Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH OBLIGASI SYARIAH

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Sekuritas dan Reksadana
Syariah
Dosen Pengampu : Drs. H. Moch. Endang Djunaedi, MM

Disusun Oleh Kelompok 5

JAWAD ABDILLAH (1608202079)


RIO PERNANDA (1608202044)
SITI JUWITA (1608202043)
LARAS MAULIDIA .N (1608202063)
DIANA HERDANI (1608202058)
YANTI APRILIANI (1608202050)

( HUKUM EKONOMI SYARIAH (MA 2) / SEMESTER V )

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON
Jl. Perjuangan By Pass Kel. Sunyaragi Kec. KesambiKota Cirebon 45132 Telp.

(0231) 8491642

1439 H/2018 M
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah ‫ ﷻ‬yang telah memberikan kami kemudahan sehingga

dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak

akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Tak lupa shalawat dan salam semoga

terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad ‫ﷺ‬.

Pasar modal syariah adalah pasar modal yang dijalankan dengan prinsip-

prinsip syariah, setiap transaksi perdagangan surat berharga dipasar modal

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan syariat islam.

Obligasi syariah merupakan salah satu jenis surat berharga dalam Pasar

Modal. Mengenai obligasi syariah atau sukuk, baik itu tentang pengertian, landasan

hukum, prinsip-prinsip obligasi syariah, dan lain sebagainya, disini penulis akan

membahasnya satu persatu dalam bentuk makalah.

Makalah ini memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami

membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun guna kesempurnaan

makalah ini. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Cirebon, 17 Desember 2018

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. I

DAFTAR ISI ........................................................................................................... II

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2

C. Tujuan & Manfaat ..................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 4

A. Pengertian Obligasi Syariah ...................................................................... 4

B. Jenis - Jenis Obligasi Syariah (Sukuk)...................................................... 4

1. Sukuk Mudharabah ................................................................................... 4

2. Sukuk ijarah .............................................................................................. 5

3. Sukuk Musyarokah ................................................................................... 7

4. Sukus Istisna’ ............................................................................................ 7

5. Suku Salam ............................................................................................... 7

C. Prinsip Obligasi Syariah ........................................................................... 8

D. Landasan Hukum Sukuk ........................................................................... 9

1. Al-Qur’an .................................................................................................. 9

2. Al-Hadis ................................................................................................. 10

3. Kaidah fiqih ............................................................................................ 10

4. Majma’ Fiqih .......................................................................................... 11

E. Prosedur Melakukan Investasi Obligasi.................................................. 11

1. Membuka rekening ................................................................................. 12

2. Memahami produk obligasi .................................................................... 12

3. Melakukan analisis.................................................................................. 12

II
4. Memberikan amanat beli......................................................................... 12

5. Menyiapkan dana .................................................................................... 13

6. Menyelesaikan pembayaran obligasi ...................................................... 13

F. Pihak Yang Terlibat Dalam Penerbitan Sukuk ....................................... 13

1. Obligor ................................................................................................. 13

2. Special Purpose Vehisle (SPV) ............................................................... 14

3. Investor ................................................................................................. 14

G. Struktur Obligasi Syariah …………………………………………………... 15


H. Perkembangan Obligasi Syariah …………………………………………… 16
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 20

A. Kesimpulan ............................................................................................. 20

B. Saran ..................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21

III
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan investasi bergeser dari yang hanya

mementingkan unsure keuntungan dan kepuasan financial menjadi investasi yang

juga mementingkan aspek spiritual. Investasi konvensional dianggap banyak

membawa dampak negative dibandingkan dengan dampak positive, selain itu

investasi konvensional banyak memberikan kontribusi kerugian sosial dengan

unsure spekulasi yang tinggi. Unsure spekulasi dalam investasi konvensional

diyakini memberikan andil dalam resesi keuangan dunia yang menyebabkan

perekonomian dunia berguncang.

Obligasi syariah atau sukuk semakin disukai karena ada upaya investor

terutama Timur Tengah untuk menarik modal yang terkumpul di lembaga

perbankan barat kembali ke lembaga kuangan islam. Dukungan solidaritas untuk

aktivitas pasar modal syariah ini berdasarkan kesamaan ideology-spirit dari Negara-

negara yang tergabung dalam OKI. Pasar modal syariah pun mulai diterima secara

umum dengan masuknya investor nonn muslim di pasar sukuk. Sukuk dipandang

sebagai sasaran baru yang lebih menguntungkan. Kepopuleran dari sukuk ini juga

tidak terlepas dari akses modal secara global sudah terbuka, sehingga terjadilah

manajemen likuiditas lintas batas.

Indonesia sebagai salah satu Negara dengan penduduk muslim terbesar di

dunia memiliki potendi yang sangat besar bagi masuknya dana dari Timur Tengah

yang memiliki likuiditas keuangan yang tinggi. Dengan jumlah penduduk lebih dari

1
200 juta orang dan proyek investasi jangka panjang, Indonesia merupakan Negara

yang memiliki potensi bagi berkembangnya ekonomi islam secara dinamis. Melihat

potensi yang begitu besar, Malaysia berharap dapat menjadi pintu gerbang bagi

aliran dana dari Timur Tengah yang menuju Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari

masuknya investor Malaysia ke dunia perbankan Indonesia.

Penerbitan sukuk di Indonesia saat ini lebih didsarai pada perkembangann

institusi syariah seperti perbankan syariah, asuransi syariah, dan reksadana syariah

yang membutuhkan alternative investasi obligasi syariah. Sukuk pemerintah

diperkirakan akan berkembang dengan mulai berlakunya UU no 19 tahun 2008

tentang surat berharga syariah Negara.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian obligasi syariah (Sukuk)?

2. Apa saja jenis obligasi syariah?

3. Bagaimana prinsip obligasi syariah ?

4. Apa saja Landasan sukuk?

5. Bagaimana prosedur melaksanakan investasi obligasi syariah?

6. Siapa pihak yang terlibat dalam penerbitan sukuk?

7. Bagaimana perbedaan antara obligasi syariah dan konvensional ?

2
C. Tujuan & Manfaat
1. Bisa memahami obligasi syariah

2. Mengetahui jenis obligasi syariah

3. Mengetahui prinsip obligasi syariah

4. Paham mengenai Landasan sukuk

5. Mengetahui prosedur dalam melaksanakan investasi obligasi syariah

6. Dapat memahami pihak yang terlibat dalam penerbitan sukuk

7. Dapat mengetahui dan memahami perbedaan antara obligasi syariah dan

konvensional.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Obligasi Syariah


Obligasi syariah (Sukuk) menurut fatwa DSN (Dewan Syariah Nasional)

adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang

dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten

untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi

hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.1

Sedangkan menurut Accounting and Auditing Organization for Islamic

Financial Institutions (AAOIFI) berpendapat lain mengenai arti sukuk. Menurut

organisasi tersebut, sukuk adalah sebagai sertifikat bernilai sama yang merupakan

bukti kepemilikan yang tidak dibagikan atas suatu asset, hak manfaat, dan jasa –

jasa atau kepemilikan atas proyek atau kegiatan investasi tertentu.2

B. Jenis - Jenis Obligasi Syariah (Sukuk)


1. Sukuk Mudharabah

Obligasi syariah (sukuk) mudharabah adalah kerja sama dengan skema bagi

hasil pendapatan atau keuntungan antara pemilik modal dengan pengelola modal.

Beberapa alasan yang mendasari pemilihan struktur mudharabah ini, diantaranya:

1 Nurul huda dan Mustafa Edwin nasution, Current Issues Lembaga Keuangan Syariah, Kencana,
Jakarta, 2009, hlm. 314.
2 Khaerul Umam, Pasar Modal Syariah dan Praktek Pasar Modal syariah, Pustaka Setia, Bandung,

2013, hlm. 173

4
a. Bentuk padanan yang paling sesuai untuk investasi dalam jumlah besar

dan jangka yang relative panjang.

b. Dapat digunakan untuk padanan umum seperti pendanaan modal kerja

ataupun pendanaan capital expenditure.

c. Mudharabah merupakan percampuan keja sama antara modal dan jasa

(kegiatan usaha) sehingga membuat strukturnya memungkinkan untuk

tidak memerlukan jaminan atas asset yang spesifik. Hal ini berbeda

dengan struktur yang menggunakan dasar akad jual beli yang

mensyaratkan jaminan atas asset yang didanai.3

2. Sukuk ijarah

Sukuk ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas suatu barang atau jasa

dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan

kepemilikan atas barang tersebut. Pemegang sukuk ijarah akan mendapatkan

keuntungan berupa fee (sewa) dari asset yang disewakan.4

Penerbitan sukuk al-ijarah dimulai dari suatu akad jual beli asset (misalnya

gedung dan tanah) oleh pemerintah atau perusahaan kepada suatu perusahaan yang

ditunjuk, misalnya PT X, untuk suatu jangka waktu tertentu dengan janji membeli

kembali setelah jangka waktu tersebut berakhir. Dalam hal ini, Bank syariah adalah

3 Nurul Huda dan Mohamad Heykal. Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis Dan Praktis, PT
Fajar Interpratama Mandiri. Jakarta, 2013, hlm. 239-244.
4 Khaerul Umam, Pasar Modal Syariah dan Praktek Pasar Modal syariah, Pustaka Setia, Bandung,

2013, hlm. 181.

5
pemilik asset yang menjualnya kepada PT X sebagai SPV, untuk jangka waktu

tertentu dengan janji membeli kembali setelah jangka waktu tersebut berakhir.

Akad jual beli ini pada saat bersamaan diikuti dengan akad penyewaan

kembali asset tersebut oleh PT X kepada bank syariah selama jangka waktu

tersebut. Dengan demikian, akad ini tidak mengubah pemanfaatan terhadap asset

tersebut. Dalam istilah keuangan, transaksi seperti ini dikenal dengan back-to-back-

lease, dan untuk itu PT X diperlukan sebagai SPV, yaitu perusahaan yang khusus

didirikan dalam penerbitan sukuk ini.5

Ketentuan akad ijarah sebagai berikut :

a. Objeknya dapat berupa barang (hata fidik yang bergerak, tak bergerak,

harta perdagangan) maupun berbentuk jasa.

b. Manfaat dari objek dan nilai manfaat tersebut diketahui dan di sepakati

oleh kedua belah pihak.ruang lingkup dan jangka waktu pemakaiannya

harus dinyaakan secara spesifik.

c. Penyewa harus membagi hasil manfaat yang diperolehnya dalam bentuk

immbalan atau sewa/upah.

d. Pemakai manfaat (penyewa) harus menjaga objek agar manfaat yang

diberikan oleh objek tetap terjaga.

e. Pembeli sewa haruslah pemilik mutlak.

5 Ascarya, Akad dan Produk Bank syariah,Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hlm 120.

6
3. Sukuk Musyarokah

Sukuk musyarakah yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau

akad musyarakah, yaitu dua pihak atau lebih bekerja sama menggabungkan modal

untuk membangun proyek baru, mengembangkan proyek yang telah ada, atau

membiyayai kegiatan usaha. Keuntungan ataupun kerugian yang timbul ditanggung

bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal masing masing pihak.

Sukuk musyarakah ini merupakan sertifikat kepemilikan permanen, yang

dimiliki oleh sebuah perusahaan ataupun unit bisnis dengan pengawasan dari pihak

manajemen.

4. Sukus Istisna’

Sukuk instisna’ yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau

akad istisna’, yaitu para pihak menyepakati jual beli dalam rangka pembiyayaan

suatu proyek atau barang. Harga, waktu penyerahan, dan spesifikasi barang atau

proyek ditentukan terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan. Sebagai contoh,

pembangunan sebuah gedung yang menghabiskan dana sebesar US$ 150 Juta dan

ditambah mark-up sebesar 10%. uang sebesar itu harus kembali tanpa adanya

prinsip diferensiasi dan diskon (coupon). Dana sejumlah ini dapat dibuat menjadi

sebuah sertifikat utang yang tidak dapat diperdagangkan yang mirip dengan zero-

coupon bound dalam beberapa fiturnya. Sebagaimana disebutkan bahwa islam

melarang perdagangan utang, sertifikat ini tidak bisa di perdagangkan.

5. Suku Salam

7
Dalam bentuk ini dana dibayarkan dimuka dan komuditas menjadi utang.

Dana juga dalam betuk sertifikat yang mempresentasikan utang. Sertifikat ini juga

tidak bisa diperdagangkan.

C. Prinsip Obligasi Syariah


Setelah perusahaan menerbitkan obligasi syariah, maka perusahaan tersebut

harus menjalankan prinsip-prinsip yang mengatur obligasi syariah tersebut. Prinsip

obligasi syariah antara lain:

1. Pembiayaan hanya untuk suatu transaksi atau suatu kegiatan usaha yang

spesifik, dimana harus dapat diadakan pembukuan yang terpisah untuk

menentukan manfaat yang timbul.

2. Hasil investasi yang diterima pemilik dana merupakan fungsi dari manfaat

yang diterima perusahaan dari dana hasil penjualan obligasi, bukan dari

kegiatan usaha yang lain.

3. Tidak boleh memberikan jaminan hasil usaha yang semata-mata

merupakan fungsi waktu dari uang (time value of money).

4. Obligasi tidak dapat dipakai untuk menggantikan hutang yang sudah ada

(bay al dayn bi al dayn).

5. Bila pemilik dana tidak harus menanggung rugi, maka pemilik usaha harus

mengikat diri (aqad jaiz).

8
6. Pemilik dana dapat menerima pembagian dari pendapatan (revenue

sharing), dimana pemilik usaha (emiten) mengikat diri untuk membatasi

penggunaan pendapatan sebagai biaya usaha.

7. Obligasi dapat dijual kembali, baik kepada pemilik dana lainnya ataupun

kepada emiten (bila sesuai dengan ketentuan).

8. Obligasi dapat dijual dibawah nilai pari (modal awal) kalau perusahaan

mengalami kerugian.

9. Perubahan nilai pasar bukan berarti perubahan jumlah hutang.6

Selama ini investasi pada pasar modal adalah obligasi yang dikeluarkan

perusahaan (emiten) sebagai surat berharga jangka panjang. Obligasi ini bersifat

utang dengan memberikan tingkat bunga (kupon) kepada investor (pemegang

obligasi) pada saat jatuh tempo. Bentuk investasi ini dirasakan belum mampu

memenuhi kebutuhan sebagian investor di Indonesia. Atas dasar itu, praktisi pasar

modal di Indonesia berkeinginan kuat untuk meluncurkan produk investasi obligasi

berdasar konsep syariah. Konsep ini mempunyai prinsip memberikan penghasilan

bagi investor. Penghasilan ini berasal dari bagi hasil usaha tersebut.

D. Landasan Hukum Sukuk


1. Al-Qur’an

Adapun dalil yang berkenaan dengan kebolehan Sukuk (obligasi syariah)

adalah :

6 www.kompasiana.com (diunduh pada 16 Desember 2018, 21.00)

9
َ‫نَ ِمن‬ َُ ‫ش ۡي ٰط‬ ُ َّ‫ٱلَّذِينََي ۡأ ُكلُونَٱ ِلرب ٰواَََلَيقُو ُمونَإِ ََّلَكماَيقُو ُمَٱلَّذِيَيتخب‬
َّ ‫طهَُٱل‬
ََ‫ّللَُٱ ۡلب ۡيعََوح َّرمَٱ ِلرب ٰوا‬ ََّ ‫سَ ٰذ ِلكَ ِبأنَّ ُه ۡمَقالُ ٓواَإِنَّماَٱ ۡلب ۡي َُعَ ِم ۡثلَُٱ ِلرب ٰواََوأح َّلَٱ‬
َ ِ ‫ٱ ۡلم‬
َ‫ّللَِوم ۡنَعاد‬ َ‫ىَفل َهۥَُماَسلفَوأمۡ ُر ٓهَۥََُِإلىَٱ َّه‬ َٰ ‫نَر ِب َِهۦَفَٱنته‬ َّ ‫َم‬ ِ ‫ة‬ٞ ‫فمنَجآء َهۥَُم ۡو ِعظ‬
ٓ
٢٧٥َ‫اَخ ِلدُون‬ ٰ ‫ارَ ُه ۡمَفِيه‬ َ‫بَٱلنَّ ِه‬ُ ‫فأُو ٰل ِئكَأصۡ ٰح‬
Artinya : “Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri

melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)

penyakit gila Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka

berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah

telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah

sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil

riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan);

dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba),

Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (Q.S.

al-Baqarah [2]: 275)

2. Al-Hadis

Hadits Nabi riwayat Imam al-Tirmidzi dari 'Amr bin 'Auf al-Muzani, Nabi

SAW bersabda:

"Perjanjian boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perjanjian

yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum

muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan

yang halal atau menghalalkan yang haram."

3. Kaidah fiqih

10
َ‫اْلباحةَُ ِإَلََّبِد ِليل‬ ُّ ‫األصلَُفِيَال‬
ِ ‫ش ُرو ِطَفِيَال ُمعامالتَِال ِح ُّلَو‬
Artinya:

“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil

yang mengharamkannya.”

4. Majma’ Fiqih

Bebrapa majma’ fiqih (Dewan Fiqih) Internasional yang diakui

eksistensimya telah membahas dan menetapkan haramnya mengeluarkan obligasi

berbunga atau bermuamalah dalam obligasi tersebut dengan cara apapun.

Fatwa Dewan Syari`ah Nasional No. 32/DSN-MUI/IX/2002, tentang Sukuk

(Obligasi syari`ah) adalah surat berharga berjangka panjang berdasarkan prinsip

syariah yang dikelurkan emitten kepada pemegang obligasi syariah, tersebut berupa

bagi hasil/margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh

tempo.”

Karakteristik dan istilah sukuk merupakan pengganti dari istilah

sebelumnya yang menggunakan istilah bond, dimana istilah bond mempunyai

makna loan (hutang), dengan menam bahkan Islamic maka kontradiktif maknanya

karena biasanya yang mendasari mekanisme hutang (loan) adalah interest (bunga),

sedangkan dalan Islam interest tersebut termasuk riba yang diharamkan. Untuk itu

sejak tahun 2007 istilah bond ditukar dengan istilah Sukuk sebagaimana disebutkan

dalam peraturanm di Bapepam LK.

E. Prosedur Melakukan Investasi Obligasi

11
1. Membuka rekening

Tahap awal yang harus dilakukan dalam proses transaksi obligasi adalah

memilih perusahaan sekuritas yang memiliki devisi fixed income yang menangani

pembelian dan penjualan obligasi. Pilih perusahaan yang pengalaman, tim yang

solid ataupun riset atau fee yang kompetitif.

2. Memahami produk obligasi

Pada tahap ini, investor dianjurkan untuk mempelajari seluk-beluk

informasi yang dibutuhkan mengenai obligasi, baik mengenai investasinya sendiri,

potensi resiko yang terkandung, maupun potensi keuntungannya. Hal ini dapat

diperoleh dengan mempelajarinya secara mandiri, bertanya kepada bagian riset

perusahaan sekuritas, di mana investor membuka rekening atau melalui internet.

3. Melakukan analisis

Analisis yang dilakukan, agar keputusan yang diambil sesuai dengan apa

yang diinginkan, yaiitu kestabilan pendapatan. Aspek-aspek yang dibutuhkan

seperti kupon, jangka waktu, nilai penerbitan, dan peringkat. Latar belakang serta

profil penerbit juga menjadi pertimbangan sndiri. Dengan informasi yang lengkap,

diharapkan keputusan yang diambil tidak menimbulkan kerugian yang cukup besar.

Dianjurkan untuk membandingkan antara obligasi sejenis.

4. Memberikan amanat beli

Setelah melalui analisis, investor memperoleh jenis oligasi yang ingin

dibeli. Tahap selanjutnya yaitu memberikan amanat pembelian kepada trender atau

12
broker obligasi yang telahkita pilih. Pihak trender akan melakukan pembelian

obligasi sesuai dengan jenis serta harga yang diinginkan.

5. Menyiapkan dana

Membeli obligasi membutuhkan dana yang tidak sedikit. Satuan pembelian

obligasi biasanya bernilai Rp 1 miliar, sehingga sulit bagi investor individu untuk

dapat ikut berinvestasi dalam obligasi.

6. Menyelesaikan pembayaran obligasi

Pembayaran dana membelian obligasi dilakukan melalui transver ke

rekening perusahaan sekuritas tersebut. Setelah pembayaran selesai, maka investor

sebagai pembeli tinggal menunggu proses settlement atau transaksi tersebut.

Obligasi yang telah dibeli akan tercantum didalam rekening perusahaan sekuritas

yang tercatat di KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia).

Pemindatanganan hak atas obligasi akan sangat mudah dilakukan secara

elektronik, karena saat ini fiik obligasi tidak lagi brupa sertifikat, namun sudah

scriptless (tahap warkat). Administrasi pembukuan akan dilakukan oleh bank

custodian perusahaan sekuritas. Untuk hal ini, temtunya bank bersangkutan akan

memungut biaya tertentu.7

F. Pihak Yang Terlibat Dalam Penerbitan Sukuk


1. Obligor

7Abdul Manan, Hukum Eonomi Syariah (Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama),
Kencana Prenada Medi Group, Jakarta, 2012, hlm. 334-338.

13
Adalah pihak yang bertanggung jawab atas pembayaran imbalan dan nilai

nominal sukuk yang diterbitkan sampai dengan sukuk jatuh tempo.

2. Special Purpose Vehisle (SPV)

Adalah badan hukum yang didirikan khusus untuk penerbitan sukuk

sertifikat dengan fungsi:

a. Sebagai penerbit sukuk

b. Menjadi counterpart pemerintah dalam transaksi pengalihan asset

c. Bertindak sebagai wali amanah untuk mewakili kepentingan

investor.

3. Investor

Adalah pemegang sukuk yang memiliki hak atas imbalan, margin, dan nilai

nominal sukuk sesuai partisipasi masing-masing.

Perbedaan Obligasi Syariah dan Konvensional

Dari sisi orientasi, obligasi konvensional hanya memperhitungkan

keuntungannya semata. Tidak demikian pd obligasi syariah, disamping

memperhatikan keuntungan, obligasi syariah harus memperhatikan pula sisi halal-

haram, artinya setiap investasi yg diharamkan dalam obligasi pd produk-produk yg

sesuai dgn prinsip syariah.

Obligasi konvensional, keuntungannya di dpt dari besaran bunga yg

ditetapkan, sedangkan obligasi syariah keuntungan akan diterima dari besarnya

14
margin/fee yg ditetapkan ataupun dgn sistem bagi hasil yg didasakan atas aset &

produksi.

Obligasi syariah disetiap transaksinya ditetapkan berdasarkan akad.

Diantaranya adl akad mudharabah, musyarakah, murabahah, salam, istisna,dan

ijarah. Dana yg dihimpun tdk dpt diinvestasikan kepasar uang & atau spekulasi di

lantai bursa. Sedangkan utk obligasi konvensional tdk terdapat akad disetiap

transaksinya.8

G. Struktur Obligasi Syariah


Struktur dalam obligasi syariah mudharabah yaitu:

a. Bentuk pendanaan yang paling sesuai untuk investasi dalam jumlah besar

dan jangka yang relatif panjang;

b. Dapat digunakan untuk pendanaan umum (general financing) seperti

pendanaan modal kerja ataupun pendanaan capital expenditure;

c. Mudharabah merupakan percampuran kerja sama antara modal dan jasa

(kegiatan usaha) sehingga membuat strukturnya memungkinkan untuk tidak

memerlukan jaminan (collateral) atas asset yang spesifik. Hal ini berbeda

dengan struktur yang menggunakan dasar akad jual beli yang mensyaratkan

jaminan atas asset yang didanai

8 https://www.mozaikislam.com/206/perbedaan-obligasi-syariah-dan-obligasi-konvensional.htm

(diunduh pada 16 Desember 2018, 21.30)

15
d. Kecenderungan regional dan global, dari penggunaan struktur murabahah

dan bai bi-thaman Ajil menjadi mudarabah dan ijarah.9

H. Perkembangan Obligasi Syariah


Jika dilihat dari kapitalisasi pasar, keberadaan sukuk masih kecil jika

dibandingkan dengan kapitalisasi obligasi korporasi. Dari total obligasi korporasi

yang beredar (outstanding) per akhir tahun 2007 terlihat bahwa obligasi syariah

memiliki kapitalisasi sebesar Rp2,2 triliun dari total obligasi korporasi sebesar

Rp79 triliun atau 2,78%. Namun demikian, ke depan terlihat trend bahwa sukuk

merupakan instrument pembiayaan yang akan terys tumbuh seiring dengan

pertumbuhan pasar modal syariah yang semakin meningkat.

Pasar modal syariah secara resmi diluncurkan pada tanggal 14 Maret 2003

bersamaan dengan penandatanganan MOU antara BAPEPAM dengan Dewan

Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN – MUI). Walaupun secara resmi

diluncurkan pada tahun 2003, namun instrument pasar modal syariah telah hadir di

Indonesia pada tahun 1997. Hal ini ditandai dengan peluncuran Danareksa Syariah

pada 3 Juli 1997 oleh PT. Danareksa Investment Management. Selanjutnya Bursa

Efek Jakarta bekerasama dengan PT. Danareksa Investment Management

meluncurkan Jakarta Islamic Index pada taggal 3 juli 2000 yang bertujuan untuk

memandu investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah. Dengan

hadirnya indeks tersebut, maka para pemodal telah disediakan saham-saham yang

dapat dijadikan sarana berinvestasi dengan penerapan prinsip syariah.

9 Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi pada pasar modal syariah. hal 89

16
Perkembangan selanjutnya, instrument investasi syariah di pasar modal

terus bertambah dengan kehadiran obligasi syariah PT. Indosat Tbk pada awal

September 2002. Instrument ini merupakan obligasi syariah pertama dan

dilanjutkan dengan penerbitan obligasi syariah lainnya. Pada tahun 2004, terbit

untuk pertama kali obligasi syariah dengan akad sewa atau dikenal dengan obligasi

syariah ijarah. Selanjutnya, pada tahun 2006 muncul instrument baru yaitu Reksa

Dana Indeks dimana indeks yang dijadikan sebagai underlying adalah indeks JII.

Perkembangan pasar modal syariah tidak terlepas dari perkembangan

institusi keuangan syariah lainnya khususnya perbankan syariah. Dewasa ini,

institsi keuangan syariah terus berkembang sehingga tidak saja terdapat perbnaan

syariah, pasar modal syariah, namun berkembang dengan hadirnya asuransi syariah,

multifinance syariah, pegadaian syariah dan lain-lain.

Beberapa potensi peluan pengembangan obligasi syariah di Indonesia antara lain

1) Obligasi syariah sebagai potensi penyaluran likuiditas yang aman.

Kesulitan likuiditas pada sektor keuangan di negara-negara kawasan

Amerika dan Eropa merupakan salah satu dampak dari krisis ekonomi global.

Sementara itu, negara-negara kawasan Timur Tengah sebagai daerah penghasil

minyak saat ini masih menjadi area yang mengalami surplus likuiditas. Kondisi ini

dapat menjadi peluang bagi negara-negara yang menginginkan aliran dana dari

Timur Tengah dan Indonesia masuk ke negara tersebut. Obligasi syariah menjadi

alternatif investasi jangka panjang untuk menyalurkan kelebihan likuiditas yang

17
aman dan return -nya cukup baik. Contohnya adalah Indosat yang memberi return

setara 16%, bahkan pada periode awal return -nya mencapai 17,82%.

2) Peluang populasi penduduk muslim Indonesia yang besar

Sukuk merupakan salah satu instrumen investasi yang memberikan peluang

bagi investor muslim dan non -muslim untuk berinvestasi di Indonesia. Sebagai

negara dengan populasi penduduk muslim terbesar di dunia, industri keuangan

syariah sebenarnya berpotensi berkembang pesat di Indonesia. Populasi penduduk

Indonesia yang besar dengan jumlah sekitar 230 juta jiwa dan sekitar 85% beragama

Islam merupakan peluang yang sangat besar sebagai investor produk syariah di

Indonesia. Populasi penduduk Indonesia yang besar juga dapat dijadikan sebagai

nilai tambah atau faktor lebih jika dilihat dari sisi investor dibandingkan dengan

produk konvensional. Investor produk syariah dapat meliputi investor konvensional

dan investor syariah, sedangkan investor produk konvensional belum tentu

termasuk investor syariah.

3) Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang menjanjikan

Indonesia sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, tentu

memiliki prospek yang sangat bagus dalam pengembangan obligasi syariah.

Indonesia juga dinilai oleh para praktisi ekonomi syariah sebagai prototif negara

Islam penganut demokrasi terbesar di dunia dengan tingkat pertumbuhan ekonomi

yang sangat menjanjikan. Kemudahan persyaratan seperti yang telah dikeluarkan

oleh fatwa MUI dan Bapepam tentang obligasi syariah di Indonesia, investment

grade yang telah didapat kembali oleh Indonesia, serta dibentuknya Jakarta Islamic

18
Index (JII) sebagai Bursa Efek Islam Jakarta menjadikan Indonesia memiliki

prospek yang bagus kedepan dalam pengembangan obligasi syariah

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Obligasi syariah (Sukuk) adalah suatu surat berharga jangka panjang

berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi

syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang

obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi

pada saat jatuh tempo.

Obligasi Syariah terbagi menjadi-jenis, yaitu:

1. Sukuk Mudhorobah

2. Sukuk Ijaroh

3. Sukuk Musyarokah

4. Sukuk Istisna'

5. Sukuk Salam

Prinsip prinsip Obligasi Syariah juga sesuai dengan syariat islam di mana

konsepnya memberikan penghasilan kepada investor yang berasal dari bagi hasil

usaha berbeda dengan Obligasi Konvensional yang memberikan keuntungan bunga

kepada investor atau pemilik dana saat sampai pada jatuh tempo.

B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa terdapat

banyak kekurangan, oleh sebab itu kami meminta kritik dan saran yang membangun

dari para pembaca, dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

20
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Manan, Hukum Eonomi Syariah (Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan

Agama), Kencana Prenada Medi Group, Jakarta, 2012

Ascarya, Akad dan Produk Bank syariah,RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007

Khaerul Umam, Pasar Modal Syariah dan Praktek Pasar Modal syariah, Pustaka

Setia, Bandung, 2013

Nurul Huda dan Mohamad Heykal. Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis

Dan Praktis, PT Fajar Interpratama Mandiri. Jakarta, 2013

Nurul huda dan Mustafa Edwin nasution, Current Issues Lembaga Keuangan

Syariah, Kencana, Jakarta, 2009

https://www.mozaikislam.com/206/perbedaan-obligasi-syariah-dan-obligasi-

konvensional.htm (diunduh pada 16 Desember 2018, 21.30)

www.kompasiana.com (diunduh pada 16 Desember 2018, 21.00)

21

Anda mungkin juga menyukai