al-Quran surat Al-Baqarah [2] ayat 188 tentang


larangan pembiayaan usaha masyir dan gharar.
ِ ٌَّ‫اط ِل َّذُذْلُ ْْا تِ َِا ٰٓ اِلَٔ ْال ُح َّك ِام ِلر َأ ْ ُكلُ ْْا فَ ِش ْٗقاا ِّه ْي ا َ ْه َْا ِِ ال‬
‫اس‬ ِ َ‫َّ َْل ذ َأ ْ ُكلُ ْْٰٓا ا َ ْه َْالَ ُك ْن َت ْ٘ ٌَ ُك ْن تِ ْالث‬
ࣖ َ‫ِتا ْ ِْلثْ ِن َّا َ ًْر ُ ْن ذَ ْعلَ ُو ْْى‬

Artinya: “Dan janganlah kamu makan harta antara kamu dengan


jalan yang batil, dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu
kepada para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan
sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu
mengetahui.” (Q.S Al-Baqarah [2]: 188)

3) Berdasarkan Al-Quran surat Al-Baqarah [2] ayat 261 tentang


pembiayaan pada real aset.

36
ُ‫ص ْۢ ٌْثُلَ ٍح ِ ّهائَح‬
ُ ‫صٌَاتِلَ فِ ْٖ ُك ِّل‬ ْ ‫ّٰللاِ َك َوث َ ِل َحثَّ ٍح ا َ ْۢ ًْ َثر‬
َ ‫َد َص ْث َع‬ َ ْٖ ِ‫َهث َ ُل الَّ ِزْٗيَ ُٗ ٌْ ِفقُ ْْىَ ا َ ْه َْالَ ُِ ْن ف‬
‫صثِ ْ٘ ِل ه‬
‫ف ِل َو ْي َّٗش َْۤا ُء َِّۗ ه‬
‫ّٰللاُ َّا ِص ٌع َع ِل ْ٘ ٌن‬ ُ ‫ّٰللاُ ُٗضٰ ِع‬
‫َحثَّ ٍح ِۗ َّ ه‬

Artinya: “Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di


jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai,
pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi
siapa yang dia kehendaki, dan Allah Maha Luas dan Maha
Mengetahui.” (Q.S Al-Baqarah [2]: 261)

4) Berdasarkan Al-Quran surat Yusuf [12] ayat 47 tentang berbagi


keuntungan dan risiko rugi (profit and loss).
َ‫ص ْۢ ٌْثُ ِل َٰٓ ا َِّْل قَ ِل٘ اًْل ِّه َّوا ذَأ ْ ُكلُ ْْى‬ َ ‫ص ْث َع ِصٌِْ٘يَ دَاَت ۚاا فَ َوا َح‬
ُ ْٖ ِ‫صذْذ ُّ ْن فَزَ ُس ٍُّْ ف‬ َ َ‫قَا َِ ذ َْز َسع ُْْى‬

Artinya: “Dia (Yusuf) berkata; Agar kamu bercocok tanam tujuh


tahun (berturut-turut) sebagaimana biasa; kemudian apa yang
kamu tuai hendaklah kamu biarkan ditangkainya kecuali sedikit
untuk kamu makan.” (Q.S Yusuf [12]: 47)

5) Berdasarkan Al-Quran surat Al-Baqarah [2] ayat 208.


‫ش٘ ْٰط ِۗ ِي اًََِّٗ لَ ُك ْن َعذ ٌُّّ ُّه ِث٘ ٌْي‬
َّ ‫خ ال‬ ُ ‫ض ِْل ِن ك َْۤافَّحا َّّۖ َْل ذَر َّ ِثعُ ْْا ُخ‬
ِ ْٰ ‫ط‬ ّ ‫ٰ ٰٓٗاَُّٗ َِا الَّ ِزْٗيَ ٰا َهٌُْا ادْ ُخلُ ْْا فِٔ ال‬

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam


Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-
langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.” (Q.S Al-
Baqarah [2]: 208)

3. Baitul Maal wat Tamwil (BMT)


Konsep Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) bersifat umum dan tidak
secara khusus ditegaskan di dalam Al-Quran yang berkaitan dengan
harta benda yang digunakan (dinafkahkan) sesuai tuntutan agama.
Penjelasan yang berkaitan dengan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT),
yaitu:
1) Berdasarkan Al-Quran surat Al-Baqarah [2] ayat 261.

ُ‫ص ْۢ ٌْثُلَ ٍح ِ ّهائ َح‬


ُ ‫صٌَاتِ َل فِ ْٖ ُك ِّل‬ ْ ‫ّٰللاِ َك َوثَ ِل َحثَّ ٍح ا َ ْۢ ًْ َثر‬
َ ‫َد َص ْث َع‬ َ ْٖ ِ‫َهث َ ُل الَّ ِزْٗيَ ُٗ ٌْ ِفقُ ْْىَ ا َ ْه َْالَ ُِ ْن ف‬
‫صثِ ْ٘ ِل ه‬
‫ف ِل َو ْي َّٗش َْۤا ُء ِۗ َّ ه‬
‫ّٰللاُ َّا ِص ٌع َع ِل ْ٘ ٌن‬ ُ ‫ّٰللاُ ُٗضٰ ِع‬
‫َحثَّ ٍح ِۗ َّ ه‬

37
Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-
orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa
dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-
tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi
siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya)
lagi Maha Mengetahui.” (Q.S Al-Baqarah [2]: 261)

Sesuai dengan ayat di atas Baitul Maal Wat Tamwil


digunakan untuk kemaslahatan umat, yaitu dengan menjalin
silaturahmi dalam mengadakan kerja sama bagi hasil dengan cara
membagi keuntungan yang diperoleh.
2) Berdasarkan Hadits
Dalam Baitul Maal Wat Tamwil terdapat akad, suatu
perjanjian untuk berbuat bisnis harus didasarkan kepercayaan
para pihaknya. Hal ini ditegaskan dengan hadis Qudsi.

Artinya: “Dari Abu Hurairah, dia memarfu‟kannya


(menyadarkannya kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam) ia
berkata: Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berkata, “Aku adalah
pihak ketiga (Yang Maha Melindungi) bagi dua orang yang
melakukan syirkah, selama salah seorang di antara mereka tidak
berkhianat kepada mitranya. Apabila di antara mereka ada yang
berkhianat, maka Aku kan keluar dari mereka (tidak
melindungi)”. (HR. Abu Daud)

4. Pegadaian Syariah
Pegadaian syariah memiliki dasar-dasar yang juga ada dalam Al-
Quran dan sunah, yaitu:
1) Berdasarkan Al-Quran surat Al-Baqarah [2] ayat 283

38
ِٓ‫ض ُك ْن تَ ْعضاا فَ ْل٘ َُإ ِدّ الَّز‬ ُ ‫ضحٌ ِۗفَا ِْى ا َ ِهيَ تَ ْع‬ َ ُْْ ‫صفَ ٍش َّّلَ ْن ذ َِجذ ُّْا كَاذِثاا فَ ِش ُٰ ٌي َّه ْقث‬ َ ٔ‫۞ َّا ِْى ُك ٌْر ُ ْن َع ٰل‬
‫ش َِادَ ِۗج َ َّ َه ْي َّٗ ْكر ُ ْو َِا فَ ِاًَّ ٗ َٰٓ ٰا ِث ٌن قَ ْلثَُٗ ِۗ َّ ه‬
َ‫ّٰللاُ تِ َوا ذ َ ْع َولُ ْْى‬ َّ ‫ّٰللاَ َستََّٗ ِۗ َّ َْل ذَ ْكر ُ ُوْا ال‬
‫ق ه‬ ِ َّ‫اؤْ ذ ُ ِويَ ا َ َهاًَر ََٗ َّ ْلَ٘ر‬
ࣖ ‫َع ِل ْ٘ ٌن‬
Artinya: “Dan jika kamu dalam perjalanan sedang kamu tidak
mendapatkan seorang penulis, maka hendaklah ada barang
jaminan yang dipegang. Tetapi, jika sebagian kamu mempercayai
sebagaimana yang lain, hendaklah yang dipercayai itu
menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah dia bertakwa
kepada Allah, Tuhannya. Dan janganlah kamu menyembunyikan
kesaksian, karena barang siapa menyembunyikannya, sungguh,
hatinya kotor (berdosa). Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan”. (Q.S Al-Baqarah [2]: 283)
2) Berdasarkan Al-Quran surat Al-Muddatsir [74] ayat 38 tentang
pinjam-meminjam dengan jaminan (borg).

ٌ‫ُك ُّل ً َۡف ٍش ْۢ ِت َوا َك َضثَ ۡد َسُ ٌَِۡ٘ح‬

Artinya: “Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah


dilakukannya”. (Q.S Al-Muddatsir [74]: 38)
3) Berdasarkan Hadits Aisyah ra. yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari.
Artinya: “Dari Abdul Wahid dari Al A‟masy dia berkata: Kami
membicarakan masalah gadai dan memberi jaminan dalam jual
beli sistem salam salaf di samping Ibrahim. Maka Ibrahim
berkata: Al Aswad telah menceritakan kepada kami dari Aisyah
ra. bahwa Nabi SAW. membeli makanan dari seorang Yahudi
hingga waktu yang ditentukan (tidak tunai) dan menggadaikan
baju besinya.” (HR. Bukhari)
5. Asuransi Syariah
Asuransi syariah memiliki dasar-dasar yang juga ada dalam hadis dan
ayat dalam Al Quran, yaitu:
1) Berdasarkan Al-Quran surat Al-Maidah [5] ayat 2:

39
ْۤ ٰٓ َ
َ‫ْل ٰا ِ ّهْ٘ي‬ َّ َ‫ْٕ َّ َْل ْالقَ َ ًْۤل ِٕىذ‬
َ ‫ام َّ َْل ْال َِذ‬ َ ‫ش ِْ َش ْال َح َش‬ ‫شعَ ْۤا ِٕى َش ه‬
َّ ‫ّٰللاِ َّ َْل ال‬ َ ‫ٰ ٰٓٗاَُّٗ َِا الَّ ِزْٗيَ ٰا َهٌُ ْْا َْل ذ ُ ِحلُّ ْْا‬
‫طاد ُّْا َِّۗ َْل َٗجْ ِش َهٌَّ ُك ْن‬ َ ‫ص‬ْ ‫ام َٗ ْثرَغُ ْْىَ فَض اًْل ِ ّه ْي َّستِّ ِِ ْن َّ ِسض َْْاًاا َِّۗاِرَا َحلَ ْلر ُ ْن فَا‬ َ ‫ْالثَْ٘دَ ْال َح َش‬
َ ‫شٌ َٰاىُ قَ ْْ ٍم ا َ ْى‬
‫صذ ُّّْ ُك ْن َع ِي ْال َوض ِْج ِذ ْال َح َش ِام ا َ ْى ذ َ ْعرَذ ْۘ ُّْا َّذَعَ َاًُّ ْْا َعلَٔ ْالثِ ِ ّش َّالرَّ ْق ْٰ ۖٓ َّ َْل‬ َ
ِ ‫ش ِذ ْٗذُ ْال ِعقَا‬
‫ب‬ َ َ‫ّٰللا‬ ِ َّْ ‫اْلثْ ِن َّ ْالعُذ‬
‫اى َّۖاذَّقُْا ه‬
‫ّٰللاَ ِۗا َِّى ه‬ ِ ْ َٔ‫ذ َ َع َاًُّ ْْا َعل‬

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu


melanggar syiar-syiar kesucian Allah, dan jangan (melanggar
kehormatan) bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) hadyu
(hewan-hewan kurban) dan qala‟id (hewan-hewan kurban yang
diberi tanda), dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang
mengunjungi Baitulharam; mereka mencari karunia dan
keridhoan Tuhannya. Jangan sampai kebencian (mu) kepada suatu
kaum karena mereka menghalang-halangimu dari Masjidilharam,
mendorongmu berbuat melampaui batas (kepada mereka). Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran”. (Q.S Al-Maidah [5]: 2)
2) Berdasarkan Al-Quran surat An-Nisa [3] ayat 9:
‫ّٰللاَ َّ ْلَ٘قُ ْْلُ ْْا قَ ْْ اْل‬
‫ضعٰ فاا خَافُ ْْا َعلَ ْ٘ ِِ ۖ ْن فَ ْلَ٘رَّقُْا ه‬
ِ ‫ش الَّ ِزْٗيَ لَ ْْ ذ ََش ُك ْْا ِه ْي خ َْل ِف ِِ ْن ر ُ ِ ّسَّٗحا‬
َ ‫َّ ْلَ٘ ْخ‬
‫ص ِذ ْٗذاا‬
َ
Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang
lemah yang mereka khawatir terhadap mereka”. (Q.S An-Nisa
[3]: 9)

3) Berdasarkan Hadits Riwayat Muslim dari Abu Hurairah.

Artinya: “Barang siapa melepaskan dari seorang muslim suatu


kesulitan di dunia, Allah akan melepaskan kesulitan darinya pada
hari kiamat”.

6. Pasar Modal Syariah

40
Pasar Modal syariah memiliki dasar-dasar yang juga ada dalam hadis
dan ayat dalam Al Quran, yaitu:
1) Berdasarkan Al-Quran surat An-Nisa [3] ayat 29.
ِۗ ‫اض ِ ّه ٌْ ُك ْن‬ َ ‫ِْل ا َ ْى ذَ ُك ْْىَ ذِ َج‬
ٍ ‫اسجا َع ْي ذ ََش‬ ِ َ‫ٰ ٰٓٗاَُّٗ َِا الَّ ِزْٗيَ ٰا َهٌُ ْْا َْل ذَأ ْ ُكلُ ْْٰٓا ا َ ْه َْالَ ُك ْن تَ ْ٘ ٌَ ُك ْن ِت ْالث‬
ٰٓ َّ ‫اط ِل ا‬
‫ّٰللاَ َكاىَ ِت ُك ْن َس ِح ْ٘ اوا‬ َ ُ‫َّ َْل ذ َ ْقرُلُ ْْٰٓا اَ ًْف‬
‫ض ُك ْن ِۗ ا َِّى ه‬
Artinya: “Wahai orang-orang beriman! Janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar),
kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama
suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu.
Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu”. (Q.S An-Nisa [3]:
29)
2) Berdasarkan Al-Quran surat Al-Baqarah [2] ayat 279.

َ‫س ا َ ْه َْا ِل ُك ۚ ْن َْل ذ َْظ ِل ُو ْْى‬


ُ ّْ ‫ص ْْ ِل َۚ َّا ِْى ذ ُ ْثر ُ ْن فَلَ ُك ْن ُس ُء‬
ُ ‫ّٰللاِ َّ َس‬ ٍ ‫فَا ِْى لَّ ْن ذ َ ْف َعلُ ْْا فَأْرًَُ ْْا ِت َح ْش‬
‫ب ِ ّهيَ ه‬
ْ ُ ‫َّ َْل ذ‬
َ‫ظلَ ُو ْْى‬

Artinya: “Jika kamu tidak melaksanakannya, maka umumkanlah


perang dari Allah dan Rasul-Nya. Tetapi jika kamu bertobat,
maka kamu berhak atas pokok hartamu. Kamu tidak berbuat
zalim (merugikan) dan tidak dizalimi (dirugikan)”. (Q.S Al-
Baqarah [2]: 29)
7. Obligasi Syariah
1) Berdasarkan Al-Quran surat Al-Baqarah [2] ayat 275.

‫ش ٰرلِكَ تِاًََّ ُِ ْن‬ّ ِۗ ِ ‫ش٘ ْٰطيُ ِهيَ ْال َو‬ َّ ‫طَُ ال‬ ُ َّ‫ٕ َٗر َ َخث‬ ْ ‫الش ٰتْا َْل َٗقُ ْْ ُه ْْىَ ا َِّْل َك َوا َٗقُ ْْ ُم الَّ ِز‬ ّ ِ َ‫اَلَّ ِزْٗيَ َٗأ ْ ُكلُ ْْى‬
َِّ‫ظحٌ ِّه ْي َّست‬ َ ‫ْا فَ َو ْي َج ْۤا َء ٍٗ َه ْْ ِع‬
ِۗ ‫الش ٰت‬
ّ ِ ‫ّٰللاُ ْالثَ ْ٘ َع َّ َح َّش َم‬ ‫ْا َّا َ َح َّل ه‬ْۘ ‫الش ٰت‬
ّ ِ ‫قَالُ ْْٰٓا اًَِّ َوا ْالثَ ْ٘ ُع ِهثْ ُل‬
ْٰۤ ُ
َ‫اس ۚ ُُ ْن فِ ْ٘ َِا ٰخ ِلذ ُّْى‬ ِ ٌَّ‫ص ٰحةُ ال‬ ْ َ ‫ّلىِٕكَ ا‬ ‫ّٰللاِ ِۗ َّ َه ْي َعادَ فَا‬‫ف َّا َ ْه ُش ٗ ٍٰٓ اِ َلٔ ه‬
َ ِۗ ‫ص َل‬
َ ‫فَا ًْرَِٰ ٔ فَ َلَٗ َها‬

Artinya: “Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri


melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena
gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli
sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Berang siapa mendapat peringatan dari

41
Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya
dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah.
Barang siapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka,
mereka kekal di dalamnya”. (Q.S Al-Baqarah [2]: 275)
2) Berdasarkan Hadits Riwayat Imam Al-Tirmidzi dari „Amr bin
„Auf Al-Muzani.
Artinya: “Perjanjian boleh dilakukan di antara kaum muslimin
kecuali perjanjian yang mengharamkan yang halal atau
menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan
syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang
halal atau menghalalkan yang haram”.

42
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan ekonomi dan bisnis syariah telah diadopsi ke dalam
kerangka besar kebijakan ekonomi di Indonesia dewasa ini. Adapun kebijakan
tersebut dipelopori oleh Bank Indonesia dengan diberlakunya Undang-undang No.
10 tahun 1998 sebagai dengan menetapkan perbankan syariah sebagai salah satu
pilar penyangga dual-banking system.
Perbankan syariah di Indonesia, pertama kali dipelopori oleh Bank
Muamalat Indonesia yang berdiri pada tahun 1991. Bank ini pada awal berdirinya
diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah serta mendapat
dukungan dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa
pengusaha muslim. Pada saat krisis moneter yang terjadi pada akhir tahun
1990,bank ini mengalami kesulitan sehingga ekuitasnya hanya tersisa sepertiga
dari modal awal.
B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah di atas terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Penulis akan memperbaiki makalah
tersebut dengan pedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari
pembaca.

43
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Mukhlish Kaspul. “Studi Ayat Tentang Pasar Modal Perspektis Ekonomi
Syariah.” 2020. http://ojs.iai-
darussalam.ac.id/index.php/syariahdrs/article/view/99 (diakses Agustus
26, 2022).

Asuransi Jasindo Syariah. Hukum Asuransi Syariah Menurut MUI. 2020.


https://www.jasindosyariah.co.id/blog/artikel/hukum-asuransi-syariah-
menurut-
mui#:~:text=Asuransi%20syariah%20memiliki%20dasar%2Ddasar,dalam
%20berbuat%20dosa%20dan%20pelanggaran.%E2%80%9D (diakses
Agustus 25, 2022).

Dewi, Nourma. “Regulasi Keberadaan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Dalam
Sistem Perekonomian di Indonesia.” Jurnal Serambi Hukum 11, no. 1
(2017): 96-109.

Hamdi, Agustin. “Teori Bank Syariah.” JPS (Jurnal Perbankan Syariah) II, no. 1
(2021): 67-83.

Indonesia, Data. Rangkuman Data Seputar Perkembangan Ekonomi Syariah di


Indonesia. 2022.
https://www.google.com/amp/s/m.bisnis.com/amp/read/20220211/9/14990
21/rangkuman-data-seputar-perkembangan-ekonomi-syariah-di-indonesia
(diakses Agustus 25, 2022).

Manulife. Manfaat dan Keunggulan Produk Asuransi Syariah. 2022.


https://www.manulife.co.id/id/artikel/manfaat-dan-keunggulan-produk-
asuransi-syariah.html (diakses Agustus 25, 2022).

Muchtar, Evan Hamzah. “Konsep Hukum Bisnis Syariah Dalam Al-Quran Surat
Al-Baqarah [2] Ayat 168-169 (Kajian Tematis Mencari Rezeki Halal).”
2018.

44
https://jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/index.php/ad/article/view/354/0
(diakses Agustus 26, 2022).

Nasaruddin, Wahid. “Faktor-Faktor Yang Memperngaruhi Minat Menabung


Santri Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah di Baitul Maal Wat
Tamwil (BMT) Raudhah Medan.” 13 September 2017.
https://repository.uin-suska.ac.id/20245/ (diakses Agustus 26, 2022).

Nurwahyuni. Pengaruh Sosialisasi Pasar Modal Syariah Terhadap Minat


Investor (Studi Kasus Galeri Investasi Bursa Efek indonesia Unismuh
Makassar). 2019. https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/9043-
Full_Text.pdf (diakses Agustus 25, 2022).

OJK. Asuransi Syariah. 25 Agustus 2022.


https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/20564 (diakses
Agustus 25, 2022).

Pratama, Irfan Gian. Makalah Asuransi Syariah. 2016.


https://id.scribd.com/document/322711561/makalah-ASURANSI-
SYARIAH (diakses Agustus 25, 2022).

Sahabat Pegadaian. Mengenal Pegadaian Syariah: Solusi Keuangan Sesuai


Syariat. 2020. https://www.jasindosyariah.co.id/blog/artikel/hukum-
asuransi-syariah-menurut-
mui#:~:text=Asuransi%20syariah%20memiliki%20dasar%2Ddasar,dalam
%20berbuat%20dosa%20dan%20pelanggaran.%E2%80%9D (diakses
Agustus 25, 2022).

Sundari, Asri, dan Ahmad Hasan Ridwan. “Tafsir dan Hadist Sukuk Obligasi
Syariah (Mengungkap Konsep Transaksi Kebatilan Dalam QS. An-Nisa:
29.” 28 Januari 2022.
https://journal.ikopin.ac.id/index.php/fairvalue/article/view/1034 (diakses
Agustus 26, 2022).

45

Anda mungkin juga menyukai