Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH BISNIS SYARIAH

PERBANKAN SYARIAH
Disusun guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Bisnis Syariah
Dosen pengampu: Faridhatun Faidah, SE, MM.,
Ahmad Nilnal Munachifdlil ‘Ula, S.Pd.I, M.Pd.

Disusun oleh :
1. Sita Devi Rahmawati (202011518)
2. Dwi Putri Aulia (202011520)
3. Emy Sulistyowati (202011522)
4. Novia Wiku Kartika (202011524)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, hidayah,
serta inayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “ Perbankan
Syariah”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Bisnis Syariah.

Terselesaikannya penulisan makalah ini adalah berkat dukungan dari berbagai pihak,
untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Faridhatun Faidah, SE, MM, dan
Bapak Ahmad Nilnal Munachifdlil ‘Ula, S.Pd.I, M.Pd. Selaku dosen pengampu mata kuliah
Bisnis Syariah.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan dan sumbangan ilmiah yang sebesar-besarnya bagi penulis dan pembaca.

Kudus, 16 April 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

MAKALAH BISNIS SYARIAH...............................................................................................1


KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................5
1.3 Tujuan..........................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
2.1 Pengertian Perbankan Syariah.....................................................................................6
2.2 Sejarah perkembangan bank syariah Indonesia...........................................................7
2.3 Ciri Bank Syariah........................................................................................................8
2.4 Perbedaaan Bank Syariah Dengan Bank Konvensional..............................................8
2.5 Struktur Bank Syariah...............................................................................................10
2.6 Produk Bank Syariah.................................................................................................11
2.7 Tantangan Bank Syariah............................................................................................13
2.8 Kendala Bank Syariah dalam Operasional................................................................14
2.9 Fungsi Intermediary Bank Syariah........................................................................14
2.10 Karakteristik Bank Syariah........................................................................................14
2.11 Perbedaan imbalan yang berdasarkan Bunga dan bagi Hasil....................................15
2.12 Prinsip Bank Syariah.................................................................................................15
BAB III.....................................................................................................................................16
PENUTUP................................................................................................................................16
3.1 KESIMPULAN.........................................................................................................16
3.2 SARAN......................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bank Syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada
bunga. Bank Islam atau biasa disebut dengan Bank Tanpa Bunga, adalah lembaga
keuangan/perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan
pada al-Quran dan Hadits Nabi SAW, dengan kata lain Bank Syariah adalah lembaga
keuangan yang memiliki usaha pokok memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya
dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya
disesuaikan dengan prinsip syariat Islam. Bank syariah menghindari sistem bunga
dalam mengoperasikan usahanya. Keberadaan bank syariah/bank Islam dapat
dijadikan sebagai solusi alternatif terhadap persoalaan tentang adanya pertentangan
antara bunga dengan riba.
Di Indonesia, pendirian bank syariah sudah lama dicita-citakan oleh umat
Islam, hal ini terungkap dalam keputusan Majelis Tarjih Muhammadiyah yang
diadakan di Sidoarjo, Jawa Timur pada tahun 1968, Majelis Tarjih menyarankan
kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk mengusahakan terwujudnya konsepsi
sistem perekonomian, khususnya lembaga perbankan yang sesuai dengan kaidah
Islam. Kedudukan bank syariah dalam sistem perbankan Nasional terbuka setelah
dikeluarkannya UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan. Dalam pasal 13 (c) 2
Undang-undang tersebut menyatakan bahwa salah satu usaha Bank Perkreditan
Rakyat, menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil, sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan oleh peraturan pemerintah.
Secara umum konsep perbankan syariah menawarkan sistem perekonomian
yang sesuai dengan syariat Islam/prinsip syariah. Ada beberapa perbedaaan konsep
dalam perbankan konvensional yang dianggap membawa kesengsaraan karena
mengandung unsur riba, unsur riba dianggap sangat bertentangan dengan syariat
menawarkan berbagai produk perbankan yang bebas bunga berupa pembiayaan bagi
hasil.
Seperti Bank Konvensional, Bank Syariah juga memberikan jasa-jasa
pembiayaan. Jasa-jasa pembiayaan yang diberikan bank syariah jauh lebih beragam

4
daripada jasa-jasa yang dapat diberikan oleh bank konvensional. Mengenai jasa
pembiayaan yang dapat diberikan oleh bank syariah bukan saja pembiayaan dalam
bentuk apa yang disebut dalam istilah perbankan konvensional sebagai kredit, tetapi
juga memberikan jasa-jasa pembiayaan yang biasanya diberikan oleh lembaga
pembiayaan (multi finance company), seperti leasing, hire purchase, pembelian
barang oleh nasabah bank kepada bank syariah yang bersangkutan dengan cicilan,
pembelian barang oleh bank syariah kepada perusahaan manufaktur dengan
pembayaran di muka, penyertaan modal

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah definisi perbankan syariah?
2. Bagaimana perkembangan bank syariah di Indonesia?
3. Bagaimana perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional?
4. Bagaimana struktur, produk, dan kendala bank syariah dalam operasionalnya?
5. Apakah fungsi intermediary bank syariah?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi perbankan syariah.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan perkembangan bank syariah di Indonesia.
3. Mahasiswa dapat menyebutkan perbedaan antara bank syariah dan bank
konvensional.
4. Mahasiswa dapat menjelaskan struktur, produk, dan kendala bank syariah
dalam operasionalnya.
5. Mahasiswa dapat menyebutkan fungsi intermediary bank syariah.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perbankan Syariah

Bank pada dasarnya adalah entitas yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk pembiayaan atau dengan kata lain berfungsi sebagai perantara keuangan.
Dalam sistem perbankan Indonesia terdapat dua jenis sistem perbankan, yaitu bank
konvensional dan bank syariah. Berdasarkan UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah, Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah, atau prinsip hukum islam yang diatur dalam fatwa Majelis Ulama
Indonesia seperti prinsip keadilan dan keseimbangan ('adl wa tawazun), kemaslahatan
(maslahah), universalisme (alamiyah), serta tidak mengandung gharar, maysir, riba,
zalim dan obyek yang haram. Selain itu, UU Perbankan Syariah juga mengamanahkan
bank syariah untuk menjalankan fungsi sosial dengan menjalankan fungsi seperti
lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah,
atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai
kehendak pemberi wakaf (wakif).

Pelaksanaan fungsi pengaturan dan pengawasan perbankan syariah dari aspek


pelaksanaan prinsip kehati-hatian dan tata kelola yang baik dilaksanakan oleh OJK
sebagaimana halnya pada perbankan konvensional, namun dengan pengaturan dan sistem
pengawasan yang disesuiakan dengan kekhasan sistem operasional perbankan syariah.
Masalah pemenuhan prinsip syariah memang hal yang unik bank syariah, karena
hakikinya bank syariah adalah bank yang menawarkan produk yang sesuai dengan
prinsip syariah. Kepatuhan pada prinsip syariah menjadi sangat fundamental karena hal
inilah yang menjadi alasan dasar eksistensi bank syariah. Selain itu, kepatuhan pada
prinsip syariah dipandang sebagai sisi kekuatan bank syariah. Dengan konsisten pada
norma dasar dan prinsip syariah maka kemaslhahatan berupa kestabilan sistem, keadilan
dalam berkontrak dan terwujudnya tata kelola yang baik dapat berwujud.

6
Sistem dan mekanisme untuk menjamin pemenuhan kepatuhan syariah yang
menjadi isu penting dalam pengaturan bank syariah. Dalam kaitan ini lembaga yang
memiliki peran penting adalah Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI. Undang-undang
No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah memberikan kewenangan kepada MUI
yang fungsinya dijalankan oleh organ khususnya yaitu DSN-MUI untuk menerbitkan
fatwa kesesuaian syariah suatu produk bank.

Kemudian Peraturan Bank Indonesia (sekarang POJK) menegaskan bahwa


seluruh produk perbankan syariah hanya boleh ditawarkan kepada masyarakat setelah
bank mendapat fatwa dari DSN-MUI dan memperoleh ijin dari OJK. Pada tataran
operasional pada setiap bank syariah juga diwajibkan memiliki Dewan Pengawas Syariah
(DPS) yang fungsinya ada dua, pertama fungsi pengawasan syariah dan kedua fungsi
advisory (penasehat) ketika bank dihadapkan pada pertanyaan mengenai apakah suatu
aktivitasnya sesuai syariah apa tidak, serta dalam proses melakukan pengembangan
produk yang akan disampaikan kepada DSN untuk memperoleh fatwa. Selain fungsi-
fungsi itu, dalam perbankan syariah juga diarahkan memiliki fungsi internal audit yang
fokus pada pemantauan kepatuhan syariah untuk membantu DPS, serta dalam
pelaksanaan audit eksternal yang digunakan bank syariah adalah auditor yang memiliki
kualifikasi dan kompetensi di bidang syariah.

Secara umum terdapat bentuk usaha bank syariah terdiri atas Bank Umum dan
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), dengan perbedaan pokok BPRS dilarang
menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas sistem pembayaran.
Secara kelembagaan bank umum syariah ada yang berbentuk bank syariah penuh (full-
pledged) dan terdapat pula dalam bentuk Unit Usaha Syariah (UUS) dari bank umum
konvensional. Pembagian tersebut serupa dengan bank konvensional, dan sebagaimana
halnya diatur dalam UU perbankan, UU Perbankan Syariah juga mewajibkan setiap
pihak yang melakukan kegiatan penghimpunan dana masyarakat dalam bentuk simpanan
atau investasi berdasarkan prinsip syariah harus terlebih dahulu mendapat izin OJK.

2.2 Sejarah perkembangan bank syariah Indonesia

Pada masa pandemi, industri perbankan syariah di Indonesia menunjukkan tren


yang positif. Bisnis perbankan syariah meningkatkan 9,22% atau Rp 545,39 triliun,
tumbuh positif pada semester pertama karena meningkat. Dana Pihak Ketiga Perbankan
Syariah (DPK) juga mengalami peningkatan. Setoran bank syariah di Otoritas Jasa

7
Keuangan (OJK) meningkatkan sebesar Rp 430,209, meningkat dari Rp 425,29 triliun
pada tahun 2019. Demikian pula pada periode yang sama, pembiayaan bank syariah
(PYD) sebesar Rp 377,525 triliun. Angka ini lebih tinggi dari pencapaian tahun 2019
yang sebesar Rp 365, 125 triliun.

Pada Juni 2020, market shere perbankan syariah sebesar 6,18% dari bank
konvensional, disumbangkan dari bank umum syariah ini mencapai 65,33%, departemen
bisnis Syariah menyumbang 32,17% dan BPR Syariah 2,5%. Banak Syariah menjadi
contributor terbesar untuk mendukung keuangan syariah. Total asset dari bamk umum
syariah semester I-2020 sebesar Rp 356,33 triliun. DPK Bank umum sayraiah sebesar Rp
293,37 triliun dan PYD sebesar Rp 232,86.

Unit usaha syariah mencatatkan aset di semester I-2020 sebesar Rp 175,45 triliun.


DPK dari unit usaha syariah yakni Rp 127,95 triliun dan PYD sebesar Rp 134,16 triliun.
Sementara aset dari BPR Syariah tercatat Rp 13,61 triliun dengan DPK Rp 8,89 triliun
dan PYD sebesar Rp 10,5 triliun.

2.3 Ciri Bank Syariah

 Bebas dari bunga atau riba.


 Bebas dari kegiatan spekulatif yang non produktif seperti perjudian atau maysir.
 Bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan atau gharar.
 Bebas dari hal-hal yang rusak atau tidak sah atau bathil.
 Hanya membiayai kegiatan usaha yang halal.
2.4 Perbedaaan Bank Syariah Dengan Bank Konvensional

No Perbedaan Bank Konvensional Bank Syariah


1. Bunga Berbasis bunga Berbasis revenue/profit
loss sharing
2. Resiko Anti risk Risk sharing
3. Operasional Beroperasi dengan pendekatan Beroperasi dengan
sektor keuangan, tidak pendekatan sektor rill
langsung terkait dengan sektor
rill
4. Produk Produk tunggal (kredit) Multi produk (jual beli,

8
bagi hasil,jasa)
5. Pendapatan Pendapatan yang diterima Pendapatan yang diterima
deposan tidak terkait dengan deposan terkait langsung
pendapatan yang diperoleh dengan pendapatan yang
bank dari kredit diperoleh bank dari
pembiayaan
6. Mengenal negative spread Tidak mengenal negative
spread
7. Dasar hukum Bank Indonesia dan Al Qur’an, sunnah, fatwa
pemerintah ulama,Bank Indonesia,
dan Pemerintah
8. Falsafah Berdasarkan atas bunga (riba) Tidak berdasarkan bunga
(riba), spekulasi (maisir),
dan ketidakjelasan
(gharar)
9. Operasional Dana masyarakat berupa Dana masyarakat berupa
titipan simpanan yang harus titipan investasi baru akan
dibayar bunganya pada saat mendapakan hasil jika
jatuh tempo “diusahakan” terlebih
dahulu

10. Aspek sosial Tidak diketahui secara tegas Dinyatakan secara


eksplisit dan tegas yang
tetuang dalam visi dan
misi
11. Organisasi Tidak memiliki Dewan Harus memiliki Dewan
Pengawas Syariah (DPS) Pengawas Syariah (DPS)
12. Uang Uang adalah komoditi selain Uang bukan komoditi,
sebagai alat pembayaran tetapi hanyalah alat
pembayaran

9
2.5 Struktur Bank Syariah

Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional,
misalnya dalah hal komisaris dan direksi, tetapi unsur yang amat membedakan antara
Bank Syariah dan bank konvensional adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah
yang bertugas mengawasi oprasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan
garis-garis syariah. Dewan Pengawas Syariah biasanya diletakkan diposisi setingkat
dewan komisaris pada setiap bank. Hal ini untuk menjamin efektivitas dari setiap opini
yang diberikan oleh Dewan Pengawas Syariah. Karena itu, biasanya penetapan anggota
Dewan Pengawas Syariah dilakukan oleh rapat umum pemegang saham, setelah para
anggota Dewan Pengawas Syariah itu mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah
Nasional.  Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya Disebut RUPS  adalah
organ Persero yang memegang kekuasaan tertinggi dalam Persero dan memegang segala
wewenang yang tidak diserahkan kepada Direksi atau Komisaris.

10
2.6 Produk Bank Syariah

Produk perbankan syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

 Produk penyaluran dana


 Produk penghimpunan dana
 Produk yang berkaitan dengan jasa yang diberikan kepada nasabahnya
1. Produk penyaluran dana
a. Prinsip Jual Beli (Ba’i)

Transaksi jual beli dibedakan berdasarakan bentuk pembayarannya dan


waktu penyerahan barang, seperti:

 Pembiayaan Murabahah
 Salam
 Istishna
b. Prinsip Sewa (Ijarah)

Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi pada dasarnya


prinsipijarah sama saja dengan prinsip jual beli, namun perbedaanya terletak
pada objektransaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya adalah barang,
maka pada ijarah objektransaksinya adalah jasa. Pada akhir masa sewa, bank
dapat saja menjual barang yang disewakan kepada nasabah. Karena itu dalam
perbankan syariah dikenal dengan ijarah muntahiya nittamlik (sewa yang diikuti
dengan berpindahnya kepemilikan). Harga sewa dan harga jual disepakati pada
awal perjanjian.

c. Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)

Transaksi yang penanaman dana dari pemilik modal dengan pengelola


untukmelakukan usaha tertentu yang sesuai syariah, dengan pembagian hasil
antara kedua belah pihak berdasarkan perjanjian yang telah disepakati.

d. Akad pelengkap

Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, biasanya diperlukan juga


akad pelengkap. Akad pelengkap

11
ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, namun ditujukan untuk
mempermudah pelaksanaan pembayaran. Meskipun tidak ditujukan untuk
mencari keuntungan, dalam akad pelengkap ini di perbolehkan untuk meminta
pengganti biaya biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini Besarnya
pengganti biaya inisekadar untuk menutupi biaya yang benar benar timbul.

 Hiwalah
 Rahn (Gadai)
 Qardh
 Wakalah (perwakilan)
 Kafalah (Garansi Bank)
2. Produk Penghimpunan Dana

Penghimpunan dana di Bank Syariah dapat berbentuk giro, tabungan, dan


deposito.Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana
masyarakat adalah prinsip wadi’ah dan mudharabah.

a. Prinsip Wadi’ah (Simpanan)

Al-Wadi’ah atau dikenal dengan nama titipan atau simpanan, merupakan


titipanmurni dari satu pihak ke pihak lain, baik perorangan maupun badan
hukum yang harusdijaga dan dikembalikain kapan saja bila si penitip
menghendak

b. Prinsip Mudharabah

Mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak, di mana pihak
pertama menyediakan seluruh modal dan pihak lain menjadi pengelola.
Keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang di tuangkan dalam kontrak.
Apabila rugi maka akan ditanggung pemilik modal selama kerugian itu bukan
akibat dari kelalaian si pengelola. Apabila kerugian diakibatkan kelalaian
pengelola, maka si pengelola yang bertanggung jawab.

3. Produk Jasa Perbankan


a. Sharf (Jual Beli Valuta Asing)

12
Pada prinsipnya, jual beli valuta asing sejalan dengan prinsip sharf. Jual beli
mata uang yang tidak sejenis ini penyerahannya harus dilaksanakan pada waktu
yang sama (spot). Bank mengambil keuntungan dari jual beli valuta asing ini.
b. Ijarah (sewa)

Jenis kegiatan ijarah antara lain penyewaan kotak simpanan (safe deposit
box) dan jasa tata laksana administrasi dokumen (custodian). Bank dapat
imbalan sewa dari jasa tersebut.

2.7 Tantangan Bank Syariah

Tantangan perbankan syariah saat ini yakni soal pangsa pasar yang masih relatif
rendah, seiring dengan literasi dan inklusi keuangan syariah yang juga rendah, di mana
masih 0,93% untuk indeks literasi dan 9,1% untuk inklusi syariah. Sedangkan, secara
nasional, indeks literasinya sudah 38,03% dan inklusi keuangan 76,19%. Selain itu,
diferensiasi model bisnis atau produk syariah juga masih terbatas, adopsi teknologi
belum memadai, dan pemenuhan SDM belum optimal. 

Pengamat ekonomi dan perbankan dari Institute for Development of Economics


and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira Adhinegara mengungkapkan, perbankan
syariah memiliki kelebihan tersendiri, yakni fokus melakukan pengembangan sektor
riil, khususnya UMKM. Core business ini ujarnya perlu terus ditingkatkan, karena
pasar usaha mikro di indonesia masih cukup besar. Selain itu, perbankan syariah juga
perlu meningkatkan strategi teknologi digital, karena disaat yang bersamaan muncul
neo bank. Segmen anak muda di Indonesia sendiri menurut data BPS per 21 januari
2021 mencapai 53% dari total populasi yakni milenial 25,8% dan gen Z sebesar 27,9%.
Jadi targetnya 144 juta penduduk anak muda yang adaptif terhadap teknologi. Indonesia
sendiri sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia memiliki potensi
yang besar untuk mengembangkan peran ekonomi dan keuangan syariah. Indonesiapun
diharapkan dapat memberikan kontribusi besar terhadap ekonomi syariah di dunia.

Peneliti Senior Pusat ekonomi dan Bisnis Syariah Universitas Indonesia (UI),
Banjaran Surya Indrastomo mengungkapkan, terdapat tiga hal yang menjadikan
perbankan syariah Indonesia agar dapat berkontribusi terhadap perkembangan ekonomi
dan keuangan syariah global.

13
 Pertama, menjadi pusat pertumbuhan dengan berbagai inisiatif yang ada. Seperti
konsolidasi, inovasi produk dan holdingisasi yang dimotori perbankan syariah.
 Kedua, meningkatkan research and development (R&D) di bidang keuangan
syariah melalui investasi ke riset maupun lembaga penelitian.
 Ketiga, adalah bagaimana perbankan syariah di Indonesia dapat menarik likuiditas
dari luar negeri seperti timur tengah dengan aksi korporasi. Salah satunya seperti
pembukaan cabang maupun pendekatan kepada sumber pendanaan.
2.8 Kendala Bank Syariah dalam Operasional
 Minimnya Informasi Bank Syariah
 Sumber Daya Manusia Masih Terbatas
 Jaringan dan Kantor Cabang yang Terbatas
 Penerapan Standar Tingkat Kesehatan Perbankan
 Kurangnya koordinasi dengan pemerintah membuat perbankan syariah
kesulitan untuk mengetahui legal perbankan seperti apa.
 Perbankan syariah kesulitan untuk bisa masuk lebih dalam ke pasar
keuangan lantaran modal masih minim.
 perbankan syariah dalam menjalankan kegiatan operasionalnya masih
menggunakan dana mahal (deposito syariah).
 Pemahaman masyarakat yang masih minim. "Sosialisasinya memang masih
kurang”
2.9 Fungsi Intermediary Bank Syariah

Bank syariah berfungsi sebagai lembaga intermediasi (intermediary institution),


yaitu berfungsi menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana
tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk pembiayaan.

2.10 Karakteristik Bank Syariah


 Berdasarkan prinsip syariah
 Implementasi prinsip ekonomi islam dengan ciri:
o Pelarangan riba dalam berbagai bentuknya
o Tidak mengenal konsep “time vale of money”
o Uang sebagai alat tukar bukan komoditas
 Beroperasi atas dasar bagi hasil
 Kegiatan usaha untuk memperoleh imbalan atas jasa

14
 Tidak menggunakan “bunga” sebagai alat untuk menghasilakn pendapatan
2.11 Perbedaan imbalan yang berdasarkan Bunga dan bagi Hasil

Bunga Bagi Hasil


Bunga ditentukan saat kontrak Tingkat pembagian keuntungan
diselesaikan dan tidak melibatkan ditentukan berdasarkan kemungkinan
keuntungan atau kerugian. untung dan rugi pada saat kontrak
selesai.
Besarnya presentasi berdasarkan pada Besarnya tingkat bagi hasil didasarkan
jumlah pinjaman. pada jumlah keuntungan yang
diperoleh
Pembayarran bunga tetap seperti yang Bagi hasil dari keuntungan proyek, jika
dijanjikan tanpa mempertimbangkan ada kerugian akan dibagi oleh kedua
apakah proyek yang dijalankan oleh belah pihak.
pihak nasabah untung atau rugi.

2.12 Prinsip Bank Syariah

Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian antara bank dengan pihak lain
berdasarkan hukum islam yang digunakan untuk menyimpan dan menyediakan dana
untuk kegiatan komersial atau kegiatan lain yang sesuai dengan Syariah.

Beberapa prinsip atau hukum yang di anut oleh sistem perbankan Syariah antara
lain:

 Pembayaran nilai pinjaman yang berbeda dari nilai yang telah ditentukan
tidak diperbolehkan.
 Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat
hasil usaha institusi yang meminjm dana.
 Islam tidak mengijinkan “menghasilkan uang dari uang”. Karena uang
adalah alat tukar, bukan komoditas yang tidak memiliki nilai intrinsic.
 Unsur Gharar (ketidakpastian,spekulasi) tidak diperbolehkan. Kedua belah
pihak harus sangat jelas tentang hasil yang akan mereka peroleh dari sebuah
transksi.

15
Investasi hanya dapat diberikan kepada perusahaan yang tidak dilarang dalam
islam. Misalnya, bisnis minuman keras tidak dapat didanai oleh bank syariah.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Perbankan syariah adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan
syariah Islam. Usaha pembentuakn ini didasari oleh larangan dalam agama Islam untuk
memungut atau meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta larangan
untuk melakukan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram, dimana hal ini
tidak dapat dijamin dalam sistem perbankan konvensional.
Produk perbankan syariah secara garis besar terdiri atas produk penyaluran dana,
produk penghimpukan dana dan jasa perbankan.
Setidaknya ada tiga karakteristik produk perbankan syariah yang membedakannya
dengan produk bank konvensional. Pertama, semua transaksi dalam perbankan syariah
harus dilandasi dengan akad. Kedua, pada imbalam yang diberikan bank syariah
menggunakan prinsip bagi hasil bukan bunga. Ketiga, pada perbankan syariah
pembiayaan harus pada kegiatan yang sesuai denga syariah Islam.
3.2 SARAN
Perbankan syariah harus lebih banyak melakukan sosialisasi kepada masyarakat
mengenai produk-produk maupun jasa perbankan syariah, karena masih banyak
masyarakat yang kurang mengetahui tentang produk maupun jasa perbankan syariah
sehingga masyarakat enggan untuk memanfaatkannya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Pratama, Cahya Dicky. 2020. Bank Syariah: Definisi, Prinsip, dan Fungsinya, diakses dari:
https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/16/121350769/bank-syariah-definisi-
prinsip-dan-fungsinya#:~:text=Prinsip%20utama%20bank%20syariah%20adalah,dari
%20Al%2DQuran%20dan%20Alhadis.&text=Bank%20syariah%20tidak
%20menggunakan%20sistem,bunga%20adalah%20riba%20dan%20diharamkan.

Clalu, Kresna. Konsep Daasar Transaksi Muamalah dalam Bank Syariah, diakses dari:
https://slideplayer.info/slide/2389865/

Yuniar, Angga. 2020. Ditengah Pandemi, Perbankan Syariah Tetap Tumbuh Positif 9,22
Persen, diakses dari: https://www.liputan6.com/bisnis/read/4363732/di-tengah-
pandemi-perbankan-syariah-tetap-tumbuh-positif-922-persen#:~:text=Liputan6.com
%2C%20Jakarta%20%2D%20Di,atau%20Rp
%20545%2C39%20triliun.&text=Adapun%20market%20share%20perbankan
%20syariah,18%20persen%20dari%20bank%20konvensional.

Perbankan Syariah, diakses dari: https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-


syariah/Pages/Perbankan-Syariah.aspx#

Himawan, Adhitya, dan Dian Kusumo Hapsari. 2015. Inilah 7 Kendala Pertumbuhan
Perbankan Syariah di Indonesia, diakses dari:
https://www.suara.com/bisnis/2015/11/21/130448/inilah-7-kendala-pertumbuhan-
perbankan-syariah-di-indonesia

17

Anda mungkin juga menyukai