PERBANKAN SYARIAH
Disusun guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Bisnis Syariah
Dosen pengampu: Faridhatun Faidah, SE, MM.,
Ahmad Nilnal Munachifdlil ‘Ula, S.Pd.I, M.Pd.
Disusun oleh :
1. Sita Devi Rahmawati (202011518)
2. Dwi Putri Aulia (202011520)
3. Emy Sulistyowati (202011522)
4. Novia Wiku Kartika (202011524)
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, hidayah,
serta inayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “ Perbankan
Syariah”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Bisnis Syariah.
Terselesaikannya penulisan makalah ini adalah berkat dukungan dari berbagai pihak,
untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Faridhatun Faidah, SE, MM, dan
Bapak Ahmad Nilnal Munachifdlil ‘Ula, S.Pd.I, M.Pd. Selaku dosen pengampu mata kuliah
Bisnis Syariah.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan dan sumbangan ilmiah yang sebesar-besarnya bagi penulis dan pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
daripada jasa-jasa yang dapat diberikan oleh bank konvensional. Mengenai jasa
pembiayaan yang dapat diberikan oleh bank syariah bukan saja pembiayaan dalam
bentuk apa yang disebut dalam istilah perbankan konvensional sebagai kredit, tetapi
juga memberikan jasa-jasa pembiayaan yang biasanya diberikan oleh lembaga
pembiayaan (multi finance company), seperti leasing, hire purchase, pembelian
barang oleh nasabah bank kepada bank syariah yang bersangkutan dengan cicilan,
pembelian barang oleh bank syariah kepada perusahaan manufaktur dengan
pembayaran di muka, penyertaan modal
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi perbankan syariah.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan perkembangan bank syariah di Indonesia.
3. Mahasiswa dapat menyebutkan perbedaan antara bank syariah dan bank
konvensional.
4. Mahasiswa dapat menjelaskan struktur, produk, dan kendala bank syariah
dalam operasionalnya.
5. Mahasiswa dapat menyebutkan fungsi intermediary bank syariah.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Bank pada dasarnya adalah entitas yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk pembiayaan atau dengan kata lain berfungsi sebagai perantara keuangan.
Dalam sistem perbankan Indonesia terdapat dua jenis sistem perbankan, yaitu bank
konvensional dan bank syariah. Berdasarkan UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah, Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah, atau prinsip hukum islam yang diatur dalam fatwa Majelis Ulama
Indonesia seperti prinsip keadilan dan keseimbangan ('adl wa tawazun), kemaslahatan
(maslahah), universalisme (alamiyah), serta tidak mengandung gharar, maysir, riba,
zalim dan obyek yang haram. Selain itu, UU Perbankan Syariah juga mengamanahkan
bank syariah untuk menjalankan fungsi sosial dengan menjalankan fungsi seperti
lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah,
atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai
kehendak pemberi wakaf (wakif).
6
Sistem dan mekanisme untuk menjamin pemenuhan kepatuhan syariah yang
menjadi isu penting dalam pengaturan bank syariah. Dalam kaitan ini lembaga yang
memiliki peran penting adalah Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI. Undang-undang
No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah memberikan kewenangan kepada MUI
yang fungsinya dijalankan oleh organ khususnya yaitu DSN-MUI untuk menerbitkan
fatwa kesesuaian syariah suatu produk bank.
Secara umum terdapat bentuk usaha bank syariah terdiri atas Bank Umum dan
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), dengan perbedaan pokok BPRS dilarang
menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas sistem pembayaran.
Secara kelembagaan bank umum syariah ada yang berbentuk bank syariah penuh (full-
pledged) dan terdapat pula dalam bentuk Unit Usaha Syariah (UUS) dari bank umum
konvensional. Pembagian tersebut serupa dengan bank konvensional, dan sebagaimana
halnya diatur dalam UU perbankan, UU Perbankan Syariah juga mewajibkan setiap
pihak yang melakukan kegiatan penghimpunan dana masyarakat dalam bentuk simpanan
atau investasi berdasarkan prinsip syariah harus terlebih dahulu mendapat izin OJK.
7
Keuangan (OJK) meningkatkan sebesar Rp 430,209, meningkat dari Rp 425,29 triliun
pada tahun 2019. Demikian pula pada periode yang sama, pembiayaan bank syariah
(PYD) sebesar Rp 377,525 triliun. Angka ini lebih tinggi dari pencapaian tahun 2019
yang sebesar Rp 365, 125 triliun.
Pada Juni 2020, market shere perbankan syariah sebesar 6,18% dari bank
konvensional, disumbangkan dari bank umum syariah ini mencapai 65,33%, departemen
bisnis Syariah menyumbang 32,17% dan BPR Syariah 2,5%. Banak Syariah menjadi
contributor terbesar untuk mendukung keuangan syariah. Total asset dari bamk umum
syariah semester I-2020 sebesar Rp 356,33 triliun. DPK Bank umum sayraiah sebesar Rp
293,37 triliun dan PYD sebesar Rp 232,86.
8
bagi hasil,jasa)
5. Pendapatan Pendapatan yang diterima Pendapatan yang diterima
deposan tidak terkait dengan deposan terkait langsung
pendapatan yang diperoleh dengan pendapatan yang
bank dari kredit diperoleh bank dari
pembiayaan
6. Mengenal negative spread Tidak mengenal negative
spread
7. Dasar hukum Bank Indonesia dan Al Qur’an, sunnah, fatwa
pemerintah ulama,Bank Indonesia,
dan Pemerintah
8. Falsafah Berdasarkan atas bunga (riba) Tidak berdasarkan bunga
(riba), spekulasi (maisir),
dan ketidakjelasan
(gharar)
9. Operasional Dana masyarakat berupa Dana masyarakat berupa
titipan simpanan yang harus titipan investasi baru akan
dibayar bunganya pada saat mendapakan hasil jika
jatuh tempo “diusahakan” terlebih
dahulu
9
2.5 Struktur Bank Syariah
Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional,
misalnya dalah hal komisaris dan direksi, tetapi unsur yang amat membedakan antara
Bank Syariah dan bank konvensional adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah
yang bertugas mengawasi oprasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan
garis-garis syariah. Dewan Pengawas Syariah biasanya diletakkan diposisi setingkat
dewan komisaris pada setiap bank. Hal ini untuk menjamin efektivitas dari setiap opini
yang diberikan oleh Dewan Pengawas Syariah. Karena itu, biasanya penetapan anggota
Dewan Pengawas Syariah dilakukan oleh rapat umum pemegang saham, setelah para
anggota Dewan Pengawas Syariah itu mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah
Nasional. Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya Disebut RUPS adalah
organ Persero yang memegang kekuasaan tertinggi dalam Persero dan memegang segala
wewenang yang tidak diserahkan kepada Direksi atau Komisaris.
10
2.6 Produk Bank Syariah
Pembiayaan Murabahah
Salam
Istishna
b. Prinsip Sewa (Ijarah)
d. Akad pelengkap
11
ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, namun ditujukan untuk
mempermudah pelaksanaan pembayaran. Meskipun tidak ditujukan untuk
mencari keuntungan, dalam akad pelengkap ini di perbolehkan untuk meminta
pengganti biaya biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini Besarnya
pengganti biaya inisekadar untuk menutupi biaya yang benar benar timbul.
Hiwalah
Rahn (Gadai)
Qardh
Wakalah (perwakilan)
Kafalah (Garansi Bank)
2. Produk Penghimpunan Dana
b. Prinsip Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak, di mana pihak
pertama menyediakan seluruh modal dan pihak lain menjadi pengelola.
Keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang di tuangkan dalam kontrak.
Apabila rugi maka akan ditanggung pemilik modal selama kerugian itu bukan
akibat dari kelalaian si pengelola. Apabila kerugian diakibatkan kelalaian
pengelola, maka si pengelola yang bertanggung jawab.
12
Pada prinsipnya, jual beli valuta asing sejalan dengan prinsip sharf. Jual beli
mata uang yang tidak sejenis ini penyerahannya harus dilaksanakan pada waktu
yang sama (spot). Bank mengambil keuntungan dari jual beli valuta asing ini.
b. Ijarah (sewa)
Jenis kegiatan ijarah antara lain penyewaan kotak simpanan (safe deposit
box) dan jasa tata laksana administrasi dokumen (custodian). Bank dapat
imbalan sewa dari jasa tersebut.
Tantangan perbankan syariah saat ini yakni soal pangsa pasar yang masih relatif
rendah, seiring dengan literasi dan inklusi keuangan syariah yang juga rendah, di mana
masih 0,93% untuk indeks literasi dan 9,1% untuk inklusi syariah. Sedangkan, secara
nasional, indeks literasinya sudah 38,03% dan inklusi keuangan 76,19%. Selain itu,
diferensiasi model bisnis atau produk syariah juga masih terbatas, adopsi teknologi
belum memadai, dan pemenuhan SDM belum optimal.
Peneliti Senior Pusat ekonomi dan Bisnis Syariah Universitas Indonesia (UI),
Banjaran Surya Indrastomo mengungkapkan, terdapat tiga hal yang menjadikan
perbankan syariah Indonesia agar dapat berkontribusi terhadap perkembangan ekonomi
dan keuangan syariah global.
13
Pertama, menjadi pusat pertumbuhan dengan berbagai inisiatif yang ada. Seperti
konsolidasi, inovasi produk dan holdingisasi yang dimotori perbankan syariah.
Kedua, meningkatkan research and development (R&D) di bidang keuangan
syariah melalui investasi ke riset maupun lembaga penelitian.
Ketiga, adalah bagaimana perbankan syariah di Indonesia dapat menarik likuiditas
dari luar negeri seperti timur tengah dengan aksi korporasi. Salah satunya seperti
pembukaan cabang maupun pendekatan kepada sumber pendanaan.
2.8 Kendala Bank Syariah dalam Operasional
Minimnya Informasi Bank Syariah
Sumber Daya Manusia Masih Terbatas
Jaringan dan Kantor Cabang yang Terbatas
Penerapan Standar Tingkat Kesehatan Perbankan
Kurangnya koordinasi dengan pemerintah membuat perbankan syariah
kesulitan untuk mengetahui legal perbankan seperti apa.
Perbankan syariah kesulitan untuk bisa masuk lebih dalam ke pasar
keuangan lantaran modal masih minim.
perbankan syariah dalam menjalankan kegiatan operasionalnya masih
menggunakan dana mahal (deposito syariah).
Pemahaman masyarakat yang masih minim. "Sosialisasinya memang masih
kurang”
2.9 Fungsi Intermediary Bank Syariah
14
Tidak menggunakan “bunga” sebagai alat untuk menghasilakn pendapatan
2.11 Perbedaan imbalan yang berdasarkan Bunga dan bagi Hasil
Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian antara bank dengan pihak lain
berdasarkan hukum islam yang digunakan untuk menyimpan dan menyediakan dana
untuk kegiatan komersial atau kegiatan lain yang sesuai dengan Syariah.
Beberapa prinsip atau hukum yang di anut oleh sistem perbankan Syariah antara
lain:
Pembayaran nilai pinjaman yang berbeda dari nilai yang telah ditentukan
tidak diperbolehkan.
Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat
hasil usaha institusi yang meminjm dana.
Islam tidak mengijinkan “menghasilkan uang dari uang”. Karena uang
adalah alat tukar, bukan komoditas yang tidak memiliki nilai intrinsic.
Unsur Gharar (ketidakpastian,spekulasi) tidak diperbolehkan. Kedua belah
pihak harus sangat jelas tentang hasil yang akan mereka peroleh dari sebuah
transksi.
15
Investasi hanya dapat diberikan kepada perusahaan yang tidak dilarang dalam
islam. Misalnya, bisnis minuman keras tidak dapat didanai oleh bank syariah.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Perbankan syariah adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan
syariah Islam. Usaha pembentuakn ini didasari oleh larangan dalam agama Islam untuk
memungut atau meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta larangan
untuk melakukan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram, dimana hal ini
tidak dapat dijamin dalam sistem perbankan konvensional.
Produk perbankan syariah secara garis besar terdiri atas produk penyaluran dana,
produk penghimpukan dana dan jasa perbankan.
Setidaknya ada tiga karakteristik produk perbankan syariah yang membedakannya
dengan produk bank konvensional. Pertama, semua transaksi dalam perbankan syariah
harus dilandasi dengan akad. Kedua, pada imbalam yang diberikan bank syariah
menggunakan prinsip bagi hasil bukan bunga. Ketiga, pada perbankan syariah
pembiayaan harus pada kegiatan yang sesuai denga syariah Islam.
3.2 SARAN
Perbankan syariah harus lebih banyak melakukan sosialisasi kepada masyarakat
mengenai produk-produk maupun jasa perbankan syariah, karena masih banyak
masyarakat yang kurang mengetahui tentang produk maupun jasa perbankan syariah
sehingga masyarakat enggan untuk memanfaatkannya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Pratama, Cahya Dicky. 2020. Bank Syariah: Definisi, Prinsip, dan Fungsinya, diakses dari:
https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/16/121350769/bank-syariah-definisi-
prinsip-dan-fungsinya#:~:text=Prinsip%20utama%20bank%20syariah%20adalah,dari
%20Al%2DQuran%20dan%20Alhadis.&text=Bank%20syariah%20tidak
%20menggunakan%20sistem,bunga%20adalah%20riba%20dan%20diharamkan.
Clalu, Kresna. Konsep Daasar Transaksi Muamalah dalam Bank Syariah, diakses dari:
https://slideplayer.info/slide/2389865/
Yuniar, Angga. 2020. Ditengah Pandemi, Perbankan Syariah Tetap Tumbuh Positif 9,22
Persen, diakses dari: https://www.liputan6.com/bisnis/read/4363732/di-tengah-
pandemi-perbankan-syariah-tetap-tumbuh-positif-922-persen#:~:text=Liputan6.com
%2C%20Jakarta%20%2D%20Di,atau%20Rp
%20545%2C39%20triliun.&text=Adapun%20market%20share%20perbankan
%20syariah,18%20persen%20dari%20bank%20konvensional.
Himawan, Adhitya, dan Dian Kusumo Hapsari. 2015. Inilah 7 Kendala Pertumbuhan
Perbankan Syariah di Indonesia, diakses dari:
https://www.suara.com/bisnis/2015/11/21/130448/inilah-7-kendala-pertumbuhan-
perbankan-syariah-di-indonesia
17